Anda di halaman 1dari 23

Stroke Perdarahan Subarachnoid

Ditandai dengan perdarahan yang masuk ke dalam rongga subarachnoid.


Onsetnya sangat mendadak dan disertai nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran
dan muntah. Distribusi umur penderita ini umumnya terjadi pada usia muda dan
lebih banyak pada wanita.
Pada 10-15% kasus penyebabnya tidak diketahui, Umumnya akibat
rupture aneurisma, kadang-kadang juga karena pecahnya malformasi arterivenosa,
dan terapi antikoagulan. Aneurisma biasanya berlokasi di sirkulus Willisi dan
percabangannya. Bila aneurisma pecah, darah segera mengisi ruang subarakhnoid
atau merembes ke dalam parenkim otak yang letaknya berdekatan.
Gejala klinis perdarahan subarachnoid berupa sakit kepala kronik akibat
penekanan aneurisma yang besar terhadap organ sekitar, akibat pecahnya
aneurisma mendadak dirasakan sakit kepala hebat, muntah dan penurunan
kesadaran. Biasanya ditemukan rangsang meningen positif berupa kaku kuduk
akibat darah dalam likuor dan Kernigs sign, Perdarahan subhialoid pada
funduskopi, CSS gross hemorrhagic pada pungsi lumbal dan CT scan
menunjukkan adanya darah dalam rongga subarachnoid. Komplikasi berupa
vasospasme dapat terjadi > 48 jam setelah onset dengan akibat terjadinya infark
otak dan defisit neurologik fokal. Perdarahan ulang kadang-kadang terjadi dalam
beberapa minggu setelah kejadian pertama. Angka kematian cukup tinggi 30-70%
dan tergantung beratnya penyakit pada saat pertama kali muncul.

Tabel Diagnosis Banding Stroke Hemoragik


Perdarahan Intraserebri
Onset
Usia pertengahan - usia tua
Jenis Kelamin
>>
Etiologi
Hipertensi
Lokasi
Ganglia
basalis,
pons,
thalamus, serebelum
Gambaran klinik Penurunan kesadaran, nyeri
kepala, muntah
Defisit neurologis (+)
Pemeriksaan
Penunjang

Perdarahan Subarachnoid
Usia muda
>>
Ruptur aneurisma
Rongga subarachnoid

Penurunan kesadaran, nyeri


kepala, muntah
Deficit neurologist (-)/ ringan
Rangsang meningen (+)
CSS seperti air cucian - Perdarahan
subhialoid
daging/
xantochrome
(Funduskopi)
(Pungsi lumbal)
- CSS gross hemorrhagic
Area hiperdens pada CT
(Pungsi lumbal)
Scan
- Perdarahan dalam rongga
subarachnoid (CT Scan)

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis, harus ditemukan empat hal yang menjadi
pengertian stroke sendiri :

Defisit neurologis fokal atau global.

Berlangsung > 24 jam atau menyebabkan kematian.

Akut atau mendadak.

Dikarenakan semata-mata kelainan pembuluh darah otak.


Jika terdapat empat ciri khas stroke di atas, maka bisa dikatakan bahwa

pasien mengalami stroke. Langkah selanjutnya adalah menentukan diagnosis


etiologi, lokalisasi, dan faktor resiko stroke. Untuk itu diperlukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, neurologis. Berkut tabel yang menampilkan perbedaan masingmasing jenis stroke :

Tabel Diagnosis Banding antara Stroke Infark, PIS dan PSA


KRITERIA
1. Anamnesa
TIA
Istirahat
Aktivitas
Nyeri kepala
2. Pemeriksaan Fisik
Defisit neurologik
Penurunan kesadaran
Kaku kuduk
Tekanan darah
3.Pemeriksaan tambahan
Punksi lumbal

INFARK

PIS

PSA

+
+
-

+
+

+
++

+
sedang

+
+
+
variasi

+
+
+
Sedang

Jernih

Xantochrome

Gross
haemorrhagic

Tabel Diagnosis Banding Berdasarkan Anamnesis


ANAMNESIS
Umur

TROMBOSIS
50-70 tahun

EMBOLI
Semua umur

PIS
40-60 tahun

Awitan
Gejala
Peringatan
Sakit kepala
Muntah
Kejang
Vertigo

Bangun tidur
Bertahap
+
+/-

Aktivitas
Cepat
+
-

Aktivitas
Cepat
++
++
++
-

PSA
Tak
tentu
(20-30
tahun)
Aktivitas
Cepat
++++
++++
++++
-

Tabel Diagnosis Banding Berdasarkan Gambaran Klinis


Klinis
Kesadaran

Trombosis
Normal

Emboli
Normal

PIS
Menurun

GCS
Kaku kuduk
Kelumpuha
n
Aphasia

>7
Hemiparese

>7
Hemiparese

<6
-/+
Hemiplegia

PSA
Menurun/
Normal
<6
+
Hemiplegia

++/-

++/-

Angiografi
Parese
3,4,6
LP
CT Scan

Oklusi/stenosi
s
N Hipodens ke
sentral setelah
4-7 hari

Oklusi/stenosi
s
-

Midline shift

Aneurisma/AVM

+/-

+/++++
Hipodens
Hiperdensita Hiperdensitas di
perifer
khas s
seperti subarachnoid
seperti
baji massa darah
setelah
4-7
hari

Tabel Diagnosis Banding Berdasarkan Faktor Risiko


FAKTOR
RISIKO
Hipertensi
Kardial
Diabetes
Melitus
Dislipidemia

TROMBOSIS

EMBOLI

PIS

PSA

+/ASHD
++

RHD
-

HT Maligna
HHD
-

+/-

++

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan
stroke infark dengan stroke perdarahan. Pada stroke karena infark, gambaran CT
scannya secara umum adalah didapatkan gambaran hipodense sedangkan pada
stroke perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens.

Gambaran CT Scan Pada Penderita Stroke

2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau
aneurisma pada pembuluh darah.

Gambaran Angiografi Pada Penderita Stroke

4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.

Gambaran USG pada Penderita Stroke


5. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI. Pada
stroke PIS didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging

atau berwarna

kekuningan. Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada stroke infark
tidak didapatkan perdarahan (jernih).
6. Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin, komponen
kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar),
elektrolit darah, Thoraks Foto, EKG, Echocardiografi.

Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan
diastolik)-(3 x atheroma) 12
Nilai SSS

Diagnosa

>1

: Perdarahan otak

< -1

: Infark otak

-1 < SSS < 1 : Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)

MANAJEMEN STROKE
Tujuan penatalaksanaan stroke secara umum adalah menurunkan
morbiditas dan menurunkan tingkat kematian serta menurunnya angka kecacatan.
Penatalaksanaan Di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan neurologis, pemeriksaan penunjang.
2. Terapi umum (suportif)
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada

pasien tidak sadar. Berikan juga bantuan ventilasi.


Pada pasien hipoksia berikan suplai oksigen.
Intubasi ETT diperlukan pada pasien hipoksia (pO2 < 60mmHg
atau pCO2 > 50 mmHg) atau syok atau pada apsien yang

berisiko mengalami aspirasi.


b. Stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)
Berikan cairan kristaloid atau colloid intravena.
Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
c. Pemeriksaan awal fisik umum tekanan darah, pemeriksaan jantung,
pemeriksaan neurologi umum awal.
d. Pengendalian TTIK

Monitor tekanan intra cranial harus dipasang pada apsien


dengan GCS < 9 dan pasien yang mengalami penurunan

kesadaran karena kenaikan tekanan intracranial.


Sasaran terapi TIK < 20 mmHg dan CPP (cerebral
perfusion pressure) > 70 mmHg.
Penatalaksanaan meliputi:
o Tinggikan posisi 20o-30o.
o Posisikan pasien hendaklah menghindari penekanan
o
o
o
o

vena jugulare.
Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik.
Hindari hipertermia.
Jaga normovolemia.
Osmoterapi atas indikasi:
Manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama > 20 menit,

diulangi setiap 4-6 jam


o Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
e. Penanganan transformasi hemoragik memperbaiki perfusi serebral
dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati.
f. Pengendalian kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat i.v 5-20 mg dan
diikuti oleh phenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan

kecepatan maksimum 50 mg/menit.


Pemberian antikonvulsan profilaktik pada penderita stroke

iskemik tanpa kejang tidak dianjurkan.


Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat
antiepileptic profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian
diturunkan dan dihentikan bila tidak ada kejang selama

pengobatan.
g. Pengendalian suhu tubuh asetaminofen jika suhu > 38,5oC serta
atasi penyebabnya.

h. Pemeriksaan penunjang EKG, lab (kimia darah, fungsi ginjal,


hematologi dan faal hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, AGD,
dan elektrolit), pungsi lumbal, pemeriksaan radiologic.
Penatalaksanaan Umum Di Ruang Rawat
1. Cairan
Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin.
Pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari.
Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah
dihindari.
2. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam,
oral nutrisi hanya boleh diberikan setelah hasil fungsi menelan

baik.
Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan

diberikan melalui pipa nasogastrik.


Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan

komposisi:
o Karbohidrat 30-40%
o Lemak 20-35%.
o Protein 20-30%.
3. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
Mobilisasi.
Antibiotik atas indikasi.
4. Penatalaksanaan medis yang lain
Hiperglikemia harus diobati.
Gelisah terapi psikologi.
Analgesic dan antimuntah sesuai indikasi.
Berikan H2 antagonist bila ada indikasi.
Kandung kemih dikosongkan pasang kateter.
Rehabilitasi.
Edukasi keluarga.
Penatalaksanaan Stroke Iskemik
1. Atasi hipertensi, hipoglikemia atau hiperglikemia.

Sebagian besar ahli tidak merekomendasikan terapi hipertensi pada stroke


iskemik akut kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap, yaitu tekanan
darah sistolik >220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg. Pendapat lain
menyebutkan obat-obat anti-hipertensi yang sudah ada sebelum serangan
stroke, diteruskan pada fase awal stroke dan menunda pemberian obat antihipertensi yang baru sampai dengan 7-10 hari pasca awal serangan stroke.
- Tekanan darah diastolik > 140 mmHg atau > 110 mmHg bila akan
dilakukan terapi trombolisis, diperlakukan sebagai penderita hipertensi
-

emergensi, berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem, nimodipin, dll.


Tekanan darah sistolik > 230 mmHg dan atau tekanan diastolik 121140 mmHg, diberikan labetalol IV selama 1-2 menit. Dosis labetalol
dapat diulang tiap 10-20 menit sampai penurunan darah yang
memuaskan. Setelah pemberian dosis awal, labetalol dapat diberikan

6-8 jam, bila diperlukan (bila emergensi).


Jika tekanan darah sistolik 180-230 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik 105-120 mmHg terapi darurat harus ditunda tanpa adanya
tanda perdarahan intraserebral atau gagal ventrikel jantung kiri. Jika
tekanan darah menetap pada dua kali pengukuran selang 60 menit,
maka diberikan 200-300 mg labetalol 2-3 kali sehari. Pengobatan
alternative, selain labetalol, adalah nifedipin oral 10 mg tiap 6 jam atau

captopril 6,25-12,5 mg tiap 8 jam (urgensi).


Tekanan sistolik < 180 mmHg dan atau tekanan diastolik < 105

mmHg, terapi hipertensi biasanya tak diperlukan.


Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya sampai 20%-25%

dari MAP pada jam pertama.


2. Pemberian antikoagulan tidak direkomendasikan, hanya dilakukan
setelah hasil pemeriksaan imaging memastikan tidak ada perdarahan

intracranial primer. Obat yang diberikan adalah unfractioned heparin atau


low molecular weight heparin.
Indikasi:
Prevensi:
Penderita pasca TIA atau pasca stroke iskemik yang
memiliki risiko tinggi untuk emboli otak berulang yang
terbukti bersumber dari jantung maupun pembuluh darah
besar, misalnya: fibrilasi atrium non valvuler, thrombus
jantung, thrombus mural dalam ventrikel kiri, infark
miokard baru, katup jantung buatan, thrombus pada lumen
arteri

karotis,

diseksi

hiperkoagulasi,

sindrom

karotis

dengan

fosfolipid,

plaque

thrombus,
dengan

thrombus.
Penderita stroke iskemik dengan thrombosis vena dalam,
emboli paru, berbaring lama dengan paresis berat.

Terapi:
Thrombosis vena serebral.
Thrombosis vena dalam pasca stroke.
Stroke tromboemboli.
Stroke iskemik dengan sindrom hiperkoagulasi.
Stroke vertebrobasiler.

Kontraindikasi:

Kontraindikasi mutlak:
Perdarahan intracranial.
Gangguan hemostasis.
Ulkus peptikum aktif.
Perdarahan traktus gastrointestinal lainnya.
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat.
Kontraindikasi relative:
Infark luas dengan pergeseran garis tengah.
Hipertensi berat tidak terkontrol (sistolik >200 mmHg,

diastolic >120 mmHg).


Ulkus peptikum tidak aktif/aktif.
Riwayat perdarahan oleh karena pemberian antikoagulan.

Riwayat

idiosinkrasi

dan

hipersensitif

terhadap

antikoagulan karena potensial terjadi perdarahan.


Varises esophagus.
Baru dilakukan tindakan operasi/biopsy.
ITP.
3. Pemberian trombolitik rtPA intravena
Kriteria inklusi:
Stroke iskemik akut yang onsetnya diketahui jelas dan tidak

melebihi 3 jam.
Usia > 18 tahun dan < 75 tahun.
Diagnosis stroke iskemik ditegakkan oleh ahli stroke dan sken
tomografik otak dibaca oleh ahli yang paham dengan penafsiran
hasil pemeriksaan imajing.

Kriteria eksklusi:

Penggunaan obat antikoagulasi oral atau waktu protrombin > 15

detik.
Bila ada riwayat penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya

dan masa tromboplastin partial memanjang.


Trombosit < 100.000/mm.
Stroke sebelumnya atau trauma kapitis hebat 3 bulan sebelumnya.
Operasi besar dalam waktu 14 hari.
Sistolik sebelum pengobatan > 185 mmHg atau diastolik > 110

mmHg.
Defisit neurologis ringan.
Riwayat perdarahan intracranial.
Glukosa darah < 50 mg/dL atau > 400 mg/dL.
Kejang pada permulaan stroke.
Perdarahan GI atau urin dalam 21 hari.
Infark miokard baru.
Permulaan stroke tidak dapat dipastikan.

Dosis rtPA IV 0,9 mg/kg BB (maksimal 90 mg). 10% dari dosis sebagai
bolus pada menit pertama, sisanya sebagai infus selama 60 menit

monitor terus di ICU 24 jam akan adanya perburukan neurologis dan


perdarahan.
4. Pemberian antiplatelet aggregasi aspirin dengan dosis awal 325 mg
dalam 24-48 jam setelah onset stroke.
5. Kadang-kadang digunakan vasopresor untuk memperbaiki CBF.
Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
Terapi Hipertensi pada Stroke Perdarahan
Tekanan darah pada fase akut tidak boleh diturunkan lebih dari 20%.
Penurunan tekanan darah rata-rata tidak boleh lebih dari 25% dari tekanan darah
arteri rata-rata. Kriteria penurunan:
1. Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140
mmHg atau MAP > 145 mmHg pada dua kali pengukuran tekanan darah
selang 5 menit, berikan nikardipin, diltiazem atau nimodipin.
2. Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolik 105-140
mmHg atau tekanan darah arteri rata-rata 130 mmHg pada dua kali
pengukuran tekanan darah selang 20 menit berikan:

Labetalol 10-20 mg iv selama 1-2 menit. Ulangi atau gandakan


setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis awal

bolus diikuti oleh labetalol drip 2-8 mg/menit; atau


Nicardipin, diltiazem.
Nimodipin.

3. Bila tekanan sistolik < 180 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg,
maka pemberian obat anti-hipertensi ditangguhkan.

Tabel Jenis Obat Antihipertensi Parenteral


Obat
Dosis
Mula Kerja Lama Kerja Efek Samping

Labetalol

20-80 mg 5-10 menit


iv
bolus
setiap
10
menit atau
2 mg/menit,
infus
kontinyu

3-6 jam

Nausea, vomit, hipotensi,


blok atau gagal jantung,
kerusakan
hati,
bronkospasme

Nikardipin

5-15
mg/jam
infus
kontinyu

Sepanjang
infus
berjalan

Takikardia.

Diltiazem

5-40
5-10 menit
ug/kg/menit
infus
kontinyu

4 jam

Blok nodus AV, denyut


prematur
atrium,
terutama usia lanjut.

5-15 menit

Terapi Khusus
1. Pemberian sedasi misalnya diazepam 5 mg tiap 6 jam atau phenobarbital
30-60 mg/p.o atau IV tiap 6 jam untuk pasien gelisah dan analgetik untuk
nyeri kepala.
2. Nyeri kepala hebat narkotika. Misalnya demetol 100-150 mg IM tiap 4
jam. Dapat digunakan kodein 30-60 mg p.o tiap 2-3 jam
3. Pemakaian obat yang mempengaruhi fungsi platelet sebaiknya dihindari
karena dapat memperpanjang perdarahan.
4. pemberian manitol 20% 1 gr/kgBB diberikan dalam 20 menit diikuti 0,25
gr/kgBB tiap 4 jam untuk edema serebri.
5. Bila terdapat fasilitas pemantaun tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak
harus dipertahankan lebih dari 70 mmHg.
6. Untuk kelainan jantung akibat PSA dapat diberikan -blocker seperti
propanolol yang dilaporkan dapat menurunkan efek samping ke jantung.

7. Untuk perdarahan saluran cerna, dapat dilakukan lavage lambung dengan


NaCl, transfusi, pemberian cairan yang adekuat, dan antasida.
8. H2-blocker, misalnya ranitidin, untuk mengurangi resiko terjadinya stress
ulcer.
9. Untuk mual muntah dapat diberikan antiemetik.
10. Bila kejang dapat diberikan anti-konvulsan : fenitoin 10-15 mg/kg IV
(loading dose), kemudian diturunkan menjadi 100 mg per 8 jam atau
phenobarbital 30-60 mg tiap 6-8 jam.
Terapi Pembedahan
Dikeluarkan dalam keadaan darurat untuk penanganan tekanan tinggi intra
kranial, mengeluarkan hematoma dan penanganan hidrosefalis akut, juga untuk
mencegah perdarahan ulang dan meminimalkan terjadinya vasospasme.
Tidak dioperasi bila:

Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau deficit neurologis minimal.
Pasien dengan GCS < 4.

Dioperasi bila:

Pasien dengan perdarahan serebral > 3 cm dengan perburukan klinis.


Kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel.
PIS dengan lesi structural (aneurisma, malformasi AV, atau angioma

cavernosa) yang memiliki harapan outcome yang baik.


Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang sampai besar yang

memburuk.
Peranan Neuroprotektan Pada Stroke
I.
Tindakan Neuroproteksi
Tindakan neuroproteksi pada stroke antara lain:
1. Hiperventilasi terkendali.
2. Mencegah dan mengatasi hiperglikemia dengan pemberian insulin.
3. Mencegah dan menurunkan peninggian tekanan intracranial.
4. Meninggikan kepala-leher-bahu 20o-30o.
5. Menurunkan aktivitas metabolism otak dengan cara:

II.

a. Mencegah dan mengatasi kejang


b. Mengatasi hipertermia dengan pemberian antipiretik.
c. Mengatasi agitasi.
d. Memberikan analgetik.
e. Hipotermia ringan.
Terapi Obat-obatan Neuroprotektan
1. Citicholin
MOA:
Mekanisme kerja utama meningkatkan pembentukan
choline

dan

menghambat

phosphotydilcholine
Pada metabolism neuron
glukosa,

menurunkan

pengrusakan

meningkatkan

pembentukan

asam

ambilan
laktat,

mempercepat pembentukan asetilkolin dan menghambat

radikalisasi asam lemak dalam keadaan iskemik.


Merangsang pembentukan glutation yang merupakan
antioksidan endogen otak terhadap radikal bebas

hydrogen peroksida dan lipid peroksida.


Mengembalikan aktivitas Na/K ATP ase.
Pada level vaskular meningkatkan aliran darah otak,
meningkatkan konsumsi O2, menurunkan resistensi

vaskuler.
Indikasi: stroke infark dalam < 24 jam pertama dari onset dan

stroke hemoragik intraserebral.


Kontraindikasi: penderita yang hipersensitifitas terhadap

citicholine.
Efek samping: rekasi hipersensitif (ruam kulit), insomnia, sakit
kepala, pusing, kejang, mual, anoreksia, gangguan fungsi hati,

diplopia, perubahan tekanan darah sementara dan malaise.


Dosis dan cara pemakaian:
Bisa diberikan dalam 24 jam sejak awal stroke.
Untuk stroke iskemik: 250-1000 mg/hari iv terbagi
dalam 2-3 kali/hari selama 2-14 hari.

Untuk stroke hemoragik: 150-200 mg/hari iv terbagi

dalam 2-3 kali/hari selama 2-14 hari.


2. Piracetam
MOA:
Pada level neuronal: memperbaiki neurotransmitter,
memperbaiki fluiditas membrane sel, menstimulasi

adenylate kinase.
Pada level vaskular: meningkatkan deformabilitas
eritrosit, maka aliran darah otak meningkat, mengurangi

hiperagregasi platelet, memperbaiki mikrosirkulasi.


Indikasi: strok iskemik akut dalam 7 jam pertama dari onset

stroke.
Kontraindikasi: hipersensitif, penderita dengan gangguan

fungsi ginjal yang berat.


Efek samping: gelisah, irritabilitas, insomnia, ansietas, tremor

dan agitasi.
Dosis dan cara pemberian: pemberian pertama 12 gr perinfus
habis dalam 20 menit, lanjut dengan 3 gr bolus iv per 6 jam
atau 12 gr/24 jam dengan drip kontinyu sampai dengan hari ke4. Hari ke-5 sampai dengan akhir minggu ke-4 diberikan 4,8 gr

3.
4.
5.
6.

3x/hari/oral. Minggu ke 5-12 diberikan 2,4 gr 2x/hari/oral.


Nicergolin
Naftidrofuryl
Nimodipin
Neuropeptide

PENCEGAHAN
a) Mengatur Pola Makan yang Sehat
1. Makan yang membantu menurunkan kadar kolesterol

Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah,
jagung dan gandum.

Obat akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan


tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari
(memperlambat pengosongan usus)

Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid


serum, menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida.

Mekanisme kerja: menambah ekskresi asam empedu, meningkatkan


aktivitas estrogen dari isoflavon, memperbaiki elastisitas arterial dan
meningkatkan aktivitas antioksidan yang menghalangi oksidasi LDL

Kacang-kacangan:

menurunkan

kolesterol

LDL

dan

mungkin

mencegah aterosklerosis
2. Makanan Lain Yang Berpengaruh Terhadap Prevensi Stroke

Makanan/zat yang membantu memecah homosistein seperti asam folat


vitamin B6, B12 dan riboflavin

Susu dan kalsium mempunyai efek protektif terhadap stroke

Ikan terutamanya yang berlemak (tuna,salmon) mangandung omega-3,


eicosapentenoic (EPA) dan docosahexonoeic acid (DHA) yang
merupakan pelindung jantung dengan efek melindungi terhadap risiko
kematian mendadak, mengurangi risiko aritmia, menurunkan kadar
trigliserida, menurunkan kecenderungan adhesi platelet, sebagai
prekursor prostaglandin, inhibisi sitokin, anti inflamasi dan stimulasi
NO endothelial. Dianjurkan untuk mengkonsumsi 2 kali/minggu.

Makanan yang kaya vitamin C, E dan beta karoten buahan dan bijibijian adalah sebagai sumber antioksidan

Buah-buahan dan sayuran

3. Rekomendasi Tentang Makanan :

Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium

Minimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans


fatty acids seperti kue-kue, krakers, makan yang digoreng dan
mentega.

Mengutamakan makanan yang mengandung poly unsaturated fatty


acids, monosaturated fatty acids, makanan berserat dan protein nabati.

Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang

Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal

Hindari makan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi


rendah

Utamakan makanan yang mengandung polisakarida (nasi, roti, pasta,


sereal dan kentang)

b) Menghentikan Rokok

Bisa

menyebabkan

peninggian

koagubilitas,

viskositas

darah,

meninggikan tekan darah, menaikkan hematokrit dan menurunkan HDL.


c) Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat

Penyalahgunaan obat seperti kokain, heroin penilpropanolamin dan


mengkonsumsi alkohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (abuse
alcohol) akan memudahkan terjadinya stroke.

d) Melakukan Olahraga yang Teratur

Melakukan aktivitas fisik aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang dll)


secara teratur minimum 3 kali seminggu akan dapat menurunkan tekanan
darah, memperbaiki kebiasaan makan dan menurunkan berat badan.

Efek biologis: penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma dan


menaiknya aktivitas tissue plasminogen activator dan konsentrasi HDL.

e) Menghindari Stres dan Beristirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup dan tidur teratur 6-8 jam sehari

Mengendalikan stress dengan cara berfikir positif sesuai dengan jiwa sehat
menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah
dan mendekatkan diri pada Tuhan YME.

TINDAKAN MEDIS PADA PREVENSI SEKUNDER STROKE


Sebagian penderita stroke atau dengan riwayat TIA berisiko untuk
terserang stroke atau TIA kembali, untuk itu diperlukan upaya untuk mencegah
terjadinya TIA atau stroke berulang dan kejadian vaskular lainnya.
Upaya untuk mencegah serangan ulang stroke selain dari pengendalian
dengan gaya hidup sehat, juga mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah,
terapi farmakologi dan terapi bedah.
Obat-Obatan Anti Trombotik Untuk Prevensi Sekunder Stroke
1. Antiplatelet
a) Aspirin

Dosis dan cara pemberian: 50-325 mg peroral sekali sehari

Mekanisme kerja: anti platelet, menghambat jalur siklooksigenase

Efek samping: iritasi dan atau perdarahan gastrointestinal

b) Clopidogrel

Dosis dan cara pemberian: 75mg peroral sekali sehari

Mekanisme kerja: antiplatelet, inhibisi reseptor adenosine difosfat

Efek samping: rash, diare, netropenia, iritasi gastrointestinal, perdarahan


gastrointestinal, purpura trombotik trombositopenia.

c) Ticlopidin

Dosis dan cara pemberian: 250 mg peroral 2 kali sehari

Mekanisme kerja: antiplatelet, inhibisi reseptor adenosine difosfat

Efek samping: rash, diare, netropenia, iritasi gastrointestinal, perdarahan


gastrointestinal, purpura trombotik trombositopenia.

d) Aspirin + Dipiridamol

Dosis dan cara pemberian: aspirin 25mg + Dipiridamol SR 200mg 2 kali


sehari

Mekanisme

kerja:

antiplatelet,

inhibisi

jalur

siklooksigenase,

fosfodiesterase, dan ambilan kembali adenosin

Efek samping: sakit kepala, diare, netropenia, iritasi gastrointestinal

e) Cilostazol

Dosis dan cara pemberian : 100mg peroral 2 kali sehari

Mekanisme kerja: anti platelet, meningkatkan siklik AMP dengan cara


menghambat aktivitas fosfodiesterase III

Efek samping: palpitasi, infak miokad, unstable angina, sakit kepala, mual,
gangguan fungsi hati, rash.

2. Anti Koagulan
Tujuan: pencegahan sekunder stroke dengan factor risiko fibrilasi atrium

Warfarin

Dikumarol

3. Lain-lain:

Statin

Ace inhibitor

Anda mungkin juga menyukai