Anda di halaman 1dari 16

Tugas

ASCARDIA
Pabrik
Komposisi

Indikasi

Dosis

Pemberian Obat
Kontra Indikasi
Perhatian Khusus

Pharos
Acetylsalicylic acid.
Mengurangi risiko kematian &/
serangan infark miokard pd
penderita dg riwayat infark atau
TIA yg berulang atau pd pasien dg
riwayat stroke & risiko iskemia
otak sementara dimana tjd
hiperaktifitas dr trombosit atau
aktivasinya merupakan faktor
penentu terbentuknya tromboemboli.
Dosis lazim 80-160 mg/hr. Infark
miokard s/d 300 mg/hr. TIA s/d
1000 mg/hr.
Sebaiknya diberikan bersama
makanan : Telan utuh, jangan
dikunyah/dihancurkan.
Tukak peptik aktif. Ggn
perdarahan. Hipersensitivitas.
Ggn fungsi hati. Hamil, laktasi.

Interaksi Obat

Dg warfarin: meningkatkan
risiko perdarahan GI & intra
serebral.

Farmakokinetik
Asam asetilsalisilat cepat diserap di lambung dan
usus halus, kemudian mencapai kadar puncak di
darah dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian
obat. Setelah diserap, asam asetilsalisilat akan
dihidrolisasi menjadi asam asetat dan salisilat
oleh enzim esterase di darah dan jaringan tubuh.
Salisilat kemudian akan berikatan dengan albumin
di darah. Waktu paruh asam salisilat berkisar
antara 3-5 jam. Alkalinisasi urin meningkatkan
jumlah salisilat yang diekskresikan tubuh, baik
dalam bentuk salisilat bebas maupun
konjugatnya.

Farmakodinamik :
Ascardia merupakan obat yang memiliki kandungan asam
asetilsalisilat. Asam asetilsalisilat di Indonesia juga dikenal
dengan nama aspirin.
Obat ini merupakan golongan obat antitrombotik, yaitu obat
yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga
menyebabkan terhambatnya pembentukan thrombus yang
terutama sering ditemukan pada sistem arteri.
Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis tromboksan A2
(TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh
darah dengan menghambat enzim siklooksigenasi secara
irreversibel, dengan cara mengasetilasi enzim tersebut.
Pemberian dosis lebih tinggi dapat meningkatkan toksisitas,
terutama perdarahan, juga menjadi kurang efektif kerjanya
sebagai antitrombotik karena dapat juga menghambat
pembentukan prostasiklin. Akibat kerja obat tersebut yang
berpotensi menimbulkan perdarahan, maka obat tersebut
dikontraindikasikan terhadap pasien dengan ulkus peptic aktif
dan gangguan perdarahan.

Interaksi Obat
Asam asetilsalisilat dapat berkurang efek
antitrombolitiknya apabila diberikan bersama obat
yang dapat meningkatkan pH lambung, misalnya
antasida atau antagonis H2. Obat ini juga
meningkatkan risiko perdarahan, terutama
perdarahan saluran cerna, bahkan intraserebral,
apabila diberikan bersama obat antikoagulan,
misalnya heparin atau warfarin

Dosis obat
BB/70 x dosis obat
Untuk dosis obat ascardia ini adalah 80-160mg
Obat yang diberikan 1x80mg oleh dokter masih
kurang karena dosis yang seharusnya diberikan
82-165mg/kali dihitung dengan menggunakan
rumus dosis obat .

NovoRapid
Pabrik
Komposisi
Indikasi

Novo Nordisk
Insulin aspart.
Pengobatan DM.

Dosis

0.5-1 u/kg BB/hr.

Pemberian Sebaiknya diberikan bersama makanan :


Obat
Diberikan sesaat sblm atau segera ssdh
makan.

Farmakodinamik
Insulin merupakan hormon yang berperan dalam
homeostasis glukosa, dan melibatkan berbagai
jaringan, di antaranya liver, otot, dan lemak.
Insulin juga merupakan hormon utama yang mengatur
pengambilan, penggunaan, dan penyimpanan berbagai
nutrisi seluler. Kerja anabolik insulin, di antaranya
stimulasi penggunaan dan penyimpanan glukosa, asam
amino, dan asam lemak, serta menghambat prosesproses katabolik, seperti pemecahan glikogen, lemak,
dan protein.
Fungsi tersebut dapat terjadi melalui stimulasi transport
substrat dan ion ke dalam sel, memicu translokasi
protein antar kompartemen seluler, mengaktifkan dan
menonaktifkan enzim-enzim tertentu, serta mengubah
jumlah protein dengan mempengaruhi transkripsi gen
dan translasi mRNA tertentu

Gambar 1. Jalur
persinyalan insulin

Beberapa efek insulin terjadi hanya dalam


beberapa detik atau menit, di antaranya aktivasi
sistem transport glukosa dan ion, modifikasi
kovalen (misalnya fosforilasi atau defosforilasi)
enzim, dan beberapa efek pada transkripsi gen
(misalnya inhibisi gen fosfoenolpiruvat
karboksikinase).
Efek lainnya, seperti sintesis protein dan
transkripsi gen, memerlukan waktu sampai
beberapa jam. Efek insulin terhadap proliferasi
dan diferensiasi sel bahkan memerlukan waktu
sampai berhari-hari. Sampai saat ini, penyebab
perbedaan kinetik tersebut masih belum jelas
apakah akibat perbedaan jalur mekanistik atau
dari kinetika intrinsik berbagai proses.

Gambar 2. Gambaran
umum farmakodinamik
insulin.

Farmakokinetik
Berbagai sediaan insulin komersial memiliki beberapa perbedaan, di
antaranya dalam hal teknik produksi DNA rekombinan, sekuens asam
amino, konsentrasinya, kelarutannya, serta onset kerja dan
durasinya.
Saat ini tersedia empat tipe utama insulin injeksi berdasarkan onset
dan durasi kerjanya (gambar 3), yaitu rapid-acting (sangat cepat),
short-acting (cepat), intermediate-acting, dan long-acting (lambat).
Sediaan inhalasi insulin rapid-acting juga telah dipasarkan. Insulin
injeksi rapid-acting dan short-acting merupakan larutan jernih pada
pH netral, dan mengandung zink dalam jumlah kecil untuk
meningkatkan stabilitasnya dan masa penyimpanannya. Sementara
itu, insulin inhalasi rapid-acting tersedia dalam bentuk bubuk untuk
absorpsi alveolar. Insulin NPH merupakan insulin injeksi intermediateacting, berupa suspensi keruh pada pH netral dengan protamin pada
buffer fosfat. Tujuan terapi insulin subkutan adalah menjaga gula
darah dalam range normal, baik pada kondisi basal (malam hari,
puasa, dan di antara dua waktu makan) maupun prandial (pada saat
makan). Oleh karena itu, regimen yang diberikan biasanya
menggunakan insulin long-acting untuk menjaga kondisi basal, dan
rapid-acting untuk menjaga glukosa pada saat makan.

Toksisitas dan Interaksi


Obat

Selain akibat insulin dan obat-obatan hipoglikemik, kondisi


hipoglikemik akibat obat juga dapat terjadi pada penggunaan etanol,
antagonis reseptor adrenergik, dan salisilat.
Kerja utama etanol adalah dengan menghambat glukoneogenesis.
Reaksi tersebut bukanlah reaksi idiosinkrasi, tetapi terjadi pada
semua individu.
Pada pasien diabetes, antagonis reseptor adrenergic juga memiliki
risiko hipoglikemia karena kapasitasnya dalam menghambat efek
katekolamin pada glukoneogenesis dan glikogenolisis. Agen ini juga
dapat menutupi gejala-gejala simpatik yang berkaitan dengan
penurunan glukosa darah (misalnya tremor dan palpitasi). Sementara
itu, salisilat, menimbulkan efek hipoglikemik dengan meningkatkan
sensitivitas sel pankreas terhadap glukosa dan meningkatkan sekresi
insulin. Agen ini juga memiliki kerja insulin-like yang lemah di perifer.
Pentamidin, agen anti-protozoa yang digunakan untuk tata laksana
infeksi akibat Pneumocystiis carinii, ternyata juga dapat
menyebabkan hipoglikemia, tetapi penggunaan jangka panjang justru
menyebabkan hiperglikemia. Efek hipoglikemik tersebut terjadi akibat
destruksi sel dan pelepasan insulin, tetapi penggunaan jangka
panjang akan menyebabkan hipoinsulinemia sekunder dan pada
akhirnya menyebabkan hiperglikemia.

Sejumlah besar obat-obatan juga dapat


menyebabkan hiperglikemia pada individu normal,
dan mengganggu kontrol metabolik pada pasien
diabetes. Agen-agen tersebut sebagian besar
memiliki efek langsung pada jaringan perifer yang
memang merupakan tempat kerja insulin,
misalnya epinefrin, glukokortikoid, obat-obatan
antipsikotik atipik seperti clozapin dan olanzapin,
serta obat-obatan yang digunakan pada terapi
infeksi HIV (terutama protease inhibitor). Obatobatan lainnya dapat menyebabkan hiperglikemia
dengan menghambat sekresi insulin, baik secara
langsung (misalnya fenitoin, clonidin, dan calcium
channel blocker), maupun secara tidak langsung
melalui deplesi K+ (diuretik).

Dosis obat
Dosis obat yang diberikan yang diberikan dokter
masih kurang dosisnya 3x10 unit dengan
melakukan perhitungan seharusnya 3x 8unit.
Untuk obat yang digunakan sudah sesuai dengan
keluhan yang dirasakan pasien

Anda mungkin juga menyukai