Tutorial Klinik Forensik 1
Tutorial Klinik Forensik 1
STEP 3
LEARNING ISSUE
1.
2.
3.
4.
5.
dan butir2 darah merah juga akan mengalami kerusakan. Pigmen dari pecahan darah merah
akan keluar dari kapiler yang rusak dan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga
menyebabkan warna lebam mayat menetap dan tidak menghilang dengan penekanan. Dan
setelah 12 jam tidak akan terjadi lebam mayat kembali karena sudah terjadi koagulasi.
Warna lebam mayat: merah kebiruan, keracunan CO: merah muda, keracunan potassium
coklat, asfiksia: gelap
2. Posisi meninggal ?
Karena adanya gaya gravitasi dimana darah mengumpul pada pembuluh darah yang besar,
kemudian pada cabang2nya , sehingga mengakibatkan perubahan warna dan kulit menjadi
warna kebiruan. Lokasi pada bagian yang terendah pada mayat, posisi yang terlentang bisa
ditemukan pada bagian punggung, leher bagian belakang.
3. Penyebab meninggal nya ?
Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi atas :2
1.
Penyakit respirasi
4.
Lain-lain
a. Addison disease
b. Pheochromocytoma dari medula adrenal yang menyebabkan hiperadrenalin
c. Senile marasmus
d. Diabetes melitus
e. Hemochromatosis
f.
Discrasias darah
g. Status lymphaticus
h. Hipertiroid
i.
Malaria
j.
l.
6.
Anak
a. Anomali kongenital
b. Penyakit infeksi
definisi
nekrosis sebagian otot jantung akibat berkurangnya oksigenasi ke bagian otot tsb
karena embolus atau thrombus a. koronaria
epidemiologi
IMA merupakan penyebab kematian tersering di Amerika Serikat. Di Indonesia
sejak sepuluh tahun terakhir IMA lebih sering ditemukan, apalagi dengan adanya
fasilitas diagnostic dan unit2 perawatan penyakit jantung koroner intensif yg
semakin tersebar merata.
etiologi
-oksigenasi berkurang
-obstruksi baik dinamik maupun mekanik
dinamik : spasme dan kontraksi
mekanik : aterosklerosis progresif
Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab paling sering SKA adalah penurunan perfusi miokard oleh karena penyempitan
arteri koroner sebagai akibat dari trombus yang ada pada plak aterosklerosis yang
robek/pecah dan biasanya tidak sampai menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari
agregasi trombosit beserta komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan
infark kecil di distal, merupakan penyebab keluarnya petanda kerusakan miokard pada
banyak pasien.
Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin diakibatkan oleh
spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri koroner epikardium (angina
prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah
dan/atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner dapat juga diakibatkan oleh
konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang lebih kecil.
Tabel 2. Penyebab APTS/NSTEMI
Obstruksi mekanik yang progresif
Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan yang hebat namun bukan karena spasme atau
trombus. Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis progresif atau dengan
stenosis ulang setelah intervensi koroner perkutan (PCI).
Inflamasi dan/atau infeksi
pathogenesis
pasien memiliki kadar kolesterol tinggi aterosklerosispenyumbatan
a.koronariaiskemikinfark
A. Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih faktor resiko
seperti : obesitas, merokok, hipertensi dan lain-lain. Faktor-faktor ini disertai dengan proses
kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima yang dapat menyebabkan interaksi fibrin
dan patelet sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah korner. Interaksi tersebut
menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan
plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah
dan apabila ruptur dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah
menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplay O2 yang diangkut dara ke jaringan
miokardium berkurang yang anaerob yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat
yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang menyebabkan
perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan perubahan
sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia. Iskemik yang berlangsung
lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot
jantung (infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak
lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke
pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang
infark mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang
mengalami infark tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti.
Dalam jangka waktu 2-4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang
disertai infiltrasi leukosit.Infark miokardium akan menyebabkan fungsi vertrikel terganggu
karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang iskemik disekitarnya juga
mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara fungsional infark miokardium akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding abnormal,
penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan
penurunan volume akhir diastolik vertrikel. Keadaan tersebut diatas menyebabkan
kegagalan jantung dalam memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek
jantung ke belakang adalah terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya
oedem paru-paru dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya
penurunan COP sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga
menyebabkan kelelahan.
patofisiologi
aterosklerosis plak mengalami ruptureditutupi trombositditutupi
fibrinogentrombusoklusipenyumbatan
diagnosis
anamnesis
nyeri dada retrosternal seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,
panas atau ditindih barang berat.
Nyeri dapat menjalar ke lengan umumnya kiri, bahu, leher, rahang,
bahkan ke punggung dan epigastrium.
Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris biasa dan tidak
responsive terhadap nitrogliserin.
Nyeri dapat disertai dengan rasa mual, muntah, sesak, pusing, keringat
dingin berdebar-debar atau sinkope.
Pf
Takikardi
Kulit yang pucat
Dingin
Hipotensi
Bunyi jantung kedua yang pecah paradoksal
Irama gallop
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90
mmHg atau pasien yang dicurigai rnenderita infark ventrikel kanan (infark
inferior pada EKG JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus
dihindari pada pasien yang menggunakan phosphodi-esterase-5 inhibitor
sildenafil dalam 24 jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Mengurangi/Menghilangkan Nyeri Dada
Mengurangi/menghilangkan nyeri dada sangat penting, karena nyeri dikaitkan
dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan
bebanjantung.
Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg
dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sarnpai dosis total 20 mg. Efek
samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena
dan arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang
akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat
diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan
cairan IV dengan NaCl 0,9%.
Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia
atau blok jantung derajat tinggi, temtama pasien dengan infark posterior. Efek ini
biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropin 0,5 mglV.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase
trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg di ruang eraergensi. Selanjutnya aspirin
diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5
mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60
menit, tekanan darah sistolik >100 rnmHg, interval PR <0,24 detik dan ronki
tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Eima belas menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg dap 6 jam selama 48 jam,
dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
Terapi Reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat
disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventrikular yang maligna.
Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle (atau medical
contact-to-needle) time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30
menit atau door-to-balloon (atau medical contact-to-balloori) time untuk PCI
dapat dicapai dalam 90 menit.
prognosis
beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil 3
pegangan faktor penting :
potensi terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
potensi serangan iskemia lebih jauh
potensial peburukan gangguan hemodinamik lebih jauh (bergantung
terutama pada luas daerah infark)
komplikasi
aritmia
bradikardi sinus
irama nodal
gangguan hantaran atriventrikuler
gangguan hantaran intraventrikel
asistolik
takikardi sinus
kontraksi atrium premature
takikardi supraventrikel
fluter atrium
fibrilasi atrium
takikardi atrium multilokal
kontraksi premature ventrikel
takikardi ventrikel
takikardi idioventrikel
fluter dan fibrilasi ventrikel
rehabilitasi
rehabilitasi dimulai sejak pasien dirawat diruang perawatan intensif
dilanjutkan di ruangan perawatan biasa kemudian diikuti rehabilitasi di
luar rumah sakit.
Pengelolaan faktor risiko seperti berhenti merokok serta pengobatan
terhadap hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus sangat penting.
Diperlukan juga counseling untuk program diet, latihan jasmani dan
penyesuaian gaya hidup bagi pasien pasca infark.
IMA non gelombang Q dan IMA ventrikel kanan memerlukan perhatian
khusus.
TAMPONADE JANTUNG
A. Defenisi
Tamponade jantung adalah kompresi jantung disebabkan oleh darah atau
cairan yangterakumulasi di ruang antara miokar dium (otot jantung) dan
pericardium (lapisan luar jantung). Ini merupakan keadaan darurat medis ,
dengan meningkatnya produksi caira nsehingga akan menekan jantung lebih kuat
dan proses pengisian tidak normal. Jika tidak diobati, ventrikel akan terganggu,
mengakibatkan shock dan kematian.
B. Etiologi
Etiologinya bermacam-macam yang paling sering adalah maligna, perikarditis,
uremiadan trauma, perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau
infeksi,pemasangan pacu jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan.
C. Patofisiologi
ini banyak terjadi pada pertemuan pembuluh darah, dimana aliran darah turbulen
dan tahanan aliran darah pada dinding arteri paling besar.
Aneurisma fusiformis berkembang dari arteri serebri yang berliku yang biasanya
berasal dari sistem vertebra basiler dan bisa sampai beberapa cm pada diameternya.
Pasien aneurisme fusiformis berkarakter dengan gejala kompresi otak atau nervus
kranialis tapi gejala tidak selalu disertai dengan perdarahan subarakhnoid.
Aneurisma yang disebabkan oleh diseksi terjadi karena adanya nekrosis atau trauma
pada arteri. Berbentuk seperti gumpalan darah sepanjang lumen palsu, sedangkan
lumen sebenarnya kolaps secara otomatis.
Darah
Tempat terbaik untuk memperoleh sampel darah adalah dari vena femoral atau iliaca, atau
dari vena axilaris. Untuk analisa secara umum, sekitar 15 ml darah dimasukkan ke dalam
tabung kosong agar pembekuan darah dapat terjadi, bersama itu diambil pula 5-10 ml darah
dimasukkan ke dalam tabung berisi antikoagulan seperti EDTA atau potassium oxalat atau
heparin. Untuk pemeriksaan alkohol dari darah diperlukan 5 ml darah yang dimasukkan
dalam tabung berisi sodium fluorida untuk mengambat destruksi alkohol oleh mikro
organisme.
Urine
20-30 ml urine dimasukkan ke dalam kontainer kosong, kecuali bila ada penundaan
pemeriksaan, dapat dimasukkan sodium azide.
Muntahan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat ditutup rapat, pada autopsi
isi lambung dapat dimasukkan ke dalam wadah yang sama dengan membuka kurvatura minor
dengan gunting. Laboratorium tertentu juga akan meminta sampel dinding lambung karena
bubuk atau debris tablet dapat melekat pada lipatan lambung dengan konsentrasi yang tinggi.
Faeces
Isi rektum umumnya tidak diperlukan untuk analisa kecuali ada kecurigaan keracunan logam
berat, sampel sebanyak 20-30 gram dapat dimasukkan ke dalam wadah yang dapat tertutup
rapat
Hati dapat diperiksa secara utuh untuk analisa toksikologi, bila hanya sebagian hati yang
diambil sebagai sampel (100 gr) maka berat total hati harus dicantumkan dalam lembar
permintaan pemeriksaan.
Pada penyalahgunaan bahan pelarut seperti pada penghirup lem, bahan kimia peracun
umumnya dapat ditemukan dalam darah, namun bagi laboratorium dapat membantu bila kita
dapat memberikan sampel paru secara utuh agar gas yang terperangkap dalam paru dapat
dianalisa. Pada keadaan ini paru dimasukkan ke wadah kedap udara seperti kantung nilon
atau kantung polyvinyl klorida.
Pada keracunan logam berat sebagian rambut dapat dipotong atau dicabut beserta akarnya,
bersama dengan potongan kuku karena logam berat ini mengendap pada kuku dan dapat
dianalisa dengan analisa aktivasi neutron untuk melihat hubungan pertumbuhan rambut dan
paparan racun. Paparan racun yang paling baru akan terlihat paling dengan dengan akar atau
pangkal kuku.
http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm