PNEUMOTORAKS DAN
HEMATOPNEUMOTORAKS
Pembimbing:
dr. Rachim, SpBT-KV
Disusun oleh:
Ahmad Zulhazwan
1301-1210-0249
1301-1210-0018
I. KETERANGAN UMUM
Nama
: Tn. P
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
:-
Alamat
: Sukabumi
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Tanggal MRS
: 6 Maret 2011
Tanda vital
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 112x/ menit
Respirasi
: 40x / menit
Suhu
: Afebris
Primary survey:
Airway
: Clear
Breathing
: B/G asimetris
Circulation
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Respirasi
: 40x / menit
Suhu
: Afebris
Status generalis:
Kepala
Leher
Thorax
Status Lokalis:
a/r Hemitoraks dekstra e.t. sinistra:
Terpasang CTT bilateral
WSD kanan: undulasi (+), air bubble (-), produksi 10 cc/24
WSD kiri:
a/r Suprapubic:
Datar lembut, BU (+), NT (+)
LO: kering, merembes (-)
Lab. lengkap
VII. PENATALAKSANAAN
-
Remopain 2 x 1
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad malam
PEMBAHASAN
1. HEMOPNEUMOTORAKS
merupakan
membrane
serosa
yang
melapisi
paru-paru,
mediastinum, diafragma, dan tulang iga. Tersusun dari lapisan mesothelial dan
jaringan ikat. Pleura berisi 2-10 ml cairan sebagai pelumas. Rongga pleura
dibatasi oleh plkeura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis menutupi
permukaan dalam rongga toraks, mediastinum, diafragma, tulang iga, paru-paru,
fissure interlobaris. Pleura viseralis melapisi parenkim paru dan menyebar ke
interlobaris dan fissure aksesorius. Sistem pembuluh darah dari pleura berasal dari
intercostals, internal mamaria, musculo-phrenic, thymic, pericardial dan
bronchial. Sistem limfatik pleura sangat komplek. Sistem syaraf pleura berasal
dari phrenik dan simpatetik (Luschka).2
DEFINISI
Hemopneumotoraks
merupakan
gabungan
dari
hemotoraks
dan
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 20-25% kematian pada jejas thorak disebabkan oleh trauma.
16.000 kematian per tahun di Amerika Serikan berhubungan dengan trauma
thoraks. 60% pada kasus politaruma disertai trauma thoraks. Kejadian hemotoraks
yang berhubungan dengan trauma di AS sekitar 300.000 kasus pertahunnya. 3
KLASIFIKASI
Secara garis besar hemotoraks dibagi berdasarkan etiologinya yaitu ;
Traumatik
: Blunt trauma
Tajam termasuk iatrogenic
MANIFESTASI KLINIK
Perdarahan kedalam rongga pleura dapat terjadi akibat berbagai kerusakan
jaringan pada dinding dada, pleura dan struktur intratorak. Manifestasi klinis dari
hemotoraks tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding
dada. Luka di pleura viserale umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Respon
fisiologi dari hemotoraks dapat bermanifestasi pada dua keadaan yaitu sistem
hemodinamik dan respirasi. Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah
dan kecepatan dari darah yang hilang. Di dalam rongga dada dapat terkumpul
banyak darah tanpa gejala yang menonjol. Kadang gejala dan tanda anemia atau
syok hipovolemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Tanda
syok baru dapat terlihat dengan jelas pada perdarahan lebih dari 30% (15002000ml). Karena rongga pleura pada orang dengan berat badan 70kg dapat
menampung darah sebanyak 4 liter atau lebih, sehingga suatu hemoragik dapat
terjadi tanpa gejala klinis.
Sistem respirasi dapat terganggu akibat efek desak ruang dari akumulasi darah
pada rongga pleura sehingga menyebabkan gangguan ventilasi dan oksigenisasi.
Akumulasi darah pada rongga pleura menimbulkan keluhan dispne
dan takipne. Dispne merupakan gejala yang paling sering muncul
pada
Hemothoraks Traumatik
Gejala dan tanda pada hemothoraks karena trauma tergantung dari jumlah
dan cepatnya perdarahan, penyakit paru yang mendasari, derajat luka dan
mekanisme luka yang terjadi.Hemothorak yang besar biasanya menunjukkan
adanya trauma pada struktur vascular. Terkumpulnya darah dalam jumlah yang
banyak menyebabkan kompresi paru ipsilateral sehingga timbul takipne dan
hipoksemia.
Pada pemeriksaan fisik : adanya luka atau memar, nyeri,krepitus pada
palpasi sepanjang daerah fraktur, deformitas dinding dada, paradoxical gerakan
dinding dada. Dullness pada hemithoraks dan VBS menurun atau hilang pada
daerah hemothoraks.
Hemothoraks yang disebabkan oleh penetrating trauma berasal dari
laserasi pembuluh darah dinding dada. Sering timbul injury parenkim paru dan
terjadi kombinasi hemothorak dan pneumothorak.Perdarahan pada kasus ini dapat
sembuh spontan.
Trauma tumpul
Hemotoraks yang luas
Trauma tajam
Laserasi langsung pada pembuluh darah
Massif hemoragik
kombinasi
hemotoraks
dan
pergerakan paradoksal
Hemothoraks nontraumatik
Gejala dan tanda tergantung dari proses patologi yang mendasari.
Perdarahan pada rongga pleura biasanya lambat sehingga tidak tampak perubahan
hemodinamik. Namun, bila sudah terjadi efusi yang besar, dispne merupakan
gejala yang paling dominant disertai dengan anemia. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda yang sama dengan suatu effuse.
Hemotorsks yang disertai trauma diafragma harus dicurigai kuat kemungkinan
bersumber
dari trauma intaabdomial. 3,5
PENATALAKSANAAN
Kasus dengan pneumotoraks 70-80% berhasil diatasi dengan tube torakostomi
setelah itu lakukan roentgen foto.
Ukuran CTT dewasa >12 tahun 36-42F dan <12 tahun 24-34F, insersi padaa ICS
6-7 garis posterior aksila
Jumlah darah lebih dari 1000 cc pada torakostomi dalam waktu yang
singkat yang dicurigai massif hemotoraks
Besarnya
Ukuran
Bayangan
Penanganan
Kecil
Rontgen
0-15%
Pemeriksaan Fisik
Gerak
aktif
Sedang
dan
15-35%
tansfusi
Pekak sampai iga
Drainase di ICS
Besar
>35%
VI
dan transfusi
Pekak
sampai
kranial iga VI
Manajemen Postoperasi:
-
KOMPLIKASI
Residual clotting pada rongga toraks
Reekspansi pulmonary edema
Emfiema dan fibrotoraks merupakan respon lambat akibat sekuele dari
hemotoraks. Emfiema terjadi akibat kontaminasi bakteri pada hemotoraks yang
berlanjut menjadi bakteriemi dan syok septic. Fibrotoraks terjadi ketika deposit
fibrin menurtupi kedua pleura parietal dan visceral lalu terjadi proses adesif dan
keterbatasan ekspansi paru akhirnya terjadi atelektasis dan penurunan fungsi paru.
3
Daftar Pustaka :
1. Eggerstedt, Jane. Hemothorax. Division of Cardiothoracic Surgery State of
Universiy Shreveport.2002
Dalam :http//www.emedicine.com/med/topic2915.htm
2. Sjamsuhidajat. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
Jakarta. 1997
3. Schwartz.
Principles
Singapore.1999
of
Surgery.
Seventh
Edition.
McGrawHill.