D. Metode Ephemeris
Metode Hisab Awal Bulan Ephemeris merupakan salah satu metode
hisab awal bulan yang paling popular di kalangan ahli Hisab, terutama di
lingkungan Departemen Agama RI saat ini. Metode ini dimuat dalam buku
Ephemeris Hisab dan Rukyat yang diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1993
oleh Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama
RI. Ephemeris Hisab dan Rukuyat berisi data bulan dan matahari yang
dipersiapkan khusus untuk kepentingan Hisab dan Rukyat.
1. Isi Kandungan Almanak Ephemeris
Buku Ephemeris Hisab Rukyat yang dikeluarkan Departemen Agama
RI, misalnya untuk tahun 2004, berisi data sebagai berikut : 1
a.
Kalender Masehi
b.
Taqwim awal bulan Qamariyah, yang berisi hasil perhitungan ijtima
dan ketinggian hilal pada awal bulan Qamariyah
c.
Fase-fase bulan dan saat gerhana bulan dan matahari
d.
Ketinggian hilal pada saat matahari terbenam di wilayah dunia.
e.
Data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama tahun yang
bersangkutan.
Data yang dibutuhkan untuk hisab awal bulan Qamaraiah adalah data
posisi bulan dan matahari setiap jam, selama satu tahun yang bersangkutan.
Data matahari dan bulan tersebut telah disosialisasikan Badan Hisab Rukyat
Departemen Agama RI melalui progran Hisab by Windows atau Winhisab.
Adapun data matahari dan bulan tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Data matahari dan bulan terdiri dari :
1) Ecliptic Longitude atau Bujur Astronomis Matahari / bulan atau
Taqwimussyam / qamar atau thulus Syams / Qamar, yaitu jarak titik pusat
matahari dari titik Aries (vernal Equinox = Haml), diukur sepanjang
lingkaran ekliptika ( dairatul buruj). Jika nilai bujur Astronomis Matahari
sama dengan nilai Bujur Astronomis Bulan maka terjadi Ijtima. Data ini
diperlukan antara lain dalam ijtima dan gerhana.
2)
Ecliptic Latitude atau lintang Astronomis matahari / bulan atau
ardhusy syams / qamar yaitu jarak titik pusat matahari/bulan dari lingkaran
ekliptika (dairatul buruj). Karena jalannya matahari itu tidak rata, selalu
ada pergeseran ke utara atau ke selatan sedikit dari ekliptka, maka
besarannya selalu mendekati nol. Sedangkan nilai maksimum lintang
astronomi bulan adalah 5 8. Lintang astronomi positif (+) berarti
matahari/bulan berada di utara, nilai negatif berarti berada disebelah
selatan. Jika saat ijtima nilai lintang astronomis bulan sama / hampir sama
1
85
persis dengan nilai lintang astronomis matahari, maka akan terjadi gerhana
matahari. Data ini diperlukan antara lain ijtima dan gerhana.
3) Apparent Right Ascention atau Asensio Rekta Matahari / bulan atau
panjatan tegak atau As Shuudul Mustaqim atau mathaliul Baladiyah, yaitu
jarak antara suatu benda langit dari titik Aries, diukur sepanjang lingkaran
equator (dairatul muaddalin nahar). Data ini diperlukan antara lain dalam
perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana.
4)
Apparent Declination atau deklinasi matahari/bulan (mailus
Syam / Qamar) adalah jarak antara matahari / bulan dari equator diukur
sepanjang lingkaran deklinasi, yaitu lingkaran besar yang mengelilingi bola
langit dan melalui titik kutub langit (KU-KS). Nilai deklinasi positif berarti
matahari / bulan di utara garis Equator, sebaliknya nilai negatif berarti
matahari/bulan berada di selatan garis Equator. Data ini diperlukan untuk
penentuan waktu shalat, bayang-bayang kiblat, ketinggian hilal, ijtima,
gerhana.
5)
Semi diameter atau jari-jari matahari/bulan (Nisfu Quthr), yaitu
jarak antara titik pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya. Nilai semi
diameter bulan rata-rata 15 sebab piringan bulatan bulan penuh adalah
sekitar 30 (0,5 derajat). Data ini diperlukan untuk perhitungan ketinggian
piringan atas (upper limb) hilal, menghitung secara tepat saat matahari atau
bulan terbenam atau terbit.
b. Data Matahari :
1) True Geocentric (jarak geocentric), yaitu jarak antara bumi dan matahari,
Nilai pada data ini merupakan jarak rata-rata bumi dan matahari, sekitar
150 juta km. Karena bumi mengelilingi matahari dalam bentuk ellips, maka
jarak bumi-matahari tidak selalu sama. Jarak terdekat (perigee/hadlidl)
sedangkan jarak terjauh disebut (apogee/al-Auj). Data ini untuk menghitung
gerhana.
2) True Obliquity atau kemiringan ekliptika (mail kully hakiki), yaitu besarnya
sudut kemiringan antara equator (muaddalun nahar ) dan ekliptika
(dairatul buruj). Data ini untuk menghitung ijtima dan gerhana.
3) Equation of time (perata waktu), yaitu selisih antara waktu kulminasi
matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Bumi berputar
pada sumbunya rata-rata 24 jam sekali putaran, tetapi ternyata kecepatan
perputaran ini tidak selalu sama, sehingga saat kulminasinyapun selalu
berubah-ubah. Perubahan-perubahan ini disebut perata waktu (tadil alwaqt). Data ini diperlukan dalam menghisab waktu shalat.
c. Data Bulan.
1) Parallax (ikhtilaful manzhar), yaitu sudut antara garis yang ditarik dari titik
pusat bulan ke titik pusat bumi dengan garis dari titik pusat bulan ke mata
pengamat, atau paralax adalah sudut yang memisahkan titik pusat bumi
dengan mata pengamat. Sedangkan Horizontal parallax (Hp) adalah
Parallax dari bulan yang sedang berada persis di garis ufuq. Semakin
mendekati titik zenith (sumtul-ras) nilai parallax suatu benda semakin kecil,
dan pada posisi zenith nilainya nol, pada posisi ufuq nilainya paling besar.
Di samping itu nilai parallax tergantung pula pada jarak benda langit
86
dengan mata pengamat (bumi). Semakin jauh, makin kecil nilainya. Nilai
parallax matahari sangat kecil, bahkan dapat diabaikan sebab jarak
matahari - bulan sangat jauh, berbeda dengan jarak antara bulan bumi.
Data Horizontal Parallax ini diperlukan untuk mengkoreksi perhitungan
ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi ketinggian mari (visible
altitude).
2) Angle bright limb atau sudut kemiringan hilal yaitu sudut kemiringan sinar
hilal yang tampak, akibat kemiringan terhadap matahari. Sudut waktu ini
diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik zenith
(sumtul-ras) ke garis yang dihubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat
matahari dengan arah yang sesuai dengan perputaran jarum jam.
3) Fraction Illumination yaitu besarnya piringan hilal yang menerima sinar
matahari dan menghadap ke bumi. Jika seluruh piringan bulan menerima
sinar terlihat di bumi, yaitu Bulan Purnama (al-Badr), nilai Fraction Illumnya
adalah satu. Apabila bumi, bulan dan matahari berada pada satu garis
lurus, maka akan terjadi Gerhana Matahari Total, nilainya nol. Setelah bulan
purnama nilai Fraction Illumnya (cahaya bulan) semakin mengecil sampai
yang paling kecil bahkan sampai habis, yaitu saat terjadi ijtima akhir bulan.
Disamping data matahari dan bulan sebagaimana keterangan di atas,
yang juga dibutuhkan untuk menghitung awal bulan adalah data refraksi dan
kerendahan ufuk.
1)
Refraksi adalah pembiasan cahaya besarnya penampakan cahaya
bulan-hilal karena melalui atmosfir bumi, sehingga penampakan hilal dari
bumi menjadi bergeser sebesar refraksi tersebut.
2)
Harga kerendahan ufuk ini dapat dicari dengan rumus D = 1.76
ketinggian tempat / 60. Dengan demikian kerendahan ufuk tergantung
pada pengaruh ketinggian tempat observasi.
2. Cara Mengambil Data dari Ephemeris
a.
: Deklinasi matahari = - 6o 57 57
Deklinasi bulan
= - 11o 18 28
Penyisipan / Interpolasi
Data Matahari dan Bulan dalam Almanak ini disajikan pada setiap
jam, untuk memperoleh data pecahan jam, diperlukan langkah-langkah
penyisipan/ interpolasi. Dengan rumus :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
Contoh :
Mencari Asensio Rekta Matahari jam 17.26 WIB tanggal 11 Oktober 2007
Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, yakni :
GMT = WIB - 7 jam, maka :
GMT = 17.26 WIB - 7 jam = 10.26 GMT.
Jadi jam 17.26 WIB = 10.26 GMT.
Langkah 2 : Mencari Asensio Rekta Matahari jam 10.26 GMT berikut :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A = Data pada jam 10 GMT = 196 o 19 42"
B = Data pada jam 11 GMT = 196 o 22 00"
C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26
I = Interval dari jam 10.00 11.00 = 1
Maka hasil interpolasi adalah :
196 o 19 42" (196 o 19 42" - 196 o 22 00") x 0 o 26 ' : 1
88
= 196 o 19 49.8"
Contoh :
Mencari Deklinasi Bulan pada jam 17.26 WIB tanggal 11 Oktober 2007
Mencari Deklinasi Bulan pada jam 10:26 GMT berikut :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A = Data pada jam 10 GMT = - 11 o 05 23
B = Data pada jam 11 GMT = - 11 o 18 28
C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26
I = Interval dari jam 10.00 11.00 = 1
Maka hasil interpolasi adalah :
- 11 o 05 23 ((- 11 o 05 23) - (- 11 o 18 28)) x 0 o 26 / 1
= - 11 o 11 3.17
Catatan :
1. Perhitungan bisa dibulatkan sampai satuan detik.
2. Hati-hati dengan tanda (+) atau () pada setiap perubahan data.
Hisab Awal Bulan dengan Metode Hisab Rukyat Ephemeris
Perhitungan Awal bulan Qomariah misalnya Awal Bulan SHOFAR
1435 H. dengan metode Hisab Ephemeris, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memperkirakan terjadi ijtima' Awal bulan SHOFAR 1435 H. dengan
menggunakan perbandingan tarikh. Perkiraan yang dilakukan ini
berguna untuk mendapatkan data matahari dan bulan yang dibutuhkan
untuk konteks menghitung awal bulan SHOFAR 1435 H. (BERTEPATAN
PADA TANGGAL BERAPA 29 MUHARAM 1435 H ?)
2. Mencari saat terjadi ijtima' awal bulan SHOFAR 1435 H. Saat ijtima' ini
sangat penting untuk mengetahui kapan kemungkinan akan terjadi
pergantian bulan baru.
3. Mencari situasi dan kondisi hilal awal bulan SHOFAR 1435 H, termasuk
untuk mengetahui kemungkinan hilal dapat dirukyat atau tidak.
Sekaligus situasi dan kondisi hilai awal bulan ini sangat penting untuk
menarik kesimpulan tentang akan terjadinya bulan baru.
Contoh Hisab Awal Bulan MUHARRAM 1435 H :
1.
1434 1
= 1433 Tahun
1433 / 30 = 47 siklus + 23 tahun
29 Dzulhijjah 1434 = 47 siklus + 23 tahun + 0 bulan + 29 hari
47
23
0
29
siklus
tahun
bulan
hari
= 47 x 10631
= 23 x 354 + 8 (8 tahun kabisat)
= ( 6 x 30 ) + ( 5 x 29 )
=
=
=
=
499657
8150
325
29
508161
= 227016
735177
=
13
735190
735190 / 1461
503 x 4 Tahun
307 hari / 365
307 hari
Jumlah
=
=
=
=
=
Dibaca
735177 : 7
735177 : 5
hari
hari
hari
hari +
hari
hari +
hari
hari +
hari
:
Fraction Illuimination Bulan
Ecliptic Longitude Matahari
Apparent Longitude Bulan
3
a) FIB terkecil yaitu 0,00001 yang terjadi pada jam 13 GMT tgl 3
November 2013
b)
ELM pada jam 13 GMT adalah 221 13 24
90
=
=
=
221 56 24
221 20 580 35 26
+7
221 13 24
0 05 30
Shift
221 20 58
0 35 26
Tampil di layar 20 : 15 : 10,02
WIB
0o -
S.d - Refr -
= 0 o - 0 16 07,40 - 0 34 30 - 0 19 16,79
= - 1 9 54,19
=
=
=
=
- 7o 10 11,1
x
- 1 9 54,19
Sin
/
cos
o
93 10 27
t = 93o 10 27
(3) Mencari Saat Matahari Terbenam, dengan Rumus :
( t / 15 ) + ( 12 - e ) + KWD
92
93o 10 27 / 15
Kulminasi
Eq. of time ( e )
L M T (Local Mean Time)
KWD = ((105-112 37 2,5 ) / 15 )
WIB
Koreksi bujur GMT
Jam GMT
= 6j
= 12j
18j
= 00
= 17
=- 0
= 17
= 7
= 10
12 m 41,8 d
00m 0.0d +
12m 41,8d
16 29
56 12,8
30 28,17 +
25 44,63
00 00
25 44,63
=
=
=
=
AR jam 10 GMT
AR jam 11 GMT
kelebihan menit pada jam 10.00
Interval antara 10.00 dan 11.00
=
=
=
=
218o 43 04
218o 45 32
00 : 25 : 44,63
1
=
=
=
=
Ar +
= 94o 25 6.1
(5) Menetapkan Tinggi Hilal Mari (h). dengan langkah-langkah :
a) Mencari deklinasi bulan (d) :
Interpolasi : A - ( A B ) x C / I
A
B
C
I
=
=
=
=
=
=
=
=
- 14 31 17
- 14o 39 20
00 : 25 : 44,63
1
P
d
t
= - 7o 10 11,1
= - 14o 39 20
= 94o 25 6.1
(
+
Sin
Cos
- 14o 39 20
shift
- 7o 10 11,1
- 7o 10 11,1
cos
94o 25 6.1
x
x
sin
cos
exe
h = - 2o 25 42,37
c)
0o 59
3,81
- 2o 25 42,37
00o 59 07
3 24 49,37
= 0 16 07,40 =
=
94
Refraksi 3 26 00,74
Dip ( kerendahan ufuq )
h( tinggi mari )
6)
3 8 41,97
= 0 12 30
= 0 19 16,79 +
= 4o 18 59,5
atau
h x 4 menit
=
=
=
=
=
=
=
=
0.00019
0.00008
00 : 25 : 44,63
1
p = - 7o 10 11.1
d = - 15o 10 59
t = 93o 10 27
tan
)
sin
o
93 10 27
+
cos
o
15 10 59
/
sin
o
shift
7o 10 11.1
/
o
7 10 11.1
x
o
93 10 27
(
o
-15 27 39.22
2) Azimut Bulan
Data Bulan :
p
d
t
= - 7o 10 11.1
= - 14o 39 20
= 94o 25 6.1
tan
(
sin
7o 10 11.1
94o 25 6.1
+
cos
7o 10 11.1
14o 39 20
/
sin
94o 25 6.1
o
shift
/
x
)
=
-15o 27 39.22
o
-15 6 13,04=
0o 21 26.18
Letak dan posisi hilal berada di belahan bumi selatan dan di atas
matahari sedikit di sebelah selatan matahari sejauh 0o 21 26.18
dengan keadaan miring ke selatan.
10. K e s i m p u l a n :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
96