Anda di halaman 1dari 12

HISAB AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H.

D. Metode Ephemeris
Metode Hisab Awal Bulan Ephemeris merupakan salah satu metode
hisab awal bulan yang paling popular di kalangan ahli Hisab, terutama di
lingkungan Departemen Agama RI saat ini. Metode ini dimuat dalam buku
Ephemeris Hisab dan Rukyat yang diterbitkan setiap tahun sejak tahun 1993
oleh Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama
RI. Ephemeris Hisab dan Rukuyat berisi data bulan dan matahari yang
dipersiapkan khusus untuk kepentingan Hisab dan Rukyat.
1. Isi Kandungan Almanak Ephemeris
Buku Ephemeris Hisab Rukyat yang dikeluarkan Departemen Agama
RI, misalnya untuk tahun 2004, berisi data sebagai berikut : 1
a.
Kalender Masehi
b.
Taqwim awal bulan Qamariyah, yang berisi hasil perhitungan ijtima
dan ketinggian hilal pada awal bulan Qamariyah
c.
Fase-fase bulan dan saat gerhana bulan dan matahari
d.
Ketinggian hilal pada saat matahari terbenam di wilayah dunia.
e.
Data posisi bulan dan matahari setiap jam, selama tahun yang
bersangkutan.
Data yang dibutuhkan untuk hisab awal bulan Qamaraiah adalah data
posisi bulan dan matahari setiap jam, selama satu tahun yang bersangkutan.
Data matahari dan bulan tersebut telah disosialisasikan Badan Hisab Rukyat
Departemen Agama RI melalui progran Hisab by Windows atau Winhisab.
Adapun data matahari dan bulan tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Data matahari dan bulan terdiri dari :
1) Ecliptic Longitude atau Bujur Astronomis Matahari / bulan atau
Taqwimussyam / qamar atau thulus Syams / Qamar, yaitu jarak titik pusat
matahari dari titik Aries (vernal Equinox = Haml), diukur sepanjang
lingkaran ekliptika ( dairatul buruj). Jika nilai bujur Astronomis Matahari
sama dengan nilai Bujur Astronomis Bulan maka terjadi Ijtima. Data ini
diperlukan antara lain dalam ijtima dan gerhana.
2)
Ecliptic Latitude atau lintang Astronomis matahari / bulan atau
ardhusy syams / qamar yaitu jarak titik pusat matahari/bulan dari lingkaran
ekliptika (dairatul buruj). Karena jalannya matahari itu tidak rata, selalu
ada pergeseran ke utara atau ke selatan sedikit dari ekliptka, maka
besarannya selalu mendekati nol. Sedangkan nilai maksimum lintang
astronomi bulan adalah 5 8. Lintang astronomi positif (+) berarti
matahari/bulan berada di utara, nilai negatif berarti berada disebelah
selatan. Jika saat ijtima nilai lintang astronomis bulan sama / hampir sama
1

Departemen Agama RI, Epemeris Hisab Rukyat 2004, Jakarta : Direktorat


Pembinaan Badan Peradilan Agama.

85

persis dengan nilai lintang astronomis matahari, maka akan terjadi gerhana
matahari. Data ini diperlukan antara lain ijtima dan gerhana.
3) Apparent Right Ascention atau Asensio Rekta Matahari / bulan atau
panjatan tegak atau As Shuudul Mustaqim atau mathaliul Baladiyah, yaitu
jarak antara suatu benda langit dari titik Aries, diukur sepanjang lingkaran
equator (dairatul muaddalin nahar). Data ini diperlukan antara lain dalam
perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana.
4)
Apparent Declination atau deklinasi matahari/bulan (mailus
Syam / Qamar) adalah jarak antara matahari / bulan dari equator diukur
sepanjang lingkaran deklinasi, yaitu lingkaran besar yang mengelilingi bola
langit dan melalui titik kutub langit (KU-KS). Nilai deklinasi positif berarti
matahari / bulan di utara garis Equator, sebaliknya nilai negatif berarti
matahari/bulan berada di selatan garis Equator. Data ini diperlukan untuk
penentuan waktu shalat, bayang-bayang kiblat, ketinggian hilal, ijtima,
gerhana.
5)
Semi diameter atau jari-jari matahari/bulan (Nisfu Quthr), yaitu
jarak antara titik pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya. Nilai semi
diameter bulan rata-rata 15 sebab piringan bulatan bulan penuh adalah
sekitar 30 (0,5 derajat). Data ini diperlukan untuk perhitungan ketinggian
piringan atas (upper limb) hilal, menghitung secara tepat saat matahari atau
bulan terbenam atau terbit.
b. Data Matahari :
1) True Geocentric (jarak geocentric), yaitu jarak antara bumi dan matahari,
Nilai pada data ini merupakan jarak rata-rata bumi dan matahari, sekitar
150 juta km. Karena bumi mengelilingi matahari dalam bentuk ellips, maka
jarak bumi-matahari tidak selalu sama. Jarak terdekat (perigee/hadlidl)
sedangkan jarak terjauh disebut (apogee/al-Auj). Data ini untuk menghitung
gerhana.
2) True Obliquity atau kemiringan ekliptika (mail kully hakiki), yaitu besarnya
sudut kemiringan antara equator (muaddalun nahar ) dan ekliptika
(dairatul buruj). Data ini untuk menghitung ijtima dan gerhana.
3) Equation of time (perata waktu), yaitu selisih antara waktu kulminasi
matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Bumi berputar
pada sumbunya rata-rata 24 jam sekali putaran, tetapi ternyata kecepatan
perputaran ini tidak selalu sama, sehingga saat kulminasinyapun selalu
berubah-ubah. Perubahan-perubahan ini disebut perata waktu (tadil alwaqt). Data ini diperlukan dalam menghisab waktu shalat.
c. Data Bulan.
1) Parallax (ikhtilaful manzhar), yaitu sudut antara garis yang ditarik dari titik
pusat bulan ke titik pusat bumi dengan garis dari titik pusat bulan ke mata
pengamat, atau paralax adalah sudut yang memisahkan titik pusat bumi
dengan mata pengamat. Sedangkan Horizontal parallax (Hp) adalah
Parallax dari bulan yang sedang berada persis di garis ufuq. Semakin
mendekati titik zenith (sumtul-ras) nilai parallax suatu benda semakin kecil,
dan pada posisi zenith nilainya nol, pada posisi ufuq nilainya paling besar.
Di samping itu nilai parallax tergantung pula pada jarak benda langit
86

dengan mata pengamat (bumi). Semakin jauh, makin kecil nilainya. Nilai
parallax matahari sangat kecil, bahkan dapat diabaikan sebab jarak
matahari - bulan sangat jauh, berbeda dengan jarak antara bulan bumi.
Data Horizontal Parallax ini diperlukan untuk mengkoreksi perhitungan
ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi ketinggian mari (visible
altitude).
2) Angle bright limb atau sudut kemiringan hilal yaitu sudut kemiringan sinar
hilal yang tampak, akibat kemiringan terhadap matahari. Sudut waktu ini
diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik zenith
(sumtul-ras) ke garis yang dihubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat
matahari dengan arah yang sesuai dengan perputaran jarum jam.
3) Fraction Illumination yaitu besarnya piringan hilal yang menerima sinar
matahari dan menghadap ke bumi. Jika seluruh piringan bulan menerima
sinar terlihat di bumi, yaitu Bulan Purnama (al-Badr), nilai Fraction Illumnya
adalah satu. Apabila bumi, bulan dan matahari berada pada satu garis
lurus, maka akan terjadi Gerhana Matahari Total, nilainya nol. Setelah bulan
purnama nilai Fraction Illumnya (cahaya bulan) semakin mengecil sampai
yang paling kecil bahkan sampai habis, yaitu saat terjadi ijtima akhir bulan.
Disamping data matahari dan bulan sebagaimana keterangan di atas,
yang juga dibutuhkan untuk menghitung awal bulan adalah data refraksi dan
kerendahan ufuk.
1)
Refraksi adalah pembiasan cahaya besarnya penampakan cahaya
bulan-hilal karena melalui atmosfir bumi, sehingga penampakan hilal dari
bumi menjadi bergeser sebesar refraksi tersebut.
2)
Harga kerendahan ufuk ini dapat dicari dengan rumus D = 1.76
ketinggian tempat / 60. Dengan demikian kerendahan ufuk tergantung
pada pengaruh ketinggian tempat observasi.
2. Cara Mengambil Data dari Ephemeris
a.

Waktu yang dipergunakan.


Data matahari dan bulan tersebut diatas disajikan berdasarkan waktu
Greenwich atau yang terkenal dengan waktu GMT (Greenwich Mean Time).
Untuk merubah GMT menjadi waktu-waktu daerah di Indonesia:
WIB = GMT + 7 jam atau sebaliknya
GMT = WIB - 7 jam
WITA = GMT + 8 jam atau
GMT = WITA - 8 jam
WIT = GMT + 9 jam atau
GMT = WIT - 9 jam
Berdasarkan keputuan Presiden RI No. 41 / 1987 tentang
pembagian wilayah RI menjadi tiga wilayah, yaitu Waktu Indonesia Barat
(WIB) dengan titik pusat meridian (bujur) 105 BT; sedangkan Waktu
Indonesia Tengah (WITA) dengan titik pusat meridian (bujur) 120 BT, dan
Waktu Indonesia Timur (WIT) dengan titik pusat meridian (bujur) 135 BT.
Sedangkan yang termasuk wilayah WIB adalah seluruh Provinsi
Sumatra, seluruh Provinsi Jawa dan Madura, seluruh Provinsi Kalimantan
Barat, seluruh Provinsi Kalimantan Tengah. WITA meliputi: seluruh Provinsi
Kalimantan Timur, seluruh Provinsi Kalimantan Selatan, seluruh Provinsi Bali,
87

seluruh Provinsi Nusatenggara Barat, Seluruh Provinsi Nusatenggara Timur,


seluruh Provinsi Timut-Timur, seluruh Provinsi Sulawesi. dan WIT adalah
seluruh Provinsi Maluku, seluruh Provinsi Papua.
Untuk mencari data matahari / bulan bagi wilayah Indonesia, waktuwaktu daerah di Indonesia, terlebih dahulu harus diubah menjadi GMT.
Waktu standar 105o (WIB), 120o (WITA) dan 135o (WIT).
Contoh :
Mencari deklinasi matahari dan bulan pada jam 18.00 WIB tanggal 11
Oktober 2007 M.
Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, dengan rumus :
GMT = WIB - 7 jam, maka :
GMT = 18.00 - 7 jam = 11.00.
Jadi jam 18.00 WIB
= jam 11.00 GMT.
Langkah 2 : Mencari data deklinasi matahari dan bulan tanggal 11 Oktober
2007, jam 11.00 GMT.
Hasilnya
3.

: Deklinasi matahari = - 6o 57 57
Deklinasi bulan
= - 11o 18 28

Penyisipan / Interpolasi
Data Matahari dan Bulan dalam Almanak ini disajikan pada setiap
jam, untuk memperoleh data pecahan jam, diperlukan langkah-langkah
penyisipan/ interpolasi. Dengan rumus :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
Contoh :
Mencari Asensio Rekta Matahari jam 17.26 WIB tanggal 11 Oktober 2007
Langkah 1 : Merubah WIB menjadi GMT, yakni :
GMT = WIB - 7 jam, maka :
GMT = 17.26 WIB - 7 jam = 10.26 GMT.
Jadi jam 17.26 WIB = 10.26 GMT.
Langkah 2 : Mencari Asensio Rekta Matahari jam 10.26 GMT berikut :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A = Data pada jam 10 GMT = 196 o 19 42"
B = Data pada jam 11 GMT = 196 o 22 00"
C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26
I = Interval dari jam 10.00 11.00 = 1
Maka hasil interpolasi adalah :
196 o 19 42" (196 o 19 42" - 196 o 22 00") x 0 o 26 ' : 1
88

= 196 o 19 49.8"
Contoh :
Mencari Deklinasi Bulan pada jam 17.26 WIB tanggal 11 Oktober 2007
Mencari Deklinasi Bulan pada jam 10:26 GMT berikut :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A = Data pada jam 10 GMT = - 11 o 05 23
B = Data pada jam 11 GMT = - 11 o 18 28
C = Sisa menit yang belum diperhitungkan = 00:26
I = Interval dari jam 10.00 11.00 = 1
Maka hasil interpolasi adalah :
- 11 o 05 23 ((- 11 o 05 23) - (- 11 o 18 28)) x 0 o 26 / 1
= - 11 o 11 3.17
Catatan :
1. Perhitungan bisa dibulatkan sampai satuan detik.
2. Hati-hati dengan tanda (+) atau () pada setiap perubahan data.
Hisab Awal Bulan dengan Metode Hisab Rukyat Ephemeris
Perhitungan Awal bulan Qomariah misalnya Awal Bulan SHOFAR
1435 H. dengan metode Hisab Ephemeris, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memperkirakan terjadi ijtima' Awal bulan SHOFAR 1435 H. dengan
menggunakan perbandingan tarikh. Perkiraan yang dilakukan ini
berguna untuk mendapatkan data matahari dan bulan yang dibutuhkan
untuk konteks menghitung awal bulan SHOFAR 1435 H. (BERTEPATAN
PADA TANGGAL BERAPA 29 MUHARAM 1435 H ?)
2. Mencari saat terjadi ijtima' awal bulan SHOFAR 1435 H. Saat ijtima' ini
sangat penting untuk mengetahui kapan kemungkinan akan terjadi
pergantian bulan baru.
3. Mencari situasi dan kondisi hilal awal bulan SHOFAR 1435 H, termasuk
untuk mengetahui kemungkinan hilal dapat dirukyat atau tidak.
Sekaligus situasi dan kondisi hilai awal bulan ini sangat penting untuk
menarik kesimpulan tentang akan terjadinya bulan baru.
Contoh Hisab Awal Bulan MUHARRAM 1435 H :
1.

Memperkirakan ijtima awal bulan MUHARRAM 1435 H,


dengan menggunakan Perbandingan Tarikh. Sebagai berikut :
29 DZULHIJJAH 1434 H = berapa Masehinya ?
89

1434 1
= 1433 Tahun
1433 / 30 = 47 siklus + 23 tahun
29 Dzulhijjah 1434 = 47 siklus + 23 tahun + 0 bulan + 29 hari
47
23
0
29

siklus
tahun
bulan
hari

= 47 x 10631
= 23 x 354 + 8 (8 tahun kabisat)
= ( 6 x 30 ) + ( 5 x 29 )

Selisih Hijriyah dan Masehi


Anggaran Gregrorius XIII
503
2012
0
0
2012

=
=
=
=

499657
8150
325
29
508161
= 227016
735177
=
13
735190

735190 / 1461
503 x 4 Tahun
307 hari / 365
307 hari
Jumlah

=
=
=
=
=

Dibaca

= tanggal 3 November 2013 M.

735177 : 7
735177 : 5

= 105025 sisa 2 hari = Ahad


= 147035 sisa 2 hari = Legi

hari
hari
hari
hari +
hari
hari +
hari
hari +
hari

daur + 307 hari


tahun
tahun + 307 hari
tahun + 10 bulan + 3 hari
tahun + 10 bulan + 3 hari

29 Dzulhijjah 1435 H = Ahad Legi, tanggal 3 November 2013 M.


2. Mencari saat ijtima dengan data Ephemeris, dengan langkahlangkah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Mencari FIB. terkecil pada bulan Desember 2013


Mencari ELM. dan ALB sesuai dengan jam FIB terkecil
Mencari Sabak Matahari (SM), dan Sabak Bulan (SB) perjam
Mencari Saat Ijtima dengan rumus sebagai berikut :
Jam FIB + (( ELM ALB ) / ( SB SM )) + 7 Jam WIB
Jam FIB + ((ELM1 ALB1 ) / ((ALB2 - ALB1) (ELM2-ELM1))) +
7 Jam
Keterangan
FIB
=
ELM
=
ALB
=

:
Fraction Illuimination Bulan
Ecliptic Longitude Matahari
Apparent Longitude Bulan

3
a) FIB terkecil yaitu 0,00001 yang terjadi pada jam 13 GMT tgl 3
November 2013
b)
ELM pada jam 13 GMT adalah 221 13 24
90

ALB pada jam 13 GMT adalah 221 20 58


c) SM = ELM jam 14 GMT
= 221 18 54
jam 13 GMT
= 221 13 24Sabak Matahari (SM)
=
0 05 30
SB = ALB jam 14 GMT
jam 13 GMT
Sabak Bulan (SB)

=
=
=

221 56 24
221 20 580 35 26

d) Jam 13 +((221 13 24 - 221 20 58) / (0 05 30- 0 35 26)) +7


Jam (WIB)
= 20 j 15 m 10,02 d WIB
Operasional kalkulator tipe casio fx 4500 (dan sejenisnya), tekan secara
berurutan :
13

+7

221 13 24
0 05 30

Shift

221 20 58

0 35 26
Tampil di layar 20 : 15 : 10,02
WIB

Jadi : Ijtima al-hilal awal bulan MUHARRAM 1435 H. terjadi jam 20 : 15 :


10,02 WIB, tanggal 3 NOVEMBER 2013.
3. Mencari Posisi dan Situasi Hilal Awal Bulan MUHARRAM H., dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Menetapkan markas hisab dan rukyat, serta data astronominya.
(2) Mencari sudut waktu Matahari saat matahari terbenam.
(3) Mencari Saat Matahari Terbenam.
(4) Mencari sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam.
(5) Mencari ketinggian Hilal Mari saat Matahari terbenam.
(6) Mencari Mukuts Hilal.
(7) Mencari Besarnya Nurul Hilal
(8) Mencari Azimut Matahari dan Bulan.
(9) Mencari Letak dan Keadaan Hilal.
Proses Perhitungan
(1)Menetapkan markas hisab / rukyat, serta data astronominya.
Markas hisab ditetapkan berdasarkan pilihan tempat yang akan
digunakan untuk melaksanakan rukyatul hilal. Misalnya lokasi rukyat
CONDRODIPO, GRESIK, dengan data :
Lintang tempat ( = phi )
= - 7o 10 11,1 (LS)
Bujur tempat ( = lamda ) = 112o 37 2,5 (BT)
Tinggi tempat ( h )
= 120 meter di atas air laut.
91

(2) Menetapkan sudut Matahari, saat Matahari terbenam,


tanggal 3 NOVEMBER 2013, dengan cara :
a) Mencari data matahari saat terbenam, yaitu sekitar jam 18.00 WIB
atau 11.00 GMT, yakni data yang dibutuhkan meliputi :
Deklinasi (d) matahari jam 11.00 GMT = - 15o 10 59
Equation of time (e) matahari
= 0 j 16m 29d
D (Dip)
= (1.76 120) / 60
= 0 19 16,79
Refraksi (ref) untuk 0
= 0 34 30
Semi diameter ( s.d )
= 0 16 07,40
b) Mencari tinggi matahari saat terbenam (h) dengan rumus :
h =
Dip
h
h
c)

0o -

S.d - Refr -

= 0 o - 0 16 07,40 - 0 34 30 - 0 19 16,79
= - 1 9 54,19

Mencari sudut waktu saat matahari terbenam, dengan rumus :


Cos t = - tan p x tan d + sin h / cos p / cos
d
t
p
d
h
Data :

=
=
=
=

sudut waktu matahari


Lintang tempat
Deklinasi Matahari
Tinggi Matahari saat terbenam
p = - 7o 10 11,1
d = - 15o 10 59
h = - 1 9 54,19

Operasional kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan :


Shift cos
(
tan
o
tan
- 15 10 59
+
o
/
cos
- 7 10 11,1
o
- 15 10 59
) Exe
shift

- 7o 10 11,1
x
- 1 9 54,19
Sin
/
cos
o

93 10 27

t = 93o 10 27
(3) Mencari Saat Matahari Terbenam, dengan Rumus :
( t / 15 ) + ( 12 - e ) + KWD

92

93o 10 27 / 15
Kulminasi
Eq. of time ( e )
L M T (Local Mean Time)
KWD = ((105-112 37 2,5 ) / 15 )
WIB
Koreksi bujur GMT
Jam GMT

= 6j
= 12j
18j
= 00
= 17
=- 0
= 17
= 7
= 10

12 m 41,8 d
00m 0.0d +
12m 41,8d
16 29
56 12,8
30 28,17 +
25 44,63
00 00
25 44,63

Jadi Matahari terbenam tgl 3 November 2013 di Condrodipo Gresik


pada :
jam 17 : 25 : 44,63 WIB. atau jam 10 : 25 : 44,63 GMT
(4)

Menetapkan sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam (yaitu :


jam 10 : 25 : 44,63 GMT), dengan langkah-langkah :
a) Mencari Asensio Rekta Matahari (AR):
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A
B
C
I

=
=
=
=

AR jam 10 GMT
AR jam 11 GMT
kelebihan menit pada jam 10.00
Interval antara 10.00 dan 11.00

=
=
=
=

218o 43 04
218o 45 32
00 : 25 : 44,63
1

Maka hasil interpolasi adalah :


218o 43 04 - (218o 43 04- 218o 45 32) x 00 : 25 : 44,63 / 1
= 218o 44 7,5
b)Asensio Rekta Bulan (AR):
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A
B
C
I

=
=
=
=

ARjam 10 GMT = 217o 14 09


ARjam 11 GMT = 217o 49 52
kelebihan menit pada jam 10.00 = 00 : 25 : 44,63
Interval antara 10.00 dan 11.00 = 1

Maka hasil interpolasi adalah :


217o 14 09 - (217o 14 09 - 217o 49 52) x 00 : 25 : 44,63 / 1
= 217o 29 28,4
c) Mencari Sudut Waktu Bulan ( t) saat Matahari terbenam.
t = Ar

Ar +

t = 218o 44 7,5 - 217o 29 28,4 + 93o 10 27


93

= 94o 25 6.1
(5) Menetapkan Tinggi Hilal Mari (h). dengan langkah-langkah :
a) Mencari deklinasi bulan (d) :
Interpolasi : A - ( A B ) x C / I
A
B
C
I

=
=
=
=

d Jam 10.00 GMT


d Jam 11.00 GMT
kelebihan menit pada jam 10.00
Interval antara 10.00 dan 11.00

=
=
=
=

- 14 31 17
- 14o 39 20
00 : 25 : 44,63
1

Maka hasil interpolasi adalah :


- 14o 39 20 - ((- 14o 39 20) (- 14o 39 20)) x 00 : 25 : 44,63 / 1
= - 14o 39 20
b) Mencari tinggi hakiki bulan (h). Rumus :
Sin h= Sin p x Sin d + Cos p x Cos dx Cos t
Data :

P
d
t

= - 7o 10 11,1
= - 14o 39 20
= 94o 25 6.1

Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan :


Shift
Sin
o
- 14 39 20

(
+

Sin
Cos

- 14o 39 20
shift

- 7o 10 11,1
- 7o 10 11,1
cos

94o 25 6.1

x
x

sin
cos

exe

Tampil pada layar - 2o 25 42,37

h = - 2o 25 42,37
c)

Mencari tinggi mari ( lihat ) bulan (h), dengan rumus :


h = h- Parallax - s.d + Ref + Dip
Parallax = Hp (Horizontal parallax) X Cos h
= 00o 59 07 x Cos - 2o 25 42,37=
h(tinggi hakiki)
Parallax
Sd (semi diameter)

0o 59

3,81

- 2o 25 42,37
00o 59 07
3 24 49,37
= 0 16 07,40 =
=

94

Refraksi 3 26 00,74
Dip ( kerendahan ufuq )
h( tinggi mari )
6)

3 8 41,97
= 0 12 30
= 0 19 16,79 +
= 4o 18 59,5

Menetapkan Mukuts ( lama hilal di atas ufuq ), dengan


rumus :
H/ 15

atau

h x 4 menit

Mukuts = 4o 18 59,5 / 15 = 17 menit 15,97 detik


7)

Mencari Besarnya Cahaya


Besarnya cahaya hilal dapat dicari dengan melakukakan interpolasi
FIB (friction illuminision bulan) saat matahari terbenam di kalikan ( x )
100 % sebagai berikut :
Interpolasi : A - ( A - B ) x C / I
A
B
C
I

=
=
=
=

FIB jam 10 GMT


FIB jam 11 GMT
kelebihan menit pada jam 10.00
Interval antara 10.00 dan 11.00

=
=
=
=

0.00019
0.00008
00 : 25 : 44,63
1

Maka hasil interpolasi adalah :


0.00019 - (0.00019 0.00008) x 00 : 25 : 44,63 / 1 = 1.428 %
8)

Menetapkan azimut ( Az ) Matahari dan Bulan, dengan


rumus :
Tan A = - Sin p / tan t + Cos p . tan d / Sin t
1) Azimut Matahari
Data Matahari :

p = - 7o 10 11.1
d = - 15o 10 59
t = 93o 10 27

Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan :


Shift
Tan
Tan
Exe

tan
)
sin
o
93 10 27
+
cos
o
15 10 59
/
sin
o
shift

Tampil pada layar

7o 10 11.1
/
o
7 10 11.1
x
o
93 10 27
(
o
-15 27 39.22

Ao = -15o 27 39.22 (diukur dari titik barat ke titik selatan)


95

2) Azimut Bulan
Data Bulan :

p
d
t

= - 7o 10 11.1
= - 14o 39 20
= 94o 25 6.1

Kalkulator tipe casio fx 4500, tekan secara berurutan:


Shift
tan
tan
exe

tan
(
sin
7o 10 11.1
94o 25 6.1
+
cos
7o 10 11.1
14o 39 20
/
sin
94o 25 6.1
o
shift

Tampil pada layar - 11 o 12 9.4

/
x
)

A = -15o 6 13,04 (diukur dari titik barat ke titik selatan)


9)

Letak dan posisi hilal :


A
A =
Selisih

=
-15o 27 39.22
o
-15 6 13,04=
0o 21 26.18

Letak dan posisi hilal berada di belahan bumi selatan dan di atas
matahari sedikit di sebelah selatan matahari sejauh 0o 21 26.18
dengan keadaan miring ke selatan.
10. K e s i m p u l a n :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Ijtima al-hilal awal bulan Muharram 1435 H. terjadi:


jam 20:15:10,02 WIB, Hari Minggu Legi, 03 November 2013
Matahari terbenam
= 17 : 25 : 44,63 WIB
Tinggi hilal hakiki
= - 2o 25 42,37
Tinggi hilal mari
= 4o 18 59,5
Lama hilal di atas ufuq
= 17 menit 15.97 detik.
Deklinasi Matahari
= - 15o 10 59
Deklinasi Bulan
= - 14o 39 20
Azimut matahari
= -15o 27 39.22 ( B - S )
Azimut bulan
= -15o 6 13,04 ( B - S )
Letak dan posisi Hilal berada di Selatan titik barat dan 0o 21
26.18 di sebelah Selatan Matahari dengan keadaan miring ke
Selatan.
Kesimpulan berdasarkan Hisab, karena ketinggian hilal awal
Muharram 1435 H mencapai 0o 21 26.18 ketinggian tersebut
belum / tidak memenuhi had imkan ar-rukyah konteks Indonesia,
maka 1 Muharram 1435 Hijriyah. menurut Hisab Kontemporer
(metode Ephemeris) jatuh pada hari Selasa Pon, 05 November
2013.

96

Anda mungkin juga menyukai