Psikologi Industri Kelompok 5
Psikologi Industri Kelompok 5
PROGRAM STUDI:
TEKNIK MANAJEMEN INDUSTRI
OLEH:
KELOMPOK 5
SITI ALAMIAH
(1113001)
(1113004)
CHRISTINE YEMIMA
(1113005)
ATIKAH SARI
(1113026)
DAFTAR ISI
Daftar Isi
...............................................................................................................
Kata Pengantar
...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
i
ii
.........................................................................................
...........................................................................................
........................................... 7
............................................8
.......................................................................... 14
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
yang telah melimpah kami dalam menyelesaian makalah Psikologi Industri tentang
Pelatihan dan Pengembangan. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Psikologi Industri. Selain itu, makalah ini juga disiapkan sebagai bahan latihan
bagi rekan mahasiswa yang ingin mengamati lebih jauh mengenai pelaksanaan pelatihan dan
pengembangan karyawan di Indonesia.
Kami sangat menyadari begitu banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun. Proses penyusunan makalah ini tentu tak luput dari dukungan semua
pihak, terutama dari dosen mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan dan juga rekan
mahasiswa Teknik dan Manajemen Industri. Dengan demikian, kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan dukungan semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
tidak hanya berhubungan dengan orang yang berada di atas tapi ia juga harus
mampu berhubungan dengan orang-orang yang ada di bawahnya. Dengan adanya
pengembangan tersebut, diharapkan seorang pemimpin, dapat melakukan
tugasnya secara baik, sehingga keberhasilan ataupun kegagalan yang diperoleh
perusahaan, bergantung pada bagaimana pemimpin, dalam mengatur, menjaga,
dan menjalankan setiap rencana yang telah ditetapkan dengan adanya komunikasi
yang baik antara bawahan dan atasan.
i. Kompensasi
Dengan meningkatnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seorang
karyawan, akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, sehingga laba
yang diperoleh perusahaan otomatis akan meningkat. Peningkatan kompensasi
karyawan itu berdasarkan atas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
karyawan itu sendiri, serta berdasarkan laba atau keuntungan yang diperoleh
perusahaan.
2.
3.
prestasi kerja seseorang. Prestasi kerja yang diperlihatkan seorang tenaga kerja
sesudah ia kembali dari pelatihan, tidak hanya merupakan hasil dari pelatihan tapi
dapat juga merupakan hasil dari perubahan yang terjadi pada variabel situasional.
Misalnya atasan memandangnya dengan kacamata lain dan bersikap lain (dalam arti
kata positif, dalam arti kata negatif).
4.
Tahap 4, penetapan metode pelatihan/penyajiannya
Teknik pelatihan ini biasanya dikelompokkan kedalam metode-metode
pelatihan di kelas (classroom pelatihan methods), karena hanya digunakan dalam
pemberian pelatihan di kelas.
Bentuk pelatihan dapat dibedakan ke dalam pelatihan pada pekerjaan (on the
job pelatihan) dan pelatihan di luar pekerjaannya (off the job pelatihan). Metodemetode pelatihan di kelas dipakai dalam bentuk pelatihan di luar pekerjaan.
Metode pelatihan di kelas terdiri atas: (a) kuliah, (b) konperensi atau diskusi
kelompok, (c) studi kasus (case study), (d) bermain peran (role playing), (e)
programmed instruction, (f) simulasi.
5. Tahap 5, pencobaan dan revisi
Maksud pencobaan atau try out ini ialah untuk mengidentifikasi kelemahan
apa saja yang masih ada. Apakah sasaran pelatihan telah jelas dan tepat dirumuskan,
apakah alat ukurnya telah tepat, apakah bahannya telah relevan dan metode
pelatihannya sesuai serta dapat dilaksanakan oleh trainee. Jika masih dijumpai
kelemahan, maka dapat langsung dilakukan revisi, perbaikan-perbaikan bila
diperlukan. Dengan demikian dapat diusahakan efektivitas pelatihan yang optimal dan
dihindari biaya yang terlalu tinggi.
Try out dapat dilakukan terhadap beberapa orang tenaga kerja saja (untuk
mempertahankan biaya yang minimal), terhadap tenaga ahli (sehingga dapat
memberikan penilaian berdasarkan keahlian mereka) yang berfungsi sebagai trainee.
Sehingga dalam mengembangkan suatu pelatihan program atau paket
pelatihan diusahakan untuk mendapatkan efektivitas pelatihan yang optimal.
6.
Tahap 6, model penilaian keefektifan program pelatihan dan pengembangan
Kraiger, Ford, Salas (1993) membedakan antara penilaian program pelatihan
dan efektivitas program pelatihan. Penilaian pelatihan mengacu pada satu sistem
untuk mengukur apakah para trainee mencapai sasaran pembelajarannya, sedangkan
efektivitas pelatihan berkaitan dengan tercapai tidaknya sasaran yang telah
direncanakan yang mencakup pembelajaran dan pengalihan pelatihan (kemampuan
mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari selama program
pelatihan ke dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari).
Jadi tujuan dari penilaian program pelatihan dapat dirumuskan ke dalam
pertanyaan: Apakah sasaran-sasaran pelatihan tercapai?. Sedangkan tujuan
efektivitas program pelatihan dirumuskan sebagai: Apakah tercapainya sasaran
pelatihan menghasilkan peningkatan unjuk kerja pada pekerjaan?.
Rothwell (1996) mengutip Kirikpatrick yang mengatakan bahwa ada empat
tingkat dari penilaian program pelatihan, yaitu:
a. Reaksi dari peserta pelatihan; Sejauh mana peserta pelatihan menyukai
pengalaman pelatihan ini?
13
b.
c.
d.
e.
f.
15
16
17
e.
f.
Peran adalah suatu pola perilaku yang diharapkan. Peserta diberi tahu tentang
suatu keadaan dan peran mereka yang harus mereka mainkan tanpa script.
Metode ini digunakan untuk memberi kesempatan kepada para trainee untuk
mempelajari keterampilan hubungan antarmanusia melalui praktek dan untuk
mengembangkan pemahaman mengenai pengaruh kelakuan mereka sendiri pada
orang lain.
Kebaikan metode ini ialah memungkinkan belajar melalui perbuatan,
menekankan kepekaan manusia dan interaksi manusia, memberitahu secara langsung
hasilnya, menimbulkan minat dan keterlibatan yang tinggi, dan menunjang pengalihan
pembelajaran.
Bimbingan Berencana atau Instruksi Bertahap (programmed instruction)
Keuntungan dari metode ini adalah (1) trainee dapat belajar sesuai denagn
tempo belajarnya sendiri, bahan yang harus dipelajari dibagi-bagi ke dalam satuansatuan kecil, sehingga mudah diserap dan diingat (2) ada umpan balik langsung, (3)
ada partisipasi trainee secara aktif (4) perbedaan antarindividu diperhatikan (5)
pelatihan dapat diselenggarakan dimana saja dan kapan saja.
Metode Simulasi
Simulasi adalah suatu jenis alat atau teknik yang menyalin setepat mungkin
kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan. Contoh dari pelatihan, adalah
laboratorium antariksa. Pilot diajarkan menerbangkan kapal terbang jenis baru dalam
model yang dapat bekerja seolah-olah seperti kapal terbang nyata.
Disini penekanannya adalah pada proses belajar. Keterampilan yang diajarkan
umunnya merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif
singkat (beberapa hari sampai ebberapa bulan).
Metode simulasi ini akan mempermudah pengalihan belajar dari situasi
pelatihan ke situasi kerja nyata.
BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah pelatihan dan pengembangan memiliki sisi negatif bagi perusahaan maupun
pegawainya?
Jawaban:
18
Pada dasarnya pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu program yang
wajib dimiliki oleh semua perusahaan terutama perusahaan besar. Pelatihan dan
pengembangan itu sendiri tidak berjalan secara bersamaan atau berdampingan.
Bagi pekerja baru biasanya dilakukan pelatihan kerja yang berfungsi untuk
melatih kemampuan pekerja yang lebih terfokus agar dapat menjalankan
pekerjaannya dengan lebih baik dan produktif, sedangkan pengembangan
dilakukan untuk karyawan yang sudah memiliki cukup lama pengalaman kerja di
perusahaan terkait dimana pengembangan dilakukan untuk meningkatkan pola
piker bekerja dan jiwa pekerja yang lebih baik, dan biasanya pengembangan
dilakukan sebagai titik awal karyawan menginginkan kenaikan jabatan. Sisi
negatif dari pelatihan dan pengembangan ini tidak ada, karena perusahaan seperti
berinvestasi orang dalam perusahaannya untuk meningkatkan jalannya
pekerjaan yang lebih baik. Anggaran sudah ditetapkan dalam porsi yang cukup,
jadi tidak akan mengganggu keuangan perusahaan.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi
yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu
yang bersangkutan saat ini (current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dari
suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau funsi
saat ini. Pengembangan lebih cenderung bersifat formal, menyangkut antisipasi
kemampuan dan keahlian inividu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan
yang akan datang. Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi terhadap
sejumlah problem penurunan kualitas kinerja organisasi atau lembaga dan instansi
yang disebabkan oleh penurunan kemampuan dan keusangan keahlian yang dimiliki
oleh karyawan atau tenaga kerja. Pelatihan dan pengembangan bukanlah solusi utama
yang dapat menyelesaikan semua persoalan organisasi, lembaga atau sebuah instansi.
Tetapi mengarah pada peningkatan kinerja para karyawan atau tenaga kerja yang baik
dan benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan adalah untuk merubah sikap,
perilaku, pengalaman dan performansi kinerja. Pelatihan merupakan penciptaan suatu
lingkungan dimana kalangan tenaga kerja dapat memperoleh dan mempejari sikap,
kemampuan, keahlian, pengetahuan perilaku spesifik yang berkaitan dengan
pekerjaan. Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap
seseorang inidividu. Pengembangan adalah penyiapan individu untuk mengemban
tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi di dalam organisasi. Pengembangan
biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.
4.2 Saran
Dalam pelatihan pengembangan terdapat tiga tahapan penting yang harus dilakukan
oleh sebuah organisasi atau instansi. Pertama tahapan penilaian. Kedua tahapan
pelatihan dan pengembangan. Ketiga tahapan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
20
Alwi, Syafaruddin. (200 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Decenzo,
D.A.( 1999). Human recources Managemen. Sixth edition. Newyork: John Wiley & Sons.lnc
Dessler, Gary. (2004). Sumber Daya Manusia, Penerjemah Eli Tanya Jakarta: PT. Indeks.
Judul asli Human Resource Managemen .(2003) pretince-Hall, inc, Upper Saddle River. New
Jersey
Gomes, Faustinc C. (2003). Manajemen Suber Daya Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offsetl
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE
Mangkuprawira. Sjafri. (2003). Mananjemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Nawawi, Hadari (2005). Manajemen Sumber Dava Manusia: Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sirnamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia: Yogyakarta: STIE YKPN
21