Pendahuluan (artikel 2)
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan
bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan
yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat
proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi
pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi
secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga
pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi
pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kotakota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun
anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan
yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec,
SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna
mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan
sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu
sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu
sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik
2. Industri
Limbah padat
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah
pengalengan makanan dan pemotongan hewan
Limbah cair
Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa
sawit
3. Limbah rumah tangga
Sampah
Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah kota
Jenis-jenis kompos
Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik
yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
1. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan
tebu di pabrik gula.
2. Kompos bokashi.
Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.
Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi
serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya
daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih
tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang,
tanduk, dan rambut.
Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah
dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal
proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik
menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.
Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa
bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal
bahan.
Literatur
Polusi udara merupakan gabungan antara asap, kotor dan bau yang tidak
sedap, dan banyak diantaranya meruakan sumbangan dari emisi gas buang
kendaraan bermotor. Emisi ini merupakan pemancaran atau pelepasan gas yang
berasal dari pembakaran pada kendaraan bermotor yang menggunakan bahan
bakar yang berasal dari minyak bumi ( bensin dan solar) ke lingkungan udara
melalui kenalpot kendaraan bermotor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi polusi udara antara lain volume lalu
lintas, komposisi lalu lintas, kecepatan, jenis kendaraan, jenis bahan bakar, usia
kendaraan, ukuran berat, jumlah berhenti dan berjalan, RPM dan gradient jalan.
Sumber pencemar udara dibagi menjadi:
Sumber alami penyebab pencemaran udara adalah dari :
a. Sumber alami pencemaran, disebabkan oleh :
1. Gunung berapi
Salah satu gas pencemar yang dihasilkan oleh gunung berapi adalah SOx.
Indonesia merupakan negara di dunia yang paling banyak mempunyai gunung
berapi ( sekitar 137 buah dan 30% masih dinyatakan aktif ). Oleh sebab itu
Indonesia mudah mengalami pencemaran secara alami.
2. Rawa-rawa
3. Ditrifikasi
4. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan dalam kemampuannya
menimbulkan polutan disamping juga proses atrisi dan penguapan. Karena dari
pembakaran itulah akan meningkatkan bahan berupa substrat fisik atau kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi dan memberikan efek terhadap manusia, hewan, vegetasi dan
material.
b. Sumber pencemar dari kegiatan manusia, yaitu :
1. Transportasi.
2. Industri.
3. Pembangkit Listrik.
4. Pembakaran ( perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis
bahan bakar ).
5. Gas pembuangan pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti CFC.
c. Sumber lain yang dapat mencemari udara, yaitu :
1. Transportasi ammonia.
Karbon Monoksida
Oksidan Nitrogen
Oksida Sulfur
CFC
Hidrokarbon (HC)
Ozon
Partikulat
NOx adalah gas nitrogen yang terdiri dari Nitrogen Monoksida ( NO ) dan
Nitrogen Dioksida ( NO2 ). Didalam udara, NO ini akan berubah menjadi NO2 dan
dalam proses pebakaran NOx dihasilkan dari pembakaran bensin dengan O2 dan
NO2. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru-paru, kadar NO2 yang lebih
tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan
90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru-paru.
Kadar NO2 sebesar 800 ppm mengakibatkan 100% kematian terhadap binatangbinatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam
bernafas.
c. Semua bahan bakar minyak mengandung jumlah belerang/Sulfur dalam
jumlah yang sangat kecil.
Oksida belerang ini, apabila kontak dengan air di udara akan
menyebabkan timbulnya hujan asam yang merupakan bahan yang
merusak/korosif terhadap logam. Pencemaran SOx menimbulkan dampak
terhadap manusia dan hewan, kerusakan terhadap tanaman terjadi dalam kadar
0.5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi dalam
sistem pernafasan.
d. Hidrokarbon ( HC )
Merupakan pencemar utama yang di emisikan oleh kendaraan bermotor
dari lalu lintas dalam perkotaan. Struktur hidrokarbon terdiri dari elemen
hidrogen dan karbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon
yang menyusun molekul HC. C adalah bahan pencemar udara yang dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon,
unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Khususnya hidrokarbon jenis nonmethane merupakan sumber Hidrokarbon yang paling dominan, sebagai
pencemar primer dan yang memberikan kontribusi besar dalam penecamaran
oksidan otokimia atau pemebentukan O3. Hidrokarbon adalah partikel bahan
bakar yang tidak terbakar habis dalam ruang bakar. HC memiliki kadar yang
tinggi bila ada masalah pada pengapian atau jumlah bahan bakar yang terlalu
berlebihan dalam ruang bakar
e. Ozon
Terbentuk di udara dengan bantuan radiasi UV matahari dengan secara
perlahan memecah molekul oksigen ( O2 ) menjadi atom Oksigen membentuk
ozon. Pembentukan O3 di udara khususnya di daerah troposfer merupakan hasil
proses kimia disebut juga secondary polutant dari reaksi NO2 dan HC dengan
bantuan sinar matahari. Sifat O3 beracun dan sangat korosif yang dapat
menyerang saluran pernafasan dan iritasi mata.
f. Partikulat dihasilkan dari akibat proses proses mekanis yang dapat
menghasilkan abu atau partikel-pertikel bahan bakar dari pembakaran bahan
bakar yang tidak sempurna. Selain itu patikulat dapat dihasilkan dari proses
oksidasi SO2 di udara dengan uap air, uap material akibat terkena panas dan
bahan bakar organik. Karena komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan
pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah untuk
menyatakan partikulat debu di udara.
g. Masalah kebisingan akibat transportasi berhubungan dengan tipe masalah
pembangunan kota, seperti:
a. Tidak seimbangnya luas jalan dengan jumlah kendaraan.
b. Tingginya presentase kendaraan dibandingkan dengan total jumlah
kendaraan.
c. Tingginya persimapangan jalan dan lampu lalu lintas.
d. Pertemuan jalan sempit dan lebar.
Bagian kendaraan bermotor yang menimbulkan kebisingan :
-
Suara mesin.
Knalpot.
Klakson.
penghijauan dengan mengalih fungsikan bekas lahan pom bensin menjadi taman
kota.
Terdapat hal hal penanggulangan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Penghijauan terutama di jalur Dago - Lembang.
Penanaman pohon itu untuk mendinginkan suhu sehingga udara kotor
turun lalu mengalir keluar cekungan. Daerah perbukitan Dago sampai Lembang,
kata Mubiar, satu-satunya cerobong yang menjadi jalan keluar udara kotor
karena tebingnya landai.
2. Mengubah moda transportasi ke angkutan masal bertenaga listrik.
Cara ini untuk mengurangi emisi bahan bakar. Bandung dinilai cocok
menjadi kota prioritas untuk pemakaian kendaraan tenaga listrik karena
sejumlah pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi berada di sekitar
cekungan. Pasokan listrik ke industri juga harus cukup, tujuannya untuk
mengurangi asap pembakaran dari pemakaian batu bara.
Sementara itu, sejumlah aktivis lingkungan dan komunitas kreatif di
Bandung Ahad, 11 September 2011, akan menghancurkan aspal di dalam
kawasan hutan Babakan Siliwangi. Penghancuran aspal itu untuk menambah
area resapan di dalam hutan.
Aksi tersebut, menurut salah seorang peserta dari Bandung Creative City
Forum, Ridwan Kamil, mengawali rencana deklarasi Babakan Siliwangi sebagai
World City Forest pada 27 September mendatang. Menurut Ridwan, badan PBB
yaitu United Nation Environtmental Program baru-baru ini telah mengakui
Babakan Siliwangi sebagai hutan kota. Sehingga kawasan itu harus bebas dari
pembangunan.
Saat ini, di kawasan Babakan Siliwangi berdiri gedung Sasana Budaya
Ganesha serta arena olahraga seperti lapangan sepakbola dan trek lari serta
kolam renang yang dikelola oleh ITB. Lahan hutan juga rencananya akan
dibangun hotel baru, namun terus dihambat aksi penolakan para aktivis
lingkungan.
Dampak dari polusi udara ini juga dirasakan oleh wilayah-wilayah lain
sekitar Bandung karena sifat dari polusi udara sendiri yang mampu melewati
lintas batas. Dalam penelitian kali ini diambil Bandung mewakili daerah
perkotaan dan Stasiun Ciater mewakili daerah pedesaan. Stasiun Ciater sendiri
terletak di wilayah Subang yang berjarak 45 km sebelah utara kota Bandung.
Dari hasil pengukuran polusi di kelima titik yaitu Dago, Mess LAPAN (Jl.
Riau), Kantor LAPAN (Jl. DR. Djundjunan), Leuwigajah dan stasiun Ciater
memperlihatkan bahwa daerah dekat dengan sumber seperti transportasi dan
industri menunjukkan kecenderungan nilai konsentrasi polutan yang tinggi.
Daerah yang relatif lengang seperti Stasiun Ciater (pedesaan) dan Dago
(pemukiman) cenderung memiliki tingkat konsentrasi polutan yang rendah.
Namun demikian dengan adanya kemampuan polutan untuk berpindah jauh dari
sumbernya ke daerah lain maka hal ini memungkinkan daerah yang seharusnya
relatif bersih dari polusi menjadi ikut tercemar.
Perkembangan kota Bandung kian meningkat, terutama sektor industri
dan pariwisata. Apalagi sejak tol Cipularang mulai dibuka pada 2005. Industri
dan pariwisata kota Bandung semakin menggeliat, menawarkan berbagai
macam produk yang menggiurkan. Kota Bandung menjelma bagaikan magnet
bagi para wisatawan domestik. Hampir setiap akhir pekan, kota Bandung dijejali
kendaraan yang sebagian besar berasal dari Jakarta. Kondisi ini mengakibatkan
kemacetan, terutama di pusat-pusat perbelanjaan, seperti di Jl. RE. Martadinata
yang terkenal dengan deretan FO (factory outlet) yang memanjakan para
wisatawan. Begitu pula di sekitar Kalapa (alun-alun kota Bandung) yang selalu
macet ketika akhir pekan.
Kepadatan arus transportasi ini memberikan setidaknya dua dampak bagi
Kota Bandung. Pertama, perkembangan perekonomian semakin meningkat.
Kedua, memburuknya kondisi lingkungan kota Bandung. Ini merupakan ironi
yang tidak dapat dielakkan lagi. Kondisi lingkungan ini semakin diperparah
dengan sedikitnya ruang hijau yang tersedia. Daerah resapan di sekitar Dago,
kini banyak yang telah beralih fungsi menjadi restoran-restoran yang
menyediakan pemandangan kota Bandung dari atas.
Berdasarkan data, Jalan Kiaracondong dilalui 1.545 angkot dari 7 trayek.
Sedangkan Jalan Jakarta kondisinya lebih padat lagi yaitu 1.860 angkot dan bus
dengan 13 trayek. Di kedua ruas jalan ini, hasil pengukuran udara embien
menunjukan melebihi baku mutu, seperti meningkatnya konsentrasi Oksida
Nitrogen (NOx), Karbon Monoksida (CO) dan konsentrasi debu berukuran 10
mikrometer (PM10).
Sementara dari hasil pengukuran uji emisi yang dilakuakan secara acak,
dari 229 kendaraan yang diuji, hanya 29 kendaraan atau 21,4 % yang dinyatakan
lulus uji. Sisanya sebanyak 180 atau 78,6 % tidak lulus uji.
Penanagan kondisi ini, menuntut keseriusan bersama. Yaitu melakukan
pengurangan sumber-sumber pencemaran, gerakan penghijauan, penggunaan
enerji BBM ramah lingkuingan, serta penerapan alat atau teknologi penurun
emisi gas buang yang terjangkau termauk peninglkatan kualitas manajemen lalu
lintasnya
Hujan Semakin Asam
Menurut pemantauan yang dilakukan oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional) mengenai kualitas udara kota Bandung, selama kurun
waktu lima tahun terakhir (2005-2009) terlihat bahwa air hujan di Martadinata
dan Kebon Kalapa bersifat lebih asam dibandingkan Pasteur (Jl Dr Djundjunan)
dan Dago, sebagaimana tampak pada grafik di bawah ini (Sumber: penelitian
mengenai Hujan Asam, Tuti Budiwati dkk, 2005-2009).
Akibat dari hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas
sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan.
KESIMPULAN
Penanganan dalam menagani pencemaran udara sudah semakin beragam dan
luas sehingga masyarakat dihimbau ikut andil dalam melakukan pencegahan
semua yang dapat menimbulkan pencemaran udara sehingga dapat
menimbulkan lingkungan yang sehat dan nyaman.
ini juga sesuai untuk keluarga tetapi tidak sesuai untuk umum karena
kapasitasnya kecil. Jika isinya sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat
dapat diangkat dan lubang ditutup dengan tanah. Lubang baru dapat dibuat
kembali dengan cara yang sama. Kotoran dalam lubang akan dipurifikasi oleh
bakteri anaerobik yang akan mengubahnya menjadi massa yang tidak
berbahaya.
Keuntungan dari kakus bore hole ini antara lain :
Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja.
Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembang biak.
Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran
pada air.
Sistem ini sekarang tidak cocok lagi karena beberapa alasan berikut :
Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil.
Alat khusus (auger) yang dibutuhkan untuk membuatnya tidak selalu tersedia.
Banyak tempat yang lapisan tanahnya lunak sehingga sulit menggali lubang
lebih dalam dari 3 meter. Selain itu, banyak juga daerah yang berair dan
memiliki lapisan permukaan yang lebih tinggi sehingga pembangunan sistem
semacam ini justru dapat mencemari permukaan tanah.
2) Sumur gali jamban (Dug well latrine)
Dug well latrine merupakan pengembangan dari bore hole latrine. Metode
ini dilakukan dengan cara membuat lubang berdiameter sekitar 75 cm dengan
kedalaman 3-3,5 m. Di daerah dengan tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m.
Lubang dapat dilapisi dengan bambu untuk mencegah runtuhnya tanah. Setelah
plat dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan super structure (rumahrumahan), manfaat tipe ini, antara lain :
Mudah dibuat dan tidak membutuhkan alat khusus seperti auger.
Bisa digunakan lebih lama karena kapasitasnya lebih besar yaitu selama 5
tahun untuk 4-5 orang.
Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat. Kerja dug well latrine ini
sama dengan bore hole latrine, yaitu secara anaerob digestion.
3) Sumur gali atau lubang jamban (Water Seal Type of Latrine)
Water seal ini dibuat untuk dua fungsi penting, yaitu mencegah kontak
dengan lalat dan mencegah bau busuk. Sistem ini lebih bisa diterima oleh
masyarakat desa daripada sistem bore hole latrine.
Keuntungan kakus jenis ini, antara lain :
Memenuhi syarat estetika.
Fungsi aqua privy sama dengan septic tank dan telah banyak digunakan di
berbagai negara. Kakus ini memiliki bak yang kedap air. Bentuk tangkinya
sirkuler atau rektanguler. Pembuatan kakus ini dilakukan dengan cara membuat
lubang pada tanah dengan diameter 80-120 cm dan dalam 2,5-8 m. Dindingnya
diperkuat dengan batu atau bata dan dapat ditembok agar tidak mudah runtuh.
Lama pemakaian dapat mencapai 5-15 tahun. Jika tinja sudah mencapai 50 cm
dari permukaan tanah, cubluk dipandang sudah penuh. Cubluk yang sudah
pernuh ditimbun dengan tanah dan dibiarkan selama 9-12 bulan. Setelah itu, isi
cubluk dapat diambil untuk digunakan sebagai pupuk, sedangkan lubangnya
dapat dipergunakan kembali. Jika cubluk yang satu sudah penuh dan ditimbun,
cubluk yang baru dapat dibuat.
Tinja mengalami proses perifikasi berupa anaerobik digestion yang akan
menghasillkan gas kotor. Dengan demikian perlu dibuat ventilasi untuk
mengeluarkannya. Air yang keluar dari saluran pengeluaran berbahaya karena
mengandung bahan-bahan tinja berbentuk suspensi yang dapat berisi agens
parasit atau infeksi. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
kakus semacam ini :
Jangan pernah memasukkan desinfektan ke dalam kakus karena dapat
mengganggu proses pembusukan yang emngakibatkan cubluk cepat penuh.
Setiap minggu, kakus sebaiknya diberi minyak tanah untuk mencegah
nyamuk bertelur di dalamnya.
Agar tidak terlalu bau, kakus dapat diberi kapur barus.
Kakus ini hanya baik dibangun di tempat yang banyak mengandung air.
6) Closet kimia (Chemical Closet)
Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik
soda) yang juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk
diletakkan langsung diatas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke dalam
kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam kloset, cairan kimia
yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga kloset tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan
bahan kimia. Setelah beberapa bulan penggunaan kloset kimia, isi kloset harus
dibuang. Chemical closet ini banyak digunakan dalam sarana transportasi,
misalnya kereta api dan pesawat terbang.
c. Jamban Cocok untuk Camps dan Penggunaan Sementara (Latrines Suitable for
Camps and Temporary Use)
Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat
pengungsian). Ada beberapa jenis kakus semacam ini, di antaranya :
1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)
Kakus ini memiliki lebar 30 cm dan dalam 90-150 cm. Panjangnya bergantung
pada jumlah penggunanya (sekitar 3-3,5 m untuk 100 orang). Saluran yang
terpisah harus dibuat untuk laki-laki dan perempuan. Timbunan tanah harus
tersedia di sisi setiap kakus karena setiap kali menggunakan kakus ini,
penggunanya harus menutup sendiri kotorannya dengan tanah. Kakus ini
ditujukan untuk penggunaan dalam waktu singkat. Jika isi saluran sudah
mencapai 30 cm di bawah permukaan tanah, kakus ini harus ditutup. Jika perlu,
dibuat saluran baru lagi.
2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)
Kakus ini digunakan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Ukuran kedalamannya mencapai 1,8-2,5 m, sedangkan
lebarnya 75-90 cm. Penyediaan tempat berjongkok akan bergantung pada
kebiasaan setempat. Kakus ini dilengkapi dengan rumah kakus untuk privasi dan
perlindungan.
2. Sewered Areas
Pada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system
atau sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah
dari rumah, kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa
dibawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang biasanya
dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam
pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang
berpenduduk padat.
Terdapat 2 tipe sistem sewered areas antara lain :
a. Sistem kombinasi (combined sewer)
Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari
rumah tangga dan lainnya dalam satu saluran.
b. Sistem terpisah (separated sewer)
Pada sistem sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem
terpisah dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam
penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.
Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage
system) dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan
persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja.
Sistem Pengangkutan Air (Water Carriage System)
Water carriage system memiliki elemen-elemen sebagai berikut :
a. Sistem pipa bangunan (household sanitary fittings)
water closet
urinal
wash basin
serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak tercium.
Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan berfungsi
untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga, atau untuk melayani orang-orang
di tempat-tempat umum (terminal, bioskop, dan sebagainya).
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu
bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan
dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut
kakus atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Tidak memncemari sumber air minum
2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar
olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai,
miring kearah lobang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak
membuang tinja ditempat terbuka melaingkan membangun jamban untuk diri
sendiri dan keluarga.Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk
hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis
buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher
angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada
jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi,
agar tidak kemasukan benda-benda lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan
sumber air bersih adalah sebagai berikut :
Kondisi daerah, datar atau miring
Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya
ditaruh kotoran lagi.
Demikian seterusnya sampai penuh.
Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.
Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman
A. KESIMPULAN
Menjaga kesehatan lingkungan sangat penting salah satunya tinja yang ada di
sekeliling kita. Untuk mencegahnya, sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia
harus dikelola dengan baik, dengan memenuhi syarat-syarat jamban yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Cet. ke-2, Mei.Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Panduan dan Modul Pelatihan SANIMAS untuk Promosi Kesehatan Lingkungan,
Juni 21, 2002
Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC :
Jakarta.
2.
Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor, serta
kemungkinan kecil mikro-organisme.
3.
Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar
mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran
excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba pathogen
banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi
penyakit bawaan.
2.
Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai
jenis industry akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industri, antara lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat
pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan menjadi lebih rumit.
3.
Air buangan kota praja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah; perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan jenis air limbah rumah
tangga. Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan-bahan
organik sehingga memudahkan di dalam pengolahannya. Sebaliknya, limbah
industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam
berat, dan zat-zat organic lain yang bersifat toksik. Volume air limbah yang
dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.
Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang dihasilkan.
2.
Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih
per kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume air limbah mencapai ratarata 25-50 galon per kapita.
3.
Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi pada waktu
dalam sehri dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air ,
yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak dibandingkan pada tengah
hari yang volumenya sedikit, dan pada malam hari agak meningkat lagi.
Sifat Air Limbah
Sifat air limbah penting untuk diketahui, karena hal ini akan menentukan
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara
garis besar dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Karakteristik fisik
1.
Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organic dan nonorganik yang
mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan
pendangkalan.
2.
Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena
terganggunya cahaya matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya koloid
dan suspense.
3.
Bau : bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan
bahan organik.
4.
Suhu : limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air
biasa, biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya proses pembusukan.
5.
Karakteristik kimiawi
1.
Keasaman : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan buangan
yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka limbah
diupayakan untuk memiliki pH netral.
2.
Logam berat beracun : Cadmium dari industri tekstil, merkuri dari pabrik
cat, raksa dari industri perhiasan dan jenis logam berat yang lainnya.
3.
Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organic dan diubah menjadi
ammonia oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa menyebabkan
permukaan air menjadi pekat sehingga tidak bisa ditembus cahaya matahari.
4.
Fenol : salah satu bahan organic yang berasal dari industri tekstil, kertas,
minyak dan batubara BOD : kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan senyawa organic yang ada di dalam air.
5.
COD : kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk menghancurkan
bahan organik sehingga menyebabkan keracunan.
6.
Karakteristik bakteriologis
2.
2.
3.
4.
5.
6.
Kandungan pH
7.
Suhu
Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
bawaan air. Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat
berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi
makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak
dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya
nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
2.
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai
contoh, bahan organic yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke
sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut didalam
sungai tersebut. Dengan demikian menyebabkan kehidupan di dalam air yang
membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya. Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar,
maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai
peruntukannya.
3.
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (mis. Pipa saluran air
limbah) dan bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut
maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan
menimbulkan kerugian material.
Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-gangguan diatas, air limbah
yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan
dalam Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan
tersebut, maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya
ke lingkungan.
Pengolahan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan
terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif
diperlukan rencana pengolahan yang baik. Pengolahan air limbah dapat
dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air
limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi
sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).
Tujuan Pengolahan Air Limbah
Adapun tujuan dari pengolahan air limbah itu sendiri, antara lain:
1.
2.
3.
4.
pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui
dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter
dalam limbah, dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut
beberapa tahapan pengolahan air limbah.
1. Pra-pengolahan (pre-treatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran
3030 cm untuk debit air 100 m2 per jam sudah cukup baik. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang secara seri
sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran messnya (besar lubang kawat tikus)
dapat dibandingkan dengan kawat kasa penghalang nyamuk. Saringan tersebut
diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan yang terjaring. Contoh bahanbahan yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang yang ikut
bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak di atas permukaan
air.
2. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat warna
terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan terdahulu.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan padatan
melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan menyebabkan berat
jenis bahan padatan menjadi lebih besar daripada air. Tidak semua reaksi dapat
berlaku untuk semua senyawa kimia (terutama senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun pengapungan
yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah. Penguapan
dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air dan menciptakan gelembung
gas sehingga partikel halus terbawa bersama gelembung ke permukaan air.
Sementara itu, pengendapan (tanpa penambahan bahan kimia) dilakukan
dengan memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk mengendapkan partikelpartikel dari air yang mengalir di atasnya.
3. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan bahan
organik melalui proses oksidasi biokimia. Di dalam proses biologis ini, banyak
dipergunakan reactor lumpur aktif dan trickling filter.
4. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang ditujukan
terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun anorganik. Proses
pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik (filtrasi, destilasi,
pengapungan, pembekuan, dan lain-lain), proses kimia (absorbs karbon aktif,
pengendapan kimia, pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi, dan reduks), dan
proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga).
2. Pengolahan berdasarkan karakteristik
1.
Kolam oksidasi
2.
3.
Trickling filter
4.
Lagoon
5.
Fakultatif
6.
7.
Ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari
Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Peledakan tersebut terjadi oleh pengeboran
minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British Petroleum (BP).
Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon minyak
ke perairan di sekitarnya. Ledakan tersebut menyebabkan pencemaran limbah
minyak di laut.
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi
minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan
tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan
bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3),
karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan
membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya.
KESIMPULAN
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak
di sertai dengan program pengelolaan air yang baik akan mengakibatkan
kerusakan ekosistem yang ada dalam hal ini adalah air, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari
kegiatan industri adalah penyebab terjadinya pencemaran air.
Kasus pencemaran air laut akibat dari pengeboran Indusri minyak ditengah laut,
tumpahan minyak, kebocoran kapal tanker dan lain-lain. Sehingga dapat
berpengaruh pada beberapa sector , diantaranya lingkungan pantai dan laut,
ekosistem biota pantai dan laut, dan mengganggu aktivitas nelayan sehingga
mempengaruhi kesejahteraan mereka.
Referensi:
Ginting, Pedana, Ir., Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri (2007)
Jakarta. MS.CV YRAMA WIDYA. Hal 17-18.
Fakhruddin.2004.Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut. Jakarta : Kompas.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
http://www.sinarharapan.co.id/
http://anugrahjuni.wordpress.com/biologi-in/ekologi/pencemaran-air-olehindustri-minyak-dan-suhu/
Untuk air yang disalurkan melalui pipapipa kepada penduduk yang jumlahnya
lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada waktu ada resiko
atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan
lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima
(yakni residu klorin pada kran air 0,20,5 miligram perliter dan kejenuhan
dibawah 5 NTU)
Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum
Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna
air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka pendek,
atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah
direncanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar
endapan bahanbahan kimiawi yang digunakan untuk mengetes air itu sendiri.
Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup
besar untuk terjadinya masalah kesehatan akibat konsumsi air itu.
C. Prasarana dan Perlengkapan
Tolok ukur kunci :
Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 1020
liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alatalat ini sebaiknya
berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup
Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup
banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jamjam
tertentu. Pisahkan petakpetak untuk perempuan dari yang untuk lakilaki.
Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk
umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.
D. Pembuangan Kotoran Manusia
Jumlah Jamban dan Akses
Masyarakat korban bencana harus memiliki jumlah jamban yang cukup dan
jaraknya tidak jauh dari pemukiman mereka, supaya bisa diakses secara mudah
dan cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam
Tolok ukur kunci :
Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis
kelamin (misalnya jamban persekian KK atau jamban lakilaki dan jamban
perempua
Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau barak di
kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke jamban hanya
memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan kaki.
Jamban umum tersedia di tempattempat seperti pasar, titiktitik pembagian
sembako, pusat pusat layanan kesehatan dsb.
Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurangkurangnya berjarak 30
meter dari sumber air bawah tanah. Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5
meter di atas air tanah. Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke
sumber air mana pun, baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya
1 (satu) Latrin/jaga untuk 610 orang
E. Pengelolaan Limbah Padat
Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Padat
Masyarakat harus memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaran
akibat limbah padat, termasuk limbah medis.
Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum
sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan.
Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik
bekas pakai, perbanperban kotor, obatobatan kadaluarsa,dsb) di daerah
pemukiman atau tempattempat umum.
Dalam batasbatas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat tempat
pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara
benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam.
Terdapat lubanglubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat
tempat khusus untukmembuang sampah di pasarpasar dan pejagalan, dengan
system pengumpulan sampah secara harian.
Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu
sedemikian rupa sehingga problemaproblema kesehatan dan lingkungan hidup
dapat terhindarkan.
2 (dua) drum sampah untuk 80 100 orang
Tempat/Lubang Sampah Padat
Masyarakat memiliki cara cara untuk membuang limbah rumah tangga sehari
hari secara nyaman dan efektif.
Tolok ukur kunci :
Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah
bak sampah atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya
dar lubang sampah umum.
Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila
limbah rumah tangga seharihari tidak dikubur ditempat.
F. Pengelolaan Limbah Cair
Sistem pengeringan
Masyarakat memiliki lingkungan hidup seharihari yang cukup bebas dari risiko
pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air hujan, air luapan dari sumber
sumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasaranaprasarana
medis. Halhal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan
pengelolaan limbah cair :
Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titiktitik pengambilan/sumber air
untuk keperluan seharihari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman
Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan
air.
Tempat tinggal, jalan jalan setapak, serta prasana prasana pengadaan air dan
sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air. (Sumber: Kepmenkes No.
1357 /Menkes/SK/XII/2001)
KESIMPULAN
Pengadaan air sangat penting dilakukan dan harus ditindak dengan
cepat,apabila tidak dilakukan dengan cepat dapat menimbulkan berbagai
masalah di masyarakat khususnya masalah kesehatan yang menimpa kalangan
masyarakat.
KESIMPULAN
Ditempat kerja sekalipun khususnya harus melakukan sanitasi lingkungan agar
terhindar dari segala macam masalah yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit, sehingga masyarakat harus bersikap disiplin khsusnya dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan
Penyakit malaria tidak hanya menyerang daerah tropis, tetapi juga menyerang
daerah sub tropis di seluruh dunia [2]. Kematian banyak terjadi pada negaranegara yang menjadi daerah endemik malaria, antara lain negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia, terutama di Propinsi bagian timur seperti daerah
pedesaan di luar Jawa dan Bali. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat, malaria
merupakan penyakit yang muncul kembali (re-emerging diseases). Menurut data
dari fasilitas kesehatan DEPKES pada tahun 2001 diperkirakan prevalensi malaria
adalah 850,2 per 100.000 penduduk dengan angka yang tertinggi 20% di
Gorontalo, 13% di NTT dan 10% di Papua.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka
kematian spesifik akibat malaria di Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk lakilaki dan 8 per 100.000 untuk perempuan [3]. Sebagai negara endemik, malaria
di Indonesia sering diidap oleh para penduduk yang tinggal di areal persawahan
dekat dengan hutan. Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI (1994),
peningkatan kasus malaria pertahun yang terjadi di daerah timur akibat adanya
pembukaan daerah baru. Pada tahun 1998 dan 1999 di beberapa daerah, yakni
Sumatera, Yogyakarta, Jawa Tengah, Lampung terjadi peristiwa penyebaran
malaria secara besar-besaran.
Sebanyak 21 orang meninggal dunia pada peristiwa tersebut, dari 18.812 kasus
yang telah dilaporkan. Selain itu sekitar 10.000 orang terjangkit malaria di
Banyumas, Jawa Tengah [4]. Antara tahun 1986-1995 angka Anual Parasite
Incidence (API) di Purworejo, Jawa Tengah berkisar antara 11 kasus per 1000
penduduk dalam satu tahun, dari yang biasanya hanya 5 kasus pertahun. Dan
pada tahun 2000 jumlah API pada wilayah tersebut menjadi 44,5%. Wabah
malaria bisa terjadi/muncul karena berbagai pengaruh antara lain faktor
lingkungan, faktor nyamuk sebagai vektor penyebab malaria dan faktor genetik
dari parasit malaria itu sendiri [5].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan 5 juta penduduk
menderita malaria di seluruh wilayah Indonesia dan lebih kurang 700 orang
meninggal dunia setiap tahunnya. Program pemberantasan penyakit malaria
selain dengan cara pengobatan terhadap penderita, dilakukan pula dengan cara
memberantas vektornya.
Dengan demikian pemberantasan vektor merupakan usaha yang penting di
dalam pemberantasan penyakit malaria ini. Tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat malaria ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan
cuaca dan lingkungan yang dapat merupakan tempat berkembang biaknya
vektor malaria, resistensi vektor terhadap insektisida, resistensi parasit terhadap
berbagai obat anti malaria serta mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemi
malaria. Kematian akibat malaria banyak disebabkan oleh lingkungan yang
sesuai untuk penyebaran parasit dan sudah resistennya Plasmodium falciparum
terhadap obat anti malaria yang sering digunakan.
Penyebaran resistensi malaria disebkan adanya perpindahan penduduk dari
daerah endemik menuju ke daerah yang baru, sedangkan kasus resistensi
Plasmodium falciparum terhadap klorokuin di Indonesia seperti yang dilaporkan
WR99210 dan antibiotik). Penggunaan obat yang berlebihan dan tidak tepat
pada pengobatan malaria klinis akan menyebabkan terjadinya resistensi obat[7].
Karena upaya pemberantasan malaria belum memberikan hasil maksimal maka
perlu ada cara lain untuk membantu program pemberantasan malaria ini yaitu
dengan pengendalian vektor mengunakan Teknik Serangga Mandul (TSM) atau
Teknik Jantan Mandul (TJM).
TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT
Teknologi nuklir merupakan salah satu teknologi yang mengalami kemajuan
pesat dalam pemanfaatannya pada berbagai sektor seperti bidang pertanian dan
kesehatan. Teknologi nuklir adalah teknologi yang memanfaatkan radiasi /
radioisotop untuk memecahkan masalah melalui penelitian dan pengembangan
di berbagai bidang, khususnya bidang kesehatan. Teknik ini memiliki banyak
keunggulan karena isotop radioaktif yang digunakan memiliki sifat kimiawi dan
sifat fisis yang sama denga zat kimia biasa/non radioaktif namun mempunyai
kelebihan sifat fisis yaitu dapat memancarkan radiasi [8].
Radiasi gamma, netron dan sinar X dapat dimanfaatkan untuk pengendalian
hama dan vektor penyakit, yaitu dapat digunakan untuk membunuh secara
langsung (direct killing) dengan teknik disinfestasi radiasi dan secara tidak
langsung (indirect killing) yang dikenal dengan teknik serangga mandul (TSM).
Teknik ini relatif baru dan potensial untuk pengendalian vektor malaria karena
ramah lingkungan, efektif spesies dan kompartibel dengan teknik lain. Prinsip
dasar TSM sangat sederhana yaitu membunuh serangga dengan serangga itu
sendiri (autodical technique).
Teknik ini meliputi radiasi koloni vektor / serangga di laboratorium dengan
berbagai dosis, kemudian secara periodik dilepas ke lapang sehingga tingkat
kebolehjadian perkawinan antara serangga mandul dengan serangga vertil
menjadi semakin besar dari generasi pertama ke generasi berikutnya, yang
berakibat makin menurunnya persentase fertilitas populasi vektor di lapang yang
secara teoritis pada generasi ke-4 akan mencapai titik terendah menjadi 0% atau
jumlah populasi serangga pada generasi ke-5 menjadi nihil [9]. Selain digunakan
untuk dalam pemandulan vektor, teknik nuklir juga bisa digunakan sebagai
penanda vektor. Karena salah satu sifat radioisotop (seperti P-32) dapat
memancarkan sinar radioaktif, sehingga dipakai sebagai penanda nyamuk
Anopheles sp. di lapangan, sementara cara penandaan dengan teknik lain
dianggap sangat suilit mengingat tubuh nyamuk terlalu rapuh serta stadium
larva dan pupa yang hidup di air.
Penandaan serangga dianggap penting terutama utuk mempelajari bionomik
nyamuk di lapangan, seperti jarak terbang, pola pemencaran, umur nyamuk,
pemilihan hospes, siklus gonotrofi dan aspek bionomik yang lain.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik nuklir sangat bermanfaat
dalam pengendalian vektor penyakit malaria dengan Teknik Serangga Mandul
dan merupakan teknik pengendalian yang sangat spesifik karena hanya
berpengaruh pada spesies target, ramah lingkungan, tidak menimbulkan
resistensi baik obat malaria maupun pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Pencemaran laut oleh bahan kimia kian marak. Hal ini berdampak buruk pada
flora maupun fauna yang menghuninya. Seperti yang tejadi baru -baru ini di
perairan utara Jakarta, walaupun pihak Kantor Lingkungan Hidup Daerah (KLHD)
Jakarta Utara belum bisa memastikan dari mana asal pencemaran yang telah
membunuh ratusan di wilayah tersebut.
Dari sampel yang diambil di dua lokasi, di wilayah Kali Baru, Kecamatan
Cilincing, dan daerah di dekat proyek BKT, Marunda, Kecamatan Cilincing,
ditemukan setidaknya ada empat indikasi pencemaran yang tingkatnya sudah
jauh diatas batas Baku Mutu. Diantaranya adalah Asam Amonia, Nitrat, Chemical
Oxygen Demand (COD), dan Biological Oxygen Demand (BOD).
Untuk jumlah kandungan Amonia per liter air laut, di Kali Baru terdapat sebanyak
1,25 miligram, dan di Marunda sebanyak 0,50 miligram. Jumlah keduanya sudah
melebihi batas normal yang hanya 0,3 miligram per liter.
Sementara untuk Nitrat, di Kali Baru ditemukan sebanyak 0,1 miligram per litar,
dan di Marunda 0,05 miligram per liter. Jumlah ini jauh diatas ambang batas
normal sebesar 0,008 miligram per liter.
Pencemaran juga ditemukan melalu penelitian berdasarkan kebutuhan oksigen
biologis (BOD), dan kebutuhan oksigen kimia (COD). Jika BOD dan COD menurut
satndar baku mutu seharusnya hanya 10 sampai 20 miligram per liter air laut, di
Kali Baru dan Marunda masing masing sebanyak 45,40, dan 44,70 miligram per
liter. Untuk COD, di Kali Baru dan Marunda masing-masing sebesar 128,83, dan
98,08 miligram perliter.
Jadi memang sudah jelas kalau ikan-ikan yang mati belakangan di pesisir pantai
Jakarta Utara adalah akibat terjadinya pencemaran, ujar Razak Rasyidi, Kasi
Fasilitas dan Pengaduan Masyarakat KLHD Jakarta Utara saat ditemui di KLHD,
Kamis (28/5).
Begitupun, pihak KLHD menurut Razak belum bisa memastikan dari mana asal
pencemaran yang diketahui sudah menyurutkan usaha perikanan di Jakarta
Utara tersebut. Razak menuturkan bahwa sejauh ini, KLHD menduga ada tiga
sumber yang mungkin jadi penyebab pencemaran. Pertama adalah limbah
domestik yang dialirkan warga, limbah dari kapal laut yang berlabuh di Jakarta
Utara, dan limbah industri.
Untuk limbah domestik, menurut Razak kecurigaan timbul karena biasanya
kematian ikan-ikan akibat pencemaran hanya terjadi pada hari-hari libur seperti
Sabtu dan Ahad. Jadi bisa saja dari sampah warga yang berekreasi, kata Razak.
Sementara untuk limbah industri, kecurigaan timbul karena selain ada beberapa
perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai, ditemukan juga buih-buih
berwarna putih yang mengandung bahan-bahan kimia di perairan tempat
biasanya ikan-ikan ditemukan mati.
Saat ini KLHD sedang merancang sebuah peta besar yang bisa menggambarkan
arus lalu-lintas pembuangan limbah di Jakarta Utara. Diharapkan pihak KLHD,
peta tersebut akan mampu memberikan penjelasan tentang siapa yang paling
bertanggung jawab mencemari laut di Jakarta Utara.
Seperti diberitakan sebelumnya, pencemaran di laut Jakarta Utara ini sudah
menyebabkan goyahnya perekonomian para nelayan di sana. Sebagian terpaksa
tidak melaut karena untuk mendapatkan ikan kegiatan melaut saat ini harus
dilakukan jauh sampai ke laut lepas yang membutuhkan banyak biaya. Beberapa
juga terpaksa mengambil hutang pada rentenir-rentenir untuk melanjutkan
usahanya karena pendapatan yang menurun drastis sejak laut mulai tercemar.
Kesimpulan
Angka pencemaran dan kematian biota laut di Indonesia masih tinggi
dikarenakan banyaknya zat zat berbahaya dan limbah yang mencemari
permukaan laut tersebut.
TUGAS KLIPING
KESEHATAN LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
DANIEL MEICHRISDO
0961050106