I.
IDENTITAS
Nama
: Ny. AF
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Suku
: Makassar
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: jln. Barawaja
Tgl pemeriksaan
: 24 Juni 2015
No. RM
: 07 28 60
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
B. Anamnesis terpimpin
Dialami sejak tiga hari yang lalu, muncul perlahan-lahan dan semakin
memberat 2 hari terakhir. Mata merah disertai rasa panas, agak gatal, bengkak
dan berair. Cairan yang keluar tidak berwarna terutama pada pagi hari, tidak
berbau dan encer. Selain itu, pasien merasa penglihatannya normal, namun
mata terasa ada yang mengganjal sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di
mata kanannya. Penglihatan kembar tidak ada, silau tidak ada, nyeri tidak ada,
rasa pusing pada kepala tidak ada. Riwayat terapi tidak ada. Riwayat trauma
tidak ada. Riwayat demam disangkal. Riwayat keluarga dan lingkungan
sekitar dengan gejala yang sama disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1.
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
: disangkal
Visus
Visus jauh tanpa koreksi
Koreksi
Visus jauh dengan koreksi
terbaik
Visus dekat
Koreksi
Visus dekat dengan koreksi
OS
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan
Palpebra
Silia
Apparatus lakrimalis
Konjungtiva
Kornea (tes sensitivitas dan
flouresens jika ada)
BMD
Iris
Pupil
diameter 3mm
RCL (+)/RCTL (+)
(-)
Jernih
OS
Edema (-)
Sekret (-), serous
Hiperlakrimasi (-)
Hiperemis (-), injeksi
konjungtiva (-)
Jernih
Dalam batas normal
Cokelat, Kripte (+),
arcus senilis (+)
Bulat, letak sentral,
diameter 3mm
RCL (+)/RCTL (+)
(-)
Jernih
OD
OS
Tekanan intraokuler
Metode Pemeriksaan
OD
Normal
Tidak diperiksa
OS
Tekanan Intraokuler
Palpasi
Indentasi Schiotz
Normal
Tidak diperiksa
Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula preaurikuler
Edema
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada pembesaran
Tidak ada
G. Palpasi
OD
Tidak ada
Tidak ada
ada pembesaran
Edema palpebra
H. Tes buta warna
Tidak dilakukan pemeriksaan
I.
: (-)
FOS
: (-)
DIAGNOSIS BANDING
OD perdarahan subkonjungtiva
OD episkleritis
VI. DIAGNOSIS
OD konjungtivitis Kataralis Akut e.c Suspek Viral
VII. TERAPI
Non Medikamentosa
o Beristirahat dan menghindari kontak dengan keluarga maupun
lingkungan di sekitarnya beberapa hari agar tidak menularkan ke
orang yang sehat. Pasien diberi penjelasan bahwa konjungtivitis
bisa menular melalui udara.
o Memberikan edukasi kepada pasien bahwa konjungtivitis karena
virus merupakan penyakit yang dapat sembuh secara spontan.
Pasien harus menjaga asupan nutrisi sehingga meningkatkan sistem
imun.
o Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak mengucek mata,
menghindari paparan debu (dapat menggunakan penutup misalnya
kaca mata hitam).
o Menjaga kebersihan diri dan lingkungan (mencuci tangan,
memisahkan handuk, pakaian, dan seprei pasien dengan keluarga
yang lain).
4
Medikamentosa
o Polydex
6 tetes OD/hari
o Ciprofloaxacin
2x500 mg
o Methyl prednisone
3x4 mg
VIII. PROGNOSIS
Konjungtivitis
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
OS
-
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI KONJUNGTIVA
Kulit kelopak mata menyatu ke dalam kulit periorbital sekitarnya,
tumbuh dalam waktu 2 bulan jika dicabut keluar. Silia menangkap partikel kecil
dan juga bekerja sebagai sensor untuk merangsang penutupan reflex kelopak
mata. Berkedip menambah pompa lakrimal untuk memproduksi air mata di atas
mata dan akan mendorong bahan asing dari mata.1
Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 3 bagian:
konjungtiva palpebral. Bagian ini terletak dekat dengan bola mata. Epitel
konjungtiva palpebral adalah epitel berlapis kolumnar rendah dengan sedikit sel
goblet. Epitel berlapis gepeng kulit tipis berlanjut hingg ke tepi kelopak mata dan
kemudian menyatu menjadi epitel berlapis silindris konjungtiva palpebral.3
Kantung konjungtiva terdiri atas konjungtiva bulbi, konjungtiva forniks
yang terbagi atas 3 bagian, lipatan semilunar dimedial, dan konjungtiva palpebral.
Serat otot polos dari m.levator superior mempertahankan forniks superior
sedangkan jaringan fibrous di pertahankan oleh m.rectus yang secara horizontal
difiksasi di bagian temporal konjungtiva. Karunkula adalah massa jaringan
berdaging yang mengandung rambut dan kelenjar sebasea. Kelenjar tarsal
konjungtiva melekat erat ke tarsus, dan konjungtiva bulbar melekat pada kapsul
Tenon. Jaringan-jaringan ini bersatu di limbus, dan membentuk tonjolan disebut
pagar Vogt. Daerah ini banyak mengandung sel-sel induk kornea.1
Morfologi sel dari epitel konjungtiva bervariasi dari epitel berlapis cuboid
di daerah tarsus hingga epitel selapis columner pada forniks hingga ke lapisan
skuamous bola mata. Dari permukaan morfologi tersebut, terdapat sel goblet
berjumlah sekitar 10% dari sel basal di epitel konjungtiva. Epitel tersebut yang
paling banyak di konjungtiva tarsal dan bulbar inferonasal konjungtiva.1
Substantia propria konjungtiva terdiri dari jaringan ikat longgar. Jaringan
konjungtiva limfoid yang terdiri dari limfosit dan leukosit lainnya terdapat banyak
di forniks. Limfosit berinteraksi dengan mukosa sel epitel melalui sinyal umpan
balik dimediasi oleh faktor-faktor pertumbuhan, sitokin, dan neuropeptida.
Palpebra konjungtiva mendapat suplai darah dari kelopak mata. Konjungtiva
bulbar disuplai oleh arteri siliaris anterior dari percabangan arteri ophthalmic.
Kapiler ini bersifat semipermeable dan fluorescein mudah bocor seperti halnya
koriokapiler.1
Konjungtiva palpebral mendapatkan suplai darah dari kelopak mata.
Konjungtiva bulbar mendapatkan suplai darah dari arteri ciliaris anterior yang
merupakan percabangan dari arteri oftalmika. 1
IV. KONJUNGTIVITIS
A. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh
4 penyebab utama yaitu virus, bakteri, allergen, dan iritan. Dari keempat hal
tersebut, infeksi akut yang paling banyak terdapat pada pelayanan primer
disebabkan oleh virus dan bakteri. Sekitar 1% - 2% dari seluruh konsultasi
kesehatan keluarga. Konjungtivitis bacterial umumnya lebih sedikit didapatkan
dibanding konjungtivitis viral terutama pada orang dewasa.4
Konjungtivitis adalah proses inflamasi yang melibatkan permukaan mata
dan ditandai oleh adanya suatu dilatasi vascular, infiltrasi selular, dan eksudasi.
Berdasarkan
waktu
perjalanannya
dibagi
atas
konjungtivitis
akut
dan
Gejala khas yang ditunjukkan oleh semua pasien berupa mata merah dan
kelopak mata lengket di pagi hari karena meningkatnya sekresi. Setiap
konjungtivitis juga dapat menyebabkan pembengkakan di kelopak mata, yang
berakibat munculnya pseudoptosis. Foreign body sensation, sensasi tekanan, dan
sensasi terbakar biasanya dirasakan pasien, meskipun gejala-gejala ini dapat
bervariasi antara pasien. Rasa gatal menunjukkan adanya reaksi alergi. Fotofobia
dan lakrimasi (epifora) juga dapat muncul namun bervariasi. Adanya
blepharospasme menunjukkan keterlibatan kornea (keratoconjunctivitis).5
Gejala yang sangat prominen pada konjungtivitis akut adalah gatal ringan,
rasa mengganjal dimata, dan fotofobia ringan. Selain itu, hal yang sering muncul
berupa injeksi konjungtiva, perlengketan kelopak mata terutama di pagi hari
setelah bangun pagi, terdapat cairan purulent atau serous pada satu atau kedua
mata namun tanpa adanya tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.4
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, epifora, pseudoptosis,
hipertrofi
papiler,
kemosis,
folikel
(hipertrofi
lapis
limfoid
stroma),
Pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat sifat dan
injeksi vaskular, sekret, pembengkakan konjungtiva, dan lain-lain dapat
dievaluasi menggunakan slit lamp. 5
2)
mikrobiologi
untuk
mengidentifikasi
jenis
patogen.
dan dicelup dalam larutan Giemsa dan stain Gram. Temuan sitology
memberikan informasi penting tentang etiologi konjungtivitis tersebut. 5
a) Konjungtivitis bakterial: sel granulosit dengan inti polimorf dan
ditemukan adanya bakteri
b) Konjungtivitis viral: limfosit dan monosit;
c) Konjungtivitis chlamydia: Ditemukan sel limfosit, sel plasma, dan
leukosit;
d) Konjungtivitis alergi: Temuan meliputi sel granulosit eosinophilic
dan limfosit;
e) Konjungtivitis mikotik (sangat jarang): pada pewarnaan giemsa
dan gram akan tampak adanya hifa;
4)
E. Klasifikasi
Konjungtivitis, berdasarkan penyebab terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial
2. Konjungtivitis viral
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Jamur
5. Konjungtivitis Parasit
6. Konjungtivitis iritasi atau kimia 6
Konjungtivitis Kataral
Konjungtivitis Purulen
10
Konjungtivitis Flikten
Konjungtivitis Membran
Konjungtivitis Vernal
Konjungtivitis Folikularis
oleh
Koch
Weeks,
stafilokokus
aureus,
bulbi.
d. Blefarospasme
e. Secret mucus, mukopurulen
2. Konjungtivitis Kataralis Sub-akut
Merupakan lanjutan dari konjungtivitis kataralis akut atau oleh
kuman H.influenza.
Gejala objektif:7
a. Palpebra : edema
11
Gejala subjektif :
gatal, ngeres, rasa berat di mata, pagi banyak kotoran dimata, mata
a.
b.
c.
d.
terasa berpasir.
Gejala objektif :
Palpebra : tidak bengkak
Margo palpebra : blefaritis
Konjungtiva palpebra : sedikit hiperemis, licin
Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva ringan, dapat bilateral,
1. Konjungtivitis bakterial
a. Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi genokok,
meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Hemophilus
influenza dan Eschericia coli. Memberikan gejala berupa sekret mukopurulen dan
purulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis
dan blefaritis. Terdapat papil pada konjungtiva dan mata merah. Konjungtivitis
bakteri ini mudah menular.2
b. Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis bakteri umumnya memiliki manifestasi akut atau subakut
dengan kemerahan, sekret, pembengkakan, robekan, dan iritasi. Visus biasanya
tidak terganggu. Selain itu rasa nyeri jarang ditemukan dan mungkin dapat
12
dijadikan
diferensial
diagnosis
yaitu
episcleritis.
Sekret
dapat
bersifat
mukopurulen atau hanya bersifat purulen dan terdiri dari sel-sel (leukosit, bakteri,
sel-sel epitel) dan non-seluler (fibrin, protein, lendir). Tidak ada hubungan yang
spesifik antara jenis sekret dan etiologi konjungtivitis; eksudat mukopurulen
paling sering terlihat di konjungtivitis bakteri.12
Di Inggris, organisme yang paling umum menyebabkan konjungtivitis
adalah pneumococcus, Haemophilus spp. dan Staphylococcus aureus. Biasanya
dikaitkan dengan infeksi kronis, dan konjungtivitis purulen akut, dikenal lebih
umum sebagai "pink eye", biasanya disebabkan oleh pneumokokus. Kronis
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh Moraxella lacunata tapi organisme ini
jarang diidentifikasi. Konjungtivitis bakteri yang penting tapi jarang ditemukan
konjungtivitis purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae; Penyakit ini
masih menjadi penyebab yang berat dari konjungtivitis lain terutama pada bayi
baru lahir dari ibu yang terinfeksi. Apabila tidak dilakukan terapi, kornea dapat
menjadi infeksi dan menyebabkan perforasi serta kecacatan permanen pada
penglihatan. Sekret purulen, mata kemerahan dan edema kelopak mata adalah
kondisi yang umumnya dikenal sebagai oftalmia neonatorum.11
c. Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti
Streptococci, Staphylococci dan Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme
pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat
menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena
adanya kontaminasi eksternal (penggunaan kontak lens dan berenang) atau
penyebaran dengan melalui bagian tubuh yang terinfeksi (mengucek mata)7.
Konjungtivitis bakteri dapat mengenai segala ras, walaupun terdapat
perbedaan variasi geografi dan prevalensi patogen dari tiap daerah. Perempuan
dan laki-laki memiliki resiko yang sama untuk terkena konjungtivitis bakteri.
Perbedaan tingkat infeksi mungkin disebabkan oleh lingkungan dan pola
kebiasaan hidup.7
13
2.
3.
4.
5.
e. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhea dan Chlamydia serta transmisi ibu ke anak.7
Pemeriksaan kultur mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi bakteri
chlamydia atau jenis bakteri lain. Sama halnya dengan kultur viral dan fungal,
pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya penyebab sekunder seperti ulkus
kornea akibat penggunaan softlens dan lain-lain. Adapun respon selular yang
dapat muncul dari pemeriksaan kultur ini adalah peningkatan neutrophil untuk
14
infeksi akibat bakteri, peningkatan limfosit untuk infeksi virus, dan peningkatan
eosinophil untuk reaksi alergi.7
f. Penatalaksanaan
Terapi utama untuk konjungtivitis bakterialis adalah antibiotic topikal,
walaupun antibiotik sistemik kadang diperlukan untuk infeksi gonorhhea dan
chlamydia. Terapi lini pertama (tetes mata) sering digunakan yaitu: trimethoprim
kombinasi dengan polimixin B, gentamicin, tobramycin, neomycin, ciprofloxacin,
ofloxacin, erythromycin.7
2. Konjungtivitis Viral
a. Definisi
Konjungtivitis viral atau pink eye adalah penyakit yang sering ditemui,
bersifat self limiting disease dan biasanya disebabkan oleh adenovirus. Virus lain
juga dapat meyebabkan infeksi konjungtiva termasuk virus herpes simplex,
varicella zoster, enterovirus, coxsackie, poxvirus dan HIV. 9
b. Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
Herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus 9.
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita
dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi9.
c. Patofisiologi
Konjungtivitis viral akut adalah konjungtivitis yang paling sering ditemui.
Beberapa jenis adenovirus menjadi penyebab konjungtivitis ini. Biasanya gejala
pada mata muncul sebagai akibat dari infeksi saluran napas bagian atas dan
walaupun sering bersifat bilateral, satu mata mungkin saja sudah terinfeksi
sebelum mata lainnya. Mata yang telah terinfeksi menjadi merah dan
15
mengeluarkan sekret. Gejala lain yang dapat muncul yaitu kelopak mata yang
semakin menebal, dan akan tampak seperti kelopak mata jatuh. Pada palpasi,
dapat dirasakan adanya pembesaran kelenjar preaurikuler.pada beberapa kasus,
kornea dapat terlibat dan epitel kornea dapat memutih apabila berlangsung
beberapa bulan. Apabila kornea yang memutih tersebut tepat didepan jalur
refraksi, penglihatan akan sedikit terganggu. Tidak ada terapi khusus, tapi
biasanya dapat diterapi dengan antibiotik tetes untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.11
d. Gejala Klinis
Dua sindrom utama adalah keratokonjungtivitis epidemic dan demam
faringokonjungtiva. Keduanya disebabkan oleh adenovirus dan terjadi secara
epidemic. Gejala yang muncul berupa lakrimasi, mata merah, rasa tidak enak pada
mata dan fotofobia (biasanya unilateral). Tanda-tanda antara lain konjungtivitis
folikularis yang dicirikan oleh lesi-lesi disekret multipel yang agak meninggi
mirip butir-butir beras, dan limfadenopati preaurikuler. Sebagian penderita
mengalami keratitis yang mula-mula berupa lesi epitel pungtata difusa, kemudian
terjadi kekeruhan fokal subepitelial, dan akhirnya infiltrat stroma anterior. Yang
terakhir ini dapat berlangsung beberapa bulan.8
e. Diagnosis
Virus adalah penyebab setengah dari seluruh kasus konjungtivitis. Gejala
yang timbul selalu disertai dengan sekret berair dan pembesaran kelenjar
preaurikuler. Biasanya hanya diobati dengan antibiotic karena cukup sulit
membedakannya dengan infeksi bakteri tanpa dilakukan pemeriksaan kultur.
Kombinasi antibiotik dan steroid seperti tobradex, mungkin saja dapat
mengurangi gejala, namun dapat memudahkan infeksi herpes simpleks atipikal.13
Onset biasanya unilateral, tanda-tanda yang lain yaitu lakrimasi berat dan
rasa gatal disertai dengan sekret berair mukoid. Kelopak mata yang terkena
konjungtivitis
biasanya
edema.
Biasanya
pasien
memiliki
riwayat
flu
sebelumnya.5
16
Karakteristik temuan lain yaitu mata merah dan edema pda plika
semilunaris dan karunkula lakrimalis serta ditemukan adanya keratitis nummular
(Coin like infiltrates yang tampak pada superfisial korneal bagian stroma).5
f. Penatalaksanaan
Konjungtivitis viral umumnya dapat sembuh sendiri. Terapi untuk
konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus dapat diterapi dengan terapi
suportif. Pasien diinstruksikan untuk melakukan kompres dingin dan pemberian
tetes mata steril. Vasokonstriktor dan antihistamin topikal dapat digunakan untuk
mengatasi rasa gatal yang berlebihan. Untuk pasien yang dicurigai berpotensi
terkena infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi
bakteri.9
Pada pasien dengan konjungtivitis yang disebabkan oleh virus Herpes
simpleks, terapi antiviral topikal dapat diberikan seperti, idoxuridine, vidarabine
dan trifluridine. 9
Untuk konjungtivitis akibat infeksi virus varicella zoster, pemberian
acyclovir oral dapat diberikan untuk menghambat replikasi virus. 9
Pencegahan transmisi konjungtivitis viral sangat penting dilakukan. Pasien
dan pemeriksa harus mencuci tangan untuk mencegah infeksi mata, tidak bertukar
handuk, linen dan alat kosmetik. Pasien diharapkan untuk istirahat dari pekerjaan
untuk menhindari penularan, dan tidak diperkenankan untuk menggunakan
softlens hingga tanda dan gejala sudah teratasi. 9
3. Konjungtivitis Alergi
a. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering
dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh
sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE.10
b. Etiologi dan Faktor Risiko
17
18
mungkin berpengaruh terhadap terapi penyakit tersebut. Aktivasi sel mast dan
degranulasi sel mast juga telah dilakukan penelitian dalam beberapa tahun
terakhir. Studi tersebut mendeskripsikan pentingnya beta-chemokines dalam
mengaktivasi leukosit dan aktivasi sel mast primer. Dalam hal ini, eotaxin-1
menunjukkan adanya peranan utama dalam stimulasi signal pada sel mast di
konjungtiva. Pada sebuah studi konjungtivitis alergi, eotaxin-1 reseptor antagonis
mampu menghambat timbulnya reaksi alergi sehingga dijadikan sebagai terapi
yang sangat menarik dalam mengatasi reaksi alergi. Pembuktian tersebut diatas
menunjukkan bahwa ilmu alergi pada mata dapat menjadi terapi baru dalam
mengkontrol reaski alergi.10
d. Diagnosis
Diagnosis konjungtivitis alergi didasasarkan pada temuan klinis dan
berdasarkan
riwayat
penyakit
sebelumnya.
Bagaimanapun
juga,
tes
seperi
batu-batu
bulat
untuk
membuat
jalanan
19
3.
Gejala utama yang muncul pada konjungtivitis alergi adalah rasa gatal,
lakrimasi, mata merah, rasa mengganjal dimata, edema dan adanya riwayat alergi
seperti rhinitis atau asthma.10
f. Penatalaksanaan
Konjungtivitis alergi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gatal, injeksi konjungtiva, pengeluaran sekret mukus, kemosis, dan edema
kelopak mata. Terapi dimulai dengan menghindari bahan iritan, mengentikan
untuk sementara penggunaan make-up dan melakukan kompres dingin.
Penggunaan tetes mata mengandung kombinasi antihistamin, zinc astringet, dan
dekongestan. Penggunaan tetes mata tersebut mengakibatkan dilatasi pupil namun
dapat menyebabkan serangan glaucoma sudut tertutup. Untuk itu, jika pemberian
dekongestan direkomendasikan, ingatkan pada pasien untuk segera control apabila
terdapat gejala-gejala nyeri pada mata, penurunan visus, atau mata semakin
merah.13
Eksaserbasi akut dapat diobati dengan steroid topikal tetes mata natrium
kromoglikat 2% digunakan untuk pengobatan jangka lama dan sebagai
profilaksis.8
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2003 p.99-122
Konski. Ophthalmology. p.9-11
Scott IU, Kevin L. 2010. Conjunctivitis, Viral. California: Penn State
10.
11.
12.
13.
Springer p.45-51
Seal, David. 2010. Ocular Infection. New York: Informa p.139-50
Leitman, Mark. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis. New
Brunswick: Blackwell p. 68-72
21