Anmal Sae 23 F Tutorial
Anmal Sae 23 F Tutorial
1. Sae
2. Dico
3. Rima
4. Mamet
5. Tepe
6. Dwi
7. Raissa
8. Opik
9. Vivi
10.Wira
11.Leni
12.Disti
KIRIM JAWABAN ANMAL DAN KLARIFIKASI ISTILAH SERTA LI JAM 3-4 SORE TANGGAL
24 FEBRUARI 2015 KE WIRAIMPERIA@GMAIL.COM
NOTES:
3 TERAKHIR, 3 GA ADA SUMBER, 3 GA LENGKAP MASUK GONCANGAN NGE PRINT
LAPORAN
KLARIFIKASI ISTILAH
1. first pregnancy 1
2. Twin delivery 2
3. ferrous sulphate 3
4. Folic acid 4
5. anemia prophylaxis 5
6. intravenous cannula 6
7. heavy lochia 7
8. vaginal bleeding 8
9. drowsy 9
10. Pale 10
11. Profuse bleeding 11
12. INR 12
13. APTT 1
wiraimperia@gmail.com
IDENFIKASI MASALAH
1. Ny. Anita berumur 39 tahun hamil pertama dengan anak kembar laki-laki dua jam
yang lalu
2. dia telah mendapatkan ferro sulfat dan asam folat selama kehamilan sebagai
profilaxis anemia dan hemoglobin terakhirnya 10.9 g/dL pada minggu ke 38.
3. setelah persalinan, di dapatkan lochia yang sangat banyak di sertai adanya darah
500 mL
4. pada pemeriksaan fisik didapatkan pusing, pucat, lemas, dan ekstrimitas dingin.
5. ditemukan robekan derajat 2 dan pada pemeriksaan palpasi pada uterus, teraba
sampa umbilicus serta terasa lembut.
6. pada pemeriksaan laboratorium.galonyo
ANALISIS MASALAH
1. Ny. Anita berumur 39 tahun hamil pertama dengan anak kembar laki-laki dua jam
yang lalu
a) Apakah resiko kehamilan dengan umur 39 tahun? 1 7 12 6
Menurut Hsieh TT, Advanced maternal age atau kehamilan dengan usia ibu tua didefinisikan
sebagai usia ibu yang lebih dari sama dengan 35 tahun yang dihitung dari tanggal saat
persalinan. Di Amerika Serikat kejadian ini meningkat dari 5% menjadi 15% pada tahun
2007. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya pernikahan diluar usia subur,
semakin tinggi tingkat intelektual seseorang sehingga lebih terfokus pada karir, dan semakin
berkembangnya teknik memperoleh anak dengan bantuan alat seperti bayi tabung. Pada
kasus Ny. Anita melahirkan anak pertamanya pada usia 39 tahun yang berarti termasuk dalam
advanced maternal age.
Advanced maternal age dapat menimbulkan berbagai resiko selama kehamilan dan
berhubungan dengan prognosis yang buruk bagi ibu dan janin yang dapat dilihat pada tabel 1.
Resiko paling tinggi pada ibu dapat terjadi suatu hipertensi kronik yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin.1
Tabel.1. resiko kehamilan usia tua1
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan
penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan
protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat proses pengembalian ukuran
uterus setelah melahirkan.
Selain itu advanced maternal age akan meningkatkan peluang kejadian kehamilan ganda
yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Saat usia seorang wanita mencapai usia 37 tahun,
stimulasi FSH berada pada kondisi yang maksimal. Hal ini dapat menyebabkan peningkatkan
pembentukan folikel multiple sehingga prevalensi untuk kehamilan kembar lebih tinggi.
Sedangkan kehamilan kembar menyebabkan peregangan uterus berlebihan yang menjadi
faktor predisposisi terjadinya atonia uteri seperti pada kasus.1
Grafik.1. usia ibu dan peluang hamil kembar1
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit)
dan/atau hemoglobin (Hb) yang sehat di dalam darah berada dibawah nilai normal.
b) Batas-batas anemi 2 3 8 10
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis.
Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik Lochia terdiri dari eritrosit, peluruhan
deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi atau
pengerutan uterus kembali ke bentuk serta posisi normal.
b)
c)
d)
e)
Kriteria lochia 4 5 6
Mengapa lochia keluar setelah persalinan (mekanisme) 7 8 9
berapa jumlah darah yang normalnya keluar pada saat persalinan 10 11 12
faktor resiko terjadinya perdarahan 1 2 3
Faktor resiko dari perdarahan postpartum adalah multiparitas, anak besar, hamil
kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPH sebelumnya, dan kehamilan resiko
tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan.
f) bagaimana manajemen perdarahan postpartum 4 5 6
4. pada pemeriksaan fisik didapatkan pusing, pucat, lemas, dan ekstrimitas dingin.
a) Apa yang dimaksud dengan drowsy and pale? Etiologi dan mekanisme? 7 8 9
b) Apa hubungan drowsy and pale dengan PPH 10 11 12
c) Apa yang di maksud dengan ekstrimitas dingin? Etiologi dan Mekanismenya?
123
Ekstremitas dingin adalah suatu kondisi dimana ujung-ujung dari tangan dan kaki kita
teraba dingin. Pada saat perdarahan dalam jumlah banyak, tubuh mengkompensasi
dengan cara mengecilkan pembuluh darah pada bagian perifer, hal ini dilakukan agar
darah difokuskan pada organ2 vital saja. Hal inilah nantinya menyebabkan suhu di perifer
lebih rendah.
d) Bagaimana hubungan ekstrimitas dingin dengan PPH 4 5 6
5. ditemukan robekan derajat 2 dan pada pemeriksaan palpasi pada uterus, teraba
sampa umbilicus serta terasa lembut.
a)
b)
c)
d)
e)
Robekan pada vagina merupakan suatu tanda terjadinya ruptur perineum. Jenis robekan
perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut:
a. Derajat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum. Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri penjahitan tidak diperlukan
jika tidak perdarahan dan menyatu dengan baik.
b. Derajat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum
dan otot perineum. Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otototot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian
luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan jaringan jaringan dibawahnya.
c. Derajat tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum,
otot-otot perineum dan sfingterani eksterna.
d. Derajat empat : Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingterani yang
meluas sampai ke mukosa rectum dengan jarak yang bervariasi.
f) Apa makna robekan pada kasus 4 5 6
g) Bagaimana manajemen persalinan dengan episiotomy 7 8 9
h) Bagaimana manajemen robekan derajat 2 perineal pada kasus 10 11 12
6. pada pemeriksaan laboratorium.galonyo
a) Interpretasi dan mekanisme dari
a. Hemoglobin 1 2 3
b. MCV 4 5 6
c. Leukosit 7 8 9
d. Platelet 10 11 12
e. INR 1 2 3
f. APTT 4 5 6
g. Sodium 7 8 9
h. Kalium 10 11 12
i. Urea 1 2 3
j. Kreatinin 4 5 6
Pada Kasus
7,2 g/dL
99,0 fL
Interpretasi
Anemia
Normal
Perdarahan anemia
Leukosit
5.000 - 10.000
3.200/mm
normokrom normositer
Menurun
Perdarahan lokia
Trombosit
150.000 -
INR
400.000
0,8 - 1,2
131.000/mm3
banyak leukosit
Menurun
1,3
Perdarahan trombosit
Meningkat
Perdarahan viskositas
darah faktor
APTT
Natrium
23 - 39 detik
135 - 155
39 detik
138 mEq/dL
pembekuan darah
Normal
Normal
Kalium
mEq/dL
3,6 - 5,5
3,5 mEq/dL
Normal
Urea
mEq/dL
2,6 - 5,5
5,2 mmol/dL
Normal
Kreatinin
mmol/dL
45 - 90
64 mol/dL
Normal
mol/dL
HIPOTESIS
Ny. Anita dengan perdarahan postpartum setelah melahirkan anak kembar dengan
usia ekstrim
Template (PPH)
1. How to diagnose 1 2 3
Anamnesis dilakukan untuk mencari identitas pasien terutama umur. Selain itu juga
ditanyakan apa saja yang terjadi selama persalinan, termasuk penyulit selama persalinan
seperti janin besar dan persalinan kembar. Selain itu ditanya kapan pendarahan muncul,
untuk menentukan aakah perdarahan post partum termasuk yang primer (<24 jam seteleah
persalinan) atau sekunder (>24 jam setelah persalinan). Perdarahan yang terjadi dapat deras
atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga
cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali
tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan
mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan,
maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat. Jika perdarahan
lebih dari 500 ml maka dapat disimpulkan terjadinya perdarahan post partum.
Untuk setiap kejadian perdarahan post partum, harus diketahui faktor-faktor
penyebab terjadinya perdarahan post partum. Untuk menentukan faktor penyebabnya,
beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain :
Jika terjadi perdarahan post partum, maka harus diperiksa tanda vital untuk
menentukan derajat syok pada pasien untuk penanganan kehilangan darah. Penentuan
derajat syok ini ditujukan untuk tatalaksana apa yag harus diberikan untuk mengganti
darah yang hilang. Derajat syok dapat ditentukan sebagai berikut
Derajat 2: kehilangan 15-25% darah (750-1250 ml): terjadi takikardi dan takipnea
tekanan darah menurun, suhu tubuh menurun, terjadi anxietas dan agitasi yang
2.
3.
4.
5.
DD 4 5 6
WD 7 8 9
Komplikasi 10 11 12
Etiologi 1 2 3
Epidemiologi 4 5 6
Patofisiologi 7 8 9
Faktor resiko 10 11 12
Manajemen 1 2 3
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien
bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau sampai syok berat dan hipovolemik.
Tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada kasus
Ny. Anita kesadaran umum menurun, pucat, akral dingin harus segera diberi oksigen.
Berdasarkan Sarwono 2010 dan, pada umumnya dilakukan secara simutan (bila
pasien syok) hal-hal sebagai berikut:
1. Sikap tredelenburg, memasang venous line dan memberikan oksigen.
2. Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara:
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian uterotonika seperti oksitosin 10 IU IM dan infuse 20 IU dalam 5001000ml RL 40-60 tetesan permenit. Menurut WHO 2009, oksitosin merupakan
lini pertama uterotonik yang digunakan pada PPH sedangkan untuk lini kedua
bisa diberikan uterotonik lainnya seperti turunan ergot dan prostaglandin.
Memberikan derifat prostaglanin F2alfa (carboprost tromethamin) yang kadang
memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan
aorta abdominalis.
Kompresi aorta abdominalis.
Prosedur: Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilicus,
tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis.
Penekanan yang tepat akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri
DAFTAR PUSTAKA
1. Hsieh TT, Liou JD, Hsu JJ, Lo LM, Chen SF, Hung TH. Advanced maternal age and
adverse perinatal outcomes in an Asian population. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Biol.2010;148(1):21-26.
2. Manuaba, Ida Ayu Chandradinata, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : EGC. Hal 11-14
3. Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi dan Patologi Ed. 4 Bab 39
hal: 259-265. Jakarta: ECG.
4. Medscape article of male gemelli; author Jonathan Rubenstein, MD Staff Physician,
Chesapeake Urology Associates, Towson, MD updated 24 february 2014
5. Cunningham, F G, Gant, N F, Leveno, K J, Gilstrap-III, L C, Haulth, J C, Wenstrom, K D.
2012. Obstetri Williams Volume 2, Bagian 7 Bab 39:Kehamilan Multijanin. Jakarta: EGC)
6. Leveno, Kenneth J, Cunningham, F. Gary, et al. 2003. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
7. Charles F. L, Lora L. A dan Morton P. G. 2011. Drug Information Handbook-20th edition.
USA: Lexi Comp
8. Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Hal. 41-42.
9. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Ed. 4 Bab 13 hal: 158-163. Jakarta : P.T.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10. Cunningham, F G, Gant, N F, Leveno, K J, Gilstrap-III, L C, Haulth, J C, Wenstrom, K
D. 2012. Obstetri Williams Volume 1, Bagian 4 Bab 21:Volume Cairan Amnion dan
Kelainannya. Jakarta: EGC)
11. Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan, hal: 522-529 edisi: 4 cetakan ke 3 dan
terbitan tahun 2010).
12. Johnson, Ruth. 2010. Buku Ajar Praktik Kebidanan.Hal 86-124 Jakarta : EGC
13. Cunningham, Gary F., et al. 2010. Williams Obstetrics 23rd edition.Hal 342-356 Jakarta :
EGC
14. Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi dan Patologi Ed. 4 Bab 18
hal: 116. Jakarta: ECG.
15. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, hal: 523-524 edisi: 4 cetakan ke 3 dan
terbitan tahun 2010).
16.
Cunningham, F G, Gant, N F, Leveno, K J,
Gilstrap-III, L C, Haulth, J C, Wenstrom, K D. 2012. Obstetri Williams Volume 2, Bagian 7
Bab 35: Perdarahan Obstetrik. Jakarta: EGC
17. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
18. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Ed. 4 Bab 39 hal: 526. Jakarta : P.T.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
19. Sutedjo, Juni. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium.Yogyakarta: Amara Books. Hal. 20.
20. Manuaba, Prof.dr. Ida Bagus Gede.2009.Pengantar kuliah obstetrik .Jakarta: EGC
21. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Ed. 4 Bab 39 hal: 493-529. Jakarta :
P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
22.
Cunningham, F G, Gant, N F, Leveno, K J,
Gilstrap-III, L C, Haulth, J C, Wenstrom, K D. 2012. Obstetri Williams Volume 2, Bagian 7
Bab 35: Perdarahan Obstetrik. Jakarta: EGC)
23. Benson Ralph C, Pernoll Martin L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi
kesembilan. Jakarta : EGC. Bab perdarahan obstetrik
24. Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
25. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar 2. 2. Kompetensi Dokter Indonesia Edisi
kedua. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. Hal 44.