Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN


PERTANYAAN PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan. (Suratun, 2008)
2. Definisi Program Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usahan untuk mencapai
kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu
dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk
Indonesia dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR).
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dalam hubungan dengan suami isteri, menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hanafi Hartanto,2004).
Komponen dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan kontrasepsi (PK),

pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi


perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi (Hanafi Hartanto,2004).
3. Manfaat Keluarga Berencana
Setiap tahun, terdapat 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang
melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tidak
aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Pada masa kehamilan, KB
dapat mencegah sebagian besar kematian dan bahaya-bahaya akibat keadaan lain
yaitu:
1. Kehamilan terlalu dini : perempuan yang sudah hamil ketika umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Hal
ini dikarenakan tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh ; belum cukup matang
dan siap untuk dilewati oleh bayi dan bayinya memiliki resiko kematian
sebelum usia mencapai 1 tahun.
2. Kehamilan terlalu telat : perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya jika
memiliki problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil
dan melahirkan.
3. Jenis Metode Keluarga Berencana
a. Non Hormonal
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu PUS (ASI) secara eksklusif, artinya bayi hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun. ASI bekerja sebagai penunda
kehamilan dengan menekan ovulasi. Syarat untuk dapat menggunakan metode ini
adalah dengan melakukan kegiatan menyusui secara penuh (full breast feeding) yang
akan lebih efektif bila melakukan pemberian dengan jumlah lebih dari delapan kali
dalam sehari (BKKBN, 2012).
Keuntungan kontraseptif metode ini adalah memiliki efektivitas tinggi yaitu
keberhasilan yang dapat mencapai 98% pada enam bulan pascapersalinan, tidak

mengganggu aktivitas senggama, tidak menimbulkan efek samping secara sistemik,


tidak perlu pengawasan medis dan tidak memerlukan obat dan biaya. Keuntungan
non kontraseptif untuk bayi, adalah bayi akan mendapatkan kekebalan pasif
(mendapatkan antibodi melalui ASI), kemudian ASI juga menjadi sumber asupan gisi
yang paling baik untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, serta bayi dapat
terhindar dari paparan kontaminatif dari air, susu formula dan atau alat minum yang
dipakai (Kemenkes, 2012)
Namun metode ini memiliki keterbatasan yaitu memerlukan persiapan sejak
perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan, agak
sulit dilakukan karena kondisi sosial, efektifitas hanya tinggi sampai kembalinya haid
atau sampai dengan 6 bulan, serta tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus
hepatitis B/ HBV dan HIV/AIDS (Kemenkes 2011).
2) Kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama, dengan cara menghalangi terjadinya pertemuan
sperma dan sel telur dnegan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tidak tercurah kedalam saluran reproduksi
perempuan dan mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV)
dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil) (BKKBN, 2012).
Manfaat kontraseptif dari penggunaan kondom adalah dapat secara efektif
mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI
dan tidak memiliki pengaruh sistemik, harganya murah dan dapat dibeli secara
umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus. Sedangkan
manfaat non kontraseptifnya adalah membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks), dapat mencegah

penularan IMS dan HIV, memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB,
mencegah ejakulasi dini serta mencegah imuno infertilitas (BBKBN 2012).
Keterbatasan kondom adalah keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh cara
penggunaannya, dapat mengurangi sentuhan langsung sehingga cukup mengganggu
hubungan seksual, kondom harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual,
timbul masalah psikososial yaitu perasaan malu saat membeli kondom di tempat
umum (BKKBN,2012).
3) Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan
dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk
digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan
dari metode ini cukup tinggi.
4) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara,
yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
5) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8%
kehamilan.
6) Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau yang disingkat AKDR merupakan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan
plastik polietilena dna ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Cara
kerjanya adalah mencegah terjadinya fertilisasi yaitu tembaga yang ada pada AKDR
dapat menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik untuk sperma sehingga tidak
mampu untuk fertilisasin (BKKBN, 2012).
Keuntungan AKDR adalah efektivitasnya yang tinggi dalam mencegah
kehamilan 99,2-99,4%, dapat efektif segera setelah pemasangan termasuk untuk
jangka panjang, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI, dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obatobat dan dapat membantu mencegah kehamilam ektopik (BKKBN, 2012).
Sedangkan keterbatasan penggunaan AKDR adalah tidak mencegah infeksi
menular seksual (IMS), tidak sesuai bila digunakan oleh perempuan dengan IMS
atau perempuan yang sering berganti pasangan, memerlukan prosdur medis termasuk
pemeriksaan pelvis, akseptor harus memeriksakan posisi benang AKDR nya dari
waktu ke waktu, yaitu dengan memasukkan jarinya sendiri ke dalam vagina, namun
sebagian perempuan tidak berkenan melakukan hal ini (BKKBN, 2012).
8) Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi
Tubekotomi merupakan metode operasi wanita (MOW), yaitu metode
kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil
lagi dengan cara mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Waktu yang tepat untuk
melakukan prosedur tubektomi adalah dalam 48 jam pascapersalinan.
Manfaat kontraseptif dari tubektomi adalah efektivitasnya yang tinggi yaitu
99,5% pada 0,5 kehamilan per 100 orang perempuan, tidak mempengaruhi preoses

menyusui, tidak bergantung pada faktor hubungan seksual, tidak ada efek samping
dalam jangka panjang dan tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. Sedangkan
manfaat non kontraseptifnya adalah berkurangnya risiko kanker ovarium.
Namun keterbatasan metode ini adalah harus dipertimbangkan sifat permanen
dari kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi), dan harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (BKKBN, 2012).
b) Vasektomi
Vasektomi merupakan metode operasi pria (MOP) yaitu prosedur klinik yang
dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi
vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
(penyatuan dengan ovum tidak terjadi).
Jenis vasektomi ada dua, yaitu dengan insisi dan Vasektomi Tanpa Pisau
(VTP).----------------------------------Keuntungan dari vasektomi adalah efektivitas yang tinggi yaitu 99,6-99,8%,
sangat aman dan hampir tidak ditemukan efek samping jangka panjang, morbiditas
san mortalitas jarang, hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang, tingkat
rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi tinggi. Sedangkan
keterbatasannya, tidak efektif segera, karena itu WHO menyarankan kontrasepsi
tambahan selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi), dan
teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri
dibandingkan teknik insisi (BKKBN,2012).
b. Hormonal
1) Progestin
a) Pil Progestin
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon progesteron. Cara kerja pil ini adalah dengan menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan

lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk
mini pil.
Keuntungan dari konsumsi pil progestin adalah sangat efektif jika diminum
setiap hari di waktu yang sama, tidak memerlukan pemeriksaan panggul, tidak
mempengaruhi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual, serta efek samping yang
minimal (BKKBN, 2012).
Keterbatasan penggunaan pil progestin, harus digunakan setiap hari dan pada
waktu yang sama, berisiko munculnya kehamilan ektopik, efektifitas menjadi lebih
rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi, serta
tidak mencegah IMS (BKKBN, 2012).
b) Injeksi Progestin
Injeksi progestin sangat efektif mencegah kehamilan jangka panjang, yang tidak
memengaruhi hubungan seksual, ia juga tidak mengandung estrogen sehingga tidak
akan berdampak serius terhdap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,
tidak memengaruhi ASI, dapat dikonsumsi oleh perempuan berusia > 35 tahun
sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara serta menurunkan krisis
anemia bulan sabit (BKKBN, 2012).
Namun yang menjadi keterbatasan penggunaan injeksi ini ialah akseptor
sangat bergantung kepada tempat penyedia layanan kesehatan, tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, tidak mencegah IMS serta terlambatnya
kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Injeksi progestin ini dapat digunakan oleh perempuan dalam kategori usia
reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak menghendaki kontrasepsi jangka
panjang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai setelah abortus atau

keguguran telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi tidak dapat
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen menggunakan obat untuk epilepsy
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin) tekanan darah < 180/110
mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia
defisiensi besi. Namun tidak boleh digunakan oleh perempuan dengan keadaan hamil
atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi.
c) Implan Progestin
Merupakan alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang
dPUSngkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri. Keuntungan menggunakan alat
kontrasepsi implan ini ialah efektifitas dan daya gunanya cukup tinggi serta memberi
perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan
setelah pencabutan sangat cepat, tidak memeplukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan hubungan seksual dan tidak
mengganggu ASI.
Selain itu, secara non-kontraseptif dapat mengurangi nyeri haid, dapat
mebgurangi jumlah darah haid, dapat mengurangi atau memperbaiki anemai, dapat
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan
jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggunl
serta menurunkan angka kejadian endometriosis.
Namun keterbatasan penggunaan alat kontrasepsi

implan

ini

ialah

penggunaannya membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan


pencabutan, tidak mencegah infeksi menular seksualm akseptor tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian alat kontrasepsi, akan tetapi harus mengunjungi

klinik untuk pencabutan, serta efektivitasnya menuurun apabila menggunakan obat


tuberkulosis atau obat epilepsi (BKKBN, 2012).
2) Kombinasi Hormon
Kombinasi hormon yang dimaksud adalah kombinasi hormon estrogen dan
progesteron sebagai alat kontrasepsi berbentuk pil atau tablet.
Manfaat dari penggunaan pil kombinasi adalah efektivitas yang tinggi (1
kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama penggunaan), risiko
terhadap kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, mudah
dihentikan setiap saat, kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan,
dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat , dapat digunakan sejak usia remaja
hingga menopause, serta membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara
dan dismenore atau akne.
Namun keterbatasannya ialah ia tidak boleh diberikan kepada PUS yang
sedang menyusui serta ia tidak mencegah IMS (BKKBN, 2012).
a) Injeksi Kombinasi
Keuntungan kontraseptif dari penggunaan injeksi kombinasi hormon ialah
efektivitasnya cukup tinggi, risiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak
memengaruhi aktivitas hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam
serta efek samping yang sangat kecil. Sedangkan keuntungan non kontraseptifnya
adalah dapat mengurangi jumlah perdarahan, dapat mengurangi nyeri saat
menstruasi, dapat mencegah anemia, membantu mencegah terjdinay kanker ovarium
dan kanker endometrium, dapat mengurangi penyakit payudara jinak dan kista
ovarium, mencegah kehamilan ektopik, melindungi akseptor dari penyakit radang

panggul serta pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause (BKKBN, 2012).
Namun kerugian dari penggunaan injeksi kombinasi hormon adalah ia dapat
mengakibatkan pola haid menjadi tidak teratur, menimbulkan perdarahan bercak
sampai 10 hari, kemudian dapat menimbulkan perasaan mual, sakit kepala, nyeri
kepala ringan namun akan menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga, dapat
menimbulkan ketergantungan akseptor terhadap pelayanan kesehatan, dan akseptor
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan, efektivitas dapat
berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (Fenitoin dan
Barbiturat) atau obat Tuberkulosis (Rifampisin), dapat menimbulkan kenaikan berat
badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B atau
HIV/AIDS, serta muncul kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian (BKKBN, 2012).
4. Karkateristik
a. Umur
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik yanag berhubungan
dengan ketepaparan terhadap penyakit. Beberapa pemyakit menular
menunjukkan bahwa umur muda mempunyai risiko yang tinggi bukan hanya
karena kerentanan melainkan juga pengalaman terhadap penyakit tertentu
yang biasanya sudah dialamai umur yang lebih tinggi (Noor, 2008).
Debpuur dkk (2002) menemukan pengaruh umur, jumlah anak dan
pendidikan terhadap pengetahuan alat/cara KB modern, pengetahuan sumber
KB, pemakaian lata/cara KB dan pilihan fertilitas. Semakin tua umur,
semakin banyak jumlah anak dan semakin tinggi pendidikan, semakin besar
peluang mengetahui suatu alat/cara KB modern, semakin besar peluang
mengetahui suatu sumber KB, semakin besar peluang membatasi kelahiran

dan semakin besar peluang memakai alat/cara KB Namun pada penelitian


kali ini dilakukan untuk semua pasangan usia subur yaitu 15-45 tahun.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan praktik
untuk memelihara kesehatannya. Konsep dasar pendidikan adalah suatu
proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat.
c. Pekerjaan
Sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja
dilakukan untuk mendapatkan penghasilan.Pengeluaran energi untuk
kegiatan yang dPUStuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu.
d. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang

melakukan

penginderaan

terhadap

suatu

objek

tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan,


pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior).
Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang

dapat memahami sesuatu gejala dan

memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari

pengalaman

langsung

ataupun

melalui

pengalaman

orang

lain.

Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu


maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam
tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya,

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian


yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.

2) Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi
atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan,
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
B. Kerangka Konsep

TINGKAT PENGETAHUAN
MENGENAI ALAT KONTRASEPSI

VARIABEL PENELITIAN:
USIA
TINGKAT PENDIDIKAN
JENIS PEKERJAAN

SIKAP

PERILAKU

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang pemilihan jenis alat kontrasepsi
di Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
2. Bagaimana gambaran usia PUS tentang pemilihan jenis alat kontrasepsi di Desa
Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
3. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan PUS tentang

pemilihan jenis alat

kontrasepsi di Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran jenis pekerjaan PUS tentang pemilihan jenis alat kontrasepsi di
Desa Karyamukti, Kota Banjar Provinsi Jawa Barat tahun 2014?

Anda mungkin juga menyukai