TINJAUAN PUSTAKA
mendatang,
seperti
kematian,
kesakitan,
kecacatan,
ketidak
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi
jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan
tindakan
segera
untuk
penanganan
adekuat
dalam
upaya
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya
meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit
oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003).
C. FAKTOR RISIKO
1. Terlalu muda (<16th)
Ibu hamil pertama pada umur 16 tahun, rahim dan panggul belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan
dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum
cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
2003).
Menurut JT. Mutihir pada studinya di Nigeria disebutkan bahwa pada
primigravida usia yang berusia kurang dari 20 tahun memiliki risiko
mengalami
komplikasi persalinan dan komplikasi perinatal yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan primigravida usia 20 34 tahun, yaitu peningkatan kejadian BBLR,
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena
kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.
Pre-eklamsia
Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi
tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Perdarahan setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji
Rochjati, 2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan
antara lain:
Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau
akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita
berusia lebih dari 45 tahun.
Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai
24 tahun.
Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam
midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan
merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu.
Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi
menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom
yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat
bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)
Pada penelitian Awad Shehadeh
di Queen Alia and Prince Hashem Hospital pada primigravida
berusia 35 tahun
didapatkan angka kejadian komplikasi keluaran maternal dan
perinatal yang
meningkat bila dibandingkan dengan primigravida usia 20-25 tahun
yaitu pada
kejadian perdarahan postpartum sebesar ,persalinan dengan bedah
Caesar kelahiran prematur, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
kelahiran mati, malformasi
kongenital,dan nilai apgar skor rendah
3. Terlalu cepat hamil lagi (<2th)
Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan melalui program
Keluarga Berencana ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena
pada kenyataannya masih banyak ibu-ibu muda memiliki jarak kehamilan
terlalu dekat. Data di Indonesia menunjukkan 36 % kelahiran memiliki
jarak kelahiran kurang dari 2 tahun
Amiruddin (2005) dalam penelitiannya di Makassar, mengemukakan
bahwa jarak kehamilan berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan
Odds Ratio 4,646, 95 % CI: 2,009-10,747. Selain itu, kehamilan dengan
jarak kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan keguguran, anemia, payah
jantung, bayi lahir sebelum waktunya (prematur), Berat Badan Lahir
Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji
Rochjati, 2003).
4.
Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi.Kehamilan ini bisa terjadi pada:
Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lainlain. (Poedji Rochjati, 2003).
4. lama hamil lagi (>10 th)
10
Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:
12