Anda di halaman 1dari 13

PENGGUNAAN DANA BANK SYARIAH

H. Syahrul
Dosen UIN Alauddin DPK STAI Al-Furqan
Makassar

Abstract:
This article describes the problem the use of funds of Islamic banks. Discussion of the results
obtained by the understanding that the use of third-party funds in Islamic banks are
generally used for real sector activities and investment activities. Pooled funding (liquidity)
to Bank Indonesia kept in the form of Wadiah (Wadiah Bank Indonesia Certificates) and the
interbank spot sharia. In general, the level of penetration of Islamic bank financing to the
real sector and investment is very high average of over 100 percent. Islamic banks use the
funds through financing with a model; sale and purchase, profit sharing, lease, pledge and
partnership with others. In use Islamic banks should pay attention to two aspects, namely;
Shar'ie aspect and the aspect of profitability.
Abstrak:

Artikel ini menjelaskan masalah penggunaan dana bank syariah. Diskusi hasil yang
diperoleh oleh pemahaman bahwa penggunaan dana pihak ketiga di bank syariah umumnya
digunakan untuk kegiatan sektor riil dan kegiatan investasi. Dana yang berlebihan
(likuiditas) kepada Bank Indonesia disimpan dalam bentuk Wadiah (Wadiah Sertifikat Bank
Indonesia) dan syariah spot antarbank. Secara umum, tingkat penetrasi pembiayaan bank
syariah ke sektor riil dan investasi rata-rata sangat tinggi lebih dari 100 persen. Bank syariah
menggunakan dana melalui pembiayaan dengan model; jual beli, bagi hasil, sewa, janji dan
kemitraan dengan orang lain. Dalam penggunaan bank syariah harus memperhatikan dua
aspek, yaitu; Aspek syar'I dan aspek profitabilitas.
Kata Kunci: Penggunaan Dana Bank Syariah

I. PEDAHULUAN
Bank syariah adalah lembaga keuangan/perbankan yang opera-sional dan
produknya dikembang-kan berdasarkan
pada al-qur'an dan hadis Nabi Saw. Dengan
kata lain Bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam
lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah.
Bank adalah lembaga perantara
keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Artinya lembaga bank adalah
lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan
dengan masalah uang. Dimana dengan bank
syariah uang dapat berfimgsi untuk meng-

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

gerakkan sektor riil dan kegiatan investasi


untuk mening-katkan laju pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi.
Untuk menghindari pengope-rasian
bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah.
Dengan kata lain, bank Islam lahir sebagai
salah satu solusi terhadap persoalan antara
bunga bank dengan riba. Sehingga ummat
Islam yang ingin melepaskan diri dari
persoalan riba telah ada solusi dengan
lahirnya bank Islam. Bank Islam lahir di
Indonesia pada sekitar tahun 90-an atau
tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7
tahun 1992, yang direvisi dengan UndangUndang Perbankan No. 10 tahun 1998,
dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi
dengan sistem bagi hasil serta UU

83

perbankan no. 21 tahun 2008 tentang izin


usaha bank syariah.1
Kaitan antara bank dengan uang
dalam suatu unit bisnis adalah penting,
namun dalam pelaksanaannya hams menghilangkan adanya ketidakadilan, ketidak
jujuran, kezaliman dan penipuan dari suatu
pihak kepihak lain. Kedudukan bank Islam
dengan para kliennya adalah sebagai mitra
investor dan pedagang, sedang pada bank
konvensional hubungannya adalah sebagai
kreditur atau debitur.
Sehubungan dengan jalinan investor
dan pedagang tersebut, maka dalam menjalankan pekerjaannya, bank Islam menggunakan berbagai model dan metode
investasi seperti kontrak muhdarabah. Di
samping itu, bank Islam juga terlibat dalam
kontrak murabahah. Mekanisme perbankan
Islam yang berdasarkan prinsip mitra usaha
adalah bebas bunga. Karena bunga (interest)
secara substansi termasuk salah jenis riba
yang diharamkan, dan sudah difatwakan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
sebelumnya puluhan tahun yang lalu
organisasi Islam sedunia (OKI) juga telah
memfatwakan tentang keharaman bunga
bank.
Dengan demikian, maka yang menjadi
fokus dalam pembahasan artikel ini adalah:
1) Bagaimana Falsafah operasional bank
syariah, 2) Sumber-sumber dana bank
syariah, 3) Pembiayaan dan pemanfaatan
dana bank syariah, 4) Tujuan dan Fungsi
Pembiayaan Bank Syariah.
II. PEMBAHASAN
A. Falsafah Operasional Bank Syariah
Lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhaan Allah
untuk memperoleh kebajikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat (al-falah). Oleh
karena itu hendaklah transaksinya harus
memenuhi unsur-unsur berikut:
1. Menjauhkan dari dari unsur riba dengan
cara:
a. Menghindari penggunaan sistem yang
menetapkan dimuka secara pasti
keberhasilan suatu usaha.2
b. Menghindari penggunaan sistem
prosentase untuk pembebanan biaya
H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

terhadap hutang atau pemberian


imbalan terhadap simpanan tersebut
hanya karena berjalannya waktu.3
c. Menghindari penggunaan sistem perdagangan/ penyewaan barang ribawi
dengan imbalan barang ribawi lainnya
dengan memperoleh kelebihan baik
kuantitas maupun kualitas.4
d. Menghindari penggunaan sistem yang
menetapkan dimuka tambahan hutang
yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela.
2. Menerapkan sistem bagi hasil dan
perdagangan. Dengan mengacu pada alqur'an surah al-baqarah ayat 275 dan AnNisaa ayat 29
B. Sumber dana bank syariah
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik
berskala kecil maupun besar, dengan masa
pengendapan yang memadai. Sebagai
lembaga keuangan maka dana merupakan
hal yang paling utama. Tanpa dana yang
cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa
bahkan fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi tidak terlaksana. Dalam
pandangan
syariah,
uang
bukanlah
merupakan suatu komoditas melainkan
hanya sebagai alat untuk mencapai
pertambahan nilai ekonomis (economic
added value). Berbeda dengan perbankan
berbasis bunga dimana uang mengembangbiakkan uang tidak peduli apakah
dipakai untuk kegiatan produktif atau tidak.
Untuk menghasilkan keuntungan uang
harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi
dasar (primary economic activities), baik
secara langsung melalui perdagangan,
industry manufaktur, sewa menyewa dan
Iain-lain atau secara tidak langsung melalui
penyertaan modal.
Berdasarkan prinsip tersebut bank
syariah dapat menarik dana pihak ketiga
atau masyarakat dalam bentuk:5
a. Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin
keamanan
dan
pengembaliannya
(guaranted deposit) tetapi tanpa
memperoleh imbalan atau keuntungan.
b. Partisipasi modal berbagi hasil dan

84

berbagi resiko (non guaranted account)


untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah)
dimana bank syraiah akan membayar
bagian keuntungan secara proporsional
dengan portofolio yang didanai dengan
modal tersebut
c. Investasi khusus (special investment
account/ mudharabah muqayyadah)
dimana bank bertindak sebagai menajer
investasi untuk memperoleh fee. Jadi
bank tidak ikut berinvestasi sedangkan
investor sepenuhnya mengambil resiko
atas investasi itu. Dengan demikian
sumber dana bank syariah terdiri dari:6
1) Modal inti (core capital)
2) Kuasi ekuitas (mudharabah account)
3) Titipan (wadiah) atau simpanan
tanpa imbalan(non remunerated
4) deposit)

digunakan untuk menghasilkan pendapatan.


Asset ini disalurkan dalam bentuk investasi
yang terdiri atas:
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah)
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
dengan model kerjasama (masyarakat)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip jualbeli (al-bai)
c. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa
(ijarah dan ijarah muntahia bit tamlik)
d. Surat-surat berharga syariah dan
investasi lainnya
Asset bank yang tergolong tidak
memberikan penghasilan antara lain:
a. Aktiva dalam bentuk tunai (cash assets)
b. Pinjaman (qard)
c. Penanaman dana dalam aktiva tetap dan
inventaris

C. Pembiayaan Bank Syariah

D. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Bank


Syariah

Setelah dana pihak ketiga (DPK)


telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai
dengan fungsi intermediasi nya maka bank
berkewajiban menyalurkan dana tersebut
untuk pembiayaan (financing). Dalam hal
ini bank harus mempersiapkan strategi
penggunaan dana yang dihimpun nya sesuai
dengan rencana alokasi berdasarkan
kebijakan yang telah digariskan. Alokasi
dana ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang
cukup tinggi dan tingkat resiko yang
rendah
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan tetap menjaga tingkat
likuiditas yang aman
3. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut
maka alokasi dana bank harus diarahkan
dengan baik agar semua kepentingan
nasabah dapat terpenuhi. Alokasi
penggunaan dana bank syariah pada
dasarnya dibagi dalam dua bagian dari
aktiva bank, yaitu:
a. Aktiva yang menghasilkan (Earning
Assets) dan
b. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non
Earning Assets)
Aktiva yang dapat menghasilkan atau
earning assets adalah asset bank yang

Pembiayaan dalam perbankan syariah


atau istilah teknis nya aktiva produktif,
menurut ketentuan bank Indonesia adalah
penanaman dana Bank Syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing dalam, bentuk
pembiayaan, piutang qard, surat berharga
syariah, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada rekening administratif serta
sertifikat wadiah bank Indonesia (SWB1).
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stake
holder, yaitu:7
1. Pemilik
Pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan
pada bank tersebut
2. Pegawai
Pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan yang layak dari bank
yang dikelolanya.
3. Masyarakat
a. Pemilik dana; mereka mengharapkan
dari dana yang diinvestasikan akan
diperoleh bagi hasil
b. Debitur; mereka mengharapkan dana
usaha untuk menjalankan usahanya
baik yang sifatnya produktif maupun
konsumtif

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

85

c. Masyarakat; mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan


4. Pemerinta
Akibat
penyediaan
pembiayaan,
pemerintah terbantu dalam pembiayaan
pembangunan negara, disamping itu akan
diperoleh pajak (pajak penghasilan dan
pajak perusahaan) termasuk zakat.
5. Bank
Hasil penyaluran pembiayaan diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan
meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.
6. Da'wah
Mengaplikasikan nilai-nilai syariah
dalam bidang muamalah sebagai perwujudan pelaksanaan tugas kekhalifahan di
muka bumi sebagai ibadah kepada Allah
(penults).
Sedangkan fungsi dari pembiayaan
yang diberikan oleh bank syariah antara
lain: 8
1. Meningkatkan daya guna uang
Dana nasabah berupa giro, tabungan
dan deposito ditingkatkan kegunaannya
oleh bank guna suatu usaha peningkatan
produktivitas
2. Meningkatkan daya guna barang
a. Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memproduksi bahan
mentah menjadi bahan jadi sehingga
utility dari bahan tersebut meningkat.
b. Produsen dengan pembiayaan yang
diberikan dapat memindahkan barang
dari suatu tempat yang kegunaannya
kurang ketempat yang lebih bermanfaat.
3 Meningkatkan peredaran uang
Melalui pembiayaan, peredaran uang
kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga
penggunaan uangakan bertambah baik
kualitatif apalagi secara kuantitatif
4 Menimbulkan kegairahan berusaha
Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi
peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan-

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

nya yang berhubungan dengan manusia


lain yang mempunyai kemampuan. Pembiayaan yang diterima pengusaha dari
bank akan dapat memperbesar volume
usaha dan produktivitasnya
5 Stabilitas ekonomi
Pembiayaan yang diberikan bank
akan dapat menekan laju inflasi, mendorong peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok serta rehabilitasi
prasarana
6 Sebagai jembatan untuk meningkatkan
pendapatan nasional.
Pembiayaan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan usaha, peningkatan usaha berarti Peningkatan profit.
Peningkatan pendapatan pengusaha,
pemilik modal buruh/karyawan maka
pendapatan Negara via pajak akan
meningkat, penghasilan devisa bertambah sehingga secara langsung atau tidak
melalui pembiayaan pendapatan nasional
akan bertambah
Jenis-Jenis aplikasi pembiayaan yang
banyak digunakan di bank syariah antara
lain:
1. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan berdasarkan akad mudharabah
dan atau musyarakah dan atau pembiayaan
lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil
a. Mudharabah
Adalah perjanjian antara penanam
dana (shahinbul maat) dan pengelola
dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
Landasan syariah:
a. Al-qur'an
...dan dari orang-orang yang
berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah Swt... (QS. AlMuzammil: 20)
b. Hadist Nabi Saw:
Dari Shalih bin Shuhaib ra. Bahwa
Rasulullah Saw. bersabda, "Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh (murabahah),

86

Mudharabah, dan mencampur gandum


dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual." (HR. Ibn Majah no,
2280, kitab at-Tijarah)
Rukun dan Syarat Pembiayaan9
a. Penyedia dana (sahibul maal) dan
pengelola (mudharib) harus cakap
hukum
b. Penyatakan ijab dan qabul harus
dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan
kehendak
mereka
dalam melakukan kontrak dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1) Penawaran dan penerimaan harus
secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak
2) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
3) Akad dituangkan secara tertulis,
melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modem.
c. Modal ialah sejumlah uang dan/atau
asset yang diberikan oleh penyedia
dana kepada mudharib untuk tujuan
usaha dengan syarat sebagai berikut:
1) Modal hams diketahui jumlah dan
jenisnya
2) Modal dapat berbentuk uang atau
barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk asset,
maka asset tersebut hams dinilai
pada waktu akad
3) Modal tidak dapat berbentuk
piutang dan hams dibayarkan
kepada mudharib baik secara
bertahap maupun tidak, sesuai
kesepakatan dalam akad
d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
modal. Syarat keuntungan berikut ini
hams dipenuhi:
1) Harus diperuntukkan bagi kedua
pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya untuk satu pihak.
2) Bagian keuntungan proporsional
bagi setiap pihak harus diketahui
dan dinyatakan pada waktu
kontrak disepakati dan hams
dalam bentuk persentasi (nisbah)
dari keuntungan sesuai kesepaka-

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

tan. Pembahan nisbah harus


berdasarkan kesepakatan
3) Penyedia dana menanggung semua
kemgian akibat dari kerugian. Dan
pengelola tidak menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan
dari kesalahan yang disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
e. Kegiatan usaha oleh pengelola
(mudharib) sebagai perimbangan
imuqabil) modal yang disediakan
oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Kegiatan usaha adalah hak ekslusif
mudharib, tanpa campur tangan
penyedia dana, tetapi mempunyai
hak untuk melakukan pengawasan
2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat
menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan
3) Pengelola tidak boleh menyalahi
hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan
dengan mudharabah, dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktivitas itu.
Ketentuan Hukum Pembiayaan:
1. Mudharabah boleh dibatasi pada
periode tertentu
2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu
'allaq) dengan sebuah kejadian dimasa
depan yang belum tentu terjadi
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah
tidak ada ganti rugi, karena pada
dasarnya akad ini bersifat amanah (yad
al-amanah), kecuali akibat dari
kesalahan disengaja, kelalaian atau
pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Perhitungan bagi hasil menggunakan
dua pola
1. Profit sharing;

87

Pembagian keuntungan dilakukan


setelah dipotong biaya operasional atau
bagi hasil yang dihitung dari pendapatan
bersih (netto)
2. Revenue sharing
Pembagian keuntungan dilakukan sebelum dipotong biaya operasional atau bagi
hasil yang dihitung dari pendapatan
kotor (bruto). Mekanisme diterapkan 3
dengan asumsi bahwa para nasabah
belum terbiasa menerima kondisi
berbagi hasil dan berbagi resiko.
Mekanisme revenue sharing masih
diterapkan pada bank syariah di
Indonesia sebagai upaya untuk mengikat
nasabah penyimpan. Sebab nasabah ini
akan keluar jika mereka tidak
memperoleh apa-apa dalam menyimpan
dananya. Upaya dilakukan untuk meraih
pasar walaupun untuk jangka panjang
sebaiknya ditinggalkan untuk beralih ke
model profit and loss sharing yang
sesungguhnya. Termasuk upaya untuk
memberi pendidikan kepada masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi bagi hasil
bank Syariah
1. Faktor Langsung
- Investment rate; persentase aktual
dana yang diinvestasikan dari total
dana. Jumlah dana yang tersedia
untuk diinvestasikan
- Nisbah (Profit sharing)
2. Faktor Tidak Langsung
- Penentuan butir-butir pendapatan dan
biaya
- Kebijakan akunting (prinsip dan
metode akutansi), terkait dengan
pengakuan pendapatan
Manfaat Pembiayaan Mudharabah
1) Bank akan menikmati peningkatan
bagi hasil pada saat usaha nasabah
meningka
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan/
hasil usaha bank sehigga bank
tidak pernah mengalami negatif
spread
3) Pengembalian pokok pembiayaan
disesuaikan dengan cashflow/sms

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

kas nasabah sehingga tidak


memberatkan nasabah
4) Bank akan lebih selektif dan hatihati (prudent), mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan
menguntungkan
Resiko pembiayaan Al-Mudharabah
1. Nasabah menggunakan dana tidak
sesuai dengan kontrak
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja
3. Penyembunyian
keuntungan
oleh
nasabah bila nasabahnya tidak jujur
4. Resiko modal berkurang atau hilang
Menurut penulis masih banyak
kelemahan-kelemahan dalam aplikasi model
pembiayaan mudharabah baik pada pemilik
modal (sahibul maat) maupun pengelola
(mudharib) antara lain:
1. Jaminan (collateral) masih menjadi
persyaratan
pembiayaan,
padahal
sesungguhnya jaminan hanya sekedar
pelengkap bahkan tak perlu ada jaminan.
Karena sesungguhnya jika terjadi resiko
(force major) modal ditanggung oleh
bank (shahibul maat) bukan nasabah
(mudharib). Nasabah (mudharib) hanya
kehilangan kredibilitasnya dan kesempatan.
2. Pola bagi hasil masih menggunakan
revenue sharing sehingga belum
menunjukkan pendapatan dengan bagi
hasil murni (profit sharing)
3. Porsi bagi hasil masih menggunakan
pendekatan tingkat suku bunga bank
konvensional sehingga pendapatan bank
syariah secara relatif masih setara
dengan bank konvensional (belum
kompetitif).
4. Beban resiko modal secara relatif masih
dibebankan sepenuhnya kepada pengelola (mudharib) baik sebagai nasabah
(sahibul maal) dengan bank (mudharib)
maupun pembiayaan bank (sahibul
maal) yang diberikan kepada nasabah
(mudharib)
5. Transparansi dan pelaporan perkembangan dan hasil usaha belum sepenuhnya
menjadi tolak ukur terhadap tingkat bagi
hasil yang diperoleh, cenderung masih
btetap.
6. Belum ada standar besarnya porsi bagi

88

hasil yang digunakan serta dasar-dasar


penentuannya.
7. Kurangnya
kemampuan
analisis
kelayakan usaha serta "keberanian" bagi
bank syariah untuk mengaplikasikan
produk
ini
sehingga
persentase
pembiayaan ini masih sangat rendah.
8. Dalam aplikasinya baru profit sharing
yang digunakan belum diaplikasikan
risk sharing
b. Al-musyarakah
Pengertian: akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal/
expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan
Landasan Syariah:
a. Al-quran
... Maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu. (QS. An-Nisaa: 12) 10
b. Hadist Nabi Saw:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah
Saw bersabda:" Sesungguhnya Allah
Azza Wajalla berfirman: "Aku pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat
selama salah satunya tidak menghianati
lainnya." (HR. Abu Daud no. 2936,
dalam kitab al-Buyu, dan Hakim)
c. Ijma:
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, AlMugni,11 telah berkata ."Kaum muslimin
telah berkonsensus terhadap legitimasi
musyarakah secara global, meskipun
tetap ada perbedaan dari elemen
musyarakah
Al-Musyarakah ada dua jenis:
Musyarakah pemilikan dan musyarakah
akad (kontrak). Musyarakah pemilikan
tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi
lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu
asset oleh dua orang atau lebih. Dalam
musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau
lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan
berbagi pula dari keuntungan yang
dihasilkan asset tersebut.
Musyarakah akad tercipta dengan
cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

memberikan modal musyarakah. Mereka


pun sepakat berbagi keuntungan dan
kerugian
Ketentuan Musyarakah:12
1. Pernyataan ijab dan qabul harus
dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam
melakukan kontrak dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus
secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan
pada saat kontrak
c. Akad dituangkan secara tertulis,
melalui korespondensi atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus
cakap hukum dan memperhatikan halhal berikut:
a. Kompoten dalam memberikan atau
diberikan kekuasaan perwakilan
b. Setiap mitra harus menyediakan
dana dan pekerjaan, dan setiap
mitra melaksanakan kerja sebagai
wakil
c. Setiap mitra memiliki hak untuk
mengatur asset musyarakah dalam
proses bisnis normal
d. Seorang mitra tidak diizinkan untuk
mencairkan atau menginvestasikan
dana untuk kepentingan sendiri
3. Objek akad (modal, kerja, keuntungan,
dan kerugian)
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus uang
tunai, emas, perak atau yang
nilainya sama
2) Para pihak tidak boleh meminjam,
meminjamkan, mengembangkan
atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain kecuali
atas dasar kesepakatan
3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada
jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan.
LKS dapat mem inta jaminan
b. Kerja
1) Pertisipasi para mitra dalam

89

pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi,


kesamaan porsi kerja bukanlah
merupakan syarat.
2) Setiap mitra melaksanakan kerja
dalam musyarakah atas nama
pribadi dan wakil dari mitranya.
Kedudukan masing-masing dalam
organisasi kerja harus dijelaskan
dalam kontrak
c. Keuntungan
1) Keuntungan harus dikuantifikasi
dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada
waktu alokasi keuntungan atau
penghentian musyarakah
2) Setiap keuntungan mitra harus
dibagikan secara proporsional atas
dasar seluruh keuntungan tidak
ada jumlah yang ditentukan
diawal yang ditetapkan bagi
seorang mitra
3) Seorang mitra boleh mengusulkan
bahwa jika keuntungan melebihi
jumlah tertentu, kelebihan atau
persentase itu diberikan kepadanya
4) Sistem pembagian keuntungan
harus tertuang dengan jelas dalam
akad
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi diantara para
mitra secara proporsional menurut saham
masing-masing dalam modal
4. Biaya operasional dan persengketaan
Biaya operasional dibebankan pada
modal bersama. Jika salah satu pihak
tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan diantara para
pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui badan Arbitrase Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah
Jenis-Jenis Musyarakah
1) Syirkah Al-Inan: Kontrak dua orang
atau lebih, setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja. Kedua
belah pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian yang disepakati
sebelumnya

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

2) Syirkah Mufawadah: Kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih


memberi porsi yang sama baik dana,
kerja, tanggungjawab dan beban
utang
3) Syirkah A'maah Kontrak kerjasama
dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu
4) Syirkah Wujuh: Kontrak antara dua
orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli
dalam bisnis. Jenis Al-Musyarakah
ini tidak memerlukan modal karena
pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan barang tersebut, disebut juga
sebagai musyarakah piutang.
Aplikasi dalam perbankan
1) Pembiayaan proyek: Diaplikasikan
untuk pembiayaan proyek dimana
nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai
proyek tersebut, setelah proyek
selesai nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati dengan bank.
2) Modal Ventura, Bank melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan
3) Pembiayaan ekspor
Manfaat Al-Musyarakah:
1) Bank akan menikmati peningkatan
keimtungan bila usaha nasabah
meningkat
2) Pengembalian pokok pembiayaan
disesuaikan dengan cashflow
3) Bank akan lebih selektif dan hati-hati
(prudent)
4) Bank tidak berkewajiban membayar
nasabah dalam jumlah tertentu secara
tetap, tetapi sesuai dengan pendapatan/keuntungan bank
Resiko:
- Nasabah menggunakan dana tidak
sesuai dengan kontrak
- Lalai dan kesalahan yang disengaja
- Penyembunyian keuntungan oleh
nasabah, bila nasabahnya tidak
jujur
Kelemahan/koreksi aplikasi
menurut penulis:

90

- Belum adanya perincian bagi hasil


untuk bagian pemodal ( sahibul
maal) dan
- pengelola (mudharib)
- Resiko usaha secara relatif masih
dibebankan kepada pengelola
(mudharib)
- Item-item biaya belum disebutkan
secara rinci dan transparan
- Penentuan porsi bagi hasil masih
berpatokan pada nilai suku bunga
belum pada
- hasil usaha secara riil
c. Murabahah
Pengertian: Jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati.
Landasan syariah:
a. Al-qur'an

"... Allah telah menghalalkan jual


beii dan mengharamkan riba .... (QS.
Al-Baqarah: 275)
b. Hadist Rasulullah Saw:
Dari Suhaib ar Rumi ra. Bahwa
Rasulullah SAW bersabda, " Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkahan; Jual beli secara tangguh,
mudharabah dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual." (HR Ibnu
Majah)
Syarat Al-Murabahah:13
1. Penjual memberi tahu biaya modal
kepada nasabah
2. Kontrak pertama harus sah sesuai
dengan rukun yang ditetapkan
3. Kontrak harus bebas dari riba
4. Penjual
harus
menjelaskan
kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesuadah pembelian
5. Penjual harus menyampaikan
semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian
dilakukan secara utang
Ketentuan murabahah pada nasabah:
1. Nasabah mengajukan permohonan
dan perjanjian pembelian suatu
barang atau asset kepada bank

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

2. Jika bank menerima permohonan


tersebut harus membeli terlebih
dahulu membeli asset yang
dipesannya secara sah dengan
pedagang
3. Bank kemudian menawarkan asset
tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)- nya sesuai dengan perjanjian
yan g telah disepakati nya, karena
secara hukum perjanjian tersebut
mengikat, kemudian kedua belah
pihak harus membuat kontrak jual
beli
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan
5. Jika nasabah kemudian menolak
membeli barang tersebut, biaya riil
bank harus dibayar dari uang muka
tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari
kerugtan yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta
kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah
7. Jika uang muka memakai kontrak
urbun sebagai alternatif dari uang
muka, maka:
a. Jika nasabah memutuskan untuk
membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga
b. Jika nasabah batal membeli,
uang muka, menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang
ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut, dan jika
uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya
Jaminan dalam murabahah
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya
2. Bank dapat meminta nasabah
untuk menyediakan jaminan yang
dapat dipegang
Utang dalam murabahah
1. Secara prinsip, penyelesaian utang

91

nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan


transaksi lain yang dilakukan
nasabah dengan pihak ketiga atas
barang tersebut. Jika nasabah
menjual kembali barang tersebut
dengan keuntungan atau kerugian,
ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan utangnya kepada
bank.
2. Jika nasabah menjual barang
tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera
melunasi seluruh angsuran nya
3. Jika penjualan barang tersebut
menyebabkan kerugian, nasabah
tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. la
tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta
kerugian itu diperhitungkan.
Penundaan pembayaran dalam murabahah
1. Nasabah yang memiliki kemampuan
tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah
satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrase Syariah setelah
tidak mencapai kesepakatan melalui
musyawarah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit
dan gagal menyelesaikan utangnya, bank
harus menunda tagihan utang sampai ia
menjadi
sanggup
kembali,
atau
berdasarkan kesepakatan.
Kelemahan/Koreksi aplikasi murabahah menurut penulis:
1. Transaksi yang terjadi kelihatannya
masih transaksi utang-piutang, karena
pihak bank hanya menyerahkan uang
tanpa
disertai
penyerahan
objek
(barang). Hal ini bisa terjebak dalam
transaksi riba
2. Transaksi belum memenuhi syarat dan
rukun jual beli
3. Ketidak seimbangan dalam angsuran
pokok dan margin, seharusnya pokok

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

dan margin merata. Hal ini merugikan


nasabah (tidak adil) karena pihak bank
syariah lebih awal menikmati keuntungan besar. Sehingga jika nasabah
melunasi lebih awal beban margin
sangat besar
4. Tidak ada tawar menawar harga objek
(barang) sehingga terkadang nasabah
'terpaksa' membeli barang tersebut
(antaradin minkum)
5. Masih ada selipan akad wakalah kepada
nasabah untuk membeli sendiri objek
tersebut. Sebaiknya kalau terpaksa ada
wakalah sebaiknya wakalah itu pada
pihak ketiga buka pada nasabah secara
langsung
6. Sebaiknya pembiayaan di bank syariah
tidak didominasi oleh murabahah.
Murabahah hanya pelengkap produk.
Sebaiknya porsi lebih besar di mudharabah dan musyarakah
d. Gadai syariah (rahn)
Dalam istilah bahasa Arab gadai
diistilahkan dengan rahn dan dinamai juga
al-habsu.14
Arti ar-rahn adalah tetap dan lama,
sedangkan al-habsu berarti penahanan
terhadap suatu barang dengan hak sehingga
dapat dijadikan pembayaran dari barang
tersebut.15

1.

2.

3.
4.

Dasar Hukum:
Al-qur'an (QS. Al-Baqarah: 283
Jika kamu dalam perjalanan (dan
bermuamalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang)"
Hadist Nabi Saw; Dari Aisyah RA:
Bahwasanya Rasulullah SAW membeli
makanan dari seorang Yahudi dengan
menggadaikan baju besinya. (HR.
Muslim)
Ijma: Jumhur ulama menyepakati
kebolehan status hukum gadai
Fatwa Dewan Syariah Nasional: MUI
No.25/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn
Ketentuan dan persyaratan aqad
1. Akad. Akad tidak mengandung
syarat fasik/bathil seperti murtahin
mensyaratkan barang jaminan dapat

92

dimanfaatkan tanpa batas.


2. Marhun Bih (Pinjaman). Pinjaman
merupakan
hak
yang
wajib
dikembalikan kepada murtahin dan
bisa dilunasi dengan barang yang
dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman
itu jelas dan tertentu.
3. Marhun (barang yang diarahkan).
Marhun bisa dijual dan nilainya
seimbang dengan pinjaman, memiliki
nilai, jelas ukurannya, milik sah penuh
dari rahin, tidak terkait dengan hak
orang lain, dan bisa diserahkan baik
materi maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai
likuidasi barang yang dirahnkan serta
jangka waktu rahn ditetapkan dalam
prosedur.
5. Rahin dibebani jasa manajemen atas
barang berupa: biaya asuransi,biaya
penyimpanan, biaya keamanan, dan
biaya pengelolaan serta administrasi.
Ketentuan Umum
1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun
(barang) sampai semua utang rahin
(yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap
menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya
marhun tidak boleh dimanfaatkan
oleh murtahin kecuali seizin rahin,
dengan tidak mengurangi nilai
marhun dan pemanfaatannya itu
sekedar pengganti biaya pemeliharaan
perawatannya.
3. Pemeliharaan
dan
penyimpanan
marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban rahin, namun dapat
dilakukan juga oleh murtahin,
sedangkan biaya dan pemeliharaan
penyimpanan
tetap
menjadi
kewajiban rahin.
4. Besar
biaya
administrasi
dan
penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan
berdasarkan
jumlah
pinjaman.
Kesepakatan dalam aqad
1. Jangka waktu penyimpanan barang
dan pinjaman ditetapkan selama
maksimum empat bulan.
2. Nasabah
bersedia
membayar

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

biaya/sewa
penitipan
barang
(marhun) sesuai manajemen lembaga
pegadaian syariah tersebut.
3. Membayar biaya administrasi yang
besarnya ditetapkan oleh pegadaian
pada saat pencairan uang pinjaman.
Fleksibilitas Pelayanan
1. Melakukan penebusan
barang/
pelunasan pinjaman
kapan pun
sebelum jangka waktu empat bulan,
2. Mengangsur uang pinjaman dengan
membayar terlebih dahulu jasa
simpan yang sudah berjalan ditambah
bea administrasi,.
3. atau hanya membayar jasa/sewa
simpannya saja terlebih dahulu jika
pada saat jatuh tempo nasabah belum
mampu melunasi pinjaman uangnya.
Penjualan barang gadai (marhun)
1. Apabila jatuh tempo, murtahin harus
memperingatkan rahin untuk segera
melunasi utangnya.
2. Apabila rahin tetap tidak melunasi
utangnya, maka marhun Ndijual
paksa/dieksekusi.
3. Hasil Penjualan marhun digunakan
untuk
melunasi
utang,
biaya
pemeliharaan
dan
penyimpanan
yang belum dibayar serta biaya
penjualan. dan, Kelebihan hasil
penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban
rahin. Rukun dan Syarat
Gadai Syariah:
1. Pihak-pihak yang beraqad cakap
menurut hukum
a. Aqil baliq
b. Berakal sehat
c. Mampu melakukan aqad
2. Utang (marhun bih)
a. Kewajiban yang harus dikembalikan kepada yang punya piutang,
tanpa ada tambahan
b. Barang/utang tersebut bermanfaat
(bernilai ekonomis
c. barang/utang tersebut dapat dihitung jumlahnya
3. Barang yang digadaikan (Marhun),
syaratnya:
a. Agunan memiliki nilai dan dapat

93

dimanfaatkan
b. Agunan harus dapat dijual dan
nilainya seimbang dengan besarnya
utang
c. Agunan tersebut jelas dan tertentu
d. Agunan milik sah debitur
e. Agunan tidak terikat dengan hak
orang lain
f. Agunan harus harta yang utuh
g. Agunan dapat diserahkan kepada
pihak lain, baik
Hak dan Kewajiban Penerima
Gadai (murtahin)
1. Penerima gadai berhak menjual
marhun apabila rahin tidak dapat
memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo
2. Penerima gadai berhak mendapatkan
penggantian biaya yang telah dikeluarkan Untuk menjaga keselamatan
harta benda gadai
3. Selama pinjaman belum dilunasi
maka pihak pemegang gadai berhak
menahan harta benda gadai
Hak pemberi gadai (Rahin)
1. Mendapat pengembalian harta
benda yang digadaikan sesudah
ia melunasi pinjaman utangnya
2. Pemberi gadai berhak menuntut ganti
rugi atau kerusakan/hilangnya harta
benda gadai yang digadaikan, bila
disebabkan kelalaian penerima gadai
3. Berhak menerima sisa hasil
penjualan harta gadai sesudah
dikurangi biaya pinjaman dan
biaya-biaya lainnya
4. Berhak meminta kembali harta gadai
bila penerima gadai diketahui
menyalahgunakan
harta
benda
gadainnya
Penjualan Marhun
1. Apabila jatuh tempo, murtahin harus
memperingatkan rahin untuk segera
melunasi utangnya
2. Apabila rahin tetap tidak melunasi
utangnya, maka marhun dijual
paksa/dieksekusi.
3. Hasil Penjualan marhun digunakan
untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum
dibayar serta biaya penjualan

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

4. Kelebihan hasil penjualan menjadi


milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
Perbedaan gadai konvensional dan
gadai syariah
1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah
yang disebut sebagai sewa modal,
dihitung dari nilai pinjaman.
2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian: hutang
piutang dengan jaminan barang
bergerak yang jika ditinjau dari aspek
hukum konvensional, keberadaan
barang jaminan dalam gadai bersifat
asessoir, sehingga Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata
lain melakukan praktek fidusia.
Berbeda dengan pegadaian syariah
yang mensyaratkan secara mutlak
keberadaan barang jaminan untuk
membenarkan
penarikan
bea
jasa/sewa simpan
Resiko gadai
1. Credit risk: jika nasabah default
2. Operational risk: jika terjadi human
error dalam operasional Lembaga
Keuangan
3. Forex risk: jika terjadi penurunan
nilai emas
4. Lain-lain: Kecurian, musibah, dll
5. Fraud:Barag palsu
Menghindari resiko
1. Operational risk: sistem & prosedur
2. Forex risk: Nilai pembiayaan 75
persen dari harga pasar
3. Lain-lain: Asuransi, Tabungan
anggota
4. Fraud: Metode taksir
Kelemahan/Koreksi terhadap aplikasi
gadai menurut penulis:
1. Sebaiknya aqadnya terpisah antara
aqad pinjaman (qard) dengan aqad
sewa (Sarah)
2. Kurangnya penjelasan kepada nasabah tentang aqad rahn, nasabah hanya
tahu berapa uang yang dapat
diperoleh dari barang/emas yang
digadaikan dan berapa biaya yang
harus dibayar serta waktu

94

III. KESIMPULAN
Penggunaan dana pihak ketiga pada
bank syariah secara umum digunakan untuk
kegiatan sektor riil dan kegiatan investasi.
Dana yang berlebihan (likuiditas) disimpan
ke Bank Indonesia dalam bentuk Wadiah
(Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) serta
spot antar bank syariah. Secara umum
tingkat penetrasi pembiayaan bank syariah
ke sektor riil dan investasi sangat tinggi
rata-rata diatas 100 persen (FDR).
Penggunaan dana bank syariah melalui
pembiayaan dengan model; jual beli, bagi
hasil, sewa, gadai serta kemitraan dengan
pihak lain. Dalam penggunaannya bank
syariah harus memperhatikan dua aspek
yaitu; aspek syar'i dan aspek profitabilitas.
Catatan Akhir:
1

Muhammad, 2004. Manajemen Dana Bank


Syariah. Penerbit Ekonisia Yogyakarta
2
QS. Lukman, ayat :34
3
QS. Al-Imranayat;130
4
HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567
5
zainul Arifin,Op.cit.h.53
6
Ibid
7
Ibid. h. 183
8
Ibid. h. 184
9
Drs. H. Ahmad kamil SH., M. Hum.2002. kitan
Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah
10
Terjemahan al-qur'an Mujamma' al-Malik
Fahd li Thiba'at al-mush-haf asy-syarif Medinali
Munawwarah PO.BOX 6262 Kerajaan Saudi Arabia
11
Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Mughni wa
Syarh Kabir (Beirut:Darul-Fikr, 1979) ,vol.V him. 109
12
ibid.
13
M. Fauzan, 2002. Kitab Undang-Undang Hukum
perbankan dan Ekonomi Syariah. Hal. 355
14
Abd Ghofiir Anshori, 2006. Gadai Syariah Di
Indonesia. UGM Press. Yokyakarta
15
Ibid

DAFTARPUSTAKA
Ascarya, 2007. Akad dan Produk Bank
Syariah. PT Rajawali Pres Jakarta

H. Syahrul, Penggunaan Dana Bank Syariah

Al-Mughni, Ibnu Qudamah Al-Maqdisi,


Cet. I Darul Hadits Kairo-Mesir tahun
1416 H/1996M.
Abdul Ghafur Anshori, 2006. Gadai
Syariah di Indonesia. Konsep,
Implementasi dan Instituisional.
Gajah Mada University Press
Adiwarman K, 2004. Bank Islam. Analisis
Fiqih dan Keuangan. Rajawali Press
Jakarta Diskusi langsung dengan
sejumlah karyawan aktif dari
sejumlah bank syariah. Fatawa AlLajnah Ad-DaUmah, cet. IV, Ulin
Nuha lil Intaj Al-I'lami, 1424 H/ 2003
M
Muhammad Syafi' Antonio, 2001. Bank
Syariah Dari Teori ke Praktik. Tazkia
Cendikia
Muhammad, 2005 Manajemen Bank
Syariah, Edisi Revisi. UPP AMP
YKPN. Yokyakarta
Muhammad, 2004. Manajemen Dana bank
Syariah. Ekonisia Yokyakarta
Pasaribu, Chairuman., dkk., 1996. Hukum
Perjanjian Dalam Islam, Jakarta.
Sinar Grafika
Rifqi

Muhammad, 2008. Akuntansi


Keuangan Syariah. Konsep dan
Impiementasi PSAK Syariah. Pusat
Pengkajian
dan
Pengembangan
Ekonomi Islam. FEUI. Jakarta

Terjemahan al-qur'an Mujamma' Al-Malik


Fahli Thiba'at A-mush-haf Asy-syarif
Medinah Munawwarah PO.BOX
6262 Kerajaan Saudi Arabia
M. Fauzan, 2002. Kitab Undang-Undang
Hukum Perbankan dan Ekonomi
Syariah. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta

95

Anda mungkin juga menyukai