Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.1 Kepemimpinan
seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang
berbeda-beda menuju pencapaian tertentu.
Menurut Werren Bennis (2004,p.74) kepemimpinan adalah kapasitas untuk
menerjemahkan visi dala realita. Dengan kata lain kepemimpinan berarti turut melibatkan
orang lain dan lebih mengutamakan visi diatas segalanya, baru kemudian pada
langkah pelaksanaannya, demikian Walters (200.4 p.8) menyatakannya.
Kepemimpinan sebagai kesadaran dan keinginan untuk mempengaruhi orang lain,
mereka kemudian memberikan tanggapan atas keinginan sendiri untuk mengikutinya.
Definisl itu dinyatakan oleh Clawson (2000,p.27). l<epemimpinan adalah suatu proses
untuk mempengaruhi sebuah kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuan-tujuan
mereka. Demikian Hughes et a/.(2002,p.32) memperkuat definisi kepemimpinan.
Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan,
artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai
cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model [menjadi
teladan], penetapan sasaran, memberi tmbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi,
dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat
dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan
kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi Mochammad Teguh,
(2001,p.69)
yang
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak
sangat bebrbeda.
2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang luas ( Social maturity and Breadht)
Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta
mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.
Seorang pemimpin yang su <oes akan mengakui harga diri dan martabat pengikut
pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahannya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada bawahannya dan mempunyai
motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggl pula.
Disamping itu untuk melihat gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat dilihat
melalui indikator-indikator.
Menurut Siagian (2002, p.121), indikator-indikator
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Memperhitungkan
faktor
kepuasan
kerja
para
bawahan
dalam
2.1.2.
jawab
kepemimpinan
menurut
Ranupandojo
dengan
mengutip
a)
Menentukan tujuan
keamanan,dan sebagainya).
b)
c)
d)
Memberikan susunan imbalan atau' hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.
e)
f)
g)
h)
Menunjukan perhatian kepada bawahan, yang penting dalam hal inl adalah
tanggung
jawab
dalam
2.1.3.
Peranan Kepemimpinan
Menurut pendapat Stogill, yang dikutip oleh Sugandha (2001,p.99), beberapa
2)
3)
Product Emphasis, yaitu tindakantin akan yang berorientasi pada volume pekerjaan
yang dilakukan.
4)
Fraternization,
kelompok.
5)
Organization,
yaitu
tindakan-tindakan
yang
mengarah
pada perbedaan
dan
Evaluation,
yaitu
tindakan-tindakan
yang
berkenaan
dengan
pendistribusian
Innitation,
kegiatan organisasi.
8)
Domination,
2.1.4.
perilaku
yang
digunakan
oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat (Thoha, 2003,p.303).
Menurut Hersey dan Blanchard (2004, p.114), gaya kepemimpinan terdiri dari
kombinasi perilaku tugas dan perilaku hubungan. Perilaku tugas dimaksudkan sebagai
kadar upaya pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok
(pengikut); menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan,dimana, dan bagaimana
cara menyelesaikannya; dicirikan dengan upaya menetapkan pola organisasi, saluran
komunikasi dan cara penyelesaian pekeljaan secara rinci dan jelas. Sedangkan perilaku
hubungan merupakan kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi diantara
mereka sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) dengan membuka
Iebar saluran komunikasi dan menyediakan dukungan sosio-emosional, psikologis, dan
pemudahan perilaku.
2.1.5
suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat dipakai untuk
membedakanseorang
manajer
sebagai pemimpin
yang
otokratls,
demokratis
atau
Laissez-faire. Menurut White dan Lippit yang dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko
(2001, p.298), mengemukakan tiga tipe kepemimpinan,yaitu antara lain:
1. Otokratis
a. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemlmpin.
b. Teknik-teknik dan langkah-langk<ihcyang diatur oleh atasan setiap waktu, sehingga
langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat yang luas.
c. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setlap
anggota.
d. Pemimpin cenderung menjadi "pri.badi" dalam pujian dan kecamannya terhadap
kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi
menunjukkan keahliannya.
2. Demokratis
Laissez-faire
2.1.6
Syarat-Syarat Kepemimpinan
Seorang pemimpin bukanlah hanya seorang yang dapat memimpin saja tetapi
harus dikembangkan lagi yaitu kemampuan dan kualitas yang dimiliki oleh seorang
pemimpin itu sendiri, salah satu yang. h.arus dimiliki seorang pemimpin adalah syaratsyarat
kepemimpinan
yang
Kartono (2002,p.31)
bahwa
1.
Kemandirian,
berhasrat
untuk
melakukan
tindakan
secara
individual
(individualisme).
2.
Besarnya rasa keingintahuan, untuk mengetahui sesuatu yang belum dia ketahui.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
'
2.2 Motivasi
Menurut Winardi (2007, pl), motivasi berasal dari kata motivation yang berarti
"menggerakkan". Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal
atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusias
dan persistensi dalam hal melak a akan kegiatan-kegiatan tertentu.
Sedangkan,
motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia,
yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan
luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan non-moneter, yang
dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.
Setiap organisasi tentu ingin mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
peranan manusia yang terlibat di dalamnya sangat penting. Untuk menggerakkan
manusia agar sesuai dengan yang di kehendaki organisasi, maka haruslah dipahami
motivasi manusia yang bekerja dalam organisasi tersebut, karena motivasi inilah yang
menentukan perilaku orang-orang
suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu' motivasi sering kali di artikan pula sebagai factor
pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang di lakukan oleh seseorang pasti
memiliki sesuatu factor pendorong aktivitas tersebut. Oleh karena itu, factor pendorong
1.
Factorintern
Faktor Ekstern
Faktor ekstern juga tidak kal h"perananya dalam melemahkan motivasi kerja
seseoarang. Faktor-faktor ekstern itu adalah :
A. .J<ondisi lingkungan kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada
di sekitar karyawan yang sedang ,melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi
pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini dapat meliputi tempat kerja,fasilitas
dan alat bantu pekerjaan,kebersihan,pencahayaan ,ketenangan, termasuk juga
hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat tersebut.
B. Kompensasi yang memadahi
Kompensasi merupakan sumbet penghasilan utama bagi para karyawan untuk
menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadahi merupakan
alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para
karyawan untuk bekerja dengan balk. Sedangkan kompensasi kurang memadahi
akan membuat mereka kurang tertarik untuk bekerja keras,dan memungkinkan
mereka bekerja tidak tenang,dari sini jelaskan bahwa besar kecilnya kompensasi
sangat memengaruhi motivasi kerja karyawan.
C. Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan,
membimbing kerja para karyawan ,agar dapat melaksanakan kerja dengan balk
-
Setiap teori motivasi berusaha untui< menguraiakan apa sebenarnya manusia dan
manusia dapat menjadi seperti apa. Dengan alasan ini, blsa di katakan bahwa sebuah
teori motivasi mempunyai isi dalam bentuk pandangan tertentu mengenai manusia. lsi
teori motivasi membantu kita memahami keterlibatan dinamis tempat organlsasi
beroperasi dengan menggambarkan manajer dan karyawan saling terlibat dalam
organisasi setiap hari. Teori inl juga membantu menejer dan karyawan . untuk
memecahkan permasalahan yang ada di organisasi .
Tidak ada organisasi yang berhasil tanpa tingkat komitmen dan usaha tertentu
-
dari para anggotanya. Karena alasan itu, para manajer dan pakar manajemen selalu
merumuskan teori-teori tentang motivasi. Teori motivasi di kelompokan dua aspek, yaitu
teori kepuasan dan teori motivasi proses.
l.Teori Kepuasan
Menurut. Edy Sutrisno (2009, p:191) teori ini mendasarkan pendekatanya atas
factor-factor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkanya bertindak dan
berperilaku secara tertentu. Kebutuhan dan pendorong itu adalah keinginan memenuhi
kepusan material maupun non material yang di perolehnya dari hasil pekerjaan.
Menurut F.W. Tailor Teary motivasi konvensional ini termasuk contet teary,
karena memfokuskan teorinya pada anggapan bahwa keinginan untuk pemenuhan
kebutuhanya yang menyebabkan orang 'mau bekerja keras. Dengan teori ini dapat di
sebutkan bahwa seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat di dorong atau oleh
tidak adanya imbalan yang akan di peroleh yang bersangkutan.
Menurut Abraham H.Maslow (2009, p.131) teori motivasi yang di kembangkan
mengemukakan bahwa kebutuhan mqnusia itu dapat di klasifikasikan ke dalam lima
"
hierarkf kebutuhan yaitu :
1) Kebutuhan fisiologi (physiological)
Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga kebutuhan psikologis
kebutuhan untuk
mempertahankan
hidup dari
kematian.
2)
yang
lebih
tinggi,
yaitu
kebutuhan
akan
rasa aman
dan
keselamatanya.
3)
4)
5)
Menurut Frederick Herzberg (2009, p.142) dengan teori model dan factor sebenarnya
;...
teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Menurut teori
pemeliharaan motivasi ini ada dua factor yang mempengaruhi
kondisi pekerjaan
dari teori Maslow. Untuk setiap orang perlu memenuhi tiga kebutuhan tersebut dengan
sebaikbaiknya.
Menurut Douglas McGregor dengan teory X dan Y
Mengungkapkan dua cara yang dapat di lakukan dalam mendalami perilaku
manusia, yang terkandung dalam teori (Teori Konvensional) dan teori Y(Teori Potensial).
Prinsip teori X didasarkan pada pola pikir konvensional yang ortodoks, dan
menyorot sosok negative perilaku mariusia. Teori ini memandang manusia dengan
kacamata gelap, buram, yang menganggap manusia itu.
a)
b)
c)
Mementingkan diri sendiri, tidak mau peduli pada orang lain, karena itu
beketja lebih suka di tuntun dan di awasi.
d)
Prinsip umum teori Y amat jauh berbeda dari teori X. Teori ini dapat di katakan
merupakan suatu revolusi pola pikir dalam memandang manusia secara optimis, karena
ltu di sebut sebagai teori potensial. Sedangkan teori Y memandang manusia itu pada
dasarnya :
a)
Selalu ingin perubahan dan merasa jemu pada hal-hal yang monoton
d)
Kedua teori ini pada dasarnya memang berlaku dan dapat kita terima dalam
memandang manusia, tipetipe,p;rilaku yang cocok dengan kedua teori tersebut.
b) Dalam
member
motivasi
kepada
bawahan,
seseorang
pimpinan
harus
mempunyai kualifikasi bawahan, apakah mereka tipe X atau tipe Y, manusia tipe
X memerlukan
gaya
kepemimpinan
otoriter,
sedangkan
manusia tipe
menguatkan,
pertanyaan
dan menghentikan
perilaku
individu agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer.
Ada tiga teori motivasi proses yag lazim di kenai,yaitu :
a. Teori harapan (expectancy theo!JIJ
b. Teori keadilan (equity theo!JIJ
c.
Motivasi Intrinsik
Adalah motif yang menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu di ransang dar! luar
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b.
Motivasi ekstrensik
Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi di sebabkan karena rangsangan dari
luar. Motivasi ini dapat timbul antara lain karena pengaruh prinsip, kompetensi
antar ternan, tuntutan perkembangan organisasi atau tugas.
2.3
Semangat Kerja
Menurut Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu
memungkinkan
seorang
karyawan untuk
menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang
menyebabkan karyawan dengan antusiasikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-
usaha kelompok sekerjanya, dan merf!buat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari
luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan
bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Menurut Siswanto (2000, p.35) , mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan
psikologis seseorang. Semangat kerja sebagai keadaan pslkologis seseorang. Semangat
kerja di anggap sebagai psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan
kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut
Nitisemito
(2002,
P. G), definisi
semangat
kerja
adalah
kondisi
seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik
di dalam sebuah perusahaan.
Aspek-aspek semangat kerja untuk mengukur tinggi rendahnya semangat kerja.
Menurut Maier (2000, p.180) seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi
memiliki alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkanya. Hal ini
mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi
kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut
Maier ( 2000, p184) ada 4 (empat )aspek
Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi
dan dorongan
memilikikeinginan
kerja
. Motivasi tersebut
akan terbentuk
bila seseorang
berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang benar benar ingin
bekerja , akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya
dan juga mereka akan bekerjbukan karena perasaan takut tetapi lebih pada
dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja
sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
b.
sedang
mengalami Jegagalan
yang
ditemuinya
dalam
bekerja.
Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan
memilih sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.
Adanya semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang
diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
c.
'
dengan
sungguh-sungguh.
Keyakinan untuk
menunjukan
bahwa
Semangat kelompok
Semangat kerja
menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar
orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang baik,
menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara karyawan
dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan kerja bagi
karyawan ltu sendiri.
1. Tingkat absensinya yang tinggi. Untuk melihat apakah naiknya tingkat absensi
tersebut merupakan sebab turunnya semangat dan kegairahan kerja maka kita
tidak boleh melihat naiknya til)gkat absensi ini secara perorangan tetapl harus
c
Kegelisahan dimana-mana.
Kegelisahaan di lingkungan
bilamana semangat dan kegairahan kerja turun, sebagai seorang pemimpin, kita
harus dapat
mengetahui
adanya kegelisahan-kegelisahan
yang
timbul
di
tersebut,
terutama
ketidaktenangan
keluar
masuknya buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga
dapat mengganggu kelangsungan jalannya perusahaan tersebut.
<:-
Pemogokan. Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat dan
kegairahan
misalnya
: upah yang
terlalu
rendah,
ketidakcocokannya dengan
gaya
kerja
ketidakpuasan dapat bersifat material dan non material. Yang bersifat material misalnya :
rendahnya upah yang diterima, fasilitas yang minim dan lain-lain. Sedangkan yang
bersifat non material misalnya : penghargaan sebagai manusia, kebutuhan untuk
partisipasi dan lain-lain.
Semangat kerja dapat diukur melalul presensi pegawai di tempat kerja, tanggung
jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau ternan
sejawat dalam organisasi serta tingkat prdduktivitas kerja.
Untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut diuraikan penjelasan masing
masing unsur:
1) Presensi
Presensl merupakan
kehadiran
pegawai
yang
berkenaan
dengan
tugas
dan
untuk
datang dan
pulang
tepat
waktu,
sehingga pekerjaan
tidak
tertunda.
sehingga instansi/ Jembaga tidak bisa mancapai tujuan secara optimal. Presensi atau
kehadiran karyawan dapat diukur melalui :
a. Kehadiran pegawai di tempat kerja
b. Kehadiran pegawai dalam setiap acara yang diadakan instansi.
2) Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu peraturan yang
berlaku dalam organisasi yang menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar
adanya kesadaram dan keinsafan,bukan karena adanya paksaan.
Disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan
sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja
menurut Moekijat. Dan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin
merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan
yang ada di instansl yang bersangkutan. Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur
melalui:
a. Ketepatan pegawai pada waktu datang dan pulang kerja.
b. Ketaatan pegawai pada peraturan yang berlaku.
c. Menggunakan dan memelihara peralatan dan kelengkapan kerja
dengan balk dan hati-hati.
to
3) l<erjasarna
Kerjasarna rnerupakan tindakan konkret !\ seorang dengan orang lain Winardi. Kerjasarna
juga diartikan sebagai suatu sikap dari individu rnaupun kelornpok terhadap
kesukarelaannya untuk bekerja sarna agar dapat rnencurahkan kernarnpuannya secara
rnenyeluruh. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang-orang
yang terlibat di dalarnnya. Untuk itu penting adanya kerjasarna yang baik diantara sernua
pihak dalarn organisasi, baik dengan atasan, ternan sejawat, rnaupun bawahan. Untuk
rnengukur tingkat kerjasarna digunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Kesedian pegawai untuk bekerja sarna dengan atasan,
ternan sejawat rnaupun bawahan.
b. Adanya kernauan untuk rnernbantu kesulitan rekan kerjanya
4) Tanggung Jawab
Tanggung jawab rnerupakan keharusan pada seseorang yang rnelakukan
kegiatan seselayaknya apa yang tela
kelalainya
,rnaka seseorang dapat di tuntut atau di persoalkan. Tanggung jawab dapat di ukur
rnelalui:
a. Kesanggupan rnela anakan perintah dan rnenyelesaiakan pekerjaan
dengan baik dan benar.
b. Kernarnpuan rnenyelesaikan pekerjaan dengan baik dan benar.
c.Melaksanakan tugas rnaupun perintah dengan sabaik-baiknya.
kemamapuan dan peneriamaaan atas pelaksanaan delegasi tugas ,setrta peraan dan
tingkat motivasi seorang pekerja.
Menurut Mathis (2006, p.113) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi
kinerja yaitu kemampuan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha
yang di curahkan,dan dukungan organisasi.
Menurut Hartoyo sebagaimana yang di kutip oleh Handoko (2001, p.92) terdapat
10 (sepuluh) manfaat dari penilaian ke a<adalah :
1.
umpan
memungkinkan
3.
demosi (penurunan
jabatan) biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antislpaslnya.
Promosi sering
terhadap
prestasi kerja
masalalu.
4.
Kebutuhan latihan dan pengembangan .yaitu prestasi kerja yang tidak baik
menunujukan kebutuhan akan suatu traini (pelatihan).
5.
6.
kekuatan
yaitu
atau
kelemahan
prosedur
baik atau
staffing
buruk
departemen
personalia.
8. Kesalahan desain
pekerjaan,
yaitu
penilaian
prestasi
kerja
membantu
Kesempatan kerja yang adil, yaitu penilaian prestasi kerja secara akurat akan
menjamin keputusan penempatan internal di ambik tanpa diskriminasi.
Dengan penilaian
penilaian
presatasi biasanya
mengharuskan
adanya
pertemuan-
pertemuan balikan dimana dalam kesempatan itu di bicarakan prestasi dan kemajuan
bawahan, dalam hal kesempatan itu juga di rancang rencana pengembangan yang
mungkin di perlukan.
Hasil peneilaian prestasi kerja sangat penting arti dan perananya bagi organisasi
dalam pengambilan keputusan ten ang berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan,
program
pendidikan
dan pelatihan,
rekruitmen,
seleksi, program
pengenalan,
penempatan, promosi, system imbalan, dan berbagai aspek lain dari keseluruhan
proses menejemen sumber daya manusia secara efektif.
Penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu di laksanakan secara formal berdasarkan
serangkaiakn criteria yang di tetapkan secara rasional serta di terapkan secara
obyektif serta di dokumentasikan e;ara sistematik. Jika hal ini terlaksana maka 2
(dua) kepentingan utama yang telah di singgung di muka dapat di penuhi. Hal lni
perlu di tekan karena tidak sedikit menejer yang beranggapan bahwa pelaksanaan
penilian prestasi kerja secara formal oleh bagian kepegawaian sebenarnya tidak di
perlukan bahkan di anggap sebagai gannguan terhadap pelaksanaan kegiatan
operationalnya. Artinya banyak mahajer yang berpendapat bahwa penilaian prestasi
kerja karyawan cukup di serahkan kepada atasan langsung masing-masing karyawan
dan penilaian pun di lakukan secara informal saja. Argumentasinya adalah para
menejer itulah yang sehari-hari membimbing dan mengawasi para karyawanya dalam
melksanakan tugas masing -masing, sehingga para menejernya itu pula yang paling
penting kompeten dalam melakukan penilaian. Teori menejemen sumber daya
manusia member petunjuk bahwa terdapat 3 (tiga)kelemahan dalam argumentasi
tersebut. Pertama,
obyektif. Dengan kata lain penilaian dapat bersifat sangat subyektif. Ketiga, hasil
penilaian sangat mungkin tidak terdokumentasi dengan balk, pada hal hasil penilaian
tersebut harus merupakan bagian dari keseluruhan dokumen kepegawain di nilai.
Dengan demiklan jelas bahwa dalam melakukan penilaian atas prestasi kerja
para pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinyu antara para pejabat
pimpinan dan bagian kepegawain. Interaksl positif dan kontinyu antara para pejabat
pimpinan dan bagian kepegawaian. Interaksi positif tersebut tidak hanya menjamin
30
Bentul<
interaksi itu adalah ketiga pihak, yaitu bagian kepegawain, atasan langsung, dan
pegawai yang di nilai. Bentuk interaksi itu adalah ketiga pihak yang terlibat harus
memahami bahwa penialian prestasi kelja merupakan suatsystem yang bukan saja
harus efektif, melainkan juga harus di terima oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Yang di maksud system penilaian prestasi kelja adalah suatu pendekatan dalam
melakukan penilaian prestasi kerja karyawan yang di dalamnya terdapat beberapa
faktor.
1.
2.
3.
Hasil penilaian harus di sam akan kepada karyawan yang di nilai dengan 3
(tiga) tujuan.
pegawai dengan
4.
hilang,
baik yang
sifatnya
menguntungkan
maupun
merugikan
pegawai.
5.
Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut
di pertimbangkan dalam setiap keputusan yang di ambil mengenai mutasi
pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, emosi, maupun
dalam pemberhentian tidak atas permintaan
sendiri.
tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini di sebabkan oleh dua factor yaitu
: factor individu dan situasi kerja. Menurut Gibson (2007, p34) ada tiga perangkat
variable yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu :
b.
c.
Sumberdaya
b.
Kepemimpinan
c.
Imbalan
d. Stuktur
e. Disain pekerjaan
c. Kepribadian
d. Belajar
e. Motivasi
2.4.2 Pengukuran Kinerja Pegawai
Quantity of work: jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang
ditentukan.
2.
Creativeness : keaslian gagasan -gagasan yang dimunculkan dan tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5.
6.
7.
8.
1. Menurut jurnal penelitian yang di lakukan oleh Tinton Eko Junaedi yang berjudul
3.
Kantor
dimana
didapat
kesimpulan bahwa hasil yang di temukan di dalam penelitian ini secara bersama - sama
variable motivasi kerja dan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan (Sig.F=0,000<0,05) dengan tingkat kntribusi yang di berikanya sebesar
2
92,2% (Adjusted R
..
individual motivasi kerja (X 1) dan variable gaya kepemimpinan (X2) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja
masing -masing thlhmg
> t table (12,388 > 1,725 dan 15, 178 > 1,725),3). Akhlrnya
variable gaya kepemimpinan lebih berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan baru
di ikuti oleh variable motivasi kerja , walaupun sama-sama memiliki nilai tingkat signifikan
t sebesar 0,000 < alpha 0,05. Terlihat pada besaran masing-masing nilai t hitungnya
untuk gaya kepemimpinan memiliki nilaicthitung 15,178. Motivasi kerja memiliki nilai t
hitung sebesar 12,388. Baru kemudian di ikuti dengan variable motivasi kerja.
'
K
L
I
N
I
I<
Gaya
Kepemimpinan
0
Berorientasi
tugas
Berorientasi
hubunaan
Kinerja
0
0
T
0
Motivasi
"""""""'
-?
Presensi
'
Disiplin
Kerja
Kerjasama
Karyawan
Semangat Kerja
0
0
Faktor Intern
Faktor
Ekstern
Kualitas
kerja
Kuantitas
Kerja
Tanggung
jawab
Personal
Qualities