PATOFISIOLOGI
HIV/AIDS
Patogenesis
Cairan tubuh
berpotensi
Darah
Cairan mani atau
semen
Sekret vagina
Air susu ibu
Air liur
Air mata
Keringat
Urin
Cairan LCS
Patogenesis
Cara penularan utama virus HIV :
- Kontak darah transfusi darah, tusukan jarum
suntik.
- Kontak seksual heteroseksual, homoseksual.
- Ibu ke anak intrauterin, partus, post partus.
Perlekatan
virus
:
dikarenakan
adanya
kandungan protein yang dimiliki oleh virus, yaitu
Gp120, Gp41, p17 dan p24. Perlekatan virus HIV
dengan reseptor CD4+ sel penjamu diperantarai
oleh Gp120. Setelah itu, akan terjadi fusi membran
sel virus HIV dengan membran sel penjamu yang
diperantarai oleh Gp41 yang terdapat di dalam
membran sel virus HIV.
Patogenesis
Replikasi virus : Setelah terjadi fusi sel virus
RNA virus akan masuk ke dalam inti sel penjamu
nukleokapsid virus akan dilepas terjadi
transkripsi terbalik didalam sel penjamu satu
untai-tunggal RNA virus akan diubah menjadi DNA
salinan (cDNA) untai-ganda virus terjadi insersi
cDNA virus ke dalam sel penjamu terbentuk
provirus menghasilkan RNA messenger (mRNA)
terbentuk protein-protein virus terbentuk
partikel virus baru keluar dari sel penjamu
dapat menginfeksi sel-sel rentan lainnya di seluruh
tubuh.
Patofisiologi
Respon imun terhadap infeksi HIV : segera setelah
terpajan HIV, sistem imun akan perlawanan untuk
menekan replikasi dari virus HIV. Setelah 3 bulan akan
terbentuk antibodi didalam darah, antibodi yang akan
ditemukan adalah IgG karena kadarnya lebih tinggi
dibandingkan dengan IgM. Setelah infeksi HIV yang
menahun, kadar CD4+ akan mengalami penurunan
karena IgG yang dalam darah tidak dapat membunuh
virus HIV yang menginfeksi CD4+.
Perkembangan Klinis HIV : dibagi menjadi 4 tahap,
yaitu fase infeksi akut, fase asimptomatik, fase
simptomatik, dan fase AIDS.