Anda di halaman 1dari 23

BAB V

ANALISA DAN PENYELESAIAN MASALAH


5.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan Komponen Keluaran
Identifikasi masalah yang ada pada program imunisasi dasar dilakukan dengan
membandingkan pencapaian keluaran dengan tolak ukur.
Tabel 5.1. Identifikasi masalah pencegahan dan pemberantasan diare di Puskesmas Perumnas
II Kota Pontianak
No
1.

Variabel
Cakupan Imunisasi Dasar Bayi :

Tolak ukur

Pencapaian

Masalah

HB0

100%

HB0 : 28,02%

(+)

BCG

100%

BCG : 51,34%

(+)

DPT-HB 1

100%

DPT-HB 1: 21,59%

(+)

DPT-HB 2

95%

DPT-HB 2: 24,85%

(+)

DPT-HB 3

90%

DPT-HB 3: 23,22%

(+)

Polio 1

100%

Polio 1 : 51,58%

(+)

Polio 2

97%

Polio 2 : 43,17%

(+)

Polio 3

94%

Polio 3 : 34,19%

(+)

Polio 4

90%

Polio 4 : 34,89%

(+)

Campak
Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi

90%
80%

Campak : 31,62%
Bayi Lk= 165 bayi
Bayi Pr = 175 bayi
Jumlah bayi yang
diimunisasi
= (165+175)x100%
857
= 39,67 %

100%

Jumlah Desa/Kel

Menggambarkan pencapaian pelayanan


atau realisasi pelayanan
(Keputusan

Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi)

2.

dasar lengkap (Buku Pedoman Kerja


Puskesmas Jilid 2 Tahun 1999)
Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar
lengkap

(+)

=Jumlah bayi yang diimunisasi x 100%


Jumlah bayi cakupan puskemas

3.

Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI

(+)

Wilayah Kerja Puskesmas (Buku

UCI =

Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 2 Tahun

14
x 100 =37,8
37

1999)
Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI
=Jumlah Desa / Kel UCI x 100%
Jumlah Desa cakupan puskemas

4.

Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan

100%

Rasio Jumlah

jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas

Posyandu Balita

(Stratifikasi Puskesmas tahun 2010)

dengan Jumlah RW

Rasio Jumlah Posyandu dengan jumlah


Desa/RW

(+)

12
x 100
37

= Jumlah Posyandu x 100%


Jumlah Desa/RW cakupan puskemas

5.

32

Monitoring / Pemantauan Wilayah


Setempat (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi)
Mengukur tingkat perlindungan

Target

Efektifitas Program

Polio 3 = program)
(Efektifitas

Efektifitas

= 547 x 100%
857

Jumlah imunisasi Polio 3 x 100%

Program =

Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun

95%

Untuk mengukur jangkauan program

Target

(pemerataan pelayanan)

Jangkauan

(+)

=68%

Jangkauan Program

DPT 1 =

Program =

= 410 x 100%
857

Jumlah imunisasi DPT 1 x 100

98%

=48%

(+)

Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun

Untuk mengukur manajemen program

Target

(efisiensi program)

Efisiensi

Efisiensi Program
(DO)

(+)

DO = DPT 1 Polio 3 x 100%


DPT 1

Penyimpanan vaksin

Program
(DO) =
3,1%)
Sesuai rantai

=547-410 x 100%
547
= 2,5%
Sesuai rantai dingin (-)

dingin
7

Standar Tenaga dan Pelatihan Teknis


- Penyuluhan dilakukan sebelum

1 bulan 1x.

1 bulan, 1x/pasien

(-)

imunisasi
- Pelatihan Kader

1x/pasien
Terjadwal

Tidak Dilakukan

(+)

dilakukan
Teratur,

Teratur, sistematis,

(-)

sistematis,

dan akurat

dan akurat
Teratur,

Teratur, sistematis,

sistematis,

dan terjadwal

dan
8

Pencatatan dan pelaporan

Sweeping Imunisasi

dan terjadwal
Dari data diatas dapat diidentifikasi sejumlah masalah dalam Program Imunisasi dasar di
puskesmas Perumnas II Kota Pontianak yaitu :
1. Cakupan pelayanan imunisasi dasar tidak mencapai target yang ditentukan
2. Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional
3. Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak
tidak mencapai target nasional
4. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas II Kota
Pontianak tidak mencapai target yang ditentukan
5. Monitoring / Pemantauan Wilayah Setempat dengan mengukur tingkat perlindungan untuk
mencapai target efektifitas program, mengukur jangkauan program untuk mencapai target
jangkauan program, mengukur manajemen program untuk mencapai target efisiensi
program belum mencapai target yang telah ditentukan secara nasional
6. Pelatihan kader tidak dilakukan secara terjadwal pada seluruh posyandu sehingga
keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan keberhasilan pencapaian cakupan program
imunisasi dasar menjadi kurang maksimal.
5. 2. Penetapan Prioritas Masalah

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan beberapa masalah pada program imunisasi dasar pada
puskesmas perumnas II kota Pontianak yang harus diselesaikan. Ditemukannya lebih dari
satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena adanya keterbatasan dana dan
sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks
seperti pada Tabel 5.2.
Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria:
a) Pentingnya masalah (importancy) yang terdiri dari:

Besarnya masalah (Prevalence = P)

Akibat yang ditimbulkan masalah (severity) = S

Kenaikan besarnya masalah (rate of increase) = RI

Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit) = SB

Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs) = DU

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) = PB

Suasana politik (political climate) = PC


c)

Kelayakan teknologi (technilcal feasibility) = T

d)

Sumber daya yang tersedia (Resources availability) = R

Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat
penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.
Tabel 5.2 Penetapan Prioritas Masalah
No

1.

Daftar Masalah

Cakupan pelayanan imunisasi

Importance

Jumlah
P=I x T x R

P
5

S
5

RI
3

DU
5

SB
5

PB
5

PC
5

132

52

52

116

dasar tidak mencapai target


2.

yang ditentukan
Rasio Jumlah bayi yang
diimunisasi dasar lengkap

3.

tidak mencapai target nasional


RRasio Jumlah Desa/Kelurahan
UCI Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas II Kota
Pontianak tidak mencapai

4.

target nasional
Rasio Jumlah Posyandu Balita

dengan jumlah RW cakupan


wilayah Puskesmas II Kota
Pontianak tidak mencapai
target yang ditentukan
/ Pemantauan

55Monitoring

92

72

Wilayah Setempat dengan


5

mengukur tingkat
perlindungan untuk mencapai
target efektifitas program,
mengukur jangkauan program
untuk mencapai target
jangkauan program, mengukur
manajemen program untuk
mencapai target efisiensi
program belum mencapai
target yang telah ditentukan

secara nasional
PPelatihan kader tidak dilakukan
secara terjadwal pada seluruh
posyandu sehingga
keikutsertaan masyarakat
dalam meningkatkan
keberhasilan pencapaian
cakupan program imunisasi
dasar menjadi kurang
maksimal.

Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah Kurangnya cakupan penderita diare yang diobati. Adapun urutan prioritas
masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Cakupan pelayanan imunisasi dasar tidak mencapai target yang ditentukan
2. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas II Kota
Pontianak tidak mencapai target yang ditentukan

3. Monitoring / Pemantauan Wilayah Setempat dengan mengukur tingkat perlindungan untuk


mencapai target efektifitas program, mengukur jangkauan program untuk mencapai target
jangkauan program, mengukur manajemen program untuk mencapai target efisiensi
program belum mencapai target yang telah ditentukan secara nasional
4. Pelatihan kader tidak dilakukan secara terjadwal pada seluruh posyandu sehingga
keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan keberhasilan pencapaian cakupan program
imunisasi dasar menjadi kurang maksimal.
5. Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional
6. Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak
tidak mencapai target nasional
Rendahnya angka cakupan program imunisasi di puskesmas perumnas II merupakan
masalah yang prioritas. Angka cakupan pelayanan menggambarkan jumlah bayi yang
mendapatkan imunisasi di wilayah cakupan kerja Puskesmas perumnas II kelurahan sungai
beliung. Rendahnya angka cakupan imunisasi dasar tersebut menggambarkan masih banyak
bayi yang tidak mendapatkan pelayanan imunisasi baik di puskesmas maupun posyandu
ataupun bayi banyak mendapatkan imunisasi di rumah sakit, praktek swasta atau pusat
pelayanan kesehatan lainnya namun tidak tercatat di puskesmas.
Puskesmas sebagai layanan kesehatan primer seharusnya menjadi tempat pelayanan
utama dalam pencegahan dan promosi melalui program imunisasi dasar pada bayi sesuai
wilayah kerjanya. Diharapkan puskesmas dapat menjadi pusat pelayanan kesehatan yang
dapat menjalankan fungsi promotif dan preventif dengan program imunisasi yang dapat
menyentuh warga terutama warga tingkat ekonomi menengah kebawah yang membutuhkan
pelayanan pemberian imunisasi dengan gratis. Langkah pemberian imunisasi ini bertujuan
agar bayi pada saat dewasa mendapatkan perlindungan yang optimal terhadap beberapa
penyakit seperti Hepatitis B, TB, difteri, tetanus, pertusis, polio dan campak.
Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional
(80%). Ini menunjukkan bahwa dari 857 bayi yang terdapat pada cakupan wilayah puskesmas
perumnas II kota Pontianak, hanya 39,67% saja yang diimunisasi dasar dengan lengkap.
Sisanya masih belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap bahkan tidak
mendapatkan imunisasi dasar sama sekali. Hal ini berkesinambungan dengan Rasio Jumlah
Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak tidak mencapai
target nasional (100%). Dimana dari 37 RW yang terdapat pada wilayah kerja puskesmas
perumnas II hanya sekitar 14 RW yang termasuk desa/kelurahan UCI. 14 desa/kelurahan UCI

ini memiliki posyandu dan pos penimbangan di wilayahnya masing-masing. Sedangkan 23


desa/RW lainnya yang tidak mendapatkan predikat UCI tidak memiliki posyandu ataupun pos
penimbangan sama sekali. Ini menunjukkan bahwa posyandu ataupun pos penimbangan di
suatu RW/desa sangat berpengaruh terhadap peningkatan cakupan imunisasi dasar, serta
dapat berdampak terhadap peningkatan rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap dan
Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak.
Karena itulah keempat masalah tersebut diberikan nilai besarnya masalah (Prevalence) tinggi
dan nilai akibat ditimbulkan masalah (Severity) tinggi.
Kenaikan besar masalah (Rate of Increase) untuk angka cakupan imunisasi dasar pada
tahun 2014 sebesar 39,41 % dari nilai idealnya 80%. Ini berarti terdapat kesenjangan sebesar
40,59%. Akan tetapi dari angka cakupan imunisasi dasar pada tahun 2013 ternyata angka
pencapaian lebih rendah lagi yaitu sebesar 28,25% dengan tolok ukur sebesar 80%. Hal ini
menunjukkan adanya perbaikan nilai cakupan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sehingga rate of
increase cakupan pelayanan diberikan nilai yang rendah. Begitu pula dengan rasio jumlah
bayi yang diimunisasi, rasio jumlah desa/kelurahan UCI, dan rasio posyandu dengan jumlah
RW/desa wilayah cakupan puskesmas yang menunjukkan peningkatan dari tahun 2013 ke
2014.

Sehingga

rate

of

increasenya

diberikan

nilai

menengah.

Namun

untuk

monitoring/pemantauan wilayah (PWS) dan pelatihan kader sama-sama memiliki nilai yang
sama besar untuk Rate of Increase karena tidak menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi ((Degree of unmeet need) untuk
masalah rendahnya angka cakupan imunisasi dasar, rasio bayi yang diimunisasilengkap, rasio
desa/kelurahan UCI, dan rasio jumlah posyandu dengan jumlah desa/RW wilayah cakupan
puskesmas, pengawasan program dan pelatihan kader diberikan nilai yang sama besar.
Masyarakat menginginkan bayi/anaknya terproteksi dari penyakit saat sudah dewasa dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat diminimalisir. Untuk itu tidak cukup
dengan pelayanan di puskesmas saja, tetapi diperlukan pula peran masyarakat baik dalam
berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan) serta andil dalam menggerakkan
posyandu dengan salah satu bentuk nyatanya adalah pelatihan kader.
Perhatian masyarakat (public concern) terhadap imunisasi dasar secara umum masih
kurang baik. Masih banyak masyarakat yang tidak datang ke puskesmas dan posyandu untuk
mengimunisasi bayinya. Cakupan imunisasi dasar kurang baik, posyandu dan pos
penimbangan kurang jumlahnya, tidak adanya pelatihan untuk kader diberikan nilai yang
sama, karena ketiga hal ini adalah keadaan yang dilihat masyarakat secara langsung dan
memengaruhi penilaian masyarakat terhadap kinerja puskesmas. Pengawasan berupa

penilaian skoring berdasarkan jenis imunisasi tidak secara langsung dilihat oleh masyarakat
manfaat dan pelaksanaannya.
Pemerintah memang telah membentuk program imunisasi dasar dan sebenarnya
pemerintah sudah concern dan intensif dengan masalah imunisasi dasar. Terutama di
Kalimantan Barat yang mendapat peringkat keempat Provinsi dengan cakupan imunisasi
terendah tahun 2013. Dikarenakan hal tersebut maka semua masalah mendapat nilai PC
(political climate) yang sama.
Dari penilaian teknis (technical feasibility), mengenai monitoring terhadap program
imunisasi dasar terutama jumlah pasien yang telah mendapatkan imunisasi dasar dalam suatu
wilayah puskesmas, mendapatkan nilai tertinggi karena pada saat ini, pencatatan di
puskesmas sebenarnya tidak sulit secara teknis karena penggunaan komputer telah
memudahkan pencatatan dan pelaporan.
Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), maka tidak adanya pelatihan
oleh kader mendapatkan nilai menengah, karena puskesmas sebenarnya memiliki kader,
namun tidak melakukan tugas dalam mendata bayi yang belum diimunisasi karena tugas
promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara tidak ada penambahan jumlah kader
khusus untuk imunisasi. Jumlah kader yang ideal yaitu 5 orang tiap RW, namun tidak semua
RW memiliki kader dan dalam banyak RW yang kadernya kurang dari 5 orang. Hal ini
berhubungan dengan peranan kader yang belum optimal dalam usaha peningkatan cakupan
imunisasi dasar pada bayi.

5.3. Identifikasi Penyebab Masalah


5.3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dibuat dengan menggunakan pendekatan analisis, hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor penyebab masalah rendahnya angka cakupan imunisasi Puskesmas
Kelurahan Sungai Beliung. Kerangka konsep yang telah dipikirkan untuk masalah tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Cakupan
Imunisasi

5.3.2. Estimasi Penyebab Masalah


Masalah dalam pelaksanaan Program imunisasi akan dibahas sesuai dengan pendekatan
sistem yang mempertimbangkan seluruh faktor baik dari unsur masukan, proses, umpan
balik, dan lingkungan.
Pada komponen masukan, yang berpotensi menjadi penyebab masalah adalah sumber daya
manusia termasuk di dalamnya adalah dokter, perawat, tenaga administrasi dan kader, dana
yang tersedia, sarana medis dan non medis, sarana penyuluhan dan metode yang digunakan.
Kuranganya jumlah sumber daya manusia, pengetahuan tenaga kesehatan dan

tenaga

pendukung dapat mengakibatkan metode yang digunakan dalam pencapaian imunisasi dasar
menjadi kurang optimal, meliputi penyuluhan dan pelatihan kader. Sehingga partisipasi
masyarakat menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Selain SDM yang kurang faktor dana

dan sarana medis serta non medis juga memegang peranan yang penting. Oleh sebab itu bila
kurang memadai juga dapat menyulitkan pelaksanaan program ini.
Komponen proses terdiri dari: perencanaan dan pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan
dan pelaporan, serta pengawasan. Setiap program memiliki perencanaan target dan waktu
pelaksanaan program, sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Organisasi juga perlu
direncanakan dengan baik, agar terdapat staffing dan pembagian tugas yang jelas sehingga
masing-masing pelaksana dalam organisasi dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masingmasing sehingga tercipta kerjasama yang baik. Pelaksanaan program, meliputi: posyandu,
possbang, ibu peduli imunisasi, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan kader, merupakan
faktor penentu keberhasilan program. Pelayanan imunisasi yang kurang memenuhi standar
pelayanan dapat mengakibatkan munculnya stigma yang buruk mengenai pelayanan
imunisasi di puskesmas sehingga masyarakat enggan berkunjung ke Puskesmas. Hal ini
berimbas pada rendahnya angka cakupan pelayanan imunisasi. Tidak adanya penyuluhan
kesehatan mengenai imunisasi juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap pentingnya imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit tersebut. Kurangnya kader yang terlatih menyulitkan pelaksanaan
program terutama dalam melakukan tugas eksternal seperti penyuluhan di masyarakat.
Pengawasan juga merupakan hal yang penting karena apabila tidak terlaksana dengan baik,
dapat menyebabkan tidak adanya laporan tertulis, penyimpanan laporan yang tidak
tersistematisasi dengan baik, dan pelaporan yang terlambat atau tidak lengkap kepada
puskesmas. Hal-hal diatas pada akhirnya dapat mengakibatkan target pencapaian program
yang telah ditentukan tidak tercapai.
Komponen lingkungan juga berperan dalam keberhasilan program. Komponen lingkungan
ini meliputi: tingkat pendidikan masyarakat,tingkat sosial ekonomi, dan akses. Tingginya
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menerima dan
memahami informasi mengenai imunisasi. Sementara tingginya tingkat sosial ekonomi dapat
mempengaruhi kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
Sementara akses ke tempat layanan kesehatan juga dapat menjadi masalah apabila pusat
layanan kesehatan terletak di lokasi yang sulit dijangkau.
Komponen umpan balik terdiri dari masukan hasil pelaporan setelah dilaksanakannya
Program imunisasi selama satu periode. Hasil pelaporan ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan Puskesmas untuk menyusun rencana program pada periode selanjutnya
sehingga diharapkan adanya perbaikan dari yang sebelumnya.

5.3.3 Konfirmasi Penyebab Masalah


Dilakukan wawancara dengan pihak yang terlibat (penanggung jawab program imunisasi
Puskesmas Kelurahan Sungai Beliung) dan membandingkasn hasil dan tolok ukur dilakukan
untuk mengkonfirmasi penyebab masalah. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi
penyebab masalah tersebut dapat dilihat pada beberapa tabel berikut ini.
Tabel 5.3 Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen masukan
No
1.

Variabel

Tolok Ukur

Pencapaian

Penyebab

Tenaga

Masalah
Tenaga pelaksana minimal : 1 Di balai pengobatan umum terdapat (+)
dokter, 1 perawat, 1 petugas 1dokter, 1 perawat yang merangkap
administrasi, dan 1 analis administrasi. Sedangkan di P2M
sebagai

pemeriksa terdapat 1 perawat, dan 1 orang

laboratorium
2.

Dana

tenaga administrasi. Tidak terdapat

laboratorium
Tersedianya dana dari APBN, Tersedianya dana
APBD

3.

Sarana

yang

cukup (-)

lancer hanya dari APBD dan APBN

Tersedianya sarana:
a. Sarana medis : alatalat

stetoskop,

senter,

timbangan,

tensimeter,

dan

termometer
ruangan

(-)

pemeriksaan

seperti

b. Sarana

a. tersedia

b. tersedia

non

medis:

(-)

dilengkapi

dengan tempat tidur,


status, alat tulis, buku
catatan
c. Sarana

c. tersedia,
penyuluhan:

leaflet, brosur, poster

namun

jumlah terbatas

dalam
(+)

4.

Metode

Pemberian imunisasi sesuai


kebijakan imunisasi dasar di
Puskesmas maupun Posyandu
a

BCG:Diberikan sebanyak

Pemberian imunisasi BCG

(-)

Pemberian imunisasi DPT

(-)

Pemberian imunisasi Polio

Pemberian

1 kali dengan dosis 0,05


cc, intrakutan di deltoid l
lengan atas kanan.
b DPT: Diberikan sebanyak
3 kali dengan dosis 0,5
cc,

IM/SC

dalam,

di

anterolateral paha atas,


pada

umur

bulan

kemudian diberikan lagi


dengan
c

interval

paling

cepat 4 minggu (1 bulan).


Polio:
Diberikan
sebanyak 4 kali, diberikan

(-)

2 tetes secara oral dengan


interval

bulan).
d Hepatitis

minggu
B:

(1

Diberikan

hepatitis B

sebanyak 3 kali dengan


dosis
dalam,

0,5
di

paha

cc,

(-)

IM/SC

anterolateral

atas,

berikutnya
interval

imunisasi

dosis
dengan

minimal

minggu (1 bulan).
Campak: Diberikan 1 kali
dengan dosis 0,5 cc, IM,
di lengan kiri atas.

* Vaksin DPT dan Hepatitis B

Pemberian

imunisasi

campak
(-)
(+)

dalam bentuk vaksin kombo


Penyuluhan kesehatan
Perorangan

Dengan

wawancara

a. Dilakukan
kepada

penyuluhan

orang

tua

dan

keluarga yang datang ke


Kelompok

Dengan

ceramah

puskesmas
b. Dilakukan
melalui

penyuluhan
masjid

penyuluhan
Masyarakat

Melalui

spanduk, poster, leaflet


Pemantauan (monitoring) :
Dengan

Pemantauan

Wilayah Setempat

(PWS)

(-)

atau
melalui

(-)
kelurahan.
c. Dibuat spanduk, poster dan
leaflet untu sarana informasi
d. Dilakukan
pemantauan
terhadap wilayag setempat
setiap bulannya

-bulanan
Pencatatan : setiap bulan

e. Dilakukan

Pelaporan : setiap bulan

tertulis bulanan
f. Dilakukan laporan

(-)

pencatatan (-)
kasus

Penatalaksanaan KIPI : jika

KIPI secara tertulis setiap

ada kasus

bulannya jika ada kasusnya

(-)
(-)

Tabel 5.4 Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen proses
No
1.

Variabel
Perencanaan

Tolok ukur

Pencapaian

Penyebab

Menentukan besarnya

Masalah
Sasaran dan target cakupan (-)

sasaran dan target cakupan

imunisasi 857 bayi

imunisasi dasar. Besarnya


sasaran: ditentukan oleh
Puskesmas Perumnas II
(857 bayi)
Membuat jadwal pelayanan

Pelayanan imunisasi dasar

imunisasi dasar

dilakukan setiap hari selasa


dan
serta

kamis

dipuskesmas

posyandu

yang

terjadwal setiap bulan.


Merencanakan logistik

Kebutuhan alat suntik =

imunisasi dasar

jumlah sasaraan 857 bayi x


target.
Kebutuhan

cold

chain:

-Lemari es : 1 buah
-Vaccine carrier : 5 buah
- Cold pack : sejumlah tim
lapangan
Mengelola vaksin, peralatan
vaksinasi dan cold chain

Vaksin Campak, Polio dan


BCG ditempatkan tempat
penyimpanan es.
Vaksinasi Hepatitis B dan
DPT

disusun dibagian di

rak bagian bawah.


Suhu cold chain 2 8 o C
Satu spuit untuk satu orang
Memberikan penyuluhan
mengenai imunisasi dasar

Perorangan : Setiap hari di


Puskesmas
Kelompok : Tidak
ditemukan jadwal
penyuluhan secar
tertulis yang jelas. (Hanya

Mengadakan kerja sama

didapatkan dari wawancara

lintas program dan lintas

dengan b

sektoral

dilaksanakan setiap bulan

Melakukan monitoring

sesuai jadwal posyandu

Melaksanakan pencatatan

Masyarakat : Melalui

Melaksanakan pelaporan

spanduk, poster dan leaflet.

Merencanakan
penatalaksanaan KIPI

12 x setahun
12 x setahun
Setiap akhir bulan
Setiap awal bulan
Jika ada kasus
: Melalui spanduk, poster

2.

Pengorganisasi

a. Adanya

an

struktur

dan leafl
a. Terdapat

pelaksana program
b. Adanya
tugas

organisasi
pelaksanan program
b. Petugas kesehatan

pembagian
dan

tanggung

merangkap

jawab yang jelas


3.

Pelaksanaan

Menentukan

struktur (-)

(+)

sebagai

penanggungjawab
Besar -

beberapa program
Besar sasaran

Sasaran
-

Menentukan

Target

Cakupan:
BCG : 90%
1

DPT-1 : 95 %

DPT-2 : 90%

DPT-3 : 85 %

Polio-1 : 95 %

Polio-2 : 90 %

Polio-3 : 85 %
Polio-4 : 90 %
Hepatitis B-1 : 90 %

90%

(+)

95%

(+)

90%

(+)

85%

(+)

95%

(+)

90%

(+)

85%

(+)

90%

(+)

90%

(+)
(+)

Hepatitis B-2 : 90 %

90%

(+)

Hepatitis B-3 : 85%

85%

(+)

Campak : 90 %

90%
(-)

Menentukan
pelayanan

jadwal Pelayanan imunisasi dasar


imunisasi dilakukan setiap hari selasa

dasar

dan

kamis

serta

dipuskesmas

posyandu

yang

terjadwal setiap bulan.


Kebutuhan alat suntik =
jumlah sasaraan 857 bayi x
target.
-

(-)

Logistik imunisasi dasar Kebutuhan

cold

chain:

(Mengambil stok vaksin -Lemari es : 1 buah


dan alat suntik dari -Vaccine carrier : 5 buah
Dinas Kesehatan setiap Cold pack : sejumlah tim
kali habis stok)

lapangan Vaksin Campak,


Polio dan BCG ditempatkan
tempat penyimpanan es.
Vaksinasi Hepatitis B dan
DPT

disusun dibagian di

rak bagian bawah.


-

(-)

Pengelolaan vaksin dan Suhu cold chain 2 8 o C


peralatan vaksin

Satu spuit untuk satu orang


Perorangan : Setiap hari di
Puskesmas
Kelompok : Tidak

Penyuluhan

mengenai ditemukan jadwal

imunisasi dasar

penyuluhan secar
tertulis yang jelas. (Hanya
didapatkan dari wawancara
dengan b
dilaksanakan setiap bulan
sesuai jadwal posyandu

(-)

Masyarakat : Melalui
4.

spanduk, poster dan leaflet.


kegiatan a. Laporan tertulis dilakukan

Pencatatan dan a. Penilaian


pelaporan

dalam bentuk laporan secara periodik bulanan, dan


tertulis secara periodik tahunan,
(bulanan,
b. Pengisian

tidak

dan semesteran

laporan b.

tertulis yang lengkap


c. Penyimpanan

Adanya

laporan diisi sesuai

(-)

format pelaporan yang ada

laporan c. Laporan disimpan oleh

tertulis yang benar


Pengawasan

namun

triwulan, dilakukan laporan triwulan

semester, tahunan)

5.

(+)

(-)

koordinator program

pengawasan Pengawasan

eksternal dan internal

dilakukan

program
oleh

(-)

Dinas

Kesehatan kota Pontianak


dan secara internal oleh
kepala puskesmas
Tabel 5.5. Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen lingkungan
No
1.

Variabel

Tolok Ukur

Pencapaian

Lingkungan a. Tingkat

pendidikan

menengah

atau

menunjang

tinggi

keberhasilan

program imunisasi

a. Tingkat

Penyebab
Masalah
pendidikan
(+)

masyarakat di Kelurahan
Sungai

Beliung

umumnya

tingkat

rendah-menengah
b. Tingkat

sosial

menengah

atau

menunjang

2.

ekonomi

b. Tingkat sosial ekonomi

tinggi

masyarakat di Kelurahan

keberhasilan

program imunisasi

(+)

Sungai
umumnya

Beliung
tingkat

Umpan

rendah-menengah
Masukan hasil pencatatan dan Tidak ada masukan untuk

balik

pelaporan

untuk

program selanjutnya.

perbaikan perbaikan program

(+)

Berdasarkan tabel diatas maka ditetapkan penyebab masalah belum optimalnya program
imunisasi dasar di Puskesmas Kelurahan Sungai Beliung berdasarkan komponen masukan,
proses, umpan balik, dan lingkungan.
1. Masukan
Pada komponen masukan, sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah dokter,
perawat, tenaga administrasi dan kader, dana yang tersedia, sarana medis dan non medis,
sarana penyuluhan, dan metode yang digunakan dapat menjadi penyebab masalah. Agar
program imunisasi ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka dibutuhkan tenaga
kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Hal ini
memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang merangkap program
puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program imunisasi belum dapat terlaksana secara
meyeluruh dan optimal. Sarana medis yang tersedia sudah sesuai dengan standar, sehingga
tidak menjadi masalah sedangkan sarana non-medis seperti media penyuluhan masih tidak
memadai jumlahnya. Demikian juga dengan tidak adanya sarana khusus seperti ibu peduli
imunisasi. Dari segi metode, kurangnya penyuluhan ke masyarakat, menjadikan perhatian
masyarakat terhadap imunisasi menjadi tidak berkembang. sehingga Hal ini juga dapat
dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang
oleh dana yang memadai. Tidak adanya dana khusus juga merupakan masalah yang
mendasar. Sedangkan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan terlihat dari adanya laporan
dari harian hingga tahunan.
2. Proses
Salah satu komponen proses yaitu pengorganisasian, masih didapatkan masalah berupa
petugas pelaksana program yang masih merangkap program yang lain sehingga tidak optimal
dalam melaksanakan tugasnya. Pada pelaksanaan terdapat beberapa masalah, yakni
kurangnya koordinasi yang baik antara petugas dan kader, tidak adanya penyuluhan ke
masyarakat, tidak adanya pembinaan, pelatihan, dan pelayanan kader.
Pencatatan dan pelaporan terhadap program yang sedang berjalan juga dirasa kurang
optimal. Pencatatan dilakukan secara periodik setiap bulan dan tahunan. Dengan adanya
pencatatan

dan

pelaporan

pada

tiap-tiap

periode

diharapkan

dapat

membantu

mengidentifikasi masalah yang muncul saat berjalannya program agar dapat segera ditindak
lanjuti.

3. Lingkungan
Tingkat pendidikan sosial ekonomi dan akses

berpotensi menjadi penyebab

masalah.tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Sungai Beliung yang sebagian besar


menengah kebawah mempunyai peran terhadap kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi,
oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan yang dilakukan terus-menerus agar pemahaman dan
perhatian masyarakat terhadap permasalahan imunisasi ini dapat meningkat sehingga tujuan
dari program imunisasi ini dapat tercapai. Demikian halnya dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat yang mayoritas berpendapatan menengah ke bawah juga dapat mempengaruhi
kemauan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan kurang.
4. Umpan balik
Puskesmas ini telah melakukan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan secara periodik.
Data- data tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk menyusun program di periode
selanjutnya sehingga diharapkan adanya perbaikan dari masalah-masalah yang ditemukan
sebelumnya.
5.3.4 Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 5.6 Alternatif Penyelesaian Masalah
No

Penyebab Masalah

.
1.

Alternatif Penyelesaian Masalah

Prioritas

Masukan
Tenaga :
-

Jumlah

Menambah tenaga pelaksana

Menambah tenaga

pelaksana program

program yang tidak merangkap

pelaksana program

yang tidak memadai

program lain

yang

Mengadakan pelatihan bagi kader

merangkap

karena sebagian

tidak

merangkap beberapa

program

program

(kader/petugas

lain

kesehatan)
Sarana:
- Media komunikasi (-)

Melengkapi sarana yang kurang

Tersedianya sarana

Dana penyediaan sarana diambil

dan

dari dana retribusi puskesmas,

untuk melakukan
penyuluhan.

Metode:

ditambah dengan usulan anggaran

prasarana

Melalui

penyuluhan kelompok

Pelatihan kader untuk melakukan

Pelatihan para

penyuluhan rutin

kader untuk
melakukan
penyuluhan
kelompok pada
masyarakat

2.

Proses
Pelaksanaan:
-

Kurang

penyuluhan kelompok
dan perorangan
-

Pencatata
n dan pelaporan yang
masih kurang baik

Melakukan pelatihan penyuluhan

Melakukan

pada kader secara berkala

pencatan dan

Melakukan pendekatan secara

pelaporan kasus

personal antara kader dan petugas

imunisasi yang

kesehatan

ditangani dengan

Memaksimalkan peran mahasiswa

baik

kedokteran dalam pembuatan


sarana dan melakukan penyuluhan
kepada kader dan masyarakat
-

Melakukan pencatan dan


pelaporan kasus imunisasi yang
ditangani dengan baik

Memberikan penyuluhan tentang


pentingnya imunisasi dan dampak
jika tidak melakukan imunisasi

Penilaian:
-

Monitoring cakupan

pelayanan kurang baik

Evaluasi berkala setiap bulan, dan

Membuat formulir

setiap tahun
-

pencatatan yang

Membuat formulir pencatatan

baku yang dapat

yang baku yang dapat digunakan

digunakan seluruh

seluruh tenaga pelaksana

tenaga pelaksana

kesehatan
3.
-

Lingkungan
Tingkat pendidikan
dan pengetahuan

kesehatan
-

Pendekatan personal oleh kader


kepada masyarakat

Pendekatan
personal oleh
kader kepada

masyarakat tentang

dengan memperbanyak kader

rendah

kesehatan sebagai perpenjangan

Tingkat sosio-

tangan Puskesmas
-

masyarakat

Memperbanyak akses kesehatan

imunisasi yang masih

ekonomi masyarakat
-

Membangun kerjasama dengan

yang rendah

layanan kesehatan lain seperti

Melibatkan layanan

klinik dan praktek bidan

kesehatan lain di
wilayah kerja
4.

puskesmas
Umpan Balik
- Pencatatan dan

pelaporan belum dapat


dimanfaatkan dengan
-

Melakukan pencatatan dan


pelaporan yang lengkap

Formulir pencatatan sebaiknya

baik

dibuat baku

Data surveilance tidak -

Evaluasi program imunisasi secara

ada

berkala

Program jaminan

mutu tidak ada

Diadakan pertemuan berkala


(setiap bulan dan setiap tahun)
untuk membahas kemajuan yang
dicapai

Menyusun strategi untuk


mengatasi kendala dan kekurangan
pada program sebelumnya

Melaksanakan program jaminan


mutu

5.4. Prioritas Penyelesaian Masalah


Prioritas pemecahan masalah ditetapkan dengan sistem skoring:
a)

Efektifitas jalan keluar, yang terdiri dari M, I dan V


Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude) = M

Melakukan
pencatatan dan
pelaporan yang
lengkap

Pentingnya jalan keluar (Importancy) = I

Sensitivitas jalan keluar (Vulnerabillity) = V


b) Biaya jalan keluar (Cost) = C
Terhadap berbagai alternatif jalan keluar yang sudah dikemukan di atas.
Tabel 5.7. Alternatif Jalan Keluar dan Prioritas Jalan Keluar Terhadap Masalah
Alternatif Jalan Keluar

Prioritas Jalan
Keluar:
P=(MxIxV)/C

Menambah tenaga pelaksana program yang

12

tidak merangkap program lain (kader)


Pelatihan para kader untuk melakukan

16

masyarakat
Melakukan pencatatan dan pelaporan yang

25

lengkap tentang imunisasi


Membangun kerjasama dengan layanan

21,3

penyuluhan kelompok dan perorangan pada

kesehatan lain seperti klinik dan praktek


bidan
Melakukan

evaluasi

program imunisasi

secara berkala
Berdasarkan uraian di atas, terdapat 5 masalah utama yang menyebabkan masih
kurangnya cakupan imunisasi lengkap di Puskesmas Perumnas II Kelurahan Sungai Beliung.
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan urutan prioritas jalan keluar sebagai berikut :
1.

Melakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap tentang imunisasi

2.

Membangun kerjasama dengan layanan kesehatan lain seperti klinik dan praktek
bidan

3.

Pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan kelompok dan perorangan pada
masyarakat

4.

Menambah tenaga pelaksana program yang tidak merangkap program lain (kader)

5.

Melakukan evaluasi program imunisasi secara berkala

Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah Melakukan
pencatatan dan pelaporan yang lengkap tentang imunisasi. Karena pada kenyataannya di

Puskesmas Perumnas II Kelurahan Sungai Beliung pencatatan dan pelaporan yang lengkap
tentang program imunisasi masih kurang. Hal tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut
supaya tiap program-program yang ada di Puskesmas dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Setelah melakukan pencatatan dan pelaporan yang baik untuk program imunisasi,
prioritas kedua adalah dengan membangun kerjasama dengan layanan kesehatan lain seperti
klinik dan praktek bidan. Dengan dilakukannya kerjasama, diharapkan pencatatan dan
pelaporan program imunisasi menjadi lebih baik sehingga meningkatkan angka pencapaian
imunisasi. Lalu langkah terakhir dalam pelaksanaan suatu program adalah melakukan
evaluasi program imunisasi. Dengan evaluasi, semua kendala-kendala yang ada dapat
diperbaiki sehingga pelaksanaan program imunisasi periode selanjutnya akan lebih baik,
sehingga angka penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi pun dapat berkurang di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai