Variabel
Cakupan Imunisasi Dasar Bayi :
Tolak ukur
Pencapaian
Masalah
HB0
100%
HB0 : 28,02%
(+)
BCG
100%
BCG : 51,34%
(+)
DPT-HB 1
100%
DPT-HB 1: 21,59%
(+)
DPT-HB 2
95%
DPT-HB 2: 24,85%
(+)
DPT-HB 3
90%
DPT-HB 3: 23,22%
(+)
Polio 1
100%
Polio 1 : 51,58%
(+)
Polio 2
97%
Polio 2 : 43,17%
(+)
Polio 3
94%
Polio 3 : 34,19%
(+)
Polio 4
90%
Polio 4 : 34,89%
(+)
Campak
Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi
90%
80%
Campak : 31,62%
Bayi Lk= 165 bayi
Bayi Pr = 175 bayi
Jumlah bayi yang
diimunisasi
= (165+175)x100%
857
= 39,67 %
100%
Jumlah Desa/Kel
Indonesia Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi)
2.
(+)
3.
(+)
UCI =
14
x 100 =37,8
37
1999)
Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI
=Jumlah Desa / Kel UCI x 100%
Jumlah Desa cakupan puskemas
4.
100%
Rasio Jumlah
Posyandu Balita
dengan Jumlah RW
(+)
12
x 100
37
5.
32
Target
Efektifitas Program
Polio 3 = program)
(Efektifitas
Efektifitas
= 547 x 100%
857
Program =
95%
Target
(pemerataan pelayanan)
Jangkauan
(+)
=68%
Jangkauan Program
DPT 1 =
Program =
= 410 x 100%
857
98%
=48%
(+)
Target
(efisiensi program)
Efisiensi
Efisiensi Program
(DO)
(+)
Penyimpanan vaksin
Program
(DO) =
3,1%)
Sesuai rantai
=547-410 x 100%
547
= 2,5%
Sesuai rantai dingin (-)
dingin
7
1 bulan 1x.
1 bulan, 1x/pasien
(-)
imunisasi
- Pelatihan Kader
1x/pasien
Terjadwal
Tidak Dilakukan
(+)
dilakukan
Teratur,
Teratur, sistematis,
(-)
sistematis,
dan akurat
dan akurat
Teratur,
Teratur, sistematis,
sistematis,
dan terjadwal
dan
8
Sweeping Imunisasi
dan terjadwal
Dari data diatas dapat diidentifikasi sejumlah masalah dalam Program Imunisasi dasar di
puskesmas Perumnas II Kota Pontianak yaitu :
1. Cakupan pelayanan imunisasi dasar tidak mencapai target yang ditentukan
2. Rasio Jumlah bayi yang diimunisasi dasar lengkap tidak mencapai target nasional
3. Rasio Jumlah Desa/Kelurahan UCI Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Kota Pontianak
tidak mencapai target nasional
4. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas II Kota
Pontianak tidak mencapai target yang ditentukan
5. Monitoring / Pemantauan Wilayah Setempat dengan mengukur tingkat perlindungan untuk
mencapai target efektifitas program, mengukur jangkauan program untuk mencapai target
jangkauan program, mengukur manajemen program untuk mencapai target efisiensi
program belum mencapai target yang telah ditentukan secara nasional
6. Pelatihan kader tidak dilakukan secara terjadwal pada seluruh posyandu sehingga
keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan keberhasilan pencapaian cakupan program
imunisasi dasar menjadi kurang maksimal.
5. 2. Penetapan Prioritas Masalah
Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan beberapa masalah pada program imunisasi dasar pada
puskesmas perumnas II kota Pontianak yang harus diselesaikan. Ditemukannya lebih dari
satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena adanya keterbatasan dana dan
sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks
seperti pada Tabel 5.2.
Prioritas masalah ditetapkan dengan sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria:
a) Pentingnya masalah (importancy) yang terdiri dari:
d)
Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat
penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.
Tabel 5.2 Penetapan Prioritas Masalah
No
1.
Daftar Masalah
Importance
Jumlah
P=I x T x R
P
5
S
5
RI
3
DU
5
SB
5
PB
5
PC
5
132
52
52
116
yang ditentukan
Rasio Jumlah bayi yang
diimunisasi dasar lengkap
3.
4.
target nasional
Rasio Jumlah Posyandu Balita
55Monitoring
92
72
mengukur tingkat
perlindungan untuk mencapai
target efektifitas program,
mengukur jangkauan program
untuk mencapai target
jangkauan program, mengukur
manajemen program untuk
mencapai target efisiensi
program belum mencapai
target yang telah ditentukan
secara nasional
PPelatihan kader tidak dilakukan
secara terjadwal pada seluruh
posyandu sehingga
keikutsertaan masyarakat
dalam meningkatkan
keberhasilan pencapaian
cakupan program imunisasi
dasar menjadi kurang
maksimal.
Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah Kurangnya cakupan penderita diare yang diobati. Adapun urutan prioritas
masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Cakupan pelayanan imunisasi dasar tidak mencapai target yang ditentukan
2. Rasio Jumlah Posyandu Balita dengan jumlah RW cakupan wilayah Puskesmas II Kota
Pontianak tidak mencapai target yang ditentukan
Sehingga
rate
of
increasenya
diberikan
nilai
menengah.
Namun
untuk
monitoring/pemantauan wilayah (PWS) dan pelatihan kader sama-sama memiliki nilai yang
sama besar untuk Rate of Increase karena tidak menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi ((Degree of unmeet need) untuk
masalah rendahnya angka cakupan imunisasi dasar, rasio bayi yang diimunisasilengkap, rasio
desa/kelurahan UCI, dan rasio jumlah posyandu dengan jumlah desa/RW wilayah cakupan
puskesmas, pengawasan program dan pelatihan kader diberikan nilai yang sama besar.
Masyarakat menginginkan bayi/anaknya terproteksi dari penyakit saat sudah dewasa dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat diminimalisir. Untuk itu tidak cukup
dengan pelayanan di puskesmas saja, tetapi diperlukan pula peran masyarakat baik dalam
berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan) serta andil dalam menggerakkan
posyandu dengan salah satu bentuk nyatanya adalah pelatihan kader.
Perhatian masyarakat (public concern) terhadap imunisasi dasar secara umum masih
kurang baik. Masih banyak masyarakat yang tidak datang ke puskesmas dan posyandu untuk
mengimunisasi bayinya. Cakupan imunisasi dasar kurang baik, posyandu dan pos
penimbangan kurang jumlahnya, tidak adanya pelatihan untuk kader diberikan nilai yang
sama, karena ketiga hal ini adalah keadaan yang dilihat masyarakat secara langsung dan
memengaruhi penilaian masyarakat terhadap kinerja puskesmas. Pengawasan berupa
penilaian skoring berdasarkan jenis imunisasi tidak secara langsung dilihat oleh masyarakat
manfaat dan pelaksanaannya.
Pemerintah memang telah membentuk program imunisasi dasar dan sebenarnya
pemerintah sudah concern dan intensif dengan masalah imunisasi dasar. Terutama di
Kalimantan Barat yang mendapat peringkat keempat Provinsi dengan cakupan imunisasi
terendah tahun 2013. Dikarenakan hal tersebut maka semua masalah mendapat nilai PC
(political climate) yang sama.
Dari penilaian teknis (technical feasibility), mengenai monitoring terhadap program
imunisasi dasar terutama jumlah pasien yang telah mendapatkan imunisasi dasar dalam suatu
wilayah puskesmas, mendapatkan nilai tertinggi karena pada saat ini, pencatatan di
puskesmas sebenarnya tidak sulit secara teknis karena penggunaan komputer telah
memudahkan pencatatan dan pelaporan.
Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), maka tidak adanya pelatihan
oleh kader mendapatkan nilai menengah, karena puskesmas sebenarnya memiliki kader,
namun tidak melakukan tugas dalam mendata bayi yang belum diimunisasi karena tugas
promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara tidak ada penambahan jumlah kader
khusus untuk imunisasi. Jumlah kader yang ideal yaitu 5 orang tiap RW, namun tidak semua
RW memiliki kader dan dalam banyak RW yang kadernya kurang dari 5 orang. Hal ini
berhubungan dengan peranan kader yang belum optimal dalam usaha peningkatan cakupan
imunisasi dasar pada bayi.
Kerangka konsep dibuat dengan menggunakan pendekatan analisis, hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor penyebab masalah rendahnya angka cakupan imunisasi Puskesmas
Kelurahan Sungai Beliung. Kerangka konsep yang telah dipikirkan untuk masalah tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Cakupan
Imunisasi
tenaga
pendukung dapat mengakibatkan metode yang digunakan dalam pencapaian imunisasi dasar
menjadi kurang optimal, meliputi penyuluhan dan pelatihan kader. Sehingga partisipasi
masyarakat menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Selain SDM yang kurang faktor dana
dan sarana medis serta non medis juga memegang peranan yang penting. Oleh sebab itu bila
kurang memadai juga dapat menyulitkan pelaksanaan program ini.
Komponen proses terdiri dari: perencanaan dan pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan
dan pelaporan, serta pengawasan. Setiap program memiliki perencanaan target dan waktu
pelaksanaan program, sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Organisasi juga perlu
direncanakan dengan baik, agar terdapat staffing dan pembagian tugas yang jelas sehingga
masing-masing pelaksana dalam organisasi dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masingmasing sehingga tercipta kerjasama yang baik. Pelaksanaan program, meliputi: posyandu,
possbang, ibu peduli imunisasi, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan kader, merupakan
faktor penentu keberhasilan program. Pelayanan imunisasi yang kurang memenuhi standar
pelayanan dapat mengakibatkan munculnya stigma yang buruk mengenai pelayanan
imunisasi di puskesmas sehingga masyarakat enggan berkunjung ke Puskesmas. Hal ini
berimbas pada rendahnya angka cakupan pelayanan imunisasi. Tidak adanya penyuluhan
kesehatan mengenai imunisasi juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap pentingnya imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit tersebut. Kurangnya kader yang terlatih menyulitkan pelaksanaan
program terutama dalam melakukan tugas eksternal seperti penyuluhan di masyarakat.
Pengawasan juga merupakan hal yang penting karena apabila tidak terlaksana dengan baik,
dapat menyebabkan tidak adanya laporan tertulis, penyimpanan laporan yang tidak
tersistematisasi dengan baik, dan pelaporan yang terlambat atau tidak lengkap kepada
puskesmas. Hal-hal diatas pada akhirnya dapat mengakibatkan target pencapaian program
yang telah ditentukan tidak tercapai.
Komponen lingkungan juga berperan dalam keberhasilan program. Komponen lingkungan
ini meliputi: tingkat pendidikan masyarakat,tingkat sosial ekonomi, dan akses. Tingginya
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menerima dan
memahami informasi mengenai imunisasi. Sementara tingginya tingkat sosial ekonomi dapat
mempengaruhi kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
Sementara akses ke tempat layanan kesehatan juga dapat menjadi masalah apabila pusat
layanan kesehatan terletak di lokasi yang sulit dijangkau.
Komponen umpan balik terdiri dari masukan hasil pelaporan setelah dilaksanakannya
Program imunisasi selama satu periode. Hasil pelaporan ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan Puskesmas untuk menyusun rencana program pada periode selanjutnya
sehingga diharapkan adanya perbaikan dari yang sebelumnya.
Variabel
Tolok Ukur
Pencapaian
Penyebab
Tenaga
Masalah
Tenaga pelaksana minimal : 1 Di balai pengobatan umum terdapat (+)
dokter, 1 perawat, 1 petugas 1dokter, 1 perawat yang merangkap
administrasi, dan 1 analis administrasi. Sedangkan di P2M
sebagai
laboratorium
2.
Dana
laboratorium
Tersedianya dana dari APBN, Tersedianya dana
APBD
3.
Sarana
yang
cukup (-)
Tersedianya sarana:
a. Sarana medis : alatalat
stetoskop,
senter,
timbangan,
tensimeter,
dan
termometer
ruangan
(-)
pemeriksaan
seperti
b. Sarana
a. tersedia
b. tersedia
non
medis:
(-)
dilengkapi
c. tersedia,
penyuluhan:
namun
jumlah terbatas
dalam
(+)
4.
Metode
BCG:Diberikan sebanyak
(-)
(-)
Pemberian
IM/SC
dalam,
di
umur
bulan
interval
paling
(-)
bulan).
d Hepatitis
minggu
B:
(1
Diberikan
hepatitis B
0,5
di
paha
cc,
(-)
IM/SC
anterolateral
atas,
berikutnya
interval
imunisasi
dosis
dengan
minimal
minggu (1 bulan).
Campak: Diberikan 1 kali
dengan dosis 0,5 cc, IM,
di lengan kiri atas.
Pemberian
imunisasi
campak
(-)
(+)
Dengan
wawancara
a. Dilakukan
kepada
penyuluhan
orang
tua
dan
Dengan
ceramah
puskesmas
b. Dilakukan
melalui
penyuluhan
masjid
penyuluhan
Masyarakat
Melalui
Pemantauan
Wilayah Setempat
(PWS)
(-)
atau
melalui
(-)
kelurahan.
c. Dibuat spanduk, poster dan
leaflet untu sarana informasi
d. Dilakukan
pemantauan
terhadap wilayag setempat
setiap bulannya
-bulanan
Pencatatan : setiap bulan
e. Dilakukan
tertulis bulanan
f. Dilakukan laporan
(-)
pencatatan (-)
kasus
ada kasus
(-)
(-)
Tabel 5.4 Konfirmasi penyebab masalah program imunisasi pada komponen proses
No
1.
Variabel
Perencanaan
Tolok ukur
Pencapaian
Penyebab
Menentukan besarnya
Masalah
Sasaran dan target cakupan (-)
imunisasi dasar
kamis
dipuskesmas
posyandu
yang
imunisasi dasar
cold
chain:
-Lemari es : 1 buah
-Vaccine carrier : 5 buah
- Cold pack : sejumlah tim
lapangan
Mengelola vaksin, peralatan
vaksinasi dan cold chain
disusun dibagian di
dengan b
sektoral
Melakukan monitoring
Melaksanakan pencatatan
Masyarakat : Melalui
Melaksanakan pelaporan
Merencanakan
penatalaksanaan KIPI
12 x setahun
12 x setahun
Setiap akhir bulan
Setiap awal bulan
Jika ada kasus
: Melalui spanduk, poster
2.
Pengorganisasi
a. Adanya
an
struktur
dan leafl
a. Terdapat
pelaksana program
b. Adanya
tugas
organisasi
pelaksanan program
b. Petugas kesehatan
pembagian
dan
tanggung
merangkap
Pelaksanaan
Menentukan
struktur (-)
(+)
sebagai
penanggungjawab
Besar -
beberapa program
Besar sasaran
Sasaran
-
Menentukan
Target
Cakupan:
BCG : 90%
1
DPT-1 : 95 %
DPT-2 : 90%
DPT-3 : 85 %
Polio-1 : 95 %
Polio-2 : 90 %
Polio-3 : 85 %
Polio-4 : 90 %
Hepatitis B-1 : 90 %
90%
(+)
95%
(+)
90%
(+)
85%
(+)
95%
(+)
90%
(+)
85%
(+)
90%
(+)
90%
(+)
(+)
Hepatitis B-2 : 90 %
90%
(+)
85%
(+)
Campak : 90 %
90%
(-)
Menentukan
pelayanan
dasar
dan
kamis
serta
dipuskesmas
posyandu
yang
(-)
cold
chain:
disusun dibagian di
(-)
Penyuluhan
imunisasi dasar
penyuluhan secar
tertulis yang jelas. (Hanya
didapatkan dari wawancara
dengan b
dilaksanakan setiap bulan
sesuai jadwal posyandu
(-)
Masyarakat : Melalui
4.
tidak
dan semesteran
laporan b.
Adanya
(-)
namun
semester, tahunan)
5.
(+)
(-)
koordinator program
pengawasan Pengawasan
dilakukan
program
oleh
(-)
Dinas
Variabel
Tolok Ukur
Pencapaian
Lingkungan a. Tingkat
pendidikan
menengah
atau
menunjang
tinggi
keberhasilan
program imunisasi
a. Tingkat
Penyebab
Masalah
pendidikan
(+)
masyarakat di Kelurahan
Sungai
Beliung
umumnya
tingkat
rendah-menengah
b. Tingkat
sosial
menengah
atau
menunjang
2.
ekonomi
tinggi
masyarakat di Kelurahan
keberhasilan
program imunisasi
(+)
Sungai
umumnya
Beliung
tingkat
Umpan
rendah-menengah
Masukan hasil pencatatan dan Tidak ada masukan untuk
balik
pelaporan
untuk
program selanjutnya.
(+)
Berdasarkan tabel diatas maka ditetapkan penyebab masalah belum optimalnya program
imunisasi dasar di Puskesmas Kelurahan Sungai Beliung berdasarkan komponen masukan,
proses, umpan balik, dan lingkungan.
1. Masukan
Pada komponen masukan, sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah dokter,
perawat, tenaga administrasi dan kader, dana yang tersedia, sarana medis dan non medis,
sarana penyuluhan, dan metode yang digunakan dapat menjadi penyebab masalah. Agar
program imunisasi ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka dibutuhkan tenaga
kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Hal ini
memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang merangkap program
puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program imunisasi belum dapat terlaksana secara
meyeluruh dan optimal. Sarana medis yang tersedia sudah sesuai dengan standar, sehingga
tidak menjadi masalah sedangkan sarana non-medis seperti media penyuluhan masih tidak
memadai jumlahnya. Demikian juga dengan tidak adanya sarana khusus seperti ibu peduli
imunisasi. Dari segi metode, kurangnya penyuluhan ke masyarakat, menjadikan perhatian
masyarakat terhadap imunisasi menjadi tidak berkembang. sehingga Hal ini juga dapat
dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang
oleh dana yang memadai. Tidak adanya dana khusus juga merupakan masalah yang
mendasar. Sedangkan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan terlihat dari adanya laporan
dari harian hingga tahunan.
2. Proses
Salah satu komponen proses yaitu pengorganisasian, masih didapatkan masalah berupa
petugas pelaksana program yang masih merangkap program yang lain sehingga tidak optimal
dalam melaksanakan tugasnya. Pada pelaksanaan terdapat beberapa masalah, yakni
kurangnya koordinasi yang baik antara petugas dan kader, tidak adanya penyuluhan ke
masyarakat, tidak adanya pembinaan, pelatihan, dan pelayanan kader.
Pencatatan dan pelaporan terhadap program yang sedang berjalan juga dirasa kurang
optimal. Pencatatan dilakukan secara periodik setiap bulan dan tahunan. Dengan adanya
pencatatan
dan
pelaporan
pada
tiap-tiap
periode
diharapkan
dapat
membantu
mengidentifikasi masalah yang muncul saat berjalannya program agar dapat segera ditindak
lanjuti.
3. Lingkungan
Tingkat pendidikan sosial ekonomi dan akses
Penyebab Masalah
.
1.
Prioritas
Masukan
Tenaga :
-
Jumlah
Menambah tenaga
pelaksana program
pelaksana program
program lain
yang
merangkap
karena sebagian
tidak
merangkap beberapa
program
program
(kader/petugas
lain
kesehatan)
Sarana:
- Media komunikasi (-)
Tersedianya sarana
dan
untuk melakukan
penyuluhan.
Metode:
prasarana
Melalui
penyuluhan kelompok
Pelatihan para
penyuluhan rutin
kader untuk
melakukan
penyuluhan
kelompok pada
masyarakat
2.
Proses
Pelaksanaan:
-
Kurang
penyuluhan kelompok
dan perorangan
-
Pencatata
n dan pelaporan yang
masih kurang baik
Melakukan
pencatan dan
pelaporan kasus
imunisasi yang
kesehatan
ditangani dengan
baik
Penilaian:
-
Monitoring cakupan
Membuat formulir
setiap tahun
-
pencatatan yang
digunakan seluruh
tenaga pelaksana
kesehatan
3.
-
Lingkungan
Tingkat pendidikan
dan pengetahuan
kesehatan
-
Pendekatan
personal oleh
kader kepada
masyarakat tentang
rendah
Tingkat sosio-
tangan Puskesmas
-
masyarakat
ekonomi masyarakat
-
yang rendah
Melibatkan layanan
kesehatan lain di
wilayah kerja
4.
puskesmas
Umpan Balik
- Pencatatan dan
baik
dibuat baku
ada
berkala
Program jaminan
Melakukan
pencatatan dan
pelaporan yang
lengkap
Prioritas Jalan
Keluar:
P=(MxIxV)/C
12
16
masyarakat
Melakukan pencatatan dan pelaporan yang
25
21,3
evaluasi
program imunisasi
secara berkala
Berdasarkan uraian di atas, terdapat 5 masalah utama yang menyebabkan masih
kurangnya cakupan imunisasi lengkap di Puskesmas Perumnas II Kelurahan Sungai Beliung.
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan urutan prioritas jalan keluar sebagai berikut :
1.
2.
Membangun kerjasama dengan layanan kesehatan lain seperti klinik dan praktek
bidan
3.
Pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan kelompok dan perorangan pada
masyarakat
4.
Menambah tenaga pelaksana program yang tidak merangkap program lain (kader)
5.
Dari kriteria diatas telah ditetapkan prioritas penyelesaian masalah adalah Melakukan
pencatatan dan pelaporan yang lengkap tentang imunisasi. Karena pada kenyataannya di
Puskesmas Perumnas II Kelurahan Sungai Beliung pencatatan dan pelaporan yang lengkap
tentang program imunisasi masih kurang. Hal tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut
supaya tiap program-program yang ada di Puskesmas dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Setelah melakukan pencatatan dan pelaporan yang baik untuk program imunisasi,
prioritas kedua adalah dengan membangun kerjasama dengan layanan kesehatan lain seperti
klinik dan praktek bidan. Dengan dilakukannya kerjasama, diharapkan pencatatan dan
pelaporan program imunisasi menjadi lebih baik sehingga meningkatkan angka pencapaian
imunisasi. Lalu langkah terakhir dalam pelaksanaan suatu program adalah melakukan
evaluasi program imunisasi. Dengan evaluasi, semua kendala-kendala yang ada dapat
diperbaiki sehingga pelaksanaan program imunisasi periode selanjutnya akan lebih baik,
sehingga angka penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi pun dapat berkurang di
masyarakat.