Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

DEPRESI POST PARTUM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Keperawatan Maternitas

Disusun oleh kelompok 3 :


Kiky Dikky Prasetia

220111100058

Tri Astuti

220111100050

Puji Lestariani

220111070074

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini yang bejudul Asuhan Keperawatan pada Depresi Post Partum dan
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang
bertujuan agar kami mengetahui perubahan, permasalahan dan cara penanggulangan yang
terjadi pada keadaan depresi post partum pada pasien. Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan, untuk itu dalam kesempatan ini kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ida Maryati, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku koordinator dan dosen Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas.
2. Ibu Tetti Solehati, S.Kp., M.Kep., selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
makalah post partum ini dan dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas.
3. Ibu Mira Trisyani, S.Kp., MN, selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah
post partum ini dan dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas.
4. Staf Perpustakaan FIK UNPAD yang telah membantu dalam penyediaan buku pustaka
yang sangat menunjang terhadap penyusunan makalah ini.
5. Rekan-rekan semua yang telah bekerja keras serta kerjasama yang baik sehingga
tersusun makalah ini degan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca yang budiman.
Jatinangor, Maret 2011

( Kelompok III )

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...

Daftar Isi..........

ii

BAB I

PENDAHULUAN ..
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang Masalah .....


Tujuan Penulisan ....
Metode Penulisan .......
Sistematika Penulisan ..

BAB II TINJAUAN TEORITIS...


A. Pengkajian.
B. Diagnosa, Tujuan, Intervensi, Rasionalisasi Keperawatan...
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan,
baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan
kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental
yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi.
Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok
mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi
ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.
Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya
placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam
rangka pengaeasan Postpartum adalah 2 jam - 6 jam, 2 jam 6 hari, 2
jam 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu).
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya.
Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan
kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks,
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses
kehamilan

yang

terjadi.

Konflik

antara

keinginan

prokreasi,

kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan


persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus
berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga
ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Postpartum blues merupakan

kesedihan

atau

kemurungan

setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni


sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan
peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan
pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi

psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik,


tetapi

sebagian

mengalami

lainnya

tidak

gangguan-gangguan

berhasil

menyesuaikan

psikologis,

salah

diri

satunya

dan
yang

disebut Postpartum Blues atau depresi postpartum.


Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang di latarbelakangi oleh
berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Salah satu bentuk
depresi postpartum, yaitu depresi pasca persalinan.
Menurut Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati
atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu,
pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut
Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan
keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan
bunuh diri.
Sedangkan Depresi postpartum diawali dari adamya kelelahan, gangguan tidur,
adanya perasaan tidak mampu merawat bayi, adanya perasaan senang yang berlebihan
akibat kelahiran bayi dan gejala stress. Depresi postpartum merupakan salah satu bagian
integral dari permasalahan gangguan jiwa yang terjadi pada ibu yang melahirkan.
Dampak dari depresi ini dapat menurunkan semangat hidup, bahkan sampai pada
tindakan ekstrem yaitu bunuh diri (Hawari, 2001).
Menurut hasil penelitian alfiben (2000), di RSUP Cipto Mangunkusumo mencatat
33 % ibu setelah melahirkan mengalami depresi post partum dan hasil penelitian Sylvia
(2002) di RSUD serang mencatat 30% ibu setelah melahirkan mengalami depresi post
partum. Kalau dari hasil laporan WHO sendiri kira kira wanita yang mengalami
depresi post partum ringan 10 dari 1000 kelahiran, depresi post partum sedang sampai
berat 30 sampai 200 per 1000 kelahiran bayi. Dari tesis Soep (2009) di RSU pirngadi
medan di dapat hasil tidak ada hubungan antara umur, dan pekerjaan terhadap terjadinya
depresi postpartum namun dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien yaitu 61,1 %
pendidikan rendah, 32,3% dan pendidikan tinggi 0% yang mengalami depresi post
partum.
Dari penelitian Chen 2000, terdapat 50 60% pasien yang mengalami depresi
post partum adalah pasien primi para, di dapat juga pada penelitian latifah dkk, 2007.ada
16 % yang mengalami depresi postpartum adalah primi para di banding multi para.
Pada penelitian sari dkk 2009 di RSUD haji adam malik medan mendapatkan
wanita pasca persalinan yang mengalami sindroma DPP sebanyak 16% dan yang tidak
mengalami sindroma depresi post partum sebanyak 84%. Terdapat perbedaan bermakna

sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan kelompok pekerjaan, tingkat pendidikan,


stresor psikososial dan riwayat depresi sebelumnya . Tidak terdapat perbedaan bermakna
pada sindroma depresi pasca persalinan berdasarkan umur, status perkawinan,
penghasilan, jumlah anak, dan riwayat keluarga.
Maka dari itu dalam kesempatan kali ini akan membahas penanganan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami depresi postpartum. Apabila ada kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, kami meminta masukan yang dapat membangun
kemajuan dalam proses keperawatan maternitas ini
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami bagaimana proses keperawatan pada
klien dengan Depresi PostPartum
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian depresi postpartum
b. Mengetahui tanda dan gejala pada paien depresi postpartum
c. Mengetahui faktor-faktor sebagai penyebab depresi post partum
d. Memahami factor yang beresiko pada pasien depresi post
partum
e. Mampu menggunakan penatalaksanaan depresi post partum
f. Mampu mencegah depresi postpartum yang berulang
g. Mampu melakukan pengkajian pada pasien depresi postpartum
h. Mampu melakukan pengelolaan pada pasien postpartum
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka dengan
melakukan pengumpulan data dari berbagai literature.
D. Sistematika Penulisan
Bab I

: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan


sistematika

Bab II

: Tinjauan teoritis dan konsep asuhan keperawatan pada Depresi Postpartum

Bab III : Kesimpulan


Daftar pustaka

BAB III
TINJAUAN TEORITIS DEPRESI POST PARTUM

E. Pengertian
1. Post partum
Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ
organ reproduksi kembali kekeadaan normal (Bobak dkk, 2005)
2. Depresi
Depresi adalah gangguan alam pikiran ( mood) yang ditandai dengan kemurungan,
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnnya kegairahan
hidup, apatis dan pesimis kemudian dapat diikuti gangguan perilaku ( Hawari,
2000)
Gejala gejala yang dapat di lihat dari orang yang mengalami depresi yaitu
konsentrasi berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gangguan rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa suram dan pesimistik, gagasan yang
menbuat diri bahaya atau bunuh diri, tidur terganggu,dan nafsu makan berkurang
(maslim 2000)
Depresi adalah merupakan gangguan kemurungan, kesedihan patah semangat yang
di tandai perasaan gelisah, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa
depan (Chaplin 2005 )
Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya
kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental
dan kesulitan dalam berpikir( Kartono 2002)
3. Depresi post partum
Depresi post partum adalah depresi pasca persalinan yang mulai muncul pada hari
ke tiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu minggu atau bulan
yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan dengan menunjukan
perasaan sedih, kelelahan, mudah marah, gangguan tidur, gangguan nafsu makan
dan kehilangan libido yaitu kehilangan keinginan berhubungan dengan suami
( Regina dkk.2001)

A. Anatomi fisiologi post partum


Tahap tahap perubahan anatomi fisiologi yang terjadi pada periode post partum
adalah:
a. System reproduksi dan srtuktur terkait
Uterus
Pada uterus akan terjadi bebrapa kegiatan tubuh yaitu :
proses involusi
merupakan proses kembalinya uterus pada keadaan sebelum ada
kehamilan. Proses ini akan dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot otot polos uterus.
Pada 12 jam pertama tinggi fundus 1 cm di atas umbilicus, dan pada
beberapa hari berikutnya fundus turun 1- 2 cm setiap 24 jam. Berat
uterus saat hamil 11 x berat sebelum hamil, dan setelah mengalami
involusi 1 minggu menjadi 500 gram, 350 gram dalam 2 minggu dan
menjadi 50- 60 gr pada minggu ke enam.
Kontraksi
Terjadi peningkatan kontraksi segera setelah bayi lahir akibat
penurunan volume intra uterin dan dalam waktu 1 2 jam kontraksi
akan mengalami penurunan sehingga masih perlu di berikan untikan
oksitosin.
After pain
Adanya relaksasi dan kontraksi periodic sehingga nyeri bertahan lama
sering terjadi pada multi para. Pada saat menyusui juga kontraksi
akan bertambah akibat peningkatan oksitosin.
Tempat plasenta
Setelah plasenta dan ketuban keluar akan terjadi akan terjadi
vasokontriksi vaskuler dan thrombosis menurunkan tempat plasenta
ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Akibat
pertumbuhan endometrium akan melepaskan jaringan nekrotik.
Penyembuhan luka pada endometium unik karena tidak menimbulkan
jaringan parut dan selesai pada akhir minggu ke 3 namun pada bekas
plasenta tidak selesai sampai 6 minggu post partum.
Lokia
Terjadi pengeluaran lokia setelah kelahiran dengan jumlah yang akan
berkurang dan perubahan warna. Awalnya lokia rubra berwarna merah

berikan darah, debrias desidu dan debris trofroblastik. Selanjutnya 3


4 hari menjadi lokia serosa yang berwarna merah muda atau coklat
yang berisi darah lama, leukosit, dan debris jaringan. Pada hari ke 10
menjadi lokia alba yang berwarna kuning sampai putih berisikan
leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri
Serviks
Servik melunak dan setelah 18 jam akan memendek dan menjadi padat
dan kebentuk semula. Pada bagian servik yang menonjol ke vagina
( ektoservik ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi keci kecil yang
beriko terjadi infeksi.
Vagina dan perineum
Karena estrogen menurun akan membuat vagina teregang dan

dan

bertahap kembali lagi dalam waktu 6- 8 minggu. rugae akan kembali ke


bentuk semula pada minggu ke empat
Topangan otot panggul
Pada saat melahirkan bisa terjadi cidera topangan otot panggul dan
masalah ginekologis yaitu terobek dan tergangang namun akan kembali
b.

dalam waktu 6 bulan


System endokrin
Akibat pelepasan plasenta terjadi penurunan kadar hormonal yang sangat
signifikan yaitu : HPL ( human plasental lactogen), estrogen, progesterone,
kortisol dan plasental enzyme insulinase yang dapat membalik efek diabetic

c.

selama kehamilan dan berakibat penurunan kadar gula darah yang drastic.
Abdomen
Pada hari pertama post partum, abdomen masih seperti masih hamil. Setelah 2
minggu dinding abdomen menjadi rileks dan 6 minggu menjadi kembali
seperti sebelum hamil.

d.

System urinarius
Pada masa hamil terjadi peningkatan kadar steroid yang meningkatkan fungsi
ginjal. Dan setelah melahirkan kadar steroid turun fungsi menjadi turun dan
akan normal kembali setelah 1 bulan. Dan 2 8 minggu supay hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil.
Pada ibu menyusui normal jika ditemui laktosuria positif, BUN meningkat
akibat autolysis uterus yang terjadi involusi. pada post partum terjadi
kelebihan volume cairan

mekanisme tubuh untuk menguranginya dengan

penurunan kadar estrogen dan hilangnya peningkatan volume darah dan

hilangnya peningkatan tekanan vena tungkai bawah. Resiko juga terjadi


trauma urethra dan kandung kemih, peningkatan kapasitas kandung kemih
efek aanestesi akan menurunkan reflek berkemih sehingga terjadi distensi dan
jika distensi berlebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat kerusakan
e.

dinding kandungkenih dan atonia.


Saluran cerna
Setelah melahirkan biasanya ibu merasakan kelaparan yang sangat. Namun
ada penurunan tonus dan motilitas otot terutama pada pemberian analgetik dan
anestesi secara berlebihan yang selanjutny berefek pada defekasi menjadi

f.

tertunda, yang bisa dari sebablain yaitu nyeri episiotomy, laserasi dll.
Payudara
Pada saat kehamilan akan meningkat hormone hormone yang menstimulasi
perkembangan payudara yaitu estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol
dan insulin. Namun saat bayi lahir akan menurun dengan cepat. Untuk dapat
kembali seperti sebelum hamil akan dipengaruhi oleh ibu mau menyusui atau
tidak. Jika tidak prolaktin akan turun sangat cepat. Setelah melahirkan, akibat
adanya produksi asi payudara bisa mengalami pembengkakan pada beberapa

g.

hari saja.
System kardiovaskuler
Volume jantung
Saat hamil, ibu akan mangalami penigkatan jumlah volume darah 40 %
sehingga pasien dapat menoleransi jika ada kehilangan dara 300 - 400 ml.
ibu pada masa post partum akan mengalami 3 hal fisiologis agar normal
tanda vakibat perdarahan ( keperawatan maternitas. Bobak dkk )yaitu :
- Hilangnya sirkulasi uteroplasental yang mengurangi ukuran pembuluh
-

darah maternal 10 % - 15 %
Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus

vasodilatasi
- Terjadinya mobilisasi air ekstra vaskuler yang di simpan selama hamil.
Curah jantung
Pada masa kehamilan terjadi peningkatancurah jantung. Setelah
melahirkan akan terjadi peningkatan lagi terutama pada 30 60 menit
akibat aliran pada sirkuit uteroplasental beralih ke sirkulasi umum tubuh
ibu. Dan normal 8 10 minggu post partum
Tanda tanda vital
Terjadi peningkatan tanda vital post partum contoh pada pernafasan akan
kembali normal pada bulan ke enam. Setelah rahim kosong diafragma

akan menurun, aksis jantung kembali normal dan impuls titik maksimum (
point of maxsimum impuls ) ddan EKG kembali normal.
Komponen darah
Setelah persalinan volume darah yang hilang lebih besar dari sel darah
merah yang hilang sehingga terjadi peningkatan hematokrit darah
terutama pada hari ke 3 sampai ke 7. Dari hasil leukosit biasanya
meningkat ( leukositosis) 20.000 25.000 /mm3 naamun itu normal dan
akan turun sendiri. Jika hasil tetap aatau naik ada kemungkinan terjadi
infeksi. Untuk factor koagulasi pada masa kehamilan meningkat. Dan
setelah persalinan akan terjadi hiperkoagulan dan kerusakan pembuluh
darah yang beriko terjadinya tromboembolisme terutama pada persalinan
sesaria.
Varises
Biasanya terjadi di daerah tungkai dan anus ( hemoroid ). Pada varises
h.

vulva akan kembali normal setelah bayi lahir.


System neurologis
Perubahan neurologis terjadi akibat proses persalinan. Pada keluhan nyeri
kepala post partum

bisa disebabkan adanya hipertensi akibat kehamilan,

stress, kebocoran cairan cerebrospinalke dalam ruang ekstradural.


i.

System muskoloskleletal
Pada masa kehamilan sistem muskoloskeletal mengalami adapatasi untuk
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran rahim. Dan akan kembali normal stabilisasinya pada

j.

minggu ke 6 dan 8 post partum.


System integument
Pada kloasma akan menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di
aerola dan linea nigra tidak akan hilang seluruhnya pada post partum dan pada
beberapa orang akan menetap. Pada kulit yang teregang pad payudara,

k.

abdomen, paha, panggul mungkin memudar namun tidak hilang seluruhnya.


Sistem kekebalan
Sebuah kebutuhan untuk mendapatkan vaksinasi rubelaatau untuk mencegah
isoimunisasi Rh ditetapkan.

B. Depresi
Adanya masalah dalam kehidupan dapat melatarbelakangi terjadinya depresi, yang
termasuk gangguan jiwa
Klasifikasi depresi ada 4 menurut maslim (2000)yaitu :
Depresi ringan

Bila terdapat 2-3 gejala utam ditambah sekurang kurangnya 2 gejala


sampingan dan ini berlangsung sekitar 2 minggu. dengan sedikit kesulitan
dalam sosialisasi dengan pekerjaan dan social.
Depresi sedang
Bila terdapat 2-3 gejala utama ditambah dengan 4 gejala sampingan .
berlangsung dalam 2 mingguan. Pada tahap ini pasien tampak sudah
kesulitan dalam melanjutkan aktifitas social dan pekerjaan.
Depresi berat tanpa gejala spikotik
Semua gejala utama ada di tambah 4 gejala sampingan.dan pasien sangat
tidak mungkin meneruskan pekerjaan dan sosialnya.
Depresi berat dengan gejala spikotik
Memenuhi semua kreteria depresi berat tanpa depresi diikuti oleh adanya
halusinasi, waham dan stupor depresi.

C. Depresi Post partum


Depresi Post partum ,Suatu masalah serius pada banyak wanita dapat muncul
selama tahun pertama kelahiran bayi. Sumber stress terbesar bagi ibu dan
pasanganya bukan hanya depresi tetapi juga iritabilitas, rasa letih, marah, cemas
dan sedih. Semua ini mempengaruhi kemampuan ibu untuk berespon dan
berhubungan dengan bayi. Pikiran bunuh diri dan melukai bayi dapat muncul dan
Sekitar 10 % kasus depresi post partum disebabkan oleh tiroiditis pasca partum dan
akan normal lagi setelah 1 4 bulan ( A practical guide to prenatal and post partum
care, Linda wheller,2004 ).
Menurut Alfiben dkk.(2000), dalam proses penyesuaian diri ibu, ibu sangat rentan
terhadap gangguan emosi terutama pada masa kehamilan. Persalinan dan masa post
partum. Sistem dukungan yang kuat merupakan keberhasilan dalam penyesuain
ibu.
Depresi post partum diawali pada hari ke 4 post partum sampai 3 4 minggu
dengan disertai adanya tanda tanda depresi. Bila suatu kehamilan merupakan
sesuatu yang diinginkan atau direncanakan dengan baik sehingga bayi yang
dilahirkan sempurna dengan tidak ada kecacatan ditambah mendapat dukungan
dari orang dekat atau sekitarnya akan menurunkan stress yang dapat terjadi pada
masa post partum.
Depresi post partum merupakan kondisi diantara baby blues dan psikosis
puerperal. Baby blues (murung) mengenai lebih dari separuh wanita dan dianggap
sebagai keadaan normal yang tidak perlu dikhawatirkan. Keadaan ini disebut
sebagai day 4 blues karena sangat sering terjadi pada hari ke-4 tapi tidak

menutup kemungkinan muncul pada hari ke-3 atau ke-5 setelah melahirkan.
Sedangkan psikosis puerperal merupakan ekspesi yang lebih hebat dari depresi
post partum. Psikosis puerperal mempunyai gejala delusi, halusinasi pandangan
atau pendengaran, gejala maniak mencakup kegairahan dan pandangan yang
berlebihan. Nafsu makan, pola tidur, libido dan kehidupan sosial terpengaruh
secara drastis bahkan resiko tinggi untuk bunuh diri.

D. Yang Beresiko menderita depresi postpartum


Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan depresi, gangguan bipolar atau
schizoprenia mempunyai kemungkinan lebih besar menderita depresi postpartum.
Ditambah lagi, wanita yang pernah mengalami depresi postpartum mempunyai
resiko 20%-50% untuk mengalaminya kembali pada kehamilan berikutnya.
E. Tanda dan Gejala depresi postpartum
Beberapa psikiater mengatakan bahwa semua depresi memang kurang disadari
dan sering tidak terawat dengan baik. Walaupun gejala awal dapat terjadi kapanpun
dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan, wanita yang menderita depresi
postpartum biasanya memperlihatkan 2-3 minggu pertama postpartum dan
biasanya muncul tiba-tiba. Depresi akan terekspresi :
Menurut national mental associassion ( 2003 ) dibagi 3 simptonn yaitu :
Simpton fisik :
Cepat lelah, gangguan tidur,selera makan menurun, sakit kepala, sakit dada,
jantung berdebar debar, sesak nafas, mual dan muntah.
Simpton emosional :
Mudah tersinggung, perasaan sedih, hilang harapan , merasa tidak berdaya,
mood swings, perasaan tidak adekuat sebagai ibu, hilang minat, pemikiran
bunuh diri, ingin menyakiti orang lain ( baik diri sendiri, suami, dan bayi ),
perasaan bersalah.
Simpton perilaku :
Panic, kurang dapat merawat diri sendiri, enggan melakukan aktivitas
menyenangkan, motivasi menurun, engan bersosialisasi, tidak peduli pada
bayi atau terlalu peduli terhadap perkembangan bayi, sulit mengendalikan
perasaan dan sulit mengambil keputusan.
Dikutip dari Wikipedia, postpartum depression march 2010, diakses tanggal
18 februari 2011. Didapat gejala pada ibu dengan post partum adalah :
Kelelahan pasca melahirkan
Sulit tidur
Gelisah

Ketegangan dan panik


Perasaan tidak mampu
Bingung atau pemikiran obsesif
Merasa terasing
Perasaan sedih dan sakit
Perasaan bersalah dan tidak berharga
Ansietas
Ketakutan dan fobia
Gangguan makan atau minum
Kehilangan atau penurunan libido\
Pada bayi didapatkan tanda akibat ibu mengalami depresi post partum, dikutip
dari www.womenshealth.gov yaitu:
Mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa
Masalah dengan ikatan ibu dan anak
Bermasalah dalam perilaku
Menangisa lebih sering

F. Faktor Faktor Penyebab Depresi Post partum


Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak
berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana lingkungan sekitar kehamilan dan kelahiran bukan penyebab tspi pencetus
timbulnya gangguan emosional.
Menurut curran, Feldman dkk 2005. Mengemukakan ada beberapa factor pemicu
terjadinya depresi post partum yaitu ;
1. Dampak masa transisi
Terbagi dalam :
Periode transisi akibat kelahiran bayi
Kelahiran pertama bayi pada pasangan suami istri yang biasanya hidup
hanya berdua merupakan masa transisi yang harus dihadapi oleh keluarga.
Kehadiran bayi akan mendapat perhatian khusus sehingga dapat
mengurangi waktu kebersamaan pasangan, akibat kurangnya waktu
kebersamaan dengan pasangan sehingga menimbulkan kesenjangan.
Kesenjangan tersebut mempengaruhi hubungan komunikasi serta afeksi
antara suami istri dan beresiko terjadinya depresi post partum ( Curran
dkk, 2005)
Ambivalensi dan rasa tidak nyaman
Dialami oleh ibu akibat adanya perasaan tidak aman dan membutuhkan
orang yang dekat dengan mereka saat dibutuhkan. Dan pada ibu yang
postpartum merupakan situasi yang beriko atau rentang terjadinya stress

terutama ibu yang mengalami ambivalensi. Adanya persepsi bahwa suami


atau bpasangan akan berkurang perhatian walaupun pasangan selalu
membantu sseperti biasanya.akibat persepsi yang negative itu akan
menurunkan kualitas hubungan suami istri dan juga pada bayinya.
Masalah dengan suami
Kurangnya keserarasian antat suami istri resiko menimbulkan
kesenjanganafeksi antara mereka berdua (Curran, dkk 2005). Adanya
kesenjangan afeksi akan menurunkan kepuasaan perkawainan sehingga
kualitas hubungan rumah tangga akan menurun dan dukungan dari suami
menjadi menurun akibatnya istri menjadi semakin merasa ditelantarkan
dan akhirnya beresiko terjadinya depresi post partum.
Menurut vadier 2003 faktor yang berperan dalam sindrom ini adalah
Factor hormonal, terjadinya perubahan kadar estrogen, progesterone,
prolaktin danestriol yang terlalu rendah. Akibat turunnya terutama kadar
estrogen secara bermakna post partum akan berefek pada supresi aktifitas
enzyme nonadrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati
dan kejadian depresi
Factor demografi yaitu umur dan paritas
Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan jiwa sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan
social dan lingkungan baik suami, keluarga atau teman.

Sedangkan menurut (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebab depresi


postpartum sebagai berikut :
1. Faktor konstitusional.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya
ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.

2. Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan
dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon
secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara
kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai
hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor sosial.
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak
memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu ibu, selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.

Sedangkan Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan


terjadinya depresi post partum dipengaruhi oleh faktor :
1. Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar
hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
a. Faktor umur.
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh
seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan
persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut
untuk menjadi seorang ibu.

b. Faktor pengalaman.
Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh
Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi
pascapersalinan ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan
bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters
yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan
hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi
pertama.
c. Faktor pendidikan.
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan
konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan
untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran
mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka
(Kartono, 1992)
.
d. Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik
yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula
trauma

psikis

yang

muncul

dan

kemungkinan

perempuan

bersangkutan akan menghadapi depresi pascapersalinan.


e. Faktor dukungan sosial.
Banyaknya
kerabat
yang
membantu
pada
saat

yang

kehamilan,

persalinan dan pasca persalinan sehingga beban seorang ibu karena


kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi
postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya
ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.
G. Penatalaksanaan
Menurut albin (2001), banyak perempuan yang mengalami depresi post partum yang
tidak mau menceritakan pada orang lain. Penatalaksanaan yaitu :
Banyak istirahat, dapat dilakukan selama bayi tidur
Kurangi beban sendiri dengan tidak melakukan semua kegiatan sendiri
Minta bantuan untuk pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan pada malam hari
Bicarakan dengan suami, keluarga dan teman tentang perasaanya

Jangan sendirian dalam waktu lama, jadi di usahakan untuk keluar rumah
mencari suasana baru.
Bicarakan dengan orang tua untuk mencari pengalaman

atau berbagi

pengalaman
Mengikuti group support, terutama pasien yang telah mengalami depresi
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan
post partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara perawat
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruksi
2. Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologi
yang berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,
ibu akan mengalami fase-fase (Rubin,1997), sebagai berikut :
a. Fase taking in
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri,
pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal
ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu
merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
timbul percaya diri.
c. Fase letting go
Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh
hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan
bayinya sudah meningkat.
A. Pencegahan
Depresi postpartum dapat dicegah dengan cara :
1. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
2.
3.
4.
5.

memperhatikan si ibu.
Menu makanan yang seimbang
Olah raga secara teratur
Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami

6. Rekreasi

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN DEPRESI POSTPARTUM

I.

PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang
benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi yang
dilaksanakn. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisiskan informasi subjektif dan
obyektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien depresi postpartum, meliputi :
a. Identitas klien :
Data dari klien meliputi : nama, umur pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record.

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah
dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea
berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia,

riwayat

pre

eklampsia,

trauma

jalan

lahir,

kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi


plasenta, retensi sisa plasenta.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang

pernah

atau

sedang

menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia,


penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
4) Riwayat Obstetrik

a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,


banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta.
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan,

cara

persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada


kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat
nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d) Riwayat Kehamilan sekarang.
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan
berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat
mual, keluhan lain.
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat
pelayanan,

beberapa

kali,

pengobatannya yang didapat


5) Pola Aktifitas Sehari hari
1) Makan dan minum, meliputi
frekuensi,

baik

sebelum

perawatan

komposisi

dirawat

serta

makanan,

maupun

selama

dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas


harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
2)

buah buahan.
Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,
konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari postpartum sedangkan miksi
hendaklah

secepatnya

Mukthar, 1995 )

dilakukan

sendiri

(Rustam

3)

Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena


perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang

4)

berlebihan.
Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama
dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

c.

Riwayat Psikososial
Menurut Matteson (2000), dukungan social, (social support) di
definisikan sebgai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata
atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akrab dengan orangnya di
dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku yang
menerimanya. Orang yang mendapatkan dukungan sosial, secara emosional
merasa lega karena diperhatikan.
Dukungan anggota keluarga

lainnya

juga

ikut

mempengaruhi

kesejahteraan ibu. Kehadiran orang tua sebagai model peran sebagai ibu, sangat
mendukung kesiapan psikologis ibu untuk menjalankan perannya sebagai ibu, dan
demikian juga anggota keluarga lainnya termasuk saudara, suaminya dan
pekerjaan di rumah tang, membantu ibu sebagai tempat mengekspresikan
perasaannya (Bick et.al, 2003).
II.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan Umum
Kesadaran : compos mentis
Keadaan : bersih, ekspresi wajah sedikit menahan nyeri apabila bergerak
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg, hipotensi orthostatik=kenaikan sistol 20mmHg

saat berubah posisi dari terlentang ke duduk


Nadi
: 110x/menit
Respirasi
: 25x/menit
Suhu
: diukur aksila : 38 0 c, N: 2 hari post partum mengalami

kenaikan suhu karena dehidrasi


3. Muka dan Kepala
Rambut: bersih, tidak ada ketombe, rambut rontok tidak ada

muka: tidak ada cloasma, tidak ada oedem ditandai dengan kulit kembali
dalam 1 detik ketika ditekan. N: kembali <3detik

Mata: tidak ada gangguan fungsi penglihatan(ka/ki), pergerakan otot mata


normal bisa melihat objek benda yang diberikan perawat(ka/ki), conjungtiva
agak anemis(ka/ki), sklera tidak icterik(ka/ki), refleks pupil(ka/ki) : miosis

ketika diberi cahaya, luas lapang pandang(ka/ki) : baik, bisa 300 dari depan
Hidung: tidak ada nyeri tekan, fungsi penciuman normal, tes hembus udara
dari hidung normal dengan adanya gerakan hembusan tissu, fungsi penhidu

baik : bisa mencium bau alkohol ketika mata ditutup.


4. Telinga
Bentuk telinga simetris antara telinga kiri dengan telinga kanan, pasien dapat
mendengar apa yang di ucapkan perawat juga dapat mendengar suara
rambutnya yang digesek, tidak ada serumen dan massa pada telinga.
5. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran
kelenjar thiroid dan kelenjar lyimphe
6. Dada
Jantung : Bunyi jantung S1 di ICS 4-5 kiri midklavikula(katup bikuspid dan
triskupid) : lup, bunyi jantung S2 di ICS 1-2 kiri midklavikula(pulmonik) dan
ICS 1-2 kanan midklavikula(aorta) : dub(bunyi lebih rendah dari S1),

murmur(-)daerah apikal.
Paru : dada simetris, retraksi dada simetris, pada auskultasi terdengar suara
vesikuler

di

sebagian

besar

paru.

Bronkovesikuler(ICS

1-2

ka/ki),bronkeal(diatas manubrium), trakeal(trakea), ronkhi(-/-),wheezing(-/-)


Payudara : simetris, kebersihan cukup, tidak ada pembengkakan, tidak ada

nyeri tekan, areola bersih, sudah ada keluaran ASI, puting susu menonjol.
7. Abdomen
Tidak ada luka operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, linea nigra(-), striae(+),
posisi uterus ditengah, kontraksi kuat, diastasis rectus abdominalis lebar 1 jari,
bising usus normal : 5x (5-12x/menit).
8. Genetalia
Vulva :
-

Udem(-), memar(-), bersih, lochea(rubra berwarna merah)

Vagina
-

Mukosa menipis, introitus memar(N: memar2-3 mgg), rugae vagina :


menipis (kembali setelah 6-8mgg)

Perinium
-

memar(+)

Red(-),echimosis(-),edema(-),discharge(-),approximity(-)

Anus
-

Hemmorhoid

9. Ekstrimitas
Edema (-/-), varices (-/-), Homan sign (-/-), reflek patella (+/+), tromboplebitis
(-/-)

III.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan harga diri berhubungan dengan kurangnya umpan
balik positif
2.

Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman

terhadap konsep diri; ancaman atau merasakan ancaman terhadap integritas fisik
3.
Resiko tinggi terhadap kekerasan yang diarahkan terhadap diri
sendiri berhubungan dengan perasaan bersalah dan tidak berharga
4.
Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan sistem
5.

pendukung tidak adekuat


Hambatan penyesuaian status kesehatan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan yang memerlukan modifikasi gaya hidup

ASUHAN KEPERAWATAN DEPRESI POST PARTUM

NO
1

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan harga diri
berhubungan
dengan kurangnya
umpan balik positif

TUJUAN/KRITERIA HASIL

INTERVENSI

rasionalisasi

-Mengidentifikasi
- Bersikap
menerima - Sikap menerima
perasaan dan dinamika
pasien
dan
meningkatkan
yang melatar belakangi
negativismenya.
perasaan makna diri
Pencapaian
keberhasilan
persepsi diri negatif
- Diskusikan
tujuan,
meningkatkan konsep
- Pasien mampu
pastikan tujuan realistik
diri
menyatakan secara
dan
merencanakan
verbal aspek-aspek
aktifitas yang mungkin
positif dirinya
akan berhasil.
- Pasien mampu
- Penerimaan individu
Berikan
penghargaan
berkomunikasi secara
tanpa syarat berfungsi
yang
positif
pada
ibu,
asertif dengan orang
untuk menghadapi
tingkatkan
pemahaman
lain
perasaan tidak berguna
tentang fungsi
dan
dengan menguatkan
peran
ibu
sebagai
bahwa individu layak
orang
yang
paling
dihargai orang
dekat dengan bayi.
lain.menjadi dasar bagi
pembentukan ikatan
keluarga yang kuat
- Bantu
ibu - Dengan mengenali aspek

mengidentifikasi aspek
positif diri dan buat
rencana
mengubah
karakteristik
yang
dipandang negatif.
-

Ansietas (sedang
sampai berat)
berhubungan
dengan ancaman
terhadap konsep
diri; ancaman atau
merasakan
ancaman terhadap
integritas fisik

positif diri dapat


membantu
merumuskan rencana
implementasi
perubahan yang
diinginkan

Dorong kemandirian
dalam
menjalankan - Kemampuan melakukan
tugas ibu berkaitan
aktifitas secara mandiri
dengan perawatan diri
meningkatkan konsep
dan bayi.
diri.

- Mengungkapkan
- Bangun
hubungan- Penerimaan dapat
kesadaran persaan
terapeutik
meningkatkan rasa
terhadap peningkatan
perawat/klien. Tunjukan
percaya, yang penting
ansietas
penghargaan
yang
untuk pembentukan
- Tampak rileks dan
positif dengan ikhlas.
hubungan terapeutik
mengungkapkan
- Aktifitas fisik dapat
Beri
aktifitas
yang
sesuai
penurunan ansietas
melepaskan zat seperti
dengan
penurunan
pada tingkat yang
morfin (endorfin dalam
keteganggan
dan
dapat diatasi
otak yang
penurunan ansietas.
meningkatkan rasa
- Anjurkan pasien untuk
sehat)
mengidentifikasi
- Dapat mengontrol

perasaan
mekanisme pertahanan
sesungguhnya
dan
proyeksi dan
mengakui
perasaan
displacement saat
tersebut.
berlebihan
- Pertahankan
suasana
yang
tenang
dan- Dapat membantu
membatasi transmisi
pendekatan
dengan
ansietas
klien
- Beri dukungan selama
masa
peningkatan- Adanya individu yang
percaya dapat memberi
ansietas.
Beri
keamanan yang
keamanan fisik dan
dibutuhkan klien
psikologis.

Resiko tinggi
- Klien akan mencari
- Tanyakan klien secara - Resiko bunuh diri akan
terhadap kekerasan
bantuan saat ada rasa
langsung pernahkah
sangat meningkat jika
yang diarahkan
dorongan untuk
terfikir untuk
klien telah
terhadap diri sendiri
membahayakan diri
mengakhiri hidupnya?
merencanakan dan ada
berhubungan
sendiri
Jika ya, apa yang kilen
niat untuk
Klien
tidak
akan
dengan perasaan
rencanakan? Apakah
melaksanakan
membahayakan
dirinya
bersalah dan tidak
klien mempunyai cara
perencanaan
sendiri
berharga
untuk melakukan
rencana ini?

- Ciptakan lingkungan
- Keamanan klien
yang aman untuk klien
merupakan prioritas
keperawatan
- Buat kontrak verbal
bahwa klien tidak akn - Memberikan tanggung
membahayakan dirinya
jawab kepada klien
sendiri. Diskusikan
untuk keamanannya
perasaan bunuh diri
sendiri
dengan kelurga yang
dapat dipercaya
- Dorong untuk
menyatakan secara
- Mengidentifikasi simbolverbal perasaan yang
simbol harapan dalam
sejujurnya
hidupnya

Tidak efektifnya
koping individu

- Dorong klien untuk


- Kemarahan mampu
mengekspresikan
menyelesaikan perilaku
perasaan marahnya
depresi dan bunuh diri
dalam batasan yang
- Memberikan perasaan
sesuai
- Paling penting,
aman dn nyaman
meluangkan waktu
bersama dengan klien.
- Identifikasi perilku
- Jelaskan hubungan
- Konsistensi hubungan
koping klien yang tidak
terapeutik dan akibat
sangat penting untuk

berhubungan
dengan sistem
pendukung tidak
adekuat

efektif dan akibatnya


kurangnya kerjasama
keberhasilan intervensi
- Terpenuhinya kebutuhan - Abaikan perilaku negatif - Perilaku negatif akan
psikologis yang
jika mungkin dan beri
berkurang jika tidak
ditandai dengan
umpan balik jika
diberi perhatian, umpan
ekspresi perasaan yang
nampak perilaku
balik positif akan
sesuai, identifikasi
positif, mendorong
meningkatkan
pilihan dan
klien untuk mengakui
penghargaan terhadap
penggunaan sumber
keberhasilannya
dirinya sendiri
- Hindari memanipulasi
- Bantu klien untuk
- Pengenalan kendali diri
orang lain untuk
mengenal aspek
dapat mengurangi
kepuasan
kehidupan klien yang
perasaan tidak berdaya
dapat
dan menurunkan
mempertahankan
perlunya memanipulasi
tindakan pengendalian
orang lain
diri
- Peningkatan ansietas
mengganggu
- Bantu proses
kemampuan
penyelesaian masalah.
penyelesaian masalah
Beri alternatif dan
bantu klien untuk
memilih strategi koping - Dapat mengatasi
yang lebih adaptif
/menurunkan stres
terhadap stres
- Anjurkan klien belajar

Hambatan
penyesuaian status
kesehatan
berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan
yang memerlukan
modifikasi gaya
hidup

tehnik relaksasi,
gunakan imajinasi
Mengenali relitas situasi - Anjurkan klien untuk
dan kebutuhan klien
menceritakan gaya
Dapat menerima
hidup sebelum ada
tanggung jawab pribadi
perubahan status
Memulai perubaha gaya
mental
hidup yang diperlukan
Dapat merencanakan
kebutuhan perubahan
- Diskusikan mekanisme
perawatan diri dan bayi
koping
yang pernah
digunakan.

- Untuk mengidentifikas
kemampuan klien yang
dapat digunakan untuk
memfasilitasi adaptasi
terhadap perubahan
yang terjadi
- Proses berduka yang
tidak adaptif dapat
mengakibatkan depresi
patologis

- Pencapaian kemandirian
- Bantu aktifitas seharidan umpan balik positif
hari jika diperlukan,
dapat meningkatkan
tetapi dorong
harga diri dan
kemandirian klien dan
mendorong
beri umpan balik positif
pengulangan perilaku
untuk pencapaian
yang diinginkan
aktifitas secara mandiri
- Derajat ansietas tinggi
- Bantu klien dalam
dapat menjadi masalah
pembuatan keputusan
yang ditimbulkan dari
untuk perubahan gaya
perubahan status
hidup

- Klien mungkin perlu


- Diskusikan solusi
bantuan dalam proses
alternatif,
ini untuk menuju
pertimbangan manfaat
keberhasilan adaptasi
potensial dan akibat
setiap alternatif dan
dukung keputusan klien - Membantu klien dan
keluarag memahami
- Beri informasi tentang
apa yang terjadi dan
fisiologi perubahan
mengklarifikasi
status kesehatan dan
informasi
perlunya menjaga
kesehatan yang
optimal

BAB III
KESIMPULAN
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen
lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan
pertolongan yang sesungguhnya. Mereka membutuhkan kesempatan
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau
istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan
yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka
mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin
sehari-hari,

atau

mungkin

menghilangkan

beberapa

kegiatan,

disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan


bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para
ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman
dalam bidang tersebut.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan
para ibu yang mengalami depresi postpartum. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual,
sosial

dan

psikologis

secara

bersama-sama,

dengan

melibatkan

lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiben, 2000, efektifitas peningkatan dukungan suami dalam menurunkan terjadinya


depresi post partum. Majalah obstetri gynecologi Indonesia.
Bobak dkk, 2005, maternity nursing, terjemahan maria wijayani edisi 4 , EGC jakarta
Doenges, Townsend dan Moorhouse .2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. EGC.jakarta
Pennysinkin, dkk.2001. pregnancy, child birth and the newborn, mendowbrook press,
deepnhav USA.
Sylvia, 2002. Depresi pasca persalinan dan dampaknya pada keluarga. Jakarta FKUI
Townsend, mary C. 1998 . Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi
3. EGC. Jakarta
Wheeler, linda 2004.A practicalguide to prenantal and post partum care, terjemahan
endah EGC jakarta.
http://eprints.undip.ac.id/10729/ hubungan dukunngan suami

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6885 tesis oleh Soep pengaruh tindakan


psikoedukasi dalam mengatasi depresi postpartum di RSU Dr. pirngadi medan
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 Tesis oleh sari dkk. ( 2009) sindrom
depresi post partum RSUP Haji adam malik medan
http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/45 sosial
support
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2005/Artik
el_10500320.pdf gambaran
http://eprintshttp://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wpcontent/uploads/2010/09/39-postpartum-depression-roswiyani-p-zahrampsi.pdf.undip.ac.id/10944/ strategi depresi pasca persalinan

Anda mungkin juga menyukai