Anda di halaman 1dari 28
4. 10. "1 12, 13. 14, 15. 16. 7. 18 19, 24 23. 24. DAFTAR ISI Keynote Speaker 1 - Prof. H.G. Poulos : Design of Piles Subjected to Lateral Soil Movements. Senior Principal, Coffey Partners International Pty Ltd and Professor of Civil Engineering, University of Sydney Aspek Geologi Teknik Dan Lingkungan Serta Tata Air Tanah Dalam Rencana Pembangunan Kawasan Wisata Terpadu Bukit Dago Raya Kotamadya Bandung oleh : Ir. Hermawan W.W, MSc. Kecenderungan Prilaku dan Baku Mutu Air Tanah Permukaan Di Kavasan Jalan Thamrin - Jakarta, suatu Laporan Hasil Pemantauan ‘Tahun 1991 - 1993 oleh : Dr. Ir. Chaidir Anwar Makarim, MSCE Penurunan Gedung Departemen Pertambangan Dan Energi Jl. Merdeka Selatan - Jakarta oleh : Ir. Dodid Murdohardono, MSe, Kris Budiono Zone Loading Test Sebagai Percobaan Penurunan in Situ oleh : Dr. Ir. Indarto, Ir. Chatarina N.S. Penggunaan Trial Embankment Untuk Prediksi Penurunan Pada Proyek Peti Kemnas Pelabuhan - Surabaya oleh : Ir. Sugie Prawono, Budi Setyono Methode For Updating Pile Capacity Prediction oleh : Ir. Indra Djati Sidi Peningkatan Daya Dukung Pondasi Tiang Pengaruh Reloading Pada Pile Cap-nya oleh : Ir. Sugie Prawono Keynote Speaker 2 : Prof. Lee Seng Leep - "Recent Development in Bored Proffesor of Civil Engineering National University of Singapore. Design Modulus of Jakarta Sub Soil oleh : Ir. ¥.P. Chadra, M.Eng. Studi Sensitifitas Parameter - Parameter Input Pada Analisa Persamaan gelombang oleh : Ir. rawan Firmansyah, MSCE, Ir. Budiantari H. Laksita, MSc. Pengembangan Pangkal Data Dan Graphics Untuk Karakterisasi Site Geoteknik oleh : Dr. tr. | Wayan Sengara, MSCE. Uji Coba Pemompaan Dan Methoda Interprestasinya Untuk Perencanaan Dewatering oleh : Ir. Gouw Tiie Liong, M.Eng. Diskusi Tingkah Laku Dinding Soil Nailing : oleh : Ir. Sindhu Rudianto, P.E. Kekuatan Tahanan Geser Lempung Pasca - Triaksial Siklik oleh : Ir. Syarifuddin Nasution, M.Eng,, Ir. Maulidya Indah Yunica Kemantapan Lereng Saluran Sekunder Di Daerah Lhoksukon Aceh leh : Ir, Tatang Soetardjo, M.Eng. , Djoko Mudjihardjo Construction" }. Pondasi Jembatan Surabaya - Madura oleh : Dr. Ir. Suyud R. Karyasuparta, MSc. Beberapa Pengalaman Dari Pelaksanaan Box Jacking Terowongan Dukuh Atas Jalan Jenderal Suditman - Jakarta oleh : Dr.it. Wiratman Wangsadinata Peta Resiko Kerusakan Akibat Gempa Bumi Di Maumere Dan Sekitarya oleh : Najoan , TH.F., Soeroso Djanasoedirdja, Ruhijat, T, Carlin Soetiiono. Mikrozonasi Pengarun Gempa Buri Di Liwa Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung oleh : Ir, Untung Sudarsono, Ir. Wahjono . Studi Likuifaksi Kota Maumere Dengan Pendekatan Tegangan Etektif Melalui Metode Popo Elastisitas Dan Elemen Hingga ‘oleh : Dr. I. Masyhur Irsyam, MSCE, Ir. Teguh S. Jaka Sudrajat, Alwin Keynote Speaker 3 : Prof. Kenji Ishihara: “Soll Improvement To Safeguard Againt Earthquake Risk" Professor of Civil Engineering University of Tokyo Stabilisasi Tanah Organik Dengan Semen, Kapur dan Geosta - A oleh : Ir. Willy Lemanza. M.Eng., Ir. Aniek Prihatiningsih, Hardy William UJI COBA PEMOMPAAN DAN METODA INTERPRETASINYA UNTUK PERENCANAAN DEWATERING GOUW TJIE-LIONG - Universitas Tarumanagara, Jakerte PT. Limara Engineering, Jakarta RINGKASAN Semakin padat dan mahalnya harga tanah di kota Jakarta tidak saja mendorong seme- kin tingginya bangunan tetapi juga semakin banyak dan semakin dalam pula bangunan baweh tanah yang dibangun. Letak air tanah yang cukup dangkal menyebabkan tidak terhindarnya proses dewater- ing dalam pelaksanaan bangunan-bangunan.bawah tanah tersebut. Agar proses dewatering tersebut dapat berlangsung efektit dan tidak berdampak negatit terhadap linakungan di sekitar proyek, perlu diketahui sifat-sifet aquifer dan parameter-parameter hidrolis tanah. Untuk itu perlu dilakukan uji cobe Pemompaan yang terencana baik. Makalah ini menyalikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam elaksanaan uji coba pemompaan dan juga metoda interpretasinya sehubungan dengan pelaksanaan dewatering 1, PENDAHULUAN Semekin padat kota Jakarta semakin tinggi pula harge tanah. Kondisi ini mendorong para devel- oper untuk memantaatkan lahan dengan se. efisien mungkin dengan jalan membangun bangunan bertingkat tinggi dengan besmen Gantai bawah tanah) yang semakin dalam pula, Bahkan kini, dengan tidak lagi dibatasinya tinggi bangunan di wilaysh DKI Jakarta, kecende- rungan semakin tingginya bangunan dan sema: kin dalamnya besmen semakin kuat. Beberapa Proyek sudah dilaksanakan dengan besmen yang mencapai 3 hingga 5 lapis bahkan ? lapis. Pelaksanaan besmen yang berlapis-lapis itu memerlukan proses penggalian tanah yang tidak jarang harus dilakukan hingga belasan meter di bawah muka air tanah. Keberadaan air tanah ini jelas mempengaruhi perencanaen dan. teknik Delaksanaan struktur besmen tersebut. Ketidak- tahvan atau pengabaian akan keadaan dan pri ku air tanah ini dapat berpengaruh beser terha- dap kelancaran proyek. Tidak jarang aspek ini mengakibotkan tertundanya pelaksanaan proyek dan bahkan proyek harus di-desain ulang, Pengetahuan akan prilaku air tanah di suatu Proyek dan lingkungan sekitarnya sangatlah enting karena alasan-alasan sbb: (a) untuk memperkirakan besarnya volume sir tanah yang ada dan yang akan mengalir ke dalam galian. (0 Pengaruh dari resapan air tanah (groundwe- ter seepage) terhadap kestabilan galien (e) momperkrakan besernye pengaruhpenurun an Twka air tanh terhedep bengunane bangunan eteu savana lain yang ada sok tar proyek, misalnya: keringnya sumur-sumur penduduk di sekitarlokes! proyek, turunnys bangunan i sektar proyekakibet penuronse a teh Ketiga aspek di ates penting untuk diketahui guna perencanaan dan pelaksanaan dewatering yang baik dalam arti kata penurunan muka air tanah di dalam proyek dapat menjamin aman dan lancarnye pelaksanaan proyek serta tidak ‘menimbulkan (atau paling tidak meminimalkan) dampak negatif. terhadap iingkungan di sekiter proyek, Persamaan-persamaan dan model-model_ mate matis untuk memecahkan masalan aliran ait di dalam tanah sudah sejek lama dikembangkan. Namun demikian, kehandalan dari model-model matematis tersebut sangat tergantung kepade "ketepatan’ parameter-parameter hidrolik yang digunakan dan juga kepada asumsi kondis! KONPRENS! GEOTEKNIK INDONESIA V - 20-22 September 1994, Jakarta GOUW WIE-LIONG Ui Coba Femempaan den Metoda Interpretasinya untuk Perenc batas (boundary conditions) yang dipakai, Dapat dipastikan bahwa perhitungan aliran air tanah akan sangat jauh menyimpang bile parameter- parameter hidrolik dan kondisi batasnya tidak diketahui dengan memadai Pengamatan muka air dan uji coba pemompaan merupakan salah satu cara yang amat berguna dalam = menentukan prilaku dan parameter parameter hidrolik dari suatu lapisen tanah yang mengendung air (aquifer) 2. BEBERAPA DEFINIS! & JENIS AQUIFER, Sebelum diuraikan jenis-jenis aquifer, beberapa definisi dan istilsh di bawah ini perlu dijelaskan terlebin dahuly (lihat Gambar 1 untuk ilustrasi) Muke air tanah didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik (permukaan atas) dari air tanah dimana tekanan-nya sama dengan tekanan atmosfir (Gambar 1a dan 1b). Tekanan air pori adsleh tekanan air di dalam Pori-pori tanah, baik lebih besar ataupun lebih ari tekanan atmosfir (Gambar 1bi. ‘Muka air tanah tersangkar (Perched groundwe- ter level) adalah muka ait di atas dan tidak terhubung secara hidrolis dengan permukaan air tanah yang sesungguhnya. Contoh: air tanah yang terperangkap/tertahan di atas lapisan lem- Pung pada kedalaman yang rendah, sedangkan muka air tanah yang sesungguhnya berada di lapisan pasiran di sebelah bawah (Gambar 1c), Sumur pemantau adalah sumur, menggunakan saringan ataupun tidak, dengan bukaan (tempat masuk air tanah) di seluruh panjang/kedalaman sumur. Dengan kata lain air dapat masuk ke dalam sumur melalui segala iapisan tanah di- mana sumur tersebut dibuat (Gambar 1a & 1b) Piezometer adalah alat pengukur muka air tanah atau tekanan air tanah, biasanya dilengkapi dengan sistem saringan yang memenuhi kriteria tertentu. Pada dasarnya alat ini serupa dengan sumur pemantau tetapi bukaan/saringan-nya hanya terdapat diujungnya. Piezometer ini dipasang pada lapisan tanah di kedalaman ter- Tentu yang akan diukur tekanan air tanahnya. Di sebelah atas dan bawah ujung piezometer lubang bor di-isolir, dengan demikian tekanan air yang terbaca hanya tekanan air pada lokasi dimana ujung piezometer berada, Muka air yang 120 Dewatering u Lempuns Pemantau a Coaeang te> @ Fierometer Coie I Lz IE by TST x Muka aw tersanshar make ar Lanah « AYANG_ Pie RemeTEN Gambar 1 Muka Air Tanah, Tekanan Air Pori Muka Air Tanah Tersangker, dil GOUW WIE-LIONG Uji Cobs Pemompaan den Metoda Interpretasinya untuk Perencansan Dewatering terbaca pada piezometer disebut ambang piezo- ‘metrik (Gamber 1 2 dan 1b) Aquifer didefinisikan sebagai lapisan tanah yang bersifat porous dan yang mengandung air bebas dalam jumlah yang cukup untuk diambil/dikon- sumsi secara ekonomis (Gambar 1d). Jadi tanah lompung dengan permeabilitas amat rendah yang jenuh air tidak dapat didetinisikan sebagai aquifer, walaupun mengandung air dalam jumlah yang mungkin melebihi lapisan pasir dengan ketebalan yang sama. Terdapat beberapa jenis aquifer sebagaimana divraikan di bawah ini (linat Gambar 2): (a) Aquiter Terbuke (Unconfined! Aquifer terbuka adalah lapisan tanah_per- meabel yang hanya sebagian terisi air dan didasari oleh lapisan tanah yang relatif tidak permeabel atau relatif kedap air (Gambar 22), Bates atas dari aquifer terbuka ini adalah muka air bebas (biasa disebut muka air tanah) atau ambang phreatic dimane tekan- annya sama dengan tekanan atmosfir. Muka air di dalam piezometer yang dipasang di dalam aquifer terbuka tidak akan naik lebih tinggi dari ambang phreatic. Air yang terkan- dung di dalam aquifer terbuka disebut air terbuka atau air phreatic. (b) Aquifer Tertutup (Confined! Aquifer tertutup adalah aquifer yang 100% terisi (jenuh) air yang diapit oleh lapisan tenah yang kedap air (Gambar 2b). Lapisen tanah dengan kekedapan yang sempurna hampir tidak dijumpai di dalam kenyataan, karena itu jarang dijumpai aquifer tertutup yang sempurna Tekanan air di dalam aquifer tertutup biasa: nya lebih besar dari tekanan atmosfir den muke air di dalem piezometer yang dipasang di dalamnya akan lebih tinggi dari batas atas aquifer tersebut. Permukaan air ini disebut ambang piezome- trik. Air yang terkandung dalam aquifer ini disebut air tertutup atau air artesis. {cl Aquiter Semi Tertutup (Semi Confined) Aquiter semi tertutup atau aquifer bocor leaky aquifer) adelah aquifer yang 100% relati{ Kedap , kre relat keoap TLULL ILO, LLL EV Lids Lf LUPE ATCA tiv Les] LRM TS (@) Aquifer Semi Terbuka ms SEES ambang phreatic ~~~. ambang piezometric. —- — - Gambar 2. Jenis-Jenis Aquifer GOUW TIE-LIONG Uf Cobe Pemompsen den Metode Interpretasinya untuk Perencanaan Dewatering jenuh air dan dibatasi oleh lapisan tanah yang ‘semi porous (semi pervious) di sebelah atas, (disebut juga lapisan penutup) dan oleh lapi- ‘san semi porous ataupun kedap di sebelah bawah (Gambar 2c). Yang dimaksud dengan lapisan semi porous adalah lapisan tanah berpartikel halus dengan permeabilitas yang dapat diukur namun rendah. ‘Muka air di dalam piezometer yang dipasang di dalam lapisan yang semi porous disebelah ‘tas aquiternya menunjukkan ambang preat- ic. Sedangkan muke air di dalam piezometer yang dipasang di dalam aquifernya akan naik lebih tinggi dari permukaan phreatic dan merupakan ambang piezomettik. Menurunkan ambang piezometrik dari equifer jenis ini dengan jalan pemompaan akan menimbulkan aliran air vertikal dari lapisan semi porous di sebelah atas ke dalam lapisan aquifer yang dipompa. Karena hantaran (conductivity) hidrolis dari lapisan semi porous ini rendah, komponen aliran horizon- talnya dapat diabaikan. Untuk mendeteksi aliran air tanah di dalam aquifer jenis ini, piezometer harus dipasang tidak hanya di dalam lapisan aquifernya tetapi juga ci lapi- san sebelah atasnya yang semi porous terse- but dan juga, bilamana ada, di lapisan semi Porous di sebelah bawah aquifer tersebut. Pada umumnya, penurunan (drawdown) ambang phreatic di dalam lapisan semi Porous tersebut relatif kecil dibandingkan dengan penurunan ambang piezometrik di aquifernya (d) Aquifer Semi Terbuka (Semi Unconfined| Bilamana_hantaran_hidrolis lapisan tanah halus yang semi porous di dalam aquifer semi tertutup cukup besar sehingga kompo. en aliran horizontal dari lapisan di sebelah atasnya (lapisan penutup) tidak dapat diabai ken, maka aquifer ini berada diantara aquiter semi tertutup dan aquifer terbuka. Aquifer ini disebut aquifer semi terbuka (Gambar 2d). Dalam aquiter terbuke dengan partike! tanah yang halus, aliran air akibat gaya gravitasi (berat sendiri air) dari dalam pori-pori tanah tidak terjadi dengan seketika. Kandungan air dalam pori-pori tanah tersebut akan terlepas hanya beberapa saat setelah muka air tanah diturunkan. Aquiter terbuka dengan fenome- na semacam ini disebut aquifer terbuke dengan penglepasan tertunda (delayed yield) juga dapat dikategorikan sebagai aquifer ‘semi terbuka Muka air di dalam piezometer baik yang dipasang di lapisan penutup maupun di dalam, aquifer akan menunjukkan ketinggian yang sama. Artinya ambang phreatic sama dengan ambang piezometrik. 3. PENGUKURAN MUKA AIR TANAH Dalam praktek penyelidikan tana, pade umumnya letak muka air tanah diukur dengan jalan mengukur letak air tanah di dalam lubang bor bekas penyelidikan tanah. Biasanya lubang bor hasil penyelidikan tanah ini dibor melalui dua lapis (atau bahkan lebih) jenis tanah yang berbe- da. Ini berarti tercipta hubungan vertikal diantare lapisanlapisan tanah yang berbeds tersebut, akibatnya pengukuran muka air tanah di dalam lubang bor seringkali tidak mencerminkan letak Gar Amy Sens Ter tatup ELE yane Teneaca esr uae Su eee satan 4 it lew Lugang Bon u by Gambar 3 Pengamatan Muke Air Tanah Yang Salah GOUW TJIE-LIONG Uji Coba Pemompaan dan Metoda Interpretesinya untuk Perencansan Dewatering ‘muka air tanah yang sebenarnya. Bila lubang bor penyelidikan tanah dibor dengan care bor cuci (wash boring) maka air yang digunakan dalam proses pemboran dapat memperburuk hasil pengukuran, Sebagai contoh kesalahan yang dapat terjadi akibat_pengukuran di dalam lubang bor hasil penyelidikan tanah dapat dilihat melalui Gambar 3. Jelas pembacaan muka air melalui lubang bor tersebut tidak memberikan letak muka air tanah yang sebenarnya, Untuk mencari letak muka air tanah yang se- sungguhnya sebaiknya dipelajari terlebin dahulu keadaan dan susunan lapisan tanah setempat yang diperoleh melalui penyelidikan tanah yang terencana baik. Kemudian dipasang beberapa piezometer dan sumur pemantau. Piezometer dipasang pada tiap-tiap lapisan tanah yang dijumpai dan sumur pemantau dipasang pada lapisan terates dan juga melalui beberapa lapisan tanah yang dijumpai. Dengan cara demikian, letak muka air tanah yang sesungguhnya dapat diketahui dengan memadai. Perlu diingatkan kembali bahwa piezometer bukan sumur peman- tau dan sumur pemantau bukan pula piezometer. Piezometer diisolir di lapisan tertentu sehingga hanya bereaksi terhadap perubahan tekanan air ori pada lapisan tertentu. Sedangkan sumur Pemantau tidak diisolir dan akan bereaksi terha- dap perubahan tekanan air tanah di sepanjang sumur pemantau tersebut. 4. UJI COBA PEMOMPAAN dan UJI COBA PEMULIHAN Yeng dimaksud dengan uji coba pemompaan atau pumping test adalah suatu proses penga ‘matan turunnya muka air tanah akibat pemom aan yang dilakukan dengan debit tertentu. Biasanya uji coba pemompaan ini dilakukan dengan menggunakan satu atau lebih sumur ompa dan beberapa sumur pemantau dan/atau iezometer yang ditempatkan pada jarak terten. tu dari sumur pompa, Sumur pompa digunakan untuk memompa air tanah dan sumur pemantau dan/atau piezometer untuk mengukur turunnya muka air tanah dan/atau ambang piezometrik ‘akibat pemompaan tersebut. Setelah uji_ coba pemompaan dihentikan (pompa dimatikan), pada umumnya segera diiku- ti dengan pengamatan kembalinya muka air Tanah dan/atau ambang piezometrik di masing- masing sumur uji dan piezometer sampai permu: kean air di dalam sumur-sumur dan piezometer tersebut lebih kurang kembali ke-elevasi sebelum Uji coba pemompazn dimulai. Uji coba ini disebut Uji cobe pemulihan atau Recovery Test 4.1 Tujuan Tujuan tama uji cobs pemompaan adalah untuk mengetahui kondisi dan mengukur param- eter-parameter hidrolis aquifer yang dijumpai. Parameter-parameter mana akan digunakan dalam perencanaan dewatering yang mungkin Giperiukan dalam pelaksanaan gelian saat Pembuatan konstruksi bawah tanah, Parameter- parameter hidrolis yang dimaksud adslah: Transmisivitas (Transmissivity), T, —yoitu kemudahan air untuk mengalir melalui satu unit lebar aquifer lihat Gambar 4). Biasanya dinyata- kan dalam satuan m?/menit atau m*/hari. Dalam keitannya dengan dewatering aquifer yang Gijumpai biasanya mempunyai nilaitransmisivi- tas yang berkisar antara 0.0006 hingga 6 m*/menit (Power, 1981). Untuk aquifer yang ideal hubungan transmisivitas dengan permeabil- tgs, k, dan ketebalan aquifer, D, dinyatakan dalam persamaan sbb.,. T=kD (1 <—Tansmisivitas, 7: aliran melalui satu unit lebar aquifer —Permeabilitas, k aliran melalui satu unit *juasan aquifer Untuk aquifer ideal T = kO Gambar 4 Transmisivitas dan Permeabilitas Koefisien Simpan (Storege Coetticient!. C,, yaitu volume air yang dilepaskan dati penyimpa- nan (storage) per unit luas per unit pengurangan head’ (head reduction). Tidak berdimensi. Pads Aquiter terbuka koefisien simpan ini dikenal jugs dengan nama Penglepasan Spesifik (Specific Yield}. Pada umumnya aquifer terbuke mempunyai nilai C, yang mendekati 0.2 karena air mengalir dengan gaya gravitasi dari pori-pori efektif tanah GOUW TJIE-LIONG Uj Cobs Pemompean den Metods Interpretasinya untuk Perencanaan Dewstering yang dapat dilalui air dan pengaruh elastisitas dari material aquifer serta pengembangan ir sangatiah kecil. Perlu diingat bahwa_pori-pori yang halus tidak merupakan pori-pori efektit arena faktor tahanan yang lebih besar dari gaya erat ait Pada aquifer tertutup, pori-pori tanah.selalu dalam keadaan jenuh akibat faktor elastisitas material aquiter dan pengembangan air, hanya sedikit penglepasan dari penyimpanan terjadi ketika pengurangan ‘head’ berlangsung. Nilai C_ untuk aquifer tertutup ini berkisar antard 0.0005-0.001 (Power, 1981). Radius Pengaruh, R,, yaitu radius pengaruh Pemompaan dari suatu sumur pompa dimane pada jarak R, tersebut muka air tanah tidak lagi ‘terpengaruh oleh pemompaan yang berlangsung. Uji cobs pemompaan ini terkadang disebut juge uji coba aquifer karena prilaku aquifer dan bukan kinerje pompa atau sumur pompa yang diyji. Disamping tujuan utama di atas, uji coba Ppemompaan juga menghasilkan kapasitas dan Penurunan muke air, selanjutnys disebut ‘dra- wdown' dari sumur pompa. Data ini dapat digunakan untuk menentukan kapasitas dan tipe Pompa yang dapat digunakan untuk proses dewatering. Perlu dibedekan antare uji coba pemompaan (uji cobs aquifer) dengan uji coba sumur (well Test). Sebagaimana telah disinggung dimuka, di dalam ji coba pemompaan, prinsipnya air Sipomp dari dalam aquifer yang diyji dengan kecepatan pemompaan (debit) tertentu dan selama periode tertentu. Efek pemompaan diukur di sumur pompa dan beberapa sumur pemantau/piezometer pada jarak tertentu di sekitar sumur pompa. Parameter-parameter hidrolis yang dicari diperoleh dengan jalan mensubtitusi drawdown dan jarak dari mesing- masing sumur pemantau/piezometer ke sumur Pompa serta debit pemompaan ke dalam rumus: rumus yang sesuai Tata cara pelaksenaan uji coba sumur lebih sederhana. Disini hanya diperlukan sumur Pompa dan tidak diperiukan sumur pemantau/ piezometer. Hanya debit air dan drawdown di ‘sumur pompa yang diukur. 4.2 Studi Pendahuluan ‘Agar uji coba pemompaan dapat dilakukan dengan baik dan terarah, perlu dipelajari terlebih dahulu geologi dan keadaan tanah setempat melalui data penyelidikan tanah yang-sudah lebih dahulu dilakukan, Juga periu di-survey keadaan di sekitar proyek, misalnya apakah ada sungai, empang, waduk, danau atau sumber air lain di sekitar lokasi proyek. Bilamana ada, juga perlu dipelajari data tanzh, uji coba pemompaan dan pengalaman dewatering daerah disekitarnya. Analisa dari data di atas sangat bergune untuk memperkirakan keadaan aquifer yang dijumpai, antara lain: jenis aquifer; kondisi batas aquifer yaitu jenis dan ketebalan lapisan di atas dan di bawah aquifer; apakah ada perubahan kondisi aquifer dalam arah lateral yaitu: apakah ‘ada sumber pengisian (recharge) terhadap aquit- er yang dihadapi, misainya melalui hubungan antara aquifer yang dihadapai dengan sungai ‘atau sumber air lain di sekitar proyek, atau apakah ada barier berupa lapisan kedap dalam ara lateral aquifer. ‘Semua data di atas sangat bermanfaat dalam menentukan jumlah, kedalaman dan _lokasi sumur pompa, sumur pemantau dan piezometer. Dalam kaitannya dengan perencanaan dewater- ing. tentunya luas dan kedalaman galian yang akan dilakukan dalam proses pembangunan bawah tanah juga akan sangat_menentukan kedalaman sumur-sumur ji dalam -uji coba pemompaan, 4.3 Letak dan Kedalaman Sumur-Sumur Uji Dalem keadaan aduifer yang sederhana, artinya tidak ada sumber pengisian atau barier kedap air dalam arah lateral aquifer, sumur pompa dan sumur pemantau / piezometer dapat di letakan dalam satu garis. Karena analisa dan interpretasi. data. uji_ pemompaan umumnya dilakukan melalui ploting data dalam skale logar- itmis sebagaimana akan diterangkan kemudian, maka sebaiknys sumur-sumur pemantau dan piezometer ditempatkan dalam jarak logaritmik terhadap sumur pompe misainya 2m, 4m, 8 m, 16 m, 32 m...., sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar §. Jarak terjauh piezometer atau sumur pemantau biasanya tidak lebin dari 30% dari porkiraan radius pengaruh, GOUW TJIE-LIONG Up Coba Pemompean den Metoda Interpretasinya untuk Perencanaan Dewatering 'SUMUR POMPA —_SUMUR PEMRNTAL, Er memperkirakan kedalaman sumur yang diperlu- kan untuk membentuk kerucut penurunan muke air (cone of depression} yang mencakup daerah pengaruh tertentu, Kedalaman sumur pemantau dan piezometer ditentukan berdasarkan susunan lapisan_ tanah yang dijumpai. Jadi kedalaman sumur pemantau dan piezometer ini bisa bervariasi. Sebaiknya setiap lapisan tanah yang dijumpai dipasangi sumur pemantau dan piezometer. Lie at Cem | eat aT 7 ora CX sumun PEMANTAU re Sa das fata ts oe Sumun_ponta Gambar § Letak Sumur-sumur Uji untuk Aquifer yang Relatif Sederhana, Bilamana dijumpai_susunan lapisan tanah yang berbeda dalam arah lateral, make agar didapat hasil_ yang optimal pola letak sumur pemantau dan piezometer disesualkan dengan keadaan lapisan tanahnya. Sedangken jarak sumur pemantau dan piezometer terhadap ‘sumur pompe dianjurkan tetap diatur dalam jarak logaritmik. Gambar 6 menunjukkan contoh eletakan sumur-sumur uji coba_pemompaan untuk kondisi ini Secara teoritis kedalaman sumur pompa se- baiknya sampai kedalaman aquifer yang dijumpai karena dengan demikian ketebalan aquifer dapat digunakan seluruhnya untuk memberikan kapasi- tes sumur yang lebih besar dan menghasilkan drawdown yang lebih besar. Namun demikian, untuk tujuan dewatering kedalaman sumur Pompe sebaiknya ditentukan berdasarkan keda: laman penggalian yang akan dilakukan dengan Pir PomeTER 4 4 BAA 4 sunwe tonPn AN Suen A BaTURN 7 eur SATUAN Gambar 6 Letak Sumur-sumur Uji untuk Aquifer yang Berubah dalam Arah Lateral GOUW TJIE-LIONG Uji Coba Pemompaan dan Meiods Interpretesinya untuk Perencenean Dewatering Pongalaman di daerah DKI Jakarta solama ini, uji_coba_ pemompaan umumnya dllakukan dengan menggunakan satu buah sumur pompa dengan tiga hingga delapan buah sumur peman- tau. Karena alasan biaya, jarang sekali dipasang piezometer. Kedalaman sumur pompe biasanya bervariasi antara 12 hingga 25 m, sedangkan edalaman sumur pemantau umumnya dibuat sama atev sedikit lebih pendek dari sumur pompa 4.4 Konstruksi Sumur-sumur Uji Sumur pompa yang dipakai dapat berupe sebuah sumur dalam (deep well! yang dilengkapi dengan pompa rendam (submersible pump), atau dapat pula dipakai sistem sumur titik (well point). Sistem apapun yang dipakai, sumur pompa tersebut harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk menimbulkan drawdown pada sumur pemantau dan piezometer. Pada sistem sumur titik, pompa yang digu: akan merupakan pompa vakum yang diletakan i permukaan tanah. Pompa ini dihubungkan ke satu atau lebih titik pompa yang berupa soba tang pipa sepanjang + 7m — yang ujungnya dilengkapi dengan saringan khusus sepanjang + 10-40% dari panjang total pipa. Sistem ini hanya efektif untuk kedalaman maksimal 7m, kecuali bila digunakan sistem tahapan, artinya digunakan dua atau lebih titik pompa yang die: takan pada kedalaman berbeda, misainya titik pertama di permukaan tanah, kemudian titik kedua di kedalaman 4-5m dari yang pertama Untuk uji coba pemompaan cara demikian bia sanya tidaklah efektif. Dalam praktek di OK! Jakarta yang paling sering dipakai adalah sistem sumur dalam. Untuk selanjutnya yang akan dibshas adalah konstruksi sumur dalam ini Pada prinsipnya sebuah sumur dalam yang digunakan harus_ mempunyai__karakteristik sebagai berikut: Diameter pipe selubung (casing) dan pipa saringan (screen) yang digunakan harus cukup untuk menampung diameter pomps yang akan digunakan, tentunya dengan toleransi yang memadai Diameter lubang bor harus cukup besar ‘agar terdapat ruang yang cukup untuk menempatkan pasir/kerikil penyaring (sand filter/gravel pack) diamara \ubang bor dan pipa selubung, - Pasir/kerikil penyaring harus bergradasi baik ‘agar dapat berfungsi sebagai _penyaring sehingga pada saat pemompaan dilakukan hanya air tanah yang masuk ke dalam sumur dan partikel halus tanah asli tidak terbawa masuk ke dalam sumur dan ter- pompa keluar. Pasir/kerikil penyaring yang digunakan harus bersih dan berbentuk buiat, dan seragam. Ketebalan lapisan penyaring ini harus berkisar antara 7 hingga 20 cm. Bukean seringan yang dipasang pada pipa seringan arus sesuel dengan ukuran pas! Kerk’ penyering. yang. diguneken. Delam kaitannya dengan Kepasitas sumur, ukuren bukaan seringan yang digunakan bukenich merupeken foktor”yeng sengat_ menentu an. Memperbesar Ukuran,bukesn hingge dua kali” misainya hanye_meningketkon Kapesites sumut tidak lebih Gari 10% Tatepl panieng seringan merupakan faktor yang. cukuppenting. Sebagei patokan Peniang seringan harus tidak Kurang, deri 3/4 ketebalan aquifer, kerena dengan emikion kinerje sumur eken lebih Kurang 90% dari bilamane penjang seringan sama dengan Ketebalan aquifer. Dalam hal pan- jong seringan remenuhi tolok ukur dates make alien air tonch menuju ke sumur akan’ lebih Kurang horisontal_ (Anggapen mang merupaken dasar deri rumus-rumus yong digunekan dalam meng-interpretasikan hasil uj cobs pemompasnl. Dengan demi kin, Komponen aren vertical di sekitar sumur yang dapat menyebabkan drawdown tambanan dapat dicegen, sehingge faktor Koreksi untuk penetresi sebepien (partial penetration, yaitu keedsan dimane paniang fumur dan’ seringdanys lebih. pendek dar Ketebolan aquifer sehingga Korrponen alan vertkel menjadi penting) tidak perl dlleku wan Kriteria diatas juga berlaku untuk sumur sumur pemantau, hanya saja kriteria_ukuran pasit/kerikil penyaring dapat sedikit lebih longgar dari kriteria yang dipakai untuk sumur pompa. Piezometer yang digunekan biasanya berupa ‘open standpipe piezometer’ atau dikenal juga dengan nama Cassagrande Piezometer. Ujung piezometer ini terbuat dari ‘high density porous hydrophilic polyethylene’. Piezometer ini dihu: bungkan dengan pipa PVC ke permukaan tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan GOUW TUIE-LIONG. 9 Uji Coba Pemompaan dan Metods Interpretasinye untuk Perencenasn Dewatering rq i) 7 TET TTI 7 TET a a PAA saren grout berupa campuran semen bentonite }— bentonite cassagrande piezometer +— pasir penyaring ee {— bentonite Pacicsere Gambar 7 Casagrande Piezometer piezometer ini adalah penempatan pasir penyar- ing di sekitar ujung piezometer dan lapisan bentonite di atas dan bilamana perlu juga di bawah ujung piezometer. Lapisan bentonite ini berfungsi sebagai penyumbat (seal), sehingga piezometer hanya bereaksi tethadap tekanan air tanah di sekitar ujungnya dan tidak terhadap tekanan air tanah pada elevasi lainnya (lihat Gambar 7} Dalam praktek penulis, konstruksi sumur pompe dibuat dengan diameter pemboran sebesar 200 mm (8"). Pipa saringan berupa pipa PVC ber-diameter 150 mm (6"). Ruang diantara lubeng bor dan pipe PVC diisi dengan kerikil enyaring berbentuk bulat halus dan berdiameter 2-8 mm. Sumur-sumur pemantau dibuat serupa dengan sumur pompa, tetapi dengan diameter lubang bor yang lebih kecil, yaitu 100 mm (4") dengan pipa PVC berdiameter 50 mm (2°) Detail dari konstruksi sumur pompa dan sumur- sumur pemantau diperlihatkan dalam Gambar 8. Langkah-langkah pelaksanaan pembuatan sumur pompe dan sumur pemantau adelah sebagai berikut: J— sumbat lempung [clay plug) lubang bor +e j—pipa Seringan (PVC) SY 25} irisan berjarak 15 em 82) (wkuran bukaan = 1 mm) aS) oy 4's —kerikil penyaring [| (diameter 2 -8 mm) Untuk sumur pompa D = 200mm d= 150 mm Untuk sumur pemantav D = 100mm d= 50mm Gambar 8 Sumur Pompa dan Sumur Pemantau ~ pemboran dengan cara wash boring =pembersinan lubang bor dengan jalan pembilasan (flushing) = pemasangan pipa saringan’PVC ~ pemasangan gravél pack ~penutupan/pengisoliran lubang dari permu- kan tanah dengan jalan pemasengan lem ppung setebal lebih kurang 30 - 50 em pada bagian atas luBang, yaitu ruang antara PVC dengan lubang ber. 4.5 Prosedur Pegujian Sebelum uji coba pemompaan dimulai, sumut pompa harus dibersihkan terlebih dahulu dengan ‘cars memompakan air keluar atau dengan jalan pembilasan artinya menyemprotkan air melalui sebatang pipa yang dipasang hingga ke dasa: sumur. Uji coba pemompaan baru dimulai sete lah muka air di dalam sumur kembali ke posisi semula, atau dengan kata lain sudah relatif stabil, Bilamana periu sebelum uji coba dimula, elevasi air di setiap sumur uji (sumur pompa, sumur pemantau dan piezometer) dipantau dahulu setiap jam selama 3 x 24 jam. Ini dimak GOUW TJIE-LIONG 10 Uj Cobs Pemompaan dan Metods Interpretasinys untuk Perencanaan Dewetering sudkan untuk memonitor apakah ada fluktuasi muke air tanah pada waktu-waktu tertentu, dengan demikian bilamana perlu bisa dilakukan koreksi terhadap pembacaan drawdown dari sumur-sumur Uji Pemompaan dilakukan dengan menggunakan pompa rendam dengan kapasitas yang cukup untuk memberikan kecepatan aliran air (debit) yang relatif konstan dan dapat menurunkan muka air tanah di sumur-sumur pemantau dan piezometer. Tergantung kepada aquifer yang dijumpai, biasanya perlu disediakan pompa dengan kapasitas 100-600 liter/menit. Perlu Giperhatikan agar pembuangan air hasil pemom- aan cukup jauh dari sumur-sumur uji dan tidak memungkinkan kembali meresap ke dalam daerah pengujian. Penurunan muka air tanah di dalam setiap sumur uji dibaca dengan menggunakan pengu- kur elektronik (electronic water level meter atau Gipmeter| pada interval waktu tertentu. Biasa- ya, pembacaan dilakukan pada interval waktu sebagai berikut (dalam menit): ©, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 20, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 150, 180, 240, 300, .... dan selanjutnya setiap jam .. Lamanya uji coba pemompaan tergantung Gari jenis aquifer yang diuji. Pada dasarya uji cobs pemompaan dihentikan setelah air di sumur-sumur pemantau dan piezometer mence- ai kesetimbangan (steady state) atau setelah penurunan muka air yang terjadi relatit kecil Untuk aquifer tertutup kesetimbangan_ bisa dicapai dalam waktu beberapa jam dan biasanya eriode pemompaan selama 24 jam sudah cukup memadai. Sedangkan untuk aquifer terbuke tidak jarang kesetimbangan baru bise dicapai setelah 7 hari pemompaan. Sebaiknya selama Proses uji coba berlangsung, data drawdown diplotkan sehingga bisa diketahui apakah kese- timbangen sudah dicapai. Namun demikian dalam hal aquifer semi terbuka, dapat terjadi kesetimbangan semu, Artinya setelah beberapa Waktu muka air dapat turun kembali sebelum kesetimbangan yang sesungguhnya dicapai. Uji coba_pemompaan sebaiknya dilakukan hingga kesetimbangan yang- sebenarnya ini dicapai Sebagai patokan waktu minimum uji pemom- aan dapat dipakai Tabel 1 (Todd, 1981), Setelah pemompaan dihentikan, sebaiknye diikuti dengan uji coba pemulihan. Dalam hel ini naiknya _kembali permukaan air di setiep sumur Tabel 1 Waktu Minimum Uji Coba Pemompaan (Todd, 1981) Jenis Tanah Waktu Minimum Aauifer Pemompaan (Jem) Lempung & Lanau 170 Pasir Halus 30 Pasir Sedang dan yang Lebih Kasar 4 Uji ke permukaan semula diukur pada interval waktu tertentu sebagai berikut (dalam menit): 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 20, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 150, 180, 240, 300, selanjuinya setiap jam hingga muke air tanch lebih kurang kembali ke posisi sebelum pemom- paan dimulai Contoh data-data hasil uji coba pemompaan dan Uji cobs pemulihan disajikan dalam Lampican 1 5, HASIL UJI COBA & INTERPRETASINYA Bilamana hasil uji coba pemompaan diplotkan dalam skala double logarithmic, dengan waktu Pemompaan diplotkan dalam sumbu x dan drawdown diplotkan dalam sumbu y, maka akan didapat_kurva yang lebih kurang mendekati kurva tipikal sebagaimana’diperlihatkan dalam Gamber 8. Kurva paling kiri, dinotasikan dengan huruf A, merupakan kurva tipikal untuk aquifer tertutup. Kurva paling kanan, dinotasikan dengan huruf B, merupSkan kurva tipikal untuk aquifer terbuka, Sedangkan kurva C dan D merupakan kurva ideal untuk aquiter semi tertu: tup dan aquifer semi terbuka Pada aquifer tertutup, air dilepaskan hampir seketike (dalam waktu beberapa detik hingge beberaps _menit sajal dari penyimpanan atau storage’ karena faktor memadatnya aquifer dan mengembangnya air di dalam aquifer tersebut Karena air berasal dari penyimpanan di dalam aquifer, maka ambang piezometrik akan terus turun sepanjang aquifer berukuran tak berhing- ga. Jadi secara teoritis tidak akan tercapai kese- timbangan (unsteady state}. Namun demikian, kecepatan turunnya ambang piezometrik akan terus_menurun bersama dengan meluasnya daerah pengaruh dan pada akhirnya akan sede GOUW TJIE-LIONG W Uji Cobo Pemompean don Metods Interpretasinya untuk Perencanaan Dewatering 100 1 Kurva| tipika a =| aquifer tertuthp B | Aquifey terbuk. 1 =, 2 oe od g 3 8 a 8107} 8 C=| Aquife# semi tprtutup | aquifed semi throuka 107 (aliraf tertunpa) wt 10° aot cro ww aot Waktu (hari) Gambar © Variasi Kurva Tipikal Hasil Uji Cobe Pemompaan mikian kecil sehingga dapat diabaikan. Dalam praktek kondisi ini dapat dikatakan sudah ‘mencapai kesetimbangan (steady state). Pada aquifer terbuka, air dilepaskan melalui gaya gravitasi atau dengan kata lain akibat gaya berat air sendiri. Terjadinya proses ini tidak secepat proses aliran air pada aquifer tertutup, Pada aquifer semi tertutup, proses mengalirnya air berlangsung seperti aquifer tertutup, hanya aja kesetimbangan dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat. Pada aquifer semi terbuka atau aquifer terbuke dengan penglepasan tertunda (unconfined aquit- er with delayed yield) kurva drawdown terhadap waktu terdiri dari tiga segmen (lihat kurva D pada Gambar 9). Pada segmen pertama terjadi proses, yang sama seperti pada saat-saat awal dari aquifer tertutup, air dilepaskan seketike dari penyimpan akibat faktor pemadatan aquifer dan mengem: bangnya air. Aliran akibat gravitasi belum lagi berlangsung. Pada segmen kedua yang jauh lebih ‘mendatar, air dilepaskan dari pori-pori tanah di atas, kerucut penurunan air (cone of depression). Akhit- nya pada segmen ketige kesetimbangan antare aliran gravitasi dan kecepatan turunnya muka air Tanah tercapai. Kesetimbangan ini biasanya bisa tercapai dalam beberapa menit hingga beberapa hhari. Segmen terakhir ini meyerupai keadaan akhir dari aquifer terbuka. Untuk proses dewatering yang akan berlangsung lama atau untuk sumur produksi, Parameter-parameter yang diturunkan dari segmen ketiga inilah yang terpenting, Terdapat banyak rumus untuk menginterpretesi- kan hasil uji coba pemompgsn. Disni akan di reikan beberepe diantaranya, Agar dapat mene rapkan rumus yeng lebih tepet dan dapat lebih memahami keterbatasen suatu rumus maka perlu diketehui asumsi-asumsi yang mendasari nya. Secara umum semua rumus-rumus yang ada didasarkan atas"asumsi-asumsi sbb. ‘Areal aquifer tak berhingga «Aquifer bersitat_ homogen, isotropik dan berketebalan sama, paling tidak di sekitar daerah yang terpengaruh oleh uji coba pemompaan Sebelum uji coba pemompaan dimulai ambang phreatic atau muka air taneh dan/atau ambang piezometrik berada dalam keadaan lebih kurang horisontal Aquifer dipompa dengan debit yang konsten + Kedalaman sumur pompa menembus selu- tuh ketebalan aquifer dan dengan demikian ‘menerima aliran air dari seluruh ketebalan aquifer dengan aliran secare horisontal GOUW TUE-LIONG 12 Uji Coba Pemompaan dan Metods Interpretasinya untuk Perencanaan Dewetering 5.1 Aquifer Tertutup 5.1.1 Metoda Thiem Metoda ini berlaku untuk aquifer tertutup yang alirannya sudah dalam kesetim- bangan (steady state}. Metoda yang dikembang- kan oleh Thiem (1906) ini memeriukan paling tidak dua buah piezometer. Persamaan yang digunakannya adalah (lihat Gambar 10): 2rkDdIS,-S,.) a=" (2) In trie) = debit pemompaan (m*jhari atau m°/menit) T = tansmisivitas (m?/hari atau m?/menit) permeabilitas (m/hari atau m/menit) ketebalan aquifer = jarak piezometer dari sumur pompa (m) S,, = drawdown saat kesetimbangan tercapai di sumur pemantau atau piezometer (m) indeks 1 dan 2 menunjuk piezometer pertama dan kedua. posoane perenne ese ye a kD k 3 Gambar 10 Skematik Pemompaan Aquifer Tertutup Sebagaimana telah dikemukakan di atas untuk menggunakan rumus ini diperlukan paling sedikit dua buah piezometer yang ditempatken cukup dekat dengan sumur pompa dan yang dapat memberikan pembacaan drawdown yang baik Rumus ini diterapkan dengan prosedur sbb. ~ Plotkan date drawdown dari semua piezome- ter dalam grafik semi logaritmik, yang mane waktu diplotkan pada sumbu X dalam skala logaritmik dan drawdown diplotkan pada sumbu Y dalam skala linear. Akan terlihat banwa pada akhirnya kurva drawdown dari masing-masing piezometer akan lebih kurang sejajar. Pada saat ini kesetimbangan boleh dianggap sudah tercapai. Baca drawdown kesetimbangan (atau drawdown maksimum) dari masing-masing piezometer. Catatan: Perlu diingat bahwa kesetimbangan disini adalah situasi dimana perubahan draw- down terhadap waktu sudah sanget kecil Kesetimbangan yang sesungguhnya dimana perubahan drawdown = 0 tidak mungkin dicapai dalam aquifer tertutup. = Plotkan pembacaan drawdown kesetim- bangan pada langkah sebelumnya vs jorak masing-masing piezometer terhadap sumur pompa (S,, vs 1; S,, pada sumbu Y dalam skale linear dan r pada sumbu X dalam skala logaritmik. Tarik garis lurus yang terbaik melalui titik-titik yang didapet. Grafik ini disebut grafik jarak vs drawdown. Tentukankemiringan garis jarak vs draw- down, (Sm),, yang diperoleh yaitu selisih drawdown dalam satu siklus loparitmik {lihat Gambar 11). Dalam satu siklus logaritmik tf, = 10 atau log tir, = 1, dengan demikian persamaan (2) menjadi: 2mkd oO = ——— (sm, 3) a3 atau 230. f kD = ——_ sae (4) 2m(Sm), Subtitusikan nilai Q dan (Sm),, maka dida. patkan nilal T = RD. Ingat nila) Q harus konstan. 5.1.2 Metoda Theis Metoda Theis (1935) berlaku untuk aquifer tertutup yang alirannya berads dalam keadazn tidak setimbang (unsteady state), yaitu perubahan drawdown bersama berlalunya waktu tidak dapat diabaikan. Disamping asumsi yang dikemukakan sebelumnya terdapat bebsrapa ‘asumsi tambahan yaitu: air yang dikeluarkan dari penyimpanan langsung diikuti dengan penurunan ambang piszometrik dan diameter sumur pompa sangat kecil sehingga faktor penyimpanan di dalam sumur dapat diabsikan. Rumus Theis adalah sbb. GOUW TJIE-LIONG Uji Coba Pemompaan dan Metods Interpretasinya untuk Perencenean Dewatering 13 | aa £ "Dr | é Smo] I | . | 3 sap ca I 3 T Cogan 2 | : i 5 Lit ot are 10 100 4 prrak, rm) Gambar 11. Contoh Grafik Jarak vs Drawdown - Metoda Thiem (5) dengan: (6) atau: (7) ? Wlu)= -0.5772 - Inu + u-—— + —- 2.21 3.3! (8) drawdown (m) di piezometer yang berjarak + (m) dari sumur pompa C, = koefisien penyimpan (storage coefficient) yang tidak berdimensi waktu (hari atau menit) sejak pemompaan dimutai dan notesi lainnya sama dengan sebelumnya, Fungsi Wiul pada persamaan (8) dikenal dengan nama Fungsi Sumur Theis. Tabel 2 memperl- hatkan nilai W(u) terhadap u dan Gamber 12 memperlihatkan hubungan log (1/u) vs log WWu) Metoda Theis ini diterapkan dengan cara Persiapkan grafik fungsi sumur Theis, yaitu nilai 1/u vs Wiu) dalam skala double logarit: mik seperti Gambar 12 di atas kertas trans- Paran sebagai template. Sumbu X memuat Ju dan sumbu Y'memuat Wiu). + Plotkan nilai vr? vs S, yang diperoleh dari semua piezometer, juga dalam skala double logaritmik. tir? dalam sumbu X dan S, dalam sumbu Y. Persiapkan gambar ini dengan skala yang sama dengan grafik tungsi sumur Theis yang telah dipersiapkan. Tempatkan template yang telah dipersiapkan diatas ploting data tr? vs S,. Dengan menje- g2 sumbu-sumbu koordinat kedua grafik selalu sejajar, geser template hingga titik-titik data jatuh sedekat mungkin dengan kurva fungsi sumur Theis sebagaimana dicontoh- kan pada Gambar 13, GOUW TJIE-LIONG 14 Uji Cobs Pemompean den Metoda Interpretasinya untuk Perencanaan Dewatering Tabel 2 Hubungan Nilai u Terhadap W(u) - Metoda Theis v 10 20 30 40 50 0.219 0.049 0.013 0.0038 0.0011 V2 122 O91 070 © 0.56 404 335-296 288247 633 564 525 495 | 473 863 794 753 7.95 702 109 1024 984 955 9.33 1324 1255 1214 1185 11.63 1554 1485 1444 1415 13.93 1784 1TAS 16.74 1645 16.23 2015 1945 19.05 1875 18.54 2245 2176 21:35 21.05 20.84 2475 2406 23.65 2335 23.14 2705 26.36 25.96 2567 25.44 29:36 28.66 28.26 27.97 27.75 31.66 30.97 30.56 30.27 30.05 3996 39.27 32.86 +3258 32.95, 60 10 8.0 90 (0.00036 012 0.000038 0.000012 0.45 031 0.26 2.30 2.03 193 43a 426 44 68s 655 644 oa 5.86 874 45112916 11.04 1375-1360 13.46 13.34 1605 1590 15.76 15.65, 1535 1820 18.07, 17.85 2085 20:50 20.37 «20.25 2296 ©2281 22.67 22.55 2526 62511 24.9724 86 2756 | B7Al «87.28 ATG 2987 297] «28158 29.46 52.17 3202 31.88 31.76 = Kemudian pilin sembarang titik A. (lihat Gambar 13) yang overlap pada kedua grafik tersebut. Baca nilai Wiu}, 1/u, S,, dan vr? dari titik A tersebut. Titik A ini tidak peru titik yang terdapat dalam kurva fungsi sumur Theis. Untuk memudahkan perhitungan pilih ssaje titik yang terletak pada Wlu) = 1 dan tu = 10. - Subtitusikan nilai W(u), S, dan Q kedalam Persamaan (5) maka didapat, a ko = —— wu) ans, + Hitung C, melalui persamaan (7) Contoh pads Gambar 13, dipilih titik A dengan nila 1/4 = 10, Wiu) = 1, th? = 0.0015 menitim? dan S, = 0.15 m. Bila Q = 0.5 m*/menit, didapat: a kD = —— ww) ans, 05 = ———— x1 = 0.265 m*/menit 407x015 4 kD ti? We 4 x 0.265 x 0.0015 = ——_—__ = 0.00016 10 8.1.3 Metods Jacob” Metoda Jacob yang dikenal juga dengan nama Metoda Garis Lurus ini dimodifika- si dari metoda Theis oleh Cooper dan Jacob (1946). Pada persamtian (8) untuk nilai + yang besar dan/atau nilai r yang kecil, suku-suku fungsi Wlu) yang terdapat_ di belakang In u sangat kecil dan dapat diabaikan. Jadi untuk nilai yang kecil, u < 0:01, persamaan (5) dapat dituls: f a Pc, = 0.5772 - In (9) 4nkd 4akot Dengan mengubsh fungsi logaritma natural ke dalam logaritma decimal dan memasukkan T KD, didapatkan: GOUW TE-LIONG 15 Uf Cobe Pemompaan dan Metods Interpretasinye untuk Perencensan Dewatering Gambar 12 Hubungan antara log (1/u) vs log W(u) - Metoda Theis I { eee e Gambar 13 Contoh Analisa Data Uji Coba Pemompaan dengan Metoda Theis GOUW TJIE-LIONG 16 Uji Coba Pemompaan dan Metods Interpretasinya untuk Perencanean Dewatering 230 225Tt log —— ant Pc, (0) Bila paling tidak terdapat satu piezometer, hubungan antara S, dan log t adalah linear, karena_persamaan "(10) menunjukkan bahwa selisin pembacaan S, pada dua waktu t yang berbeda dapat dinyatakan sb, 6s, 2.30 a Slogt 4nT 230 atau (Sd) (12) ° ant yang mana (Sd), adalah selisih drawdown dalam satu siklus logaritmik waktu t, ini sama dengan kemiringan garis lurus yang ditarik dari grafik S, vs log t. Dengan mengetahui Q, T dapat dihi= tung dengan menggunakan_persamaan (12) Prosedur pemakaian metoda Jacob ini adalah sbb. (linat contoh pada Gambar 14) = Plotkan data drawdown S, vs waktu t dari satu piezometer. S, dalam’ skala linear pada sumbu Y dan t dalam skale logaritmik pada sumbu X. Tarik garis lurus yang terbaik ‘melalui titik-titik data yang diplotkan. - Baca selisin drawdown, (Sdi,, dalam satu sikius logaritmik waktu 1. Subtitusikan nilai (Sd), dan Q kedalam persamaan (12), dida- patkan nilai T. Perpanjang garis lurus yang didapat pade langkah pertama hingga memotong sumbu X (sumbu dimana S, = 0) dan baca waktu ¢ yang diperoleh. i - Untuk menghitung C., subtitusikan nilai t, untuk S, = 0 ke dalam persamaan (10), maka diperoleh 230 2.25Tt, tog ——_‘ 4nT eC. {ni berarti 2.2571, log —— = 0 rc, atau dengan kate lai 2.2571, atau 2 (134 = Hitung nilai u dengan menggunakan persa- maan (6) dengan menggunakan parameter- paremeter yang telah didapat. Perlu diingat bahwa secara teoritis, syarat berlakunya metoda Jacob ini adalah bila u < 0.01 Namun dalam praktek parameter-parameter hidrolis yang Gidapatkan cukup memadai hingga nilaiu < 0.1 = Ulangi prosedur di atas untuk semua piezo: meter. Apabila pelaksanaan uji pemompean dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu piezometer (paling sedikit dua), maka parameter: parameter hidrolis yang dicari dapat diturunkan melalui Garis Lurus Komposit (Composite Straight Line}, yaitu garis lurus yang diperolen dengan cara memplotkan data S, vs log (2/t (atau S, vs log tir?) dari semua piezometer dalam Satu grafik. Sebagaimane pada persa- maan (11), hubungan linear antara S, vs log 17/t didapat karena selisih pembacaen S, pado log it yang berbeda dapat dinyatakan’sbb. “és, 23a aay diogl7it) 4nT 2.30 atau (Sd), (15) 4nt dengan (Sd), merupakan selisih:drawdown, S,, dalam satu siklus logaritma dari r°/t Bilamana date dipiotkan dalam S, vs log tir mako hubungan fineernya dpat dinyatekan sb. 6s, 230 +. (148) Bog?) 47 T 230 atau (sd) (15a) 4nT GOUW TJIE-LIONG Uj Coba Pemompean dan Metoda Interpretasinya untuk Perencansan Dewatering Drawdown , Sam) 35 30 | Go usp = w 20 j © 15 g 3 3 10 s | a os 1? f7 + % te 1000 ts Waktu ,t Cmenit) Gembar 14 Contoh Metoda Jacob Berdasarkan Kurva S, vs log t 40 7 L & 30 ne | oat 0 Gamber 15 Contoh Metoda Jacob Berdasarkan Kurva Komposit 7 GOUW TIIE-LIONG 18 Uji Caba Pemompean dan Metods Interpretasinya untuk Perencenaan Dewatering Dengan cara yang analog pada saat menurunkan persamaan (13), C, dapat dihitung sbb, © untuk garis 8, vs log 2/t = 226TH, on (16) © untuk garis S, vs log th? “, 2.25 T Wir’), sees (16a) Prosedur penggunaan Metoda Garis Komposit ini adalah sbb. (lihat Gambar 151, + Plotkan semua data piezometer dalam satu gratik, Data yang diplotkan berupe S, vs r/t, S, dalam skala linear pada sumbu Y°dan 7/t dalam skala logaritma pada sumbu X. = Dengan menggunakan analisa regresi linear, cari garis lurus yang paling mewakili (terbaik) titik-titik data yang diplotkan. + Dari garis lurus tersebut baca selisih draw: down dalam satu siklus logaritmik, (Sd), Subtitusikan nilai (Sd), ini dan Q ke persa- ‘maen (15) dan hitung Transmisivitas, T. Perpanjang garis lurus di atas hingg3 memo- tong sumbu S, = 0, baca nilai 7 peda S,=0 ini. Didapat (Fit), subtitusikan rial ini bérsama dengan T ke persamaan (16) dida- pat C,. Analog bila digunakan ploting data S, vs ti? Metoda Jacob ini dapat pula diguna- kan untuk mencari radius pengaruh dari suatu sumur pompa. Untuk itu diperlukan paling sedi- kit tiga buah piezometer. Prosedurnya sbb. (lihat Gambar 16) Plotkan semue data drawdown piezometer pada waktu t yang sama terhadap jarak pie- zometer dari sumur pompa (S, vs 1). S, pada sumbu Y dalam skala linear dan 1° pada ‘sumbu X dalam skala logaritma Tarik garis turus yang paling mewakili titik- titik yang didapatkan. Potongkan garis lurus inj dengan sumbu X, artinya S, = 0, make didapat radius pengaruh pada ‘waktu terse- but, sebutlah r, = Bilamana date drawdown yang diplotkan ‘adalah data pada saat kesetimbangan sudah dicapai, maka radius pengaruh yang didapat merupakan radius pengaruh saat kesetim- bangan dicapei, dinotasikan dengan R., Dalam praktek, bilamana jarak garis lus yang didapatkan pada dua waktu yang berbeda sudah dekat sekali, dapat dikatakan kesetimbangan sudah tercapai Selanjutnya dati ploting date S, vs r pada t tertentu ini dapat pula dihitung T dan C,. Karena dengan mensubtitusikan S, = 0, 1 = 1, dan waktu t yang dipilin saat memplot S, ke Galam persamaan (10), bisa diturunkan: 2.25Tt oo a7 2.300 dan T=——_ (ay 20 (Sdi, seperti pada persamaan-persamaan sebelumnya (Sd), adalah selisin nilai S, dalam satu siklus logaritma +r. Prosedur ini perlu diulangi untuk beberapa waktu t yang, berbeda. Hasil yang diperoleh harus cukup deket. ‘s - - . Ai] VT z ( | SS | Ls us [Loo Dw pt t T eee 8 | 15 | 3 LN Site Sos | WN a | ' Now N oa z © 8a, © F00 r Gm) Gambar 16 Contoh Metoda Jacob Berdasarkan Kurva §, vs r GOUW TJIE-LIONG 19 Uj Coba Femompasn dan Metode Interpretasinya untuk Perencansan Dewatering 5.1.4 Metoda Jacob untuk Uji Pemulihan Metoda Jacob yang diuraikan di atas dapat pula digunakan untuk mengevaluasi uji coba pemulihan (recovery test). Setelah uji coba pemompaan dihentikan, penurunan muke i akan juga berhenti dan sebaliknya air mulai ni kembali. Naiknya muke air tsb. dapat diukur dan dinyatakan sebagai penurunan sise (residual drawdown), S,', yaitu perbedaan antara muka air semula sebelum uji coba pemompaan dimulai dengan muka air yang diukur pada waktu 1° setelah pemompaan dihentikan. Data yang diperoleh dapat pula digunakan untuk menghitung Transmisivitas. Keuntungan dati uji cobs pemulihan ini adalah debit pengisian kembali (recharge) selalu tetap dan sama dengan rata-rata debit pada waktu uji pemompaan. Ini berarti variasi drawdown yang terjadi pada saat ji coba pemompaan (akibat perbedaan debit yang diakibatkan oleh karakteristik pompa) tidak akan terjadi pada saat uji coba pemulihan. Selma pemulihan berlangsung, penurunan sisa, S,', dinyatakan dalam persamaan Theis sbb dengan: a debit pengisian kembali = debit pemompaan waktu sejak pemompaan dihentikan total waktu sejak pemompaen dimulai (termasuk t’ didalamnya) C," = koefisien penyimpan saat pemulihan Notasi lain sama dengan sebelumnya. 4 t Bila C, dan C," konstan dan sama besar, serta dengan asumsi yang sama dengen metoda Jacob yang telah diterangkan dimuka, maka dari Persamaan 19 dapat diturunkan: 2.30: omy tog — (20) ant Prosedur yang perl dilakukan untuk menerap- kan metoda ini adalah sbb. (linat Gambar 17) Plotkan data penurunan sisa, S," terhadap Ut’. S,' pada sumbu Y dengan skala linear dan ‘Ut’ pada sumbu X dengan skala logaritmik. Tarik garis lurus yang paling mewakili melalui titik-titk data yang didapat. Baca selisin 5," a att ater dalam satu siklus logaritma t/t’, sebut (Sd’) {in In } (19) 4nT ec Po ae TT ao 2° Residual Drawdown , Sa’ Cm) i Gambar 17 GOUW TIIE-LIONG 20 Uj Cobo Pemompaan dan Metods Interpretasinya untuk Perencanaon Dewatering = Hitung T melalui persamaan di bawah ini, 23a T=——_ soe (21); 4n(S,), - Ulangi prosedur di atas untuk semua piezometer. 5.2 Aquifer Semi Tertutup 5.2.1 Metoda Hantush dan Jacob Metoda yang dikembangkan oleh Hantush dan Jacob pada tahun 1955 ini berlaku untuk aliran yang sudah mencapai kesetimbang- an dalam aquifer semi tertutup atau aquifer bocor (Gambar 18). Disamping asumsi yang diberikan pada halaman 11 terdapat beberapa ‘asumsi tambahan yaitu: - Ambang phrestic tidak berubsh selama proses pemompaan (drawdown ambang phreatic < 5% ketebalan lapisan penutup yang jenuh air), + Faktor kebocoran, L, lebih besar dari 3 kali tebal aquifer tertutupnya, D, (L > 3D), Dengan: L= Vik Do); dalam meter... (22) c= D's; dalam hari (23) ¢ = tahanan hidrolik lapisan penutup D'= ketebalan lapisan penutup yang jenuh air pemeabilitas lapisan penutup. K Diameter sumur cukup kecil, sehingga faktor penyimpanan dalam sumur dapat diabaikon. Persamaan yang dipakai adalah 2.30 L log (1.12 —} nn (24) 2nT ' dengan S, adalah drawdown kesetimbangan ‘atau drawdown maksimum di piezometer yang berjarak r dari sumur pompa. Prosedur pemakaian formule di atas adalah (lihat Gambar 19): = Plotkan nilai S,, vs t, dengan S,, pada sumbu Y dalam skela' linear dan r pada sumbu X dalam skala logaritmik = Tarik goris lurus melalui titie-titik oi atas Potongkan dengan nilai S_=0, baca +,. Baca pula selisih S, dalam safu siklus logaritma, sebut (Sm, - Berdasarkan persamaan (24), Transmisivitas, T, dan tahanan hidrolik lapisan penutup, c, dapat dihitung sbb.: 230 1-——— woes (25) 2m (Sm), (rp.42)? =e (26) aa ambeng rm 6 T ; cer eee : Zee, toners“ Z oa tT VOL i it | 5 (ome | a LIN a | | ; e : rim) Gambar 18 Skematik Pemompaan Aquifer Semi Tertutup Gambar 19 Metoda Hantush-Jacob GOUW TJIE-LIONG. Us Cobe Pemompaan dan Metods Interpretasinys untuk Perenca Perikse apakah r/L < 0.05 (syarat berlakunya metoda Hantush-Jacob ini 5.2.2 Metods Hantush | Metoda ini berlaku untuk aliran tidak setimbang di dalam aquifer semi tertutup. Persamaan dasar metoda ini adalah: a S,= 0.55, = Fir) ss. (27) 4nt Fir/L) adalah Fungsi Bessel yang dimodifikasi yang diperlihatkan dalam Tabel 3; S_ disebut, titik belok; S_ drawdown maksimum (bila perlu dicari dari eKstrapolasil; r jarak piezometer; L faktor kebocoran seperti pada persamaan (22), Prosedur penerapan cara ini (lihat Gamber 20): + Plotkan drawdown S, vs waktu t (t dalam skala logaritmik pada sumbu X) dan gam- barkan kurvanya. Perkirakan S_ melalui ekstrapolasi (bila, perlu).. ~ Hitung S, = 0.8 S,,; Berdasarkan S, baca t, dari kurva yang dipéroleh. 24 1an Dewatering + Baca selisih drawdown dalam satu sikius logaritmik waktu pada bagien kurva S, vs t yang lurus, sebut (Sp. ~ Subtitusikan S, dan (Sp), ke dalam perse- mean di bawal ini, lalu cari nisi r/L dengan menggunakan Tebel 2 2.3 S,/(Spl, =e" FlciL) see (28) + Dengan nilai r/L yang didapat, hitung T 230 ——et sve (29) 40 (Sp), + Dengan nilai r/L yang didapat dan r (dikete- hui) hitung L. Kemudian hitung c melalui persamaan (22). c=Ur ose (22a) 5.3. Aquifer Semi Terbuka Untuk aquifer semi terbuka atau aquifer terbu- ka dengan penglepasan tertunda ini digunakan Metoda Boulton. Metoda ini berlaku untuk aliran tidak setimbang dan sumur yang cukup kecil ‘Skema pemompaan diperlihatkan di Gambar 21 : C 5 1 ws | TP Seto. 36m oh Peo e Ee & b 4 © 5 | 3 4 ‘ | 1 4 +t Chari) Gambar 20 Metoda Hantush | GOUW THIE-LIONS 2 Ur Cova Pemompaan dan Metode Interpetesinyo untuk Perencansen Dewatering ‘Tabel 3 Fungsi Bessel yang Dimodifikasi (untuk Mctoda Hantush 1) f 7 7 7 x [Feo ete | x | Fooetey | x | foo letFey | x | Fe [erfen | x | Fe | eFey | eis] aTar] He] BOT] Eos] Sane | Uae) EaaT] TOE om, OMT] TT | VO] OwIO] ne | om] séze| sar | Gam| aoe| aim | eus| a35| 200 | one] ams| ior | 1| exo] to oo12| 4539] 4.594 | 0.062| 2900] 3.086 | 0.120| 2248) 25394 | 0.620 0.752 | 1398 | 12) 03180) 1057 | | oors| Sasp) esir | cous) 2ase| sore | caso| 2109/24 | osx | o2e0| tam | 13) eave) iam ooie| «aus | asst | coee| 2860] 3058. | 0140 2007] 2412 | o6t0| 0728| 1350 | 14| 02440 0988. | tine| 4251 | 20 | eme| 2ase| Som | e1| a9) 230 | ost] ame| 130 | i6| imo) ost oor| sist | 2s | eoer| zazs| soi | o1mo| to| 2am | oom | nes| 135 | 17] o16s0| a90e baie| tise| 43m | ets] 2ae| 30m | Otm| tase] 2a | oso| ous| ise | 14] wo oa oom sao | eae | uae | om 30 | tin| tao 3am | eo] oen| ise | vo] ers om ] 1 0020 | 4028] «a1 | ost | 2760] 2961 | e200| 1733] 210 | 0200] o«eo| 1350 | 20) o10| ose a021 | 3980 | 4.054 | oon! 2766] 2969 | o210| 1706] 2105 | 070 o6s0| 1322 | 21| 01010) 0823 fozz| 3955] sm | oma| 2782| 2987 | ozio| 1aso| zon | orn) new tsis | 22) ames Om ‘| 38s | 39m | cors| anse| 201s | 0230| ta20| 203 | o7ao| acto | 1207 | 23) om] om otze| 3as| 390 | aone| 272s| 25m | o210| 15m| 20m | o70| ve20| 1200 24 | omme| amne tess | 3a0c| 302 | eons| 271) 2925 | o2s0| tsu1| asm | o730| oxi | 12m | 25| ms ano tiae| 3ee| ase | oon] 20st) zou | o250| tsos| 1950 | 070) ovot| 12s | 26) aosse| ares 0027) 3729/ 38s | o077| 2685] 2900 | 0270| 1470) 1925 | 070] o5s2| 1.278 | 2 49300) 0733 toss| 302| 3707 | ooms| 2ors| 2am | 0230| 143¢| 19m | o7m| osss| 12m | 28[ ons) O21 | 0029 | 3.657| 3.765 | 0.079| 2660| 2879 | o290| 1.404| 1.876 | 0.790| o574) 1.265 | 29 20990} 0709 | cox| 3423] 373 | oaso| 267] 2408 | oxm0| r72| 2458 | oam| 36s] 1256 | 30! ons7| oons tost| 3391| 3701 | oam | 2exe| 2487 | o3i0| 132| xem | omio| oss7) 1352 | 31) ommo| aos? 0032 3559 | 3675 | oosz| 2623] 287 | o320| 134| 1809 | omzn| osas| 1205 | 32) om276) 0677 0033 3528 | 36:7 | oom] 26/2837 | 0330] 12as| 17a | o8s0| 0540 | 1239 | 33) 006) 667 | toss | Save | eno | oost| 2s99| zaer | osto| 1259| x68 | osso| assz| 1200 | 34| ooom| oes tnss| asm] 350 | oms| aser| zarr | o3s0| 1255| 12 | ogs0| osae| 1236 | 35) ome aoe 036 | 3412| 3568 | oone | 2576] 2207 | 0360| 1207] 17m | 0860] osi6| 1220 | 36) 9017s) 0640 fo| 3are| 3300. | omr| z5ee| 29 | o3ro| ta83| 1713 | oam| oste| i21e | 39| opise| oe tose 3358 3319 | om | 2555| 28 | o3w| t100| tose | ose osm | 12m | a8] oni! oaae a Se 3495 _| oon9| 2542| 2779 | 0300| 1.137| 1.679 | 0.890! o494| 3.203 “ 39| oo125| 0617 ao, a26| 24m | ao | 2sai| 220 | a] ane| a4 | omm| ear] sae | 40) oone| oss toa 3ai2| 3430 | ton| zsn| 2x | oao| 10 | xen | oaio| Gee) iis | a1| sov0| ae | or 28s] 3429 | covz| 25m] 27 | os20| tore) tex | osm oss. tise 42] om! ases 043 | 3264] 3.408 | 0.093] 2499] 2742 | 0430] 1052) 1617 | 0930 | 466 | ifir 43 oons0| aso | 6044) 3.241] 3387 | 0.004) 2488] 2.733 | 0440) 1032/ 1.602 | 0940) 0459! 1175 | 44/ o9o1| O58? Gos] 3219| 3367 | oms| aera] 22 | o4so| tons) se | 0850) case Limo. <5] ooou| aste o04| 3197| 331 | oan | 2aer| arte | oaeo| asoe | 151s | o0eo| ose Lies 48) om? aso | torr] 3176] 33m | om| 2asr| 2907 | oso] ospe| 1502 | Gom| cao! tase | 47| onost| son | tom) 3356] 330 | ome| 2a47| 20% | 0420] osse| isi | oom cass tase x) Ome! ss tow | 313| 3202_| oo | 27] 20 | ospo| osm | isie_| oon) osz7 tao | 40) oomn | osss + | eso} sane] 327 soo] asze| 1504 s0| 00m) oss tost| s0p| 3256 asio| ows] isi2 || 0.052) 3.075 | 3.230 0520 | 0892 | 1.501 1 i | goss Sose) 3228 s/o |i || | | nos Som) Sane seo) oasr| ums || ous | 3000] 31m | asso) aser | ter i | ose 3 | 3% | seo| osse| aus || i | oasr| 2504] sas | osp| osis| ue .| | | tose | 2oor| Saas smo | os0e | ase Loss| 2950] 3.129 asco] om] ins | | | catatan: x = 1/L. deel ae GOUW TUIE-LIONG 23 Uji Coba Pemompaan dan Metods Interpretasinya untuk Perencansan Dewatering oe p fnk 7 ney ee rcpt eee Gambar 21. Skema Pemompaan Aquit Terbuka dengan Wlu,,.1/8) disebut Fungsi Sumur Boul- ton yang diperlinatkan dalam Gambar 22. Pada saat awal persamaan ini sama dengan segmen pertama kurva drawdown dan persamaan (30) menjadi: a Wu, 1/8) an ant + (32) dan pada saat akhir sama dengan segmen ketiga kurva drawdown, persamaannya menjadi: Q ‘Sebagaimana telah dikemukakan di muka bahwa Wiu, 1/8) ay segmen pertama kurva drawdown menyerupai ant, kondisi aquifer tertutup dan segmen ketiga menyerupai kondisi aquifer terbuka. Segmen dengan: pertama dan ketiga ini sangat dekat dengan fo, kurva yang diturunkan oleh Theis. Boulton u = (32) ‘menurunkan persamaan sbb.: att a Unsur B dikenal dengan nama faktor drainase = Wu, 118) - (30) yang didefinisikan sb: 4nTg oe 1 » ww Thais tye Type A curves ot bean curves, ttf Cure parame to Gembar 22 Fungsi Sumur Boulton GOUW TIE-LIONG 24 Up Coba Pemompaan dan Metoda Interpretasinya untuk Perencanaon Dewatering B= V(T/aS,) ; dalam meter... (33) 1/a dinamakan indeks penundaan Boulton dan merupaken faktor empiris, dan digambarkan dalam Gambar 23 yang dihubungkan dengan t_, yaitu waktu berakhimya penundaan aliran mempengaruhi drawdown. Prosedur menggunakan metoda Boulton ini sema persis dengan cura Theis, hanye saja diperlukan dua tanap. Tahap pertama dengan mencocokkan data drawdown segmen pertama dengan kurva awal Boulton. Date drawdown akan cocok dengan kurva Boulton pada r/B tertentu, didapat Wu ,.1IB), Uy, Syqe dan t, maka dapat dihitung hitung T, dan C.. Dari nila r/B dimana kurva Boutton “cocok dengan data drawdown bisa Gambar 24 Skema Pemompaan Aquifer gihitung B dan a, kemudian melalui Gambar 22 Terbuka visa dicari t,,. Anslog dengan tehep pertama, tehap kedus’ adalsh_mencocokkan seamen ketiga dengan kurva akhir Boulton, akan did: ah patkan T, dan C_, Q = 27kh— (34) or 2 Melalui integrasi diperoleh: 8 (35) a I trie) ; sie karene h = Ds, maka +% a mk IID -s,P -(D-s,)] 20/2D -— a - é In trie) 2m kD (ls, - 52) /2D) -(s, - s}) 201) oes we sae a es 5 Gamber 23 Kurva Indeks Penundaan Boulton 5.4 Aquifer Terbuka 5.4.1 Metoda Thiem-Dupuit Metoda ini berlaku untuk aquifer terbuka yang sudah mencapai keadaan setim- bang. Disamping asumsi pada halaman 11 asumsi tombahan dalam metoda ini adsiah: kecepatan aliran sebanding dengan tangen dari gradient hidrolik dan aliran menuju sumur adalah horisontal dan sama rata di setiep titik pada sumbu vertikal sumur. Persamaannya adalah (lihat Gambar 24): “In (rir,) Subtitusikan(s - 59/2 D dengan s’ = drawdown yang dikoreksi, didapatkan: 2rkDIS,. S31 a -- (35) In (thr) yang identik dengan Metoda Thiem pada persa- maan (2). Prosedur pemakeian cara ini sama dengan prosedur metode Thiem. Perlu diperhati kan bahwa drawdown harus cukup kecil relatit torhadap ketebalan aquifer, karena bila tidak asumsi ketebalan aquifer konstan tidak 1agi terpenuhi. GOUW TIE-LIONG Uji Cobs Pemompaan dan Metods Interpretasinya untuk Perencanasn Dewatering 5.4.2 Untuk Aliran Tidak Setimbang Pada aquifer terbuka tanpa penun- daan aliran ini, pola aliran sama dengan pada aquifer tertutup. Karena itu semua metoda yang telah diterangkan untuk aquifer tertutup dapat diterapkan untuk aquifer terbuka. Hanya saja dalam menerapkannya drawdown harus dikorek- si dengan s* = (s - 2/2 D. Asumsi tambahan disini adalah bahwa air dilepaskan seketika melalui gaya gravitasi pada saat _pemompaan berlangsung. 6. PENUTUP Dari uraian beberapa metoda yang dibahas dalam makalah ini, terlihat bahwa dalam menerapkan metoda Thiem, Jacob, Hantush & Jacob, dan Hantush | diperiukan penarikan garis lurus mela- {ui titik-titik date Uji, Untuk mendapatkan garis lurus yang paling reprasentatif sebaiknya dilaku: kan analisa regresi linear (statistik) Parameter-parameter hidrolis yang didapat dari beberapa metoda (bahkan juga yang diperoleh dari satu metoda yang sama} biasanya cukup bervariasi dan tidak jarang variasinya cukup besar. Diperlukan engineering judgment seseo- rang yang berpengalaman untuk menentukan parameter yang cukup representatif. Dalam menerapkan semua metoda yang dibahas yang tersulit adalah menentukan permeabilitas lapangan dan ketebalan aquifer. Seringkali kesul tan dijumpai dalam menentukan ketebalan aquif- fer dan tidak jarang permeabilitas yang didapat tidak begitu cocok dengan teori (lihat juga Limasalle dkk., 1992). Karena itu penurunan dan pemakaian parameter-parameter yang didspat untuk dewatering memerlukan engineering judgment seorang yang cukup berpengalaman. Pengalaman penulis menunjukkan bahwa aquifer di Jakarta. umumnya merupakan aquifer semi terbuka. Untuk tujuan dewatering umumnya Parameter-parameter yang diturunkan dengan menggunakan metoda Jacob dapat dipakai dan memberikan hasil yang cukup bik. POWER (1981) juga_mengatakan bahwa untuk tujuan dewatering Metoda Jacob yang dibahas pada sub bab 5.1.3 dan 6.1.4 merupakan metoda ‘yang paling cocok. Hal lain yang perlu dikemukakan adalah: bila tujuan uji coba pemompaan adalsh untuk peren- 25 canaan dewatering, maka dalam perencanaan uji coba ini periu diketahui luas dan kedalaman galian yang akan dilakukan nantinya. Tanpa Pengetahuan itu, uji coba bisa menghasilken hasil yang tidak representatit. Perlu pula diingat bahwa di samping permasalahan dengan air tanah, pengarub air hujan perlu pula diperhitung- kan dalam perencanaan dewatering, Akhir kata, walaupun tidak semua formula yang ada untuk menginterpretasikan data uji coba pemompaan dibahas dalam makalah ini, dengan segala keterbatasan yang ada penulis berusaha untuk membahas aspek-aspek yang perlu diper- hatikan. Harapan penulis semoga twlisan i bermanfaat_ dan mudeh-mudahan dapat mengerti bahwa tanpa pengetahuan yang baik dan pengalaman yang cukup. uji coba pernom- paan akan menghasilkan parameter yang menyimpang dan akhimya dapat menimbulkan kesulitan dan akibat-akibat yang tidak dinginkan dalam pelaksanaan dewatering. Pumping test dan dewatering bukanlah peristiwa ‘on the spot pumping’ yang dapat dilakukan secara ‘trial and error’. DAFTAR PUSTAKA Dunnicliff, J. and Green G.E., (1988), Geotech- nical Instrumentation for Monitoring Field Performance, John Wiley & Sons, New York. Kashef, A.A.|., (1987), Groundwater Engineer ing, McGraw Hill International Editions, New York... Limasalle, S.P., Kumara, BB, Gouw, TL. (1992), Problems of Dewatering in Jakarta, Diskusi Geoteknik 92, Universitas Kristen Indonesia & University of Auckland, Jakar- ta E Nortier, 1LW., Velde, V.H., (1968), Hydraulica voor Waterbouwkundigen, 3de herziende uitgave, H. Staw, N.W. Power, J.P., (1981), Construction Dewatering - ‘A Guide to Theory and Practice, John Wiley & Sons, New York. Todd, D.K., (1980), Groundwater Hydrology, John Wiley & Sons, New York.

Anda mungkin juga menyukai