STUDI PUSTAKA
2.1
kendaraan, sarana lintasan, dan terminal. Sebagai contoh, dalam trasportasi rel
elemen-elemen tersebut adalah kereta api, lintasan rel, dan stasiun. Untuk
transportasi udara elemen-elemen tersebut adalah pesawat terbang, lintasan udara,
dan bandara uadara. Sedangkan untuk transportasai jalan raya adalah kendaraan,
jalan raya, dan ruang parkir atau fasilitas bongkar muat baik barang maupun orang.
Setelah kendaraan dipakai sampai di tempat tujuan, maka kendaraan
membutuhkan suatu tempat pemberhentian. Jika tempat pemberhentian tidak bisa
diperoleh maka penggunaan kendaraan menjadi tidak bermanfaat sepenuhnya.
Pada saat ini fasilitas pelayanan parkir serta perlengkapan bongkar muat
merupakan persoalan yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena sulitnya memperoleh ruang-ruang parkir khususnya di kawasan
pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran. Problem parkir yang dominan anatara
lain disebabkan oleh terbatasnya lahan yang tersedia dan harga tanah yang tinggi.
Juga akibat tidak seimbangnya perbandingan antara jumlah kendaraan yang harus
ditampung dengan fasilitas parkir yang ada. Sehingga akibatnya adalah lokasilokasi parkir kendaraan akan meluber sampai se sepanjang jalan di pusat-pusat
perbelanjaan dan perkantoran tersebut. Dan akibat selanjutnya adalah akan
menimbulkan kemacetan di kawasan tersebut.
Parkir menurut kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan beberapa saat. Sedangkan menurut Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan No. 14/1992, parkir adalah tempat pemberhentian
kendaraan atau bongkar muat barang dalam jangka waktu yang lama atau sebentar
tergantung keadaan dan kebutuhannya.
Dengan melihat pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
perparkiran memegang suatu peranan yang amat penting dalam masalah lalu lintas.
2.2
STUDI PERPARKIRAN
Studi perparkiran yang biasa dilakukan meliputi studi mengenai desain
Inventarisasi terhadap jumlah ruang parkir yang akan dilakukan secara mendetail,
dan dilakukan perkiraan terhadap permintaan ruang parkir di masa datang.
Pada saat ini juga dilakukan pengamatan variasi tipe atau ragam pengguna
fasilitas parkir. Terkadang sering dilakukan pengukuran terhadap mode akses
pengguna parkir dan varisai yang terjadi pada okupansi parkir.
2.3
1. Kendaraan bermotor
a. kendaraan pribadi
- beroda empat
kendaraan/jam; atau pada lalu lintas searah dengan arus kurang dari 600
kendaraan/jam, parkir pada salah satu sisi masih diperbolehkan jika tempat
pejlan kaki yang berdekatan dengannya tidak telalu ramai dan terdapat sedikit
pejalan kaki yang menyebrang jalan.
Bila dari posisi parkir dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Parkir umum
Parkir umum adalah peparkiran yang menggunakan tanah-tanah, jalan-jalan
atau
lapangan-lapangan
yang
dimiliki/dikuasai
dan
pengelolaannya
2. Parkir khusus
Parkir khusus adalah peparkiran yang menggunakan tanah-tanah dan
pengelolaannya diselenggarakan oleh pihak ketiga.
3. Parkir darurat
Parkir darurat adalah peparkiran di tempat-tempat umum, baik menggunakan
tanah, jalan ataupun lapangan milik atau penguasaan Pemerintah Daerah atau
swasta karena kegiatan insidentil.
4. Taman parkir
Taman parkir adalah suatu areal bangunan peperkiran yang dilengkapi dengan
fasilitas sarana peparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
5. Gedung parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir
kendaraan yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah Daerah atau pihak yang
mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.
2.4
TEORI PERANCANGAN
2,50 x 5,00
3,00 x 5,00
2. Bus / truk
3,40 x 5,00
3. Speda motor
0,75 x 2,00
Golongan I
: karyawan/pekerja,
tamu/pengunjung
pusat
kegiatan
1. Sudut parkir
2. Lebar ruang parkir
3. Ruang parkir efektif
4. Ruang manuver
Ruang Manuver
(n)
(m)
(m)
Efektif
(m)
2,3
2,3
3,0
30
2,5
4,5
2,9
45
2,5
5,1
3,7
60
2,5
5,3
4,6
90
2,5
5,0
5,8
10
20
50
100
500
1000
1500
2000
59
67
88
125
415
777
1140
1502
(100 m )
Kebutuhan SRP
1. Tingkat Motorisasi
Tingkat motorisasiadalah pengelompokan kelas menurut tinggi rendahnya
angka kepadatan mobil, yaitu banyaknya mobil penumpang yang terdapat pada
setiap 100 penduduk. Untuk setiap kota tingkat motorisasi berbeda-beda tergantung
dari tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat motorisasi dikelompokkan menjadi
(Joseph de Chaira & Lee Kopperlman, 1975) :
pelataran parkir menjadi tidak ekonomis. Oleh karena di kawasan pusat kegiatan kota
penggunaan saran parkir yang sesuai adalah dengan bangunan parkir yang bertingkat.
(2.1)
= kendaraan masuk
Kk
= kendaraan keluar
24
2. Volume Parkir
Menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu
jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari).
T=
4. Durasi Parkir
Lama waktu suatu kendaraan parkir di suatu ruang parkir.
Durasi = Ti To ...................................................................
Dimana: Ti = waktu kendaraan masuk To = waktu
kendaraan keluar
5. Indeks Parkir
Indeks parkir =
(2.3)
Akumulasi parkir
Ruang parkir yang tersedia x 100%...........
(2.2)
(2.4)
(2.5)
f. Okupansi
Okupansi =
(2.6)
4. Faktor Perkembangan
Tingkat laju dan gerak masyarakat kota selalu berkembang diikuti dengan
semakin tingginya tingkat motorisasi. Oleh karena itu, hal ini harus diikuti dengan
peningkatan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, antara lain termasuk fasilitas
parkir. Dengan adanya perkembangan-perkembangan ini, maka harus ada
pertimbangan dalam jangka pendek (1-5 tahun) maupun dalam jangka panjang (1020 tahun).
Hal-hal yang mempengaruhi faktor perkembangan ini adalah:
1- Perkembangan aktivitas
2- Tingkat motorisasi
3- Perkembangan luas lahan
4- Perkembangan sistem transportasi
2.4.5 Metode Menentukan Ruang Parkir
Untuk menetukan jumlah ruang parkir dapat dipakai beberapa metode yaitu:
drsc
(0.07)
oc = (0.70)(0.85) = 0.5 rsc .................................................
(2.7)
Population
1000 Population
range, M
1950
380
0.005-0.01
1950
380
1950
Year
Percent
3.00
480
16,3
0.01-0.025
6.800
1.180
17,1
330
0.025-0.05
11.900
1.950
16,5
1950
320
0.05-0.1
25.600
4.450
17,6
1950
320
0.1-0.25
52.000
5.700
10,7
1948
260
0.25-0.5
95.000
9.140
9,6
1947
240
0.5-1
132.000
12.000
9,6
1954
300
>1
390.000
23.400
6,0
2.4.5.3 Metode yang menitikbertakan pada luas lantai atau banyaknya unit
Metode ini secara garis besar dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut
ini: Tabel 2.5 Kebutuhan Tempat Parkir
Perkantoran
Bioskop
Motel
Rumah sakit
2.4.5.4 Metode yang menitikberatkan pada kapasitas jalan yang berkaitan dengan
pusat kegiatan
Jumlah ruang parkir (P) dapat dinyatakan sebagai berikut :
P=
2xCxK
100
................................................................................... (2.8)
2.4.5.5 Metode dengan mencari selisih terbesar antara kedatangan dan keluaran
(Maximum accumulation)
Besarnya akumulasi yang maksimum dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
kedatangan
Ken
dara
an
yang
me
merl
ukan
pela
yana
n
kendaraan
Jumlah
``
Max
Accu
mulati
on
keluaran
Waktu
parkir
90.
Dengan
lintas
dua-arah)
dan
2.4.6.1 Peralatan
Mobil
yang 2,5
Parkir
di
atas
permukaan
tanah
pelataran
parkir
kurang efisien.
Tata
letak
harus
m,
maka
luas
yang
Salah satu alternatif untuk jenis jalan tangga tanjakan yang normal ialah lantailantai miring, dalam bentuk spiral penuh, dari tingkat bawah sampai atap, atau lantailantai terbagi. Lantai semacam ini membentuk deretan parkir sepanjang sisi-sisi jalan
tangga tanjakan yang juga berfungsi sebagai jalan masuk. Luas ruang parkir per mobil
lebih sempit dengan parkir di jalan tangga tanjakan, tetapi keuntungan ini harus dibayar
dengan keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan oleh sirkulasi kendaraan karena
gerakan-gerakan parkir, dan juga jarak perjalanan tambahan yang harus ditempuh.
Kemiringan lantai tidak boleh lebih dari 5% (lebih datar lebih baik).
Gambar 2.4 : Tata Letak atau Lay Out Dari Garasi Parkir
Ramp Tata letak dari garasi parkir ramp:
HALAMAN 25
HILA
NG !
4. Secara teoritis dikatakan bawa lebar jalan masuk dan keluar (dalam pengertian
jumlah lajur) sebaiknya ditentukan berdasarkan analisa kapasitas.
ketinggian langit-langit yang relatif rendah untuk mengurangi biaya konstruksi dan
kemiringan jalan tangga tanjakan.
Pencahayaan yang baik tidak hanya diperlukan pada gang dan jalan tangga
tanjakan saja tetapi juga daerah tempat parkir. Disini kendaraan-kendaraan
melakukan gerakan dan penumpang tersorot cahaya dan bergerak dengan
bayangannya.
Pencahayaan yang mantap secara keseluruhan paling baik diperoleh dengan cahaya
yang kecil tetapi lebih banyak lampu yang dipasang. Patokan pemasangan sebuah
lampu 40 watt untuk setiap dua atau tiga tempat parkir adalah sudah memadai,
dengan penambahan lampu-lampu yang diletakkan pada ujung jalan tangga
tanjakan. Pengoperasian yang efisien dibantu oleh penempatan dan pemeliharaan
yang baik pada arah dan penujuk peraturan.
2.5
TEORI ANTRIAN
Keadaan suatu antrian biasanya ditandai oleh suatu aliran pengunjung yang
mendatangi fasilitas pelayanan yang berjumlah satu atau lebih. Pengunjung yang
datang akan segera dilayani atau jika terpaksa harus menunggu beberapa saat
sebelum dilayani.
Timbulnya antrian dalam suatu sistem disebabkan karena kapasitas
pelayanan tidak dapat memenuhi kapasitas permintaan atau kecepatan kedatangan
pengunjung lebih besar dari kecepatan pelayanan.
Teori antrian dapar dipergunakan dalam pengambilan keputusan jika:
SISTEM ANTRIAN
ANTRIAN
INPUT
XX
OUTPUT
FASILITAS
PELAYANAN
SISTEM ANTRIAN
X
ANTRIAN
INPUT
OUTPUT
XX
X
FASILITAS
PELAYANAN
SISTEM ANTRIAN
INPUT
ANTRIAN
XX
ANTRIAN
X
FASILITAS
PELAYANAN
XX
OUTPUT
X
FASILITAS
PELAYANAN
ANTRIAN
SISTEM ANTRIAN
XX
ANTRIAN
INPUT
OUTPUT
XX
ANTRIAN
XX
X
FASILITAS
PELAYANAN
(n) =
= [1 p]
(2.11)
keterangan :
(n) = kemungkinan terdapatnya tepat n kendaraan di dalam sistem
=
n
= 1
(2.12)
(2.13)
( )
= 1 .............................................................
= panjang antrian rata-rata
=
q
p(d<t)
......................................................................... (2.14)
=1 e
p(d<1) = kemungkinan untuk memakai waktu t atau kurang di dalam
-(1-p).t
sistam
(2.15)
1
..............................................................
= ( ) = d -
w
= waktu menunggu rata-rata dalam antrian
(2.16)
f(d) =
f(d) = kemungkinan untuk memakai waktu d di dalam sistem
( ) . e(-)d ........................................................................
Kedatangan
FCFS/FIFO
(M:M:I:I:F)
(
2
1 Q
(sum
ber :
Pang
estu
Suba
gyo,
SE,
ME,
Dasa
rDasa
r
Oper
ation
Riset,
hal :
276)
= ( / ) 2.5.3(1 M
o
1(Q + d
el
(1 A
= ( / )
nt
1 ( / )( / nt
ri
Q+1
Pn
= (1 ( / ) ) a
n
Keterangan :
U
nq
= jumlah individu
rata-rata di dalam antrian (unit)
nt
u
nt
= jumlah individu
di dalam sistem total
k
Pn = probabilitas
P jumlah
el maksimum sistem atau ruang pelayanan (unit)
Q
= kepanjangan
a
p(0)
.. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..
= (k 1)([k ) ]
(2.20)
............................................
(2.21)
k!
k
n!
= waktu menunggu rata-rata antrian
n=0
k
(2
.2
2)
= (k 1!)[(k ) ]k p(0)
k
p(0) +
= (k 1!)[(k )]
......................................................
Goodness
2.6
adalah
membandingkan
Untuk
frekuensi
hasil
mengetahui
bentuk
pola pengamatan dengan
distribusi
frekuensi teoritisnya
kedangan
interval
kendaraan yang dalam
parkir
tertentu.
pola distribusi2.6.1 Distribusi
lamaya
parkir,
dilakukan
yang
Fit.
PENGUJIAN
POLA
DISTRIBUSI
pada
of
maka
pengujian
sering
disebut
dengan
nama
Chi-
Sguare
Test
of
Kedatangan
Kendaraan
Yang Parkir
Untuk
menguji
distribusi
kedata
kah sebagai berikut:
ngan
1. Tentukan
kendar
Hipotesa
aan pertama
yang
(Ho)
dan
parkir
Hipotesa
dilaku
kan Alternatif
l
a
n
g
k
a
h
l
a
n
g
(Ha),
dimana: Ho
= distribusi
kedatangan
kendaraan
mengikuti
distribusi
poisson
Ha = distribusi
kendaraan tidak
mengikuti distribusi
(2
.2
3)
poisson
2. Tentukan taraf
3. D
significan
a
erah penerima
adalah:
Ho
(2.24)
O i
I = 1,2,3, , n
(2.25)
Oi
2) Tentukan besarnya kemungkinan bahwa harga rata-rata tersebut akan terjadi
kedatangan sebesar 0,1 dan seterusnya, dimana:
Pi = besarnya kemungkinan terjadinya kedatangan
p
= kemungkinan komulatif
(2.26)
n = jumlah pengamatan
(Oi Ei)
k
i =1
...........................................................................
Ei
(2.27)
Kemudian bandingkan harga tersebut dengan harga yang diperoleh dari tabel
Chi-Square.
sebaran
Lebar interval kelas =
Dimana: N
1+3,22 log N
............................................. (2.28)
Sebaran
= A+
OiUi
Oi
OiUi
OiUi 2
Oi
Dimana:
(2.30)
Oi
= standar deviasi
Oi = frekuensi kelas i
Ui = (Ti-A) / lebar kelas interval
Selanjutnya dari distribusi frekuensi yang telah diperoleh dilakukan pengujian
dengan urutan pengujian sebagai berikut:
penerimaan
2
Ho
= k -2 ......................................................................
= kelas interval
ai
pi =
bi
dt
(2.24)
(2.31)
=e
-ai/t -bi/t
dimana: pi
ai
...................................................................................
bi
= batas atas ke i
(2.32)
Ei = n . pi .........................................................................................
(Oi Ei)2
(2.33)
X =
...........................................................................
i =1
Ei
2
Dalam
a administrasi,
2.7
hal
manajemen
perencanaan
dan
merupakan
PERAMALAN
s untuk
pengambilan
keputusan
dapat
u atau
ti dan efisien.
data
bahkan
beberapa
seperti
metode
jam
(untuk
peramalan
kuantitatif.
Input
yang
dibutuhkan
tergantung
pada
et
2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif ini ada dua metode yaitu:
Sistem
Output
Proses Bangkitan
sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.
Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklus ( cyclical) dan
trend, yaitu:
1. Pola horisontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai
rata-rata (deret seperti ini adalah stasioner terhadap nilai rata-rata).
2. Pola musiman (S) terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman
(misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari pada minggu tertentu).
3. Pola siklus (C) terjadi bilamana suatu deret dipeagruhi oleh fluktuasi
ekonomi jangka panjang.
4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan dan penurunan sekuler
jangka panjang dalam data.
Sehubungan dengan bebagai jenis pola data tersebut di atas, untuk metode
peramalan deret berkala ada beberapa metode sesuai dengan pola data yang
cocok antara lain:
2. Metode Kausal
Metode ini mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan
suatu hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Sebagai
contoh, penjualan = f (pendapatan, harga, advertensi, kompetensi, dan lain-lain).
Sedangkan maksud dari model kausal adalah menentukan bentuk hubungan
tersebut dan menggunakn untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak
bebas. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.10 bahwa peramalan
Sistem
Input
Output
Hubungan
Sebab Akibat
Gambar 2.10 : Model Kausal
Sistem itu dapat berupa apa saja, seperti ekonomi nasional, pasar suatu
perusahaan, rumah tangga. Menurut permasalahan ekspalanatoris, setiap
perubahan dalam imput akan berakibat pada output sistem dengan cara yang
dapat diramalkan melalui penganggapan hubungan sebab dan akibat itu tetap.
Karena model deret berkala (time series) dan kausal mempunyai
keuntungan dalam situasi tertentu. Model deret berkala sering digunakan
dengan mudah untuk meramal, sedangkan metode kausal dapat digunakan
dengan keberhasilan yang lebih besar untuk pengambilan keputusan dan
kebijaksanaan. Bilamana data yang diperlukan tersedia, suatu hubungan
peramalan dapat dihipotesikan baik sebagai fungsi dari waktu atau sebagai
fungsi dari variabel bebas, kemudian diuji.
2.8