Anda di halaman 1dari 3

Neonatal ICU chest radiographs are one of the most common pediatric radiology

examinations performed. As modern medicine has advanced, the lower age limit of viability
has continued to decrease. Nowadays, it is not uncommon for 23 week old infants to survive.
Radiografi thorax pada neonatus di ICU merupakan pemeriksaan radiologi yg umum
dilakukan. Pada kelahiran prematur banyak disertai komplikasi, termasuk enterocolitis
nekrotikans, perdarahan intrakranial, dan sepsis, tetapi penyebab umum kematian pada
kelahiran prematur masih penyakit paru.
Although there are many complications associated with prematurity, to include necrotizing
enterocolitis, intracranial hemorrhage, and sepsis, the most common cause of neonatal
morbidity and mortality remains lung disease. This article describes the pathology and
radiographic findings of some of the most common lung disease encountered in neonates

Takipneu transien of the new born Merup suatu keadaan tertahan nya cairan dalam paru,atau
penyakit paru yg basah, yg disebabkan lamanya bersihan cairan dalam paru fetus. Cairan paru
fetus tidak sama dengan cairan amnion. Gejala dari TTN mencakup distres pernafasan ringan
sampai sedang,yg terlihat saat kelahiran atau hingga 6 jam setelah kelahiran. Faktor risiko
terjadinya TTN meliputi partus presipitatus,sectio caesarea dimana tidak seluruh cairan keluar
dari

paru.

Faktor

risiko

lain

meliputi

kelahiran

prematur,hypovolemia,DM

Gestasional,riwayat merokok saat kehamilan. Normalnya 35% cairan dalam paru fetus di
keluarkan melalui kanal natrium yang terjadi selama menjelang persalinan. Sisanya
dikeluarkan melalui persalinan dan setelah kelahiran saat bayi menangis dan bernafas.
Berdasarkan penelitian,saat janin didalam kandungan,epitel paru janin mengeluarkan ion Cl
dan cairan. Saat masa kehamilan akhir, epitel mengeluarkan ion Na untuk menyerap cairan
dalam paru.
Gambaran radiologi pada TTN meliputi, hiperinflasi paru,tertahannya cairan dalam paru atau
intertizial,peningkatan perihiler intertisial marker. Pada kasus yg parah tampak alveolar
opacities dan dapat menyerupai gambaran CHF tanpa cardiac shillouet sign.
Terapi untuk TTN meliputi oksigenasi dan menjaga temperatur tubuh.

Merupakan penyebab umum distres pernafasan pada kelahiran aterm dan post term.
Mekonium merupakan kotoran yg paling awal dikeluarkan oleh infan. Komponen mekonium
meliputi sel epitel, mukus, cairan amnion,empedu,darah dan lemak. Awalnya mekonium
dianggap steril, namun penelitian menunjukkan terdapat bakteri Eschericia coli dan bakteri
yg memproduksi laktat seperti Lactobacillus. Aspirasi mekonium dapat terjadi karena distres
saat persalinan. aspirasi mekonium juga dapat terjadi karena hipoksia pada janin yg
menimbulkan refleks vagal yg memicu defekasi. Aspirasi ini menimbulkan obstruksi jalan
nafas dengan mekanisme BALL VALVE,pneumonitis,inaktivasi surfaktan oleh garam
empedu sehingga terjadi defisiensi surfaktan. Proses kompleks ini lah yg menyebabkan
gambaran radiologi pada sindrom aspirasi mekonium menjadi bervariasi. Secara klinis,bayi
dengan SAM tampak sianosis,takipneu,dan takikardi. Apabila aspirasi terjadi dalam cairan
amnion, dapat mengakibatkan ikterus pada kuku,kulit dan urin bayi. Gambaran radiologi
pada sam meliputi hiperinflasi paru akibat terperangkapnya udara. Terperangkapnya udara yg
disertai dengan pneumonitis menimbulkan pneumothorax,pneumomediastinum,pulmonary
intertisial edema. Gambaran lain yaitu tampak gambaran perihiler rope like opacities dan area
atelektasis.
Treatment dari sam meliputi intubasi untuk fasilitasi suction, pemberian surfaktan dan
antibiotik profilaksis.

Merupakan istilah yg digunakan untuk mendeskripsikan defisiensi surfaktan. Faktor risiko


meliluti prematuritas,kehamilan multiple, oligohidramnion, DM gestasional. DM gestasional
menimbulkan hiperinsulinemia pada janin yg mengganggu produksi surfaktan.
Surfaktan diproduksi oleh reticulum endoplasmic pada sel pneumosit tipe 2 yg ada pada
dinding alveolus. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan sehingga alveolus dapat
mengembang. Apabila pada saat kelahiran sel pneumosit tipe 2 tidak matur, maka terjadi
defisiensi surfaktan. Alveolus yg kolaps akan menurunkan oksigenasi dan menimbulkan
peningkatan resistensi pembuluh darah pulmoner. Hal ini menimbulkan shunting dari kanan
ke kiri melalui duktus arteriosus yang biasanya tidak menutup pada kelahiran premature atau

dalam keadaan hipoksia. Shunting ini akan memperparah hipoksia pada infan. Istilah Hialin
Membran Disease digunakan untuk mendeskripsikan adanya membran hialin pada dinding
bronkiolus. Membran hialin yang terdiri dari musin,fibrin,sel nekrotik alveolar, merupakan
produksi dari dinding alveolar yg kolaps.
Gejala yg timbul berupa nasal flaring, expiratory grunting dan sianosis.
Gambaran radiologi pada NRDS meliputi gambaran opaq granular bilateral simetris,air
bronchogram,penurunan volume paru, dan effacement dari vaskular pulmo.
Terapi NRDS meliputi pemberian surfaktan eksogen dan ventilasi mekanik. Jika terapi tsb
belum mencukupi, dapat dilakukan ECMO untuk membantu pematangan paru.

Juga disebut sebagai penyakit paru kronik pada infan. Penyebab dari BPD masih belum jelas.
Bakteri Ureaplasma urealyticum yg merupakan kontaminan tersering pada cairan
amnion,diperkirakan menjadi penyebab BPD. Sitokin Inflamasi yg dikeluarkan oleh
Ureaplasma Urealyticum mencederai epitel respiratorius yg lebih lanjut lagi menimbulkan
toksisitas oksigen dan barotrauma. Gambaran radiologi pada BPD dikelompok kan menjadi 4
stage,yaitu: - stage 1 (2-3haru setelah kelahiran) tampak gambaran opaq granuler - stage 2 (410hari) Gambaran opaq granuler sumperimposed dengan gambaran opaq menyeluruh untuk
kasus yg lebih parah - stage 3 (10-30hari) Gambaran lusen kista kecil dengan lesi opaq kecil
tunggal - stage 4 (>1bulan) Bubbly appearance dan ropey oppacities
Terapi meliputi oksigenasi dan pencegahan infeksi paru

Anda mungkin juga menyukai