Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP KERJA SEL PHOTOVOLTAIC SEBAGAI KONVENTOR

CAHAYA MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK *)


Hartanto **)
Pendahuluan
Kebutuhan energi akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
penguasaan teknologi dan laju pertumbuhan ekonomi serta pertambahan
penduduk. Adanya kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mulai
menipisnya cadangan minyak di Indonesia, juga terus melonjaknya harga minyak
dunia membuat kita tidak mungkin hanya bergantung pada sumber energi yang
berasal dari minyak saja. Sementara itu, keberadaan jaringan listrik di daerahdaerah terpencil juga masih jauh dari harapan, sebagian besar dari mereka masih
menggunakan lampu minyak tanah atau petromak untuk penerangan. Penggunaan
mesin diesel meskipun sangat praktis tetapi dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Selain itu ketergantungan terhadap BBM dapat menambah beban
hidup masyarakat karena kenaikan BBM secara otomatis akan menambah beban
ekonomi.
Berawal dari masalah tersebut maka diperlukan suatu pengembangan
energi non-fosil yang berasal dari alam dan dapat diperbaharui (energi
terbarukan). Salah satu pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy) adalah
energi surya. Matahari merupakan sumber utama di bumi dengan cadangan energi
yang luar biasa besar dan diperkirakan tidak akan habis dalam waktu 5 milyar
tahun

ke

depan

(http://www.enchantedlearning.com/subjects/astronomy/sun/

sundeath.shtml). Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi yang sangat


besar untuk memanfaatkan energi surya tersebut. Salah satu teknologi yang sudah
diterapkan untuk memanfaatkan potensi energi surya adalah sel photovoltaic.
Melalui alat ini maka cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik.
Penggunaan sel photovoltaic untuk menghasilkan energi listrik dipandang lebih
ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi dan tidak menghasilkan zatzat berbahaya seperti NOx dan SOx, yang dapat mengakibatkan hujan asam, serta
*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

CO2 yang dapat mengakibatkan kenaikan suhu permukaan bumi (efek rumah
kaca).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai prinsip kerja sel photovoltaic
tipe silikon kristal sebagai konventor cahaya matahari menjadi energi listrik.
Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimanakah prinsip kerja sel photovoltaic
sebagai konventor cahaya matahari menjadi energi listrik.

Semikonduktor silikon kristal sebagai material sel Photovoltaic


Silikon (Si) merupakan bahan terbanyak ke dua yang ada di bumi setelah
oksigen (O2) (Hamonangan, 2005 :1). Silikon merupakan bahan semikonduktor
yang mempunyai nomor atom empat belas yang setiap satu inti atom (nucleus)
masing-masing memiliki empat elektron valensi. Bahan-bahan semikonduktor
yang lain adalah Karbon (C), Germanium (Ge), Timbal (Pb), Thin (Sn) dan
Antimon (Sb). Dalam suatu atom, elektron-elektron bergerak mengelilingi inti
melalui orbit-orbit yang telah ditentukan yang masing-masing mempunyai tingkat
energi spesifik. Silikon mempunyai orbit-orbit yang dinyatakan oleh tiga bilangan
kuantum utama n = 1, 2, dan 3. Elektron memenuhi kapasitas orbit n = 1 dan 2
sedangkan untuk orbit terluar masih ada empat tempat kosong untuk elektron (Rio
dan Iida, 1999 :8-9).

Gambar 1. Atom silikon yang mempunyai 14 elektron dengan empat elektron terluar (valensi)
(U.S. Departement of Energi, 2006 :1)

Beberapa sifat semikonduktor silikon dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
No

Besaran fisika

Satuan SI

Silikon (Si)

Nomor atom

Kg/mol

14

Berat jenis

Kg/m3

2,329.103

Koefisien difusi elektron

m2/s

3,5.10-3

*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

m2/s

1,25.10-3

Koefisien difusi hole

Akseptor pengedop

B, Al, Ga

Donor pengedop

P, As, Sb

Celah energi pada 300 K

Konsentrasi

pembawa

eV
m

-3

1,1
1,5.1016

intrinsik pada 300 K


9
10

m2V-1s-1

Mobilitas elektron

Mobilitas hole

0,135

-1 -1

mV s
-3

11

Jumlah doping pada 300 K

12

Konduktivitas termal pada

Wm-1K-1

0,048
1020-1021
30-140

300 K
13

Koefisien Piezzo resistivitas 10 -11 m2N-1

-14 +138

(untuk keadaan tipe-n tipe-p)

-155 +8
+8 +6

Tabel sifat-sifat Silikon (Rio dan Iida, 1999 :239-240)

Menurut Hamonangan (2005:1) ikatan inti atom yang stabil adalah jika
dikelilingi oleh delapan elektron. Oleh karena itu, empat buah elektron atom
kristal silikon tersebut membentuk ikatan kovalen dengan elektron atom
tetangganya. Pada suhu yang sangat rendah (0K),

struktur atom silikon

divisualisasikan seperti pada gambar berikut.

Gambar 2. Struktur dua dimensi kristal Silikon (Hamonangan, 2005 :1)

Ikatan kovalen menyebabkan elektron tidak dapat berpindah dari satu inti
atom ke inti atom yang lain. Pada kondisi demikian, bahan semikonduktor bersifat
isolator karena tidak ada elektron yang dapat berpindah untuk menghantarkan
listrik. Agar bahan semikonduktor dapat mengahantarkan listrik, maka diperlukan
*) Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
3
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

elektron valensi bebas dalam jumlah lebih banyak dengan memberikan doping
pada bahan semikonduktor ini. Doping merupakan proses menambahkan ketidak
murnian ke dalam bahan semikonduktor. Berdasarkan ketidak murniannya
semikonduktor dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe-n dan tipe-p.

Semikonduktor tipe-n
Semikonduktor tipe-n akan terbentuk jika silikon diberi doping dari unsur
dengan inti atom yang memiliki 5 elektron valensi (pentavalen). Dengan doping,
silikon yang tidak lagi murni ini (impurity semiconductor) akan memiliki
kelebihan elektron. Semikonduktor dengan kelebihan elektron dinamakan
semikonduktor tipe-n yang siap melepaskan elektron (donor elektron).

Elektron bebas

Gambar 3. Doping atom pentavalen (Hamonangan, 2005 :2)

Menurut Rio dan Iida (1999:29), elektron bebas ini dianggap berada pada
bagian terbawah dari jalur yang diperbolehkan. Perbedaan antara tingkat donor
dan jalur konduksi adalah sedemikian kecil sehingga elektron dapat dieksitasikan
pada temperatur kamar (kT = 0,025 eV).

Tingkat donor (Ed)


Pita konduksi (Ec)
Pita valensi (Ev)
Gambar 4. Jalur energi semikonduktor tipe-n (Aditya, 2006:2)

Semikonduktor tipe-p
Untuk mendapatkan silikon tipe-p, bahan dopingnya adalah unsur yang
memiliki 3 elektron valensi (trivalen). Oleh karena silikon memiliki 4 elektron,
*) Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
4
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

maka ada ikatan kovalen yang kosong (hole). Hole ini digambarkan sebagai
akseptor yang siap menerima elektron. Dengan demikian, kekurangan elektron
menyebabkan semikonduktor ini dinamakan tipe-p.

Hole

Gambar 5. Doping atom trivalen (Hamonangan, 2005 :2)

Menurut Rio dan Iida (1999:29), tingkat akseptor menerima elektron dari
jalur valensi untuk membentuk hole (pembawa muatan positif).
Pita konduksi (Ec)

Tingkat akseptor (Ea)


Pita valensi (Ev)
Gambar 6. Jalur energi semikonduktor tipe-p (Aditya, 2006:3)

Menurut Aditya (2006 :7) penggunaan silikon kristal sebagai material


dasar dalam sel photovoltaic dikarenakan silikon mempunyai bandgap energy
yang lebih tinggi daripada bahan semikonduktor yang lain (1,1 eV), jumlahnya
yang sangat banyak di bumi dan efisiensi yang dihasilkan lebih tinggi daripada
amorphous. Beberapa efisiensi sel photovoltaic dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Material
Monocrystaline Silicon
Polycrystaline Silicon
Amorphous Silicon

Efisiensi (%)
24
18
13

Tabel efisiensi sel photovoltaic (Mart, T. 2007 :5)

*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

Sel Photovoltaic
Sel photovoltaic adalah sebuah semikonduktor dimana radiasi surya dari
pita gelombang tertentu langsung diubah menjadi listrik (Arismunandar, 1995
:178). Menurut Yuliarto (2007:3) kata photovoltaic berasal dari bahasa Yunani
photos yang berarti cahaya dan volta yang merupakan nama ahli fisika dari Italia
yang menemukan tegangan listrik. Sehingga secara bahasa photovoltaic dapat
diartikan sebagai cahaya dan energi listrik. Material yang paling banyak
digunakan pada sel photovoltaic adalah silikon kristal.
Sel photovoltaic bergantung pada efek photovoltaic untuk menyerap
energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan bermuatan
yang berlawanan. Menurut Mintorogo (2000:129) efek photovoltaic pertama kali
diidentifikasi oleh fisikawan Perancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun
1839. Ia mengamati berkas sinar matahari yang jatuh pada larutan elektro kimia,
sehingga muatan elektron pada larutan meningkat. Baru pada awal abad 20, Albert
Einstein menamakan peristiwa listrik alami ini dengan sebutan Photoelectric
Effect, yang kemudian menjadi pengertian dasar dari efek photovoltaic. Efek
photoelectric didapat dari pengamatan Einstein pada lempeng logam yang
melepaskan partikel berenergi (elektron) ketika terkena sinar matahari (foton).
Pada tahun 1883 divais sel photovoltaic pertama kali berhasil dibuat oleh
Charles Fritts dengan menggunakan bahan semikonduktor Selenium yang dilapisi
dengan lapisan emas yang sangat tipis sehingga terbentuk rangkaian seperti
hubungan semikonduktor tipe p dan tipe n. Pada saat itu efisiensi yang didapat
baru sekitar 1 persen. Pada perkembangan berikutnya seorang peneliti bernama
Russel Ohl dikenal sebagai orang pertama yang membuat paten tentang divais sel
photovoltaic modern (Yuliarto, 2007 :2).
Menurut Yuliarto (2007:1) tipe silikon kristal merupakan jenis divais sel
photovoltaic yang memiliki efisiensi tinggi. Efisiensi sel photovoltaic komersial
berkisar antara 10 sampai 17 persen dan berukuran sekitar 10 sampai 15 cm2
dengan ketebalan sekitar 0,3 mm.

*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

Gambar 7. sel photovoltaic, terbuat dari wafer silikon


(http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_surya#Teori)

Pada dasarnya sel photovoltaic terdiri atas kaca penutup transparan,


material anti refleksi, semikonduktor tipe-p dan tipe-n (terbuat dari campuran
silikon), dan elektrode. Semi-konduktor tipe-p dan tipe-n berfungsi untuk
menghasilkan medan listrik. Struktur dasar sel photovoltaic dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 8. Struktur dasar sel photovoltaic silikon (Anderson, 2007 :4)

Keterangan :
a.

Cover glass

: Kaca penutup yang transparan, berfungsi untuk


melindungi elemen-elemen sel dari keadaan
lingkungan, tahan terhadap air dan gas, kuat dan
stabil, serta memiliki daya tembus cahaya yang
tinggi.

b.

Antireflective coating : Lapisan

yang

berfungsi

untuk

mengurangi

pemantulan dan menyerap lebih banyak cahaya


matahari. Material yang digunakan adalah lapisan
Timah
*)

dioksida

(SnO2)

yang

tipis

yang

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

merupakan bahan TCO (Transparent Conducting


Oxide).
c.

Contact grid

: Kisi penghubung pada permukaan sel yang terbuat


dari Aluminum. Berfungsi sebagai elektroda
negatif yang akan menangkap elektron bebas
ketika foton membentur sel dan menghubungkan
antara material semikonduktor tipe-n dan load
(beban) eksternal.

d.

N-type Si

: Semikonduktor silikon tipe-n yang memiliki


kelebihan elektron.

e.

P-type Si

: Semikonduktor silikon tipe-p yang memiliki


kelebihan hole.

f.

Back contact

: Penghubung bagian belakang sel yang terbuat dari


Aluminum. Berfungsi sebagai elektroda positif
yang

menghubungkan

antara

material

semikonduktor tipe-p dengan beban eksternal.


Jika dua tipe bahan semikonduktor digabungkan, maka akan didapat
sambungan p-n (p-n junction) dengan muatan listrik statik pada sambungan
tersebut. Silikon jenis-p kaya muatan positif (hole) dan silikon jenis-n memiliki
kelebihan elektron. Disebabkan oleh adanya gaya tolak-menolak, elektron pada
daerah-n akan menyebar atau berdifusi ke daerah-p. Menurut Rio dan Iida (1999
:59) Jika elektron meningggalkan daerah tipe-n dan menghilang dalam daerah
tipe-p karena berekombinasi, maka akan terbentuk muatan ruang positif di daerah
tipe-n (ion positif). Hal yang sama juga terjadi pada hole yang meninggalkan
muatan ruang negatif pada daerah tipe-p (ion negatif). Hal ini akan
membangkitkan medan listrik yang dimulai dari ruang bermuatan positif dan
berakhir pada ruang bermuatan negatif. Jika elektron dan hole berekombinasi
(bergabung kembali) di sekitar bidang pertemuan, maka elektron dan hole akan
lenyap. Daerah disekitar bidang pertemuan yang tidak terdapat pembawa muatan
disebut daerah pengosongan (depletion region).
*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

Gambar 9. Efek medan listrik dalam sel photovoltaic (Anderson, 2007 :3)

Prinsip kerja sel photovoltaic sebagai konventor cahaya matahari menjadi


energi listrik
Menurut Yuliarto (2007 :1) prinsip kerja sel photovoltaic adalah dengan
memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel yang disebut dengan foton. Energi
yang dipancarkan oleh sebuah cahaya dengan panjang gelombang (meter) dan
frekuensi foton (Hertz) dirumuskan dengan persamaan:
E = h
dengan =

.................. (1)
..... (2)

dengan h adalah konstanta Plancks (6,62 x 10 -34 J.s) dan c adalah kecepatan
cahaya dalam vakum (3 x 108 m/s). Foton dengan celah pita energi (bandgap
energy) tertentu dapat membebaskan elektron dalam material semikonduktor sel
photovoltaic dari ikatan atomnya untuk menghasilkan arus listrik. Bandgap
energy merupakan jumlah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
ikatan kovalen untuk menghasilkan arus listrik. Untuk membebaskan elektron,
energi foton harus minimal sama besar dengan bandgap energy.
Menurut Beiser (1990:381) celah energi (energy gap) dari silikon adalah
1,1 eV. Menurut Rio dan Iida (1999 :52) celah energi dirumuskan :
Eg = 2kT (ln N C N V - ln ni)
atau Eg = Ec-Ev

........................ (3)
........................ (4)

Keterangan
Eg : celeh energi (energy gap) (Joule)
k : konstanta Boltzman (1,38 . 10-23 Joule/K)
*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

T : temperatur dalam Kelvin (K)


Nc : konsentrasi keadaan efektif pada pita konduksi (m-3)
Nv : konsentrasi keadaan hole pada pita valensi (m-3)
ni : konsentrasi pembawa muatan intrinsik (m-3)
Ec : energi pada pita konduksi (Joule)
Ev : energi pada pita valensi (Joule)
Sedangkan foton dalam cahaya tampak memiliki energi antara 1 sampai 3
eV. Energi sebesar itu dapat dengan mudah diabsorpsi oleh elektron bebas dalam
logam karena pita energi terizinkannya hanya terisi sebagian. Untuk sel
photovoltaic pada umumnya, celah energinya berkisar antara 1,0 sampai 1,6 eV.
Hal ini berarti bahwa foton dalam cahaya tampak (dengan panjang gelombang 400
nm sampai 700nm) dapat membebaskan elektron dalam material semikonduktor
sel photovoltaic dari keterikatannya dengan atom (U.S. Departement of Energy.
2006). Energi foton dari cahaya matahari bervariasi sesuai dengan perbedaan
panjang gelombangnya dan dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 10. Spektrum gelombang elektromagnetik (U.S. Departement of Energi, 2006)

Dari gambar di atas bahwa spektrum cahaya matahari dari inframerah


sampai ultraviolet berkisar antara 0,5 eV sampai 2,9 eV. Matahari memancarkan
hampir semua energinya dalam rentang panjang gelombang antara 2.10-7 meter
sampai 4.10-6 meter. Kebanyakan dari energi ini berada dalam daerah cahaya
tampak yaitu 400 nm sampai 700 nm (U.S. Departement of Energy. 2006). Prinsip
kerja sel photovoltaic dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini.
*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

10

Contact Grid (-)

Back Contact (+)

Gambar 11. Cara kerja sel photovoltaic (www.girasolar.com.tr)

Ketika sinar matahari yang disebut dengan foton (minimal memiliki energi~
1,1 eV) terserap ke dalam sel photovoltaic, maka foton akan membebaskan
pembawa minoritas dalam daerah tipe-p (berupa elektron) yang dipaksa melintasi
sambungan oleh medan listrik statik. Medan listrik statik tersebut menyebabkan
elektron-elektron mengalir ke contact grid dan sebaliknya hole akan mengalir ke
back contact. Aliran elektron inilah yang menyebabkan terciptanya arus listrik
(arus drift). Jika antara contact grid dan back contact dihubungkan dengan lampu
bohlam, maka elektron secara otomatis akan mengalir dari contact grid ke bohlam
sehingga bohlam menyala dan pada akhirnya elektron akan kembali ke dalam sel
melalui back contact. Dengan demikian terjadi konversi secara langsung radiasi
matahari yang masuk menjadi energi listrik.

Perhitugan tegangan, arus dan daya pada sel photovoltaic


Menurut Aditya (2006:13) komponen di dalam sel fotovoltaik dapat
digambarkan sebagai rangkaian listrik.
is
Sel PV

iR
id

Gambar 12. Model rangkaian sel PV(Aditya, 2006:13)

Arus listrik yang terjadi dapat dilukiskan :


iR = is id
*)

................. (5)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

11

dengan, id = i0 [e(eV/kT) 1]

................. (6)

eV/kT

................. (7)

sehingga, iR = is - i0 [e(

) 1]

Nilai tegangan V dapat diperoleh dengan mengatur arus beban iR menjadi nol :
0 = is - i0 [e(eV/kT) 1]

.. (8)

e(eV/kT) = (is/i0) + 1

.. (9)

V = kT/e ln [(is/ i0) + 1]

................. (10)

Sedangkan daya yang dihasilkan sel photovoltaic, P = R A cos ........... (11)


dengan P = V.I

................. (12)

Keterangan :
is : arus sumber (Ampere)
i0 : arus balik jenuh (Ampere)
iR : arus beban (Ampere)
T: temperatur dalam Kelvin (K)
e : muatan satu elektron (1,6 . 10-19 C)
k : konstanta Boltzman (1,38 . 10-23 Joule/K)
V : tegangan yang dihasilkan oleh sel photovoltaic (Volt)
I : arus yang dihasilkan oleh sel photovoltaic(Ampere)
R : intensitas cahaya matahari yang mengenai se photovoltaic (Watt/m2)
A : luas sel photovoltaic (m2)
: sudut datang cahaya matahari dihitung dari garis normal pada sel
: efisiensi sel photovoltaic

Gambar 13. Aplikasi sel photovoltaic pada atap rumah (Anderson, 2007:1)
*)

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

12

Penutup
Sel photovoltaic merupakan teknologi alternatif yang dapat dikembangkan
untuk mengatasi masalah krisis energi. Alat ini mampu mengkonversi cahaya
matahari menjadi energi listrik. Sel photovoltaic bekerja dengan memanfaatkan
teori cahaya sebagai partikel yang disebut dengan foton. Ketika foton terserap
oleh sel photovoltaic, maka elektron-elektron di dalam semikonduktor akan
terbebas dari keterikatannya dengan atom. Elektron mengalir ke contact grid dan
sebaliknya hole akan mengalir ke back contact. Aliran elektron inilah yang
menyebabkan terciptanya arus listrik. Bahan dan cara kerja yang aman terhadap
lingkungan menjadikan sel photovoltaic sebagai salah satu teknologi pembangkit
energi listrik yang ramah lingkungan dan efisien bagi penyediaan energi alternatif
masyarakat di masa depan.

Daftar Pustaka
Aditya, Oka. 2006. Konsep Photovoltaic. Yogyakarta : UGM.
Anderson.
2007.Solar
Power
Home.
www.solar-power-solar
home.com/images/solar4.gif. Diakses pada tanggal 19 Juli 2007.
Arismunandar, Wiranto. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Beiser, Arthur. 1990. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga.
Hamonangan, Aswan. 2005.Semikonduktor. www.elektroniclab.com/index.php.
Diakses pada tanggal 2 Agustus 2007.
Mart, T. 2007. Solar Array and Power Tracker. www.speedace.info/solar/pv
cell.html. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2007.
Mintorogo, Danny S. 2000. Strategi Aplikasi Sel photovoltaic (Photovoltaic
Cells)
Pada
Perumahan
Dan
Bangunan
komersial.
http://puslit.petra.ac.id/journal/architecture/. Diakses pada tanggal 18 Juli
2007.
Rio, Reka.S., dan Masomari Iida. 1999. Fisika dan Teknologi Semikonduktor.
Jakarta : Pradnya Paramita.
U.S. Departement of Energi. 2006. Photovoltaic. www1.eere.energy.gov/solar/bos.html.
Diakses pada tanggal 23 Juli 2007.
*) Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
13
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

Yuliarto, Brian. 2007. Energi Surya: Alternatif Sumber Energi Masa Depan di
Indonesia . http://www.indeni.org/content/blogcategory. Diakses pada
tanggal 18 Juli 2007.
_____. 2002. Solar Basics. www.girasolar.com.tr. Diakses pada tanggal 19 Juli
2007.
_____. 2007. Sel photovoltaic. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_surya#Teori.
Diakses pada tanggal 8 Agustus 2007.
_____.

*)

2007.
The
Death
Of
The
Sun.
http://www.enchantedlearning.com/subjects/astronomy/sun/sundeath.shtml.
Diakses pada tanggal 18 September 2007.

Disampaikan dalam seminar mata kuliah seminar fisika program studi pendidikan fisika pada tanggal 3 Oktober
2007
**) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNSRI dengan NIM 06043134040

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Pisa 7
    Pisa 7
    Dokumen1 halaman
    Pisa 7
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 9
    Pisa 9
    Dokumen2 halaman
    Pisa 9
    azzinki
    100% (2)
  • Pisa 8
    Pisa 8
    Dokumen2 halaman
    Pisa 8
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 11
    Pisa 11
    Dokumen1 halaman
    Pisa 11
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 6
    Pisa 6
    Dokumen2 halaman
    Pisa 6
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Tipe Soal Pisa
    Tipe Soal Pisa
    Dokumen2 halaman
    Tipe Soal Pisa
    Irwansyah Siregar
    100% (1)
  • Pisa 12
    Pisa 12
    Dokumen1 halaman
    Pisa 12
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 19
    Pisa 19
    Dokumen2 halaman
    Pisa 19
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 15
    Pisa 15
    Dokumen2 halaman
    Pisa 15
    azzinki
    100% (1)
  • Pisa 13
    Pisa 13
    Dokumen1 halaman
    Pisa 13
    azzinki
    100% (1)
  • Pisa 13
    Pisa 13
    Dokumen1 halaman
    Pisa 13
    azzinki
    100% (1)
  • Pisa 17
    Pisa 17
    Dokumen1 halaman
    Pisa 17
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 16
    Pisa 16
    Dokumen2 halaman
    Pisa 16
    azzinki
    100% (2)
  • Pisa 20
    Pisa 20
    Dokumen1 halaman
    Pisa 20
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 23
    Pisa 23
    Dokumen2 halaman
    Pisa 23
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 21
    Pisa 21
    Dokumen1 halaman
    Pisa 21
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Penyusunan HOTS
    Penyusunan HOTS
    Dokumen38 halaman
    Penyusunan HOTS
    Karman MPd
    Belum ada peringkat
  • Suhu Revisi
    Suhu Revisi
    Dokumen31 halaman
    Suhu Revisi
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • Pisa 22
    Pisa 22
    Dokumen2 halaman
    Pisa 22
    azzinki
    Belum ada peringkat
  • RPP Konduksi Dan Konveksi
    RPP Konduksi Dan Konveksi
    Dokumen7 halaman
    RPP Konduksi Dan Konveksi
    azzinki
    Belum ada peringkat