Cynthia Cristiviane
10.2009.198/ B-7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
cyncristiviane@yahoo.com
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam
undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, agar terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan pembangunan nasional (Anonim, 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan
upaya-upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya
pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah
satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan
promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
PEMBAHASAN
Skenario 4:
Dokter T sudah bertugas di puskesmas A sekitar 6 bulan. Ia mengadakan lokakarya mini
Puskesmas dan mendapatkan bahwa beberapa cakupan program seperti imunisasi dasar, ANC,
dan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Ia mempunyai 1 orang dokter gigi, 3 orang
perawat, 1 orang sanitarian, dan 3 orang administrator. Wilayah kerjanya mencakup 1 kecamatan
dengan populasi 29500 jiwa. Sebagian transportasi dilakukan dengan motor, perahu, dan berjalan
kaki. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar lulus SD dan buta huruf.
PUSKESMAS 1,2,3
a. Pengertian
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab
atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Wilayah PUSKESMAS
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian
wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor
Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas ratarata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah
penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di
ibukota kecamatan dengan jumlah 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina
yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi
koordinasi.
Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
-
Kuratif (pengobatan)
Preventif (upaya pencegahan)
Promotif (peningkatan kesehatan)
Upaya promosi kesehatan meliputi penyuluhan penduduk : meningkatkan kesadaran
terhadap kesehatan lingkungan, perbaikan lingkungan sekitar.
Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan
umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
b. Program Kesehatan Puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
program kesehatan perorangan dan program kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Program
Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan secara terarah dan terencana untuk mencapai tujuan
program.
Program Promosi Kesehatan (Promkes) / Health Promotion:
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan, Survey
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu.
Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu
Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS),
Penyuluhan Penyakit Menular. Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan
pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah
ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah
penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan
vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik
tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek, Unit Gawat
Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan).
Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu
Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun Bersalin, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), Imunisasi.
Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin),
Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB.
Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi.
Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMIJAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat
umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN).
Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga, Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga Sistem
Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
c. Fungsi Puskesmas
4
menimbulkan ketergantungan.
Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyrakat.
Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
Puskesmas
d. Kedudukan
1) Kedudukan secara administrative :
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab
langsung baik teknik maupun administrative kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.
2) Kedudukan dalam hirarkhi pelayanan kesehatan :
Dalam urutan hirarkhi pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan
pada Tingkat Fasiilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.
e. Jangkauan Pelayanan Kesehatan
Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah sarana perhubungan dan kepadatan
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah
mendapatkan pelayanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan
meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, penempatan bidan di desadesa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas keliling. Di samping itu
penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu akan dapat menunjang
jangkauan pelayanan kesehatan.
Puskesmas Pembantu
Puskemas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Dalam Pelita V di wilayah kerja Puskesmas Pembantu
5
diperkirakan meliputi 2 sampai 3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2500 orang (di luar Jawa
Bali) sampai 10000 orang (di perkotaan Jawa Bali). Puskesmas Pembantu merupakan bagian
integral dari Puskesmas, dengan lain perkataan satu Puskesmas meliputi juga seluruh Puskesmas
Pembantu yang ada di dalam wilayah kerjanya.
Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang dilengkapi
dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya
yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Kegiatan Puskesmas Keliling adalah :
- Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyrakat di daerah terpencil yang tidak terjangkau
oleh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, 4 hari dalam 1 minggu.
- Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa.
- Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita dalam rangka rujukan bagi kasus gawat
darurat.
- Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio-visual.
Bidan yang bertugas di desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, akan ditempatkan
seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan tersebut adalah satu desa dengan jumlah penduduk ratarata 3000 orang. Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat melalui
pembinaan Posyandu dan pertolongan persalinan di rumah-rumah. Selain itu juga menerima
rujukan masalah kesehatan anggota keluarga persepuluhan untuk diberi pelayanan seperlunya
atau dirujuk lebih lanjut ke Puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan terjangkau secara rasional.
f. Azas Penyelenggaraan Puskesmas 2,3
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah.
Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan
Upaya Kesehatan Masyarakat. Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horizontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan
atas tiga macam :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal
operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan
pelayanan medik di Puskesmas.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat,
misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan
kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat
tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan
operasional,
tanggungjawab
yakni
penyelesaian
menyerahkan
masalah
9
sepenuhnya
kesehatan
kewenangan
masyarakat
dan
dan
atau
kepada
Dinas
kesehatan
kabupaten/kota.
Rujukan
operasional
Tingkat Masyarakat
keluarganya sendiri
Kegiatan
swadaya
masyarakat
dalam
Swasta
Rumah
Sakit
Kabupaten,
RS
Swasta,
Organisasi
Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:
a) Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan
mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan
jabatan fungsional.
b) Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usaha. Kepala Urusan Tata Usaha
mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan surat menyurat
serta pencatatan dan pelaporan.
c) Unsur pelaksana
1. Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional.
2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga, dan fasilitas daerha masing-masing.
3. Unit-unit terdiri dari:
10
.
Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan
satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kotamadyam, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Puskesmas bertanggung
jawab memimpin, mengkoordinasikan semua unsur dalam lingkungan Puskesmas,
memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing. Setiap
uunsur di lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dari dan
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.
11
detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat
memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.
WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai
tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan
kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan
keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis
dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang
dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh
bagi komunitas disekelilingnya.
4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah
lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan
mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu
yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di
masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan
kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,
menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan
petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing
disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.
1) Dokter Kepala Puskesmas sebagai seorang dokter / Medicus Practicus
Pendapat umum mengenai seorang dokter biasanya ialah seorang yang berilmu untuk
menyembuhkan orang sakit. Demikian pula masyarakat mengharapkan seorang dokter Kepala
12
Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun demikian, dalam
kenyataan bertanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak hanya mengobati orang
sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dari
masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Di samping itu ia berfungsi juga sebagai seorang
pemimpin dan seorang manajer pula.
Oleh karenanya dalam kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penderita sehari-sehari
pada waktu-waktu tertentu, dimana dokter Puskesmas sedang
melakukan tugas-tugas
Puskesmas mempunyai wilayah kerja satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan yang
langsung bertanggung jawab dalam bidang tehnis kesehatan maupun administratif kepada Kepala
Dinas Kesehatan Tingkat II (Dokabu). Puskesmas pembantu dan bidan di desa di dalam wilayah
kerja puskesmas merupakan bagian integral dari puskesmas. Puskesmas pembantu melaksanakan
sebagian tugas-tugas puskesmas sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam
wilayah kerja tertentu yang merupakan sebagian dari wilayah kerja puskesmas.
Jenis dan jumlah tenaga puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama untuk setiap
puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang dicakup serta
keadaan geografis dan perhubungan di wilayah kerjanya. Namun demikian jumlah tenaga yang
tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan pada waktu sekarang, maka sementara diadakan pola
tenaga yang seragam bagi setiap puskesmas INPRES. Yang penting tenaga tersebut bekerja
dalam suatu team, berarti pekerjaan tenaga yang satu mengisi kekurangan dari tenaga lain dan
sebaliknya. Walaupun pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan tetapi semuanya dengan satu
tujuan, ialah meningkatkan kesehatan dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dan di bawah
satu pimpinan, ialah kepala Puskesmas. Tidak ada pengkotakkan struktur dalam Puskesmas.
Kepala Puskesmas perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan
dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga bisa diadakan pembagian
tugas dan giliran kerja yang merata diantara tenaga-tenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan baik. Pertemuan berkala antara kepala Puskesmas dengan segenap
stafnya (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa) perlu dilakukan secara teratur paling
sedikit 1 bulan 1 kali. Buku pedoman mini Lokakarya Puskesmas dengan lampirannya
merupakan pedoman untuk penyelenggaraan pertemuan berkala tersebut.
B) Bimbingan Teknis dan Supervisi
Selain pertemuan berkala dengan segenap staf Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas,
Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi bimbingan kepada staf
Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja, di Puskesmas, di Puskesmas Pembantu, di
lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali
dilakukan secara teratur untuk memelihara disiplin kerja staf Puskesmas. Dalam kunjungan ini
dimanfaatkan pula untuk meningkatkan sistem rujukan (referral system) dimana konsultasi dari
staf Puskesmas dapat dilakukan di tempat mereka bekerja, di samping melimpahkan pengetahuan
dan keterampilan kepada staf puskesmas yang bersangkutan.
C) Hubungan Kerja Antar Instansi Kecamatan
14
15
sarjana. Maka peranan dokter Puskesmas di kecamatan disamping sebagai pemimpin Puskesmas,
juga merupakan tenaga ahli dan pendamping camat.
Secara garis besar, dokter sebagai Pimpinan Puskesmas perlu memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen, seperti :
1. Analisis masalah program dan masalah kesehatan masyarakat
2. Fungsi perencanaan (merencanakan program)
3. Fungsi pengorganisasian (pendegelasian wewenang dan pembagian tugas pokok kepada staff
yang dipimpinnya)
4. Fungsi aktuasi ( memotivasi dan mengkoordinasikan pemenafaatan sumber daya dan kegiatan
sesuai dengan perannya masing-masing)
5. Fungsi pengawasan dan pengendalian (supervisi), mengukur kemajuan yang sudah dicapai dan
memberikan bimbingan kepada staff.
6. Fungsi evaluasi (mengkaji produktivitas, efisiensi dan efektivitas program)
MANAJEMEN KESEHATAN 6,7
Setiap kegiatan yang terorganisir dalam berbagai bidang tertentu selalu dilengkapi
dengan suatu perangkat manajemen dan perencanaan yang baik untuk kelancaran dan pencapaian
sasaran yang telah ditentukan berupa perencanaan untuk hari esok dan manajemen untuk hari ini.
Sehingga kita mendapat filosofi Planning for tomorrow and management for today. Istilah
manajemen kadang sering disebut sebagai administrasi dan juga dengan sebutan organisasi,
tetapi yang tepat ialah presentasi dari sekumpulan fungsi-fungsi yang terdapat pada suatu
organisasi, sedangkan orang yang ditunjuk dan dipercaya melaksanakannya disebut manejer atau
direktur. Apabila struktur organisasi demikian besardan terdiri dari berbagai divisi maka disebut
sebagai chief executive Officer.
Pengetahuan tentang manajemen penting dalam dunia kedokteran, terutama untuk mereka
yang bekerja sebagai pimpinan puskesmas atau rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya. Terry
dalam Seto (2004), mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan
penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC
yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pengarahan) dan
Controling (pengendalian). Dua fungsi yang pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental
16
sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan
berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu
fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak
tercapainya proses yang efektif dan efisien.
Man (manusia)
Money (uang)
Methods (metode)
Materials (bahan)
WHO merekomendasikan metode dan teknik manajemen kesehatan berazaskan pada
Ilmu Perilaku (behavior science) atau metoda Kuantitatif yaitu suatu model manajemen yang
alamiah dan sederhana, antara lain berupa:
18
1.Struktur organisasi
Struktur organisasi yang jelek dan birokratis membuat program kesehatan tidak berjalan
dengan baik dan tidak efisien, memboroskan dana waktu.
2.Manajemen personal
Penempatan orang-orang yang professional sesuai dengan kemampuan dan bidang
keahliannya. The right man on the right place.
3. Sistem komunikasi
Perlu adanya system komunikasi dua arah antar petugas kesehatan serta komunikasi
antara departemen yang terkait agar masalah kesehatan yang bersifat lintas sektoral dapat
ditangani secara cepat dan terpadu.
4. Sistem informasi
Sistem informasi yang baik dan terintergrasi perlu dibentuk untuk keperluan monitoring
dan masalah kesehatan setiap saat ditingkat local dan tingkat nasional.
5. Management by objective
Mempersiapkan action plan atau sasaran dari setiap unit atau subunit yang diperlukan
pada struktur organisasi, personal, system komunikasi dan informasi dari suatu modal
manajemen.
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan, puskesmas perlu ditunjang oleh
manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban.
Planning suatu program di Puskesmas hanya bersifat perencanaan operasional dalam jangka
waktu pendek sehingga perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan perencanaan
kesehatan yaitu :
-
Input atau saran untuk perencanaan berasal dari bawah atau lapangan (Bottom-Up
management)
Melaksanakan kebijakan atau pengarahan dari atas
Mekanisme planning tersebut ialah mekanisme kebersamaan
19
informal
Mengkoordinasikan kegiatan puskesmas pembantu dan fasilitas kesehatan swasta
Mengadaakan pembinaan wilayah yang tentunya dalam bidang kesehatan
Pada kasus kejadian luar biasa (KLB), melakukan tindakan penanggulangan pertama
Puskesmas lalu mengevaluasi program kerja tahunan dengan menilai apakah sesuai dengan
tolak ukur sederhana terhadap pencapaian target yang telah ditentukan.
Sekarang telah dibuat suatu system dan instrument untuk manajemen puskesmas, yaitu :
-
Pembagian tugas kerja didasarkan pada fungsi puskesmas sebagai suatu organisasi operasional
dalam kesehatan.
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang
20
undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan
pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan pengawasan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal
dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah
terkait. Pengawasan mencakup aspek administrative, keuangan dan teknis pelayanan.
2. Pertanggungjawaban
Pada
setiap
akhir
tahun
anggaran,
kepala
puskesmas
harus
membuat
laporan
maka
kepala
puskesmas
yang lama
diwajibkan
membuat
laporan
22
23
Lingkungan meliputi lingkungan fisik dan biologis, sosial budaya serta ekonomi.
Lingkungan fisik misalnya sumber atau saran air bersih, perumahan, limbah rumah
Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program.
hasil
kegiatan.
1. Analisis Situasi
Merupakan langkah awal perencanaan yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Dilakukan
dengan analisa data laporan organisasi kesehatan atau laporan sector lain, sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan tersebut. Juga mengetahui informasi potensi dan kelemahan organisasi,
peluang dan ancaman pada saat pelaksanaan program. Dirumuskan massalah program dan
masalah kesehatan masyarakat. Dimana pada kasus yang dibahas pada penulisan ini yaitu
masalah program. Masalah program berkaitan dengan pelaksanaan manajemen dan berkaitan
dengan sistem. HL Blum telah mengembangkan suatu kerangka konsep tentang hubungan antar
faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
25
pada
aspek
input
dan
output
serta
peran
serta
masyarakat.
- Input meliputi tenaga, dana, fasilitas dan sarana kesehatan, kebijakan, teknologi yang
diterapkan. Langkah dalam analisis input : merinci secara jelas imput yang ada baik secara
kuantitatif maupun kualitatif
- Analisis Output Upaya kesehatan
26
Dari berbagai pelaksanaan program dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai oleh
program upaya kesehatan. Dalam analisis ini dibedakan Pencapaian program dan Output
program. Pencapaian program lebih bersifat statis artinya hanya menggambarkan keadaan
sampai suatu saat tertentu (misal: pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam %)
Output program lebih bersifat dinamis artinya, menggambarkan berapa banyak hasil yang
diprosuksi per satuan waktu (per bulan) misal. Jumlah pasien pada bulan x. Dengan mengetahui
output pada diketahui pola/ trend selama setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan
kapasitas upaya kesehatan dan berguna untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.
- Analisis peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat seringkali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program kesehatan.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam analisis peran serta masyarakat yaitu belum adanya ukuran
standar peran serta masyarakat dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat
dibandingkan
dengan
pengukuran
pada
daerah
lain
atau
waktu
yang
lain.
Contoh dari analisis partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kegiatan posyandu, rasio kader
aktif dengan jumlah balita di desa X.
Analisis lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh- pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara umum
lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni:
Lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat
disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim,
keadaan geografis dan struktur geologi
Peran lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam- macam.
Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir), dengan
demikian perlu adanya analisis lingkungan. Analisis lingkungan fisik dapat berupa penyediaan
air bersih, keadaan rumah dan pekarangan (ventilasi, lantai, pencahayaan maupun kebisingan),
penanganan limbah rumah tangga dan limbah industry. Analisis lingkungan biologis
27
mengambarkan vektor penyakit, ternak dan sebagainya. Analisis sosial budaya menggambarkan
gotong royong dalam penanganan masalah kesehatan. Informasi mengenai keadaan sosial
ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Data ekonomi yang bisa digunakan: Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pendapatan perkapita, produk Domestik Refional Bruto (PDRB) per kapita, Upah
Minimal Regional (UMR).
2. Mengidentifikasi Masalah dan Prioritas Pemilihan Masalah
Yang dimaksud dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah
gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan, pelayanan kesehatan). Menurut definisi,
masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Perumusan
masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya kasenjangan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah dipandang
amat sangat penting, karena:
1. Terbatasanya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan
semua masalah.
2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lain dan karena itu tidak perlu
semua masalah diselesaikan.
Cara yang dianjurkan dalam memilih prioritas masalah adalah memakai criteria yang
dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama tekhnik criteria matriks. Secara umum
dapat dibedakan menjadi tiga macam:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.
Ukuran pentingnya masalah banyak macam. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah:
Besarnya masalah (prevalence)
Akibat yang ditimbulkan oleh maslah (severity)
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need)
Keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit)
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
Suasana politik (politikal climate)
28
b. Kelayakan tekhnologi
Makin layak tekhnologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan
tekhnologi yang dimaksud adalah menunjukan pada pengasaan ilmu dan tekhnologi
yang sesuai.5
c. Sumber daya yang tersedia (Resource)
Makin tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi maslah makin
diprioritaskan masalah. Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga,dana,dan sarana.
Berikan nilai 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap criteria yang sesuai.
Prioritas masalah adalah jumlah yang paling besar.5
Tabel 2. Prioritas masalah1
No
Daftar
Importancy
TF
JUMLAH
masalah
ITR
P S
IP
alternative jalan keluar yang paling menjanjikan. Cara pemilihan prioritas jalan keluar yang
dianjurkan adalah memakai criteria matriks.5
a. Efektifitas jalan keluar
Dengan memberi nilai 1(paling tidak efektif) sampai angak 5 (paling efektif). Untuk
menetapkan efektifitas jalan keluar, gunakan criteria:
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
Hitunglah besar masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar
tersebut dilaksanakan.
Pentingnya jalan keluar
Hitunglah penting jalan keluar (importancy) dengan mengatasi masalah yang
mengatasi masalah.5
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternative jalan keluar, yakni dengan memberi
angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisien
diakitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan.
Hitunglah nilai P (prioritas) dengan membagi hasil perkalian nilai MIV dengan nilai C.
jalan keluar dengan nilai P paling tinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.5
30
Daftar
alternative
jalan Efektifitas
Efisensi
Jumlah
M IV
C
keluar
M
1
2
3
5. Menyusun Rencana Kerja Operasional
- Alasan program ini dilaksanakan (why)
- Tujuan yang ingin dicapai (what)
- Kegiatan program, bagaimana cara mengerjakannya ( how)
- Pelaksana dan sasarannya (who)
- Sumber daya pendukung
- Tempat dan waktu pelaksanaan
6. Evaluasi Solusi Yang Dilaksanakan
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Puskesmas dipimpin
oleh seorang Kepala Puskesmas, yaitu seorang Dokter Umum. Syarat dokter umum yaitu
memenuhi criteria Five Stars Doctor, yaitu Health care provider, Decision makER , Community
leader, Manager, Communicator. Peran dokter Puskesmas yaitu sebagai medicus practicus,
manajer, dan public health worker. Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas memiliki
31
berberapa program-program kesehatan. Agar program Puskesmas dapat berjalan dengan baik,
dibutuhkan manajemen Puskesmas yang baik. Apabila program tidak mencapai target digunakan
analisa/ pendekatan sistem untuk dapat memgetahui sumber masalah yang terjadi. Untuk
mengatasi masalah yang terjadi digunakan problem solving cycle, dimana di dalamnya terdapat
pemilihan prioritas masalah dan jalan keluar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman kerja puskesmas. Jilid I. Jakarta:
Departeman Kesehatan RI; 1991. h.B1-51.
2.
Keputusan MenKes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes
RI; 2004.h.5,7, 15-8, 20-31.
3. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh
jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007. h.7.
4. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke-3.
Jakarta. Binarupa Aksara; 1997. h. 200-6.
5. Program pokok pelayanan puskesmas. 2010. Diunduh dari :
http://www.puskel.com/9-paparan-ringkasan-program-pokok-pelayanan-puskesmas,
15
Juni 2012.
6. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Jakarta: EGC; 1999.
7. McMahon R, Barton E, Piot M. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Ed 2. Jakarta:
EGC; 1995.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Jilid IV. Jakarta: DKRI; 1991.
9. Azwar A. Management puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan Repuplik Indonesia
tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departeman Kesehatan
RI;2004.h. 20-31.
32