Anda di halaman 1dari 32

Program Puskesmas Belum Mencapai Target

Cynthia Cristiviane
10.2009.198/ B-7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
cyncristiviane@yahoo.com
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam
undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, agar terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan pembangunan nasional (Anonim, 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan
upaya-upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya
pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah
satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan
promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).

PEMBAHASAN
Skenario 4:
Dokter T sudah bertugas di puskesmas A sekitar 6 bulan. Ia mengadakan lokakarya mini
Puskesmas dan mendapatkan bahwa beberapa cakupan program seperti imunisasi dasar, ANC,
dan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Ia mempunyai 1 orang dokter gigi, 3 orang
perawat, 1 orang sanitarian, dan 3 orang administrator. Wilayah kerjanya mencakup 1 kecamatan
dengan populasi 29500 jiwa. Sebagian transportasi dilakukan dengan motor, perahu, dan berjalan
kaki. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar lulus SD dan buta huruf.

PUSKESMAS 1,2,3
a. Pengertian
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab
atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Wilayah PUSKESMAS
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian
wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor
Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas ratarata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah
penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di
ibukota kecamatan dengan jumlah 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas Pembina

yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi
koordinasi.
Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
-

Kuratif (pengobatan)
Preventif (upaya pencegahan)
Promotif (peningkatan kesehatan)
Upaya promosi kesehatan meliputi penyuluhan penduduk : meningkatkan kesadaran
terhadap kesehatan lingkungan, perbaikan lingkungan sekitar.
Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan
umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
b. Program Kesehatan Puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
program kesehatan perorangan dan program kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Program
Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan secara terarah dan terencana untuk mencapai tujuan
program.
Program Promosi Kesehatan (Promkes) / Health Promotion:
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan, Survey
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu.
Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu
Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS),
Penyuluhan Penyakit Menular. Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan
pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah
ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah
penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan
vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik
tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek, Unit Gawat
Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan).
Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu
Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun Bersalin, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), Imunisasi.
Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin),
Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB.
Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi.
Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMIJAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat
umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN).
Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga, Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga Sistem
Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

c. Fungsi Puskesmas
4

1) Sebagai Pusat Pembangunan Keshatan Masyarakat di wilayah kerjanya.


2) Membina peran serta masyarakat di ilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan
untuk hidup sehat.
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah
kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara :

Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka

menolong diri sendirinya.


Memberikan petunjuk kepada masyrakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan

sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.


Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarkat dengan ketentuan benatuan tersebut tidak

menimbulkan ketergantungan.
Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyrakat.
Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

Puskesmas
d. Kedudukan
1) Kedudukan secara administrative :
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab
langsung baik teknik maupun administrative kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.
2) Kedudukan dalam hirarkhi pelayanan kesehatan :
Dalam urutan hirarkhi pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan
pada Tingkat Fasiilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.
e. Jangkauan Pelayanan Kesehatan
Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah sarana perhubungan dan kepadatan
penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah
mendapatkan pelayanan Puskesmas. Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan
meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, penempatan bidan di desadesa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas keliling. Di samping itu
penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu akan dapat menunjang
jangkauan pelayanan kesehatan.
Puskesmas Pembantu
Puskemas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Dalam Pelita V di wilayah kerja Puskesmas Pembantu
5

diperkirakan meliputi 2 sampai 3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2500 orang (di luar Jawa
Bali) sampai 10000 orang (di perkotaan Jawa Bali). Puskesmas Pembantu merupakan bagian
integral dari Puskesmas, dengan lain perkataan satu Puskesmas meliputi juga seluruh Puskesmas
Pembantu yang ada di dalam wilayah kerjanya.
Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang dilengkapi
dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya
yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Kegiatan Puskesmas Keliling adalah :
- Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyrakat di daerah terpencil yang tidak terjangkau
oleh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, 4 hari dalam 1 minggu.
- Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa.
- Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita dalam rangka rujukan bagi kasus gawat
darurat.
- Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audio-visual.
Bidan yang bertugas di desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatannya, akan ditempatkan
seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan tersebut adalah satu desa dengan jumlah penduduk ratarata 3000 orang. Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta masyarakat melalui
pembinaan Posyandu dan pertolongan persalinan di rumah-rumah. Selain itu juga menerima
rujukan masalah kesehatan anggota keluarga persepuluhan untuk diberi pelayanan seperlunya
atau dirujuk lebih lanjut ke Puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan terjangkau secara rasional.
f. Azas Penyelenggaraan Puskesmas 2,3
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah.
Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a.

Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga


berwawasan kesehatan

b.

Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di


wilayah kerjanya

c.

Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh


masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya

d.

Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan


terjangkau di wilayah kerjanya.

Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu,


Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas
lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas
pertanggung-jawaban wilayah.2
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat.
Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni Keterpaduan Lintas Program
dan Keterpaduan Lintas Sektor.6
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai
upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, Gizi,
Promosi Kesehatan, Pengobatan,
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa
3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
7

kesehatan, kesehatan gigi


4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait
tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan
lintas sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan
6) Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, tenaga kerja, dunia usaha.2
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.2
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari
satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun
secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan
Upaya Kesehatan Masyarakat. Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horizontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan
atas tiga macam :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal
operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan
pelayanan medik di Puskesmas.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat,
misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan
kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat
tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan

operasional,

tanggungjawab

yakni

penyelesaian

menyerahkan
masalah
9

sepenuhnya

kesehatan

kewenangan

masyarakat

dan

dan
atau

penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan


Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air
bersih)

kepada

Dinas

kesehatan

kabupaten/kota.

Rujukan

operasional

diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.2


Tabel 1. Jenjang tingkat pelayanan kesehatan1
Jenjang (Hirarki)
Tingkat Rumah Tangga

Komponen/ unsur pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh

Tingkat Masyarakat

keluarganya sendiri
Kegiatan
swadaya

masyarakat

dalam

menolong mereka sendiri oleh Kelompok


Paguyuban, PKK, anggota RW, RT, dan
masyarakat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Profesional Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Tingkat Pertama

Keliling, Praktek Dokter Swasta, Poliklinik

Fasilitas Pelayanan Rujukan Tingkat Pertama

Swasta
Rumah

Fasilitas Pelayanan Rujukan yang lebih tinggi

Laboratorium, Klinik Swasta, dll.


Rumah Sakit kelas B dan A serta Lembaga

Sakit

Kabupaten,

RS

Swasta,

Spesialistik Swasta, Lab Kesehatan Daerah,


Lab Klinik Swasta.
g. Organisasi dan Tenaga Kerja 3,4

Organisasi
Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:
a) Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan
mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan
jabatan fungsional.
b) Unsur pembantu pimpinan : Urusan Tata Usaha. Kepala Urusan Tata Usaha
mempunyai tugas di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan surat menyurat
serta pencatatan dan pelaporan.
c) Unsur pelaksana
1. Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional.
2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga, dan fasilitas daerha masing-masing.
3. Unit-unit terdiri dari:

10

Unit I mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak,


keluarga berencana dan perbaikan gizi.
Unit II mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
sederhana.
Unit III mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan tenaga kerja dan manula.
Unit IV mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan
kesehatan khusus lainnya.
Unit V mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan
upaya kesehatan masyarakat dan penyukuhan kesehatan masyarakat.
Unit VI mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan
rawat inap.
Unit VII mempunyai tugas melaksanakan kefarmasian

.
Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan
satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kotamadyam, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Puskesmas bertanggung
jawab memimpin, mengkoordinasikan semua unsur dalam lingkungan Puskesmas,
memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing. Setiap
uunsur di lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dari dan
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.

Peranan Dokter Puskesmas 5,6


Menjadi seorang dokter adalah sebuah aktivitas mulia bila dilandasi dengan niat yang
baik. Selain mempelajari berbagai macam teori mengenai penyakit dan obat-obatan yang sangat

11

detail, seorang dokter juga perlu belajar cara berinteraksi dengan orang lain, agar dapat
memberikan pelayanan holistik pada pasiennya.
WHO menetapkan 5 standar dokter ideal yang dirangkum dalam 5 stars doctor, antara lain:
1. Health care provider (penyedia layanan kesehatan) yaitu kemampuan dokter sebagai
tenaga medis, memberikan tindakan terhadap keluhan-keluhan pasiennya. Tindakan
kesehatan yang dilakukan dapat berupa kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.
2. Decision maker (pembuat keputusan), salah satu peran seorang dokter yaitu memberikan
keputusan terhadap suatu permasalahan, yang sudah ditimbang dari sudut pandang medis
dari ilmu yang dikuasainya.
3. Community leader (pemimpin komunitas), didalam lingkungan bermasyarakat, seorang
dokter harus dapat mengayomi masyarakat untuk dapat hidup sehat, dapat menjadi contoh
bagi komunitas disekelilingnya.

4. Manager (manajer), adakalanya seorang dokter akan menjadi pemimpin dari sebuah
lembaga kesehatan (puskesmas, DinKes atau Rumah Sakit), untuk itu, kemampuan
mengelola sistem, staf, dan berkolaborasi dengan struktur lembaga merupakan sesuatu
yang perlu dimiliki oleh setiap dokter.
5. Communicator (penyampai), memutuskan untuk menjadi seorang dokter, berarti
memutuskan untuk menjadi pekerja sosial, yang berhubungan dengan manusia. Di
masyarakat, dokter merupakan sosok panutan, lantaran karena ilmunya yang luas dan
kepeduliannya terhadap hidup sesama. Untuk itu, keterampilan berkomunikasi,
menyampaikan sesuatu dengan baik merupakan softskill yang harus dimiliki setiap dokter
Dalam menghadirkan pelayanan kesehatan, seorang dokter akan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya, antara lain perawat, ahli gizi, ahli farmasi, bidan, sanitarian dan
petugas administratif. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang area kerja masing-masing
disiplin ilmu, agar tidak saling tumpang tindih dan menimbulkan konflik lintas profesi.
1) Dokter Kepala Puskesmas sebagai seorang dokter / Medicus Practicus
Pendapat umum mengenai seorang dokter biasanya ialah seorang yang berilmu untuk
menyembuhkan orang sakit. Demikian pula masyarakat mengharapkan seorang dokter Kepala
12

Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun demikian, dalam
kenyataan bertanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak hanya mengobati orang
sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dari
masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Di samping itu ia berfungsi juga sebagai seorang
pemimpin dan seorang manajer pula.
Oleh karenanya dalam kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penderita sehari-sehari
pada waktu-waktu tertentu, dimana dokter Puskesmas sedang

melakukan tugas-tugas

manajemen Puskesmas dan tugas-tugas kemasyarakatannya, ia dapat mendelegasikan


wewenangnya kepada seorang perawat dan seorang Bidan. Dokter Puskesmas memeriksa dan
mengobati penderita rujukan (referral dari Perawat atau Bidan) saja. Akan tetapi masyarakat
biasanya kurang puas bila hanya diperiksa dan diobati seorang Perawat bila di Puskesmas ada
seorang dokter. Oleh karena itu kiranya waktunya diatur sedemikian rupa sehingga masyarakat
puas dan pekerjaan lain dapat terlaksana dengan baik. Misalnya pemeriksaan oleh dokter
dilakukan pada hari-hari tertentu saja dalam satu minggu, sedangkan pada hari-hari lain dokter
hanya memeriksa rujukan, sehingga masih ada waktu untuk melakukan tugas-tugas lain. Hal ini
perlu diumumkan kepada masyarakat secara jelas sehingga tidak terjadi salah paham.
Pentingnya kiranya seorang dokter Puskesmas dalam melakukan pemeriksaan dan
pengobatan penderita, pandangan dan cara berpikir dalam menentukan diagnose dan pengobatan
tidak hanya semata-mata ditujukan kepada penderita sebagai individu, tetapi kepada keluarga
penderita dan dihubunngkan pula dengan masyarakat lingkungan penderita tersebut. Dalam
melaksanakan pemeriksaan dan tindakan pengobatan pergunakanlah semua fasilitas yang ada
dan kemampuan yang dimiliki sebaik-baiknya. Hal ini sangat penting untuk memupuk
kepercayaan masyarakat dan para pejabat di lingkungan kecamatan kepada dokter Puskesmas
yang bersangkutan. Bilamana ada penderita yang tidak dapat diatasi dengan fasilitas dan
kemampuan yang ada, maka penderita perlu dikirim kepada Rumah Sakit yang diperkirakan
memiliki kemampuan untuk mengatasi penderita tersebut, tentunya dengan persetujuan penderita
setelah cukup diberi motivasi.
Ilmu pengetahuan terus berkembang, maka perlu kiranya diusahakan kesempatan untuk
mengikuti seminar klinik yang diselenggarakan I.D.I. bila ada, atau membaca majalah-majalah
bidang klinik maupun dalam bidang kesehatan masyarakat. Bila masih ada kesempatan untuk
melakukan praktek di luar jam kerjanya tentu bisa dilakukan tanpa mengabaikan tugas.
2) Dokter kepala puskesmas sebagai seorang manager
A) Organisasi dan Talaksana
13

Puskesmas mempunyai wilayah kerja satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan yang
langsung bertanggung jawab dalam bidang tehnis kesehatan maupun administratif kepada Kepala
Dinas Kesehatan Tingkat II (Dokabu). Puskesmas pembantu dan bidan di desa di dalam wilayah
kerja puskesmas merupakan bagian integral dari puskesmas. Puskesmas pembantu melaksanakan
sebagian tugas-tugas puskesmas sesuai dengan kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam
wilayah kerja tertentu yang merupakan sebagian dari wilayah kerja puskesmas.
Jenis dan jumlah tenaga puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama untuk setiap
puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang dicakup serta
keadaan geografis dan perhubungan di wilayah kerjanya. Namun demikian jumlah tenaga yang
tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan pada waktu sekarang, maka sementara diadakan pola
tenaga yang seragam bagi setiap puskesmas INPRES. Yang penting tenaga tersebut bekerja
dalam suatu team, berarti pekerjaan tenaga yang satu mengisi kekurangan dari tenaga lain dan
sebaliknya. Walaupun pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan tetapi semuanya dengan satu
tujuan, ialah meningkatkan kesehatan dari masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dan di bawah
satu pimpinan, ialah kepala Puskesmas. Tidak ada pengkotakkan struktur dalam Puskesmas.
Kepala Puskesmas perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan
dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga bisa diadakan pembagian
tugas dan giliran kerja yang merata diantara tenaga-tenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan baik. Pertemuan berkala antara kepala Puskesmas dengan segenap
stafnya (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa) perlu dilakukan secara teratur paling
sedikit 1 bulan 1 kali. Buku pedoman mini Lokakarya Puskesmas dengan lampirannya
merupakan pedoman untuk penyelenggaraan pertemuan berkala tersebut.
B) Bimbingan Teknis dan Supervisi
Selain pertemuan berkala dengan segenap staf Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas,
Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi bimbingan kepada staf
Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja, di Puskesmas, di Puskesmas Pembantu, di
lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali
dilakukan secara teratur untuk memelihara disiplin kerja staf Puskesmas. Dalam kunjungan ini
dimanfaatkan pula untuk meningkatkan sistem rujukan (referral system) dimana konsultasi dari
staf Puskesmas dapat dilakukan di tempat mereka bekerja, di samping melimpahkan pengetahuan
dan keterampilan kepada staf puskesmas yang bersangkutan.
C) Hubungan Kerja Antar Instansi Kecamatan
14

Camat merupakan koodinatif dari semua instansi/dinas tingkat kecamatan. Kepala


puskesmas bertanggung jawab secara tehnis kesehatan dan administratif kepada Dokabu.
Hubungan dengan camat merupakan hubungan koordinasi, namun demikian tanggung jawab
secara moril dari kepala Puskesmas terhadap camat tetap ada. Hubungan kerjasama yang baik
perlu dipupuk antara Puskesmas dengan semua instansi di tingkat kecamatan. Kepala Puskesmas
harus secara aktif mencari hubungan kerjasama dengan instansi-instansi di tingkat kecamatan.
Usaha kesehatan tidak dapat berjalan sendiri dan perlu kerjasama dengan instansi-instansi lain.
Pertemuan berkala antar instansi tingkat kecamatan perlu diadakan dibawah koordinasi pak
Camat.
D) Dokter Kepala Puskesmas sebagai Penggerak Pembangunan di Wilayah Kerjanya
Di samping hubungan langsung antara dokter Kepala Puskesmas dan staf dengan anggota
masyarakat sebagai pengunjung Puskesmas dalam rangka pemeriksaan, pengobatan dan
penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan hubungan kerjasama dengan masyarakat dalam
rangka membantu masyarakat menolong mereka sendiri dalam bidang kesehatan. Khususnya
dengan para permuka masyarakat dalam rangka memperbaiki nasib mereka baik dalam ruang
lingkup kesehatan maupun dalam hal-hal yang berhubunhan dengan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan mayarakat.
Seringkali masyarakat belum dapat mengenal masalah yang mereka hadapi, dan belum
bisa menentukan prioritas masalah yang perlu ditanggulangi. Kepala Puskesmas beserta beserta
segenap stafnya bekerjasama dengan instalasi-instalasi lain di tingkat kecamatan, perlu memberi
bimbingan kepada masyarakat untuk mengenal masalahnya dan menentukan prioritas masalah
yang perlu ditanggulangi sesuai dengan kemampuan swadaya mereka sendiri. Untuk itu perlu
dilakukan pertemuan-pertemuan baik secara individu dengan pemuka masyarakat, maupun
secara kelompok. Pertemuan ini biasanya dilakukan di luar jam kerja, sore atau malam. Bilamana
diperlukan latihan, maka kepala Puskesmas dan segenap stafnya harus dapat melayaninya.
3) Dokter Kepala Puskesmas sebagai Tenaga Ahli dan Pendamping Camat/ Public Health
Worker
Program pemerintah saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas sebagai seorang
sarjana secara merata di kecamatan-kecamatan. Dengan sendirinya harapan dari seluruh
masyarakat kecamatan adalah untuk mendapatkan manfaat dari keahliannya dalam bidang
kesehatan masyarakat maupun pandangan dan cara berpikir yang luas dan kreatif dari seorang

15

sarjana. Maka peranan dokter Puskesmas di kecamatan disamping sebagai pemimpin Puskesmas,
juga merupakan tenaga ahli dan pendamping camat.
Secara garis besar, dokter sebagai Pimpinan Puskesmas perlu memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen, seperti :
1. Analisis masalah program dan masalah kesehatan masyarakat
2. Fungsi perencanaan (merencanakan program)
3. Fungsi pengorganisasian (pendegelasian wewenang dan pembagian tugas pokok kepada staff
yang dipimpinnya)
4. Fungsi aktuasi ( memotivasi dan mengkoordinasikan pemenafaatan sumber daya dan kegiatan
sesuai dengan perannya masing-masing)
5. Fungsi pengawasan dan pengendalian (supervisi), mengukur kemajuan yang sudah dicapai dan
memberikan bimbingan kepada staff.
6. Fungsi evaluasi (mengkaji produktivitas, efisiensi dan efektivitas program)
MANAJEMEN KESEHATAN 6,7
Setiap kegiatan yang terorganisir dalam berbagai bidang tertentu selalu dilengkapi
dengan suatu perangkat manajemen dan perencanaan yang baik untuk kelancaran dan pencapaian
sasaran yang telah ditentukan berupa perencanaan untuk hari esok dan manajemen untuk hari ini.
Sehingga kita mendapat filosofi Planning for tomorrow and management for today. Istilah
manajemen kadang sering disebut sebagai administrasi dan juga dengan sebutan organisasi,
tetapi yang tepat ialah presentasi dari sekumpulan fungsi-fungsi yang terdapat pada suatu
organisasi, sedangkan orang yang ditunjuk dan dipercaya melaksanakannya disebut manejer atau
direktur. Apabila struktur organisasi demikian besardan terdiri dari berbagai divisi maka disebut
sebagai chief executive Officer.
Pengetahuan tentang manajemen penting dalam dunia kedokteran, terutama untuk mereka
yang bekerja sebagai pimpinan puskesmas atau rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya. Terry
dalam Seto (2004), mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan
penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC
yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pengarahan) dan
Controling (pengendalian). Dua fungsi yang pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental
16

sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik. Suatu manajemen bisa dikatakan
berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu
fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak
tercapainya proses yang efektif dan efisien.

1) FUNGSI PERENCANAAN (PLANNING)


Adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi. Perencanaan merupakan suatu blue print untuk
melaksanakan tugas atau aksi yang terdiri dari 5 elemen utama, yaitu sasaran, kebijakan,
program, tahapan pelaksanaan, dan pendanaan.
Strategi dan taktik dalam fungsi perencanaan dapat ditentukan dengan menggunakan
metode analisis SWOT. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) adalah
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam suatu program. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang
spesifik dari program dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi
kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai inputan untuk perancangan proses sehingga
proses yang dirancang dapat berjalan optimal, efektif, dan efisien. Namun analisis SWOT bisa
sangat subjective. Dengan demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sebagai arahan
dan bukan pemecahan masalah. Pembuat analisa harus sangat realistis dalam menjabarkan
kekuatan dan kelemahan internal. Kelemahan yang disembunyikan atau kekuatan yang tidak
terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan.
2. FUNGSI PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)
Seorang pimpinan mempunyai tugas merancangsuatu susunan atau struktur organisasi
yang didasarkan pada kebutuhan dan beban kerja yang telah dibuat agar setiap orang yang
ditempatkan dalam struktur organisasi dapat mengetahui tugas dan kewajibannya sehingga tidak
terjadi overlapping dalam melaksanakan pembagian tugas sesuai job description.
17

3. FUNGSI PENGARAHAN DAN IMPLEMENTASI (ACTUATING)


Adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Kegiatan dalam
Fungsi Pengarahan dan Implementasi antara lain :
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada
tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan dan menjelaskan kebijakan yang
ditetapkan.
4. FUNGSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN (CONTROLING)
Adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan yang dihadapi. Kegiatan
dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian antara lain :
Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target program sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan. Hal ini harus secara rutin dilakukan supaya terlihat pada point
mana target yang telah tercapai dan target yang belum tercapai sehingga dapat diambil langkah
penyelesaian.
Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.
Langkah ini harus selalu dilakukan agar setiap kesalahan yang ada dapat segera diperbaiki.
Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian
tujuan dan target program.
Agar tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dapat tercapai, maka manajemen
memerlukan unsur atau sarana atau the tool of management meliputi unsur 4 M yaitu:

Man (manusia)
Money (uang)
Methods (metode)
Materials (bahan)
WHO merekomendasikan metode dan teknik manajemen kesehatan berazaskan pada

Ilmu Perilaku (behavior science) atau metoda Kuantitatif yaitu suatu model manajemen yang
alamiah dan sederhana, antara lain berupa:
18

1.Struktur organisasi
Struktur organisasi yang jelek dan birokratis membuat program kesehatan tidak berjalan
dengan baik dan tidak efisien, memboroskan dana waktu.
2.Manajemen personal
Penempatan orang-orang yang professional sesuai dengan kemampuan dan bidang
keahliannya. The right man on the right place.
3. Sistem komunikasi
Perlu adanya system komunikasi dua arah antar petugas kesehatan serta komunikasi
antara departemen yang terkait agar masalah kesehatan yang bersifat lintas sektoral dapat
ditangani secara cepat dan terpadu.
4. Sistem informasi
Sistem informasi yang baik dan terintergrasi perlu dibentuk untuk keperluan monitoring
dan masalah kesehatan setiap saat ditingkat local dan tingkat nasional.
5. Management by objective
Mempersiapkan action plan atau sasaran dari setiap unit atau subunit yang diperlukan
pada struktur organisasi, personal, system komunikasi dan informasi dari suatu modal
manajemen.
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan, puskesmas perlu ditunjang oleh
manajemen puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban.
Planning suatu program di Puskesmas hanya bersifat perencanaan operasional dalam jangka
waktu pendek sehingga perlu diperhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan perencanaan
kesehatan yaitu :
-

Input atau saran untuk perencanaan berasal dari bawah atau lapangan (Bottom-Up

management)
Melaksanakan kebijakan atau pengarahan dari atas
Mekanisme planning tersebut ialah mekanisme kebersamaan

19

Memperhatikan sector-sektor lain yang memiliki kaitan dengan bidang kesehatan

sehingga tidak tumpang tindih melainkan ada sinkronisasi


Perencanaan disusun bersama antara puskesmas dan puskesmas pembantu.
Hasil planning dituang dalam suatu Program Kerja Tahunan ( Annual Plan Program) yang
akan merupakan pedoman Puskesmas dalam melaksanakan kegiatannya

Pengorganisasian didasarkan pada peraturan yang berlaku di masing-masing daerah wilayah


kerja kesehatan dengan memperhatikan fungsi Puskesmas yang telah ditetapkan. Struktur
organisasi Puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan kerja kesehatan di Kecamatan, yaitu:
-

Beban kerja Puskesmas


Masalah kesehatan yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas
Hubungan kerja puskesmas dengan camat sebagai kepala daerah merupakan hubungan

koordinatif, demi berhasilnya tujuan dalam bidang kesehatan.


Pimpinan puskesmas harus aktif dalam menciptakan hubungan kerja yang harmonis
dengan camat dan sector lain yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan

Puskesmas melaksanakan fungsi-fungsinya sesuai yang direncanakan yaitu:


-

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan bertindak sebagai rujukan dari Puskesmas

pembantu atau Posyandu


Mengadakan dan membina kerja sama lintas sektoral melalui pendekatan formal dan

informal
Mengkoordinasikan kegiatan puskesmas pembantu dan fasilitas kesehatan swasta
Mengadaakan pembinaan wilayah yang tentunya dalam bidang kesehatan
Pada kasus kejadian luar biasa (KLB), melakukan tindakan penanggulangan pertama

sambil membuat laporan ke Dinas Kesehatan tingkat II


Memberikan rekomendasi untuk perizinan pembukaan dan penyelenggaraan fasilitas
kesehatan oleh pihak swasta

Puskesmas lalu mengevaluasi program kerja tahunan dengan menilai apakah sesuai dengan
tolak ukur sederhana terhadap pencapaian target yang telah ditentukan.
Sekarang telah dibuat suatu system dan instrument untuk manajemen puskesmas, yaitu :
-

Microplanning puskesmas : perencanaan puskesmas (P1)


Mini lokakarya puskesmas : penggerakan dan pelaksanaan (P2)
Stratifikasi puskesmas : pengawasan dan penilaian (P3)

Pembagian tugas kerja didasarkan pada fungsi puskesmas sebagai suatu organisasi operasional
dalam kesehatan.
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang
20

undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku. Untuk terselenggaranya pengawasan dan
pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan pengawasan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal
dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah
terkait. Pengawasan mencakup aspek administrative, keuangan dan teknis pelayanan.
2. Pertanggungjawaban
Pada

setiap

akhir

tahun

anggaran,

kepala

puskesmas

harus

membuat

laporan

pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan


penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota serta pihak pihak terkait lainnya. Apabila terjadi penggantian kepala
puskesmas,

maka

kepala

puskesmas

yang lama

diwajibkan

membuat

laporan

pertanggungjawaban masa jabatannya.


Sesuai dengan amanat SKN 2004, dimana Puskesmas merupakan unit pelayanan
kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai
kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya. Sehingga perlu didukung oleh
kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan
dilakukan melalui forum pertemuan yang dikenal dengan Mini Lokakarya atau Lokakarya Mini.
Pada dasarnya ruang lingkup Lokakarya Mini ini sendiri meliputi dua hal pokok, yakni :
1) Lintas Program
Yang berfungsi untuk memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan
perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Tujuan dari lokakarya mini lintas program yang dilakukan intern puskesmas ini bertujuan untuk :
a) meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskemas, termasuk Puskesmas Pembantu dan
Bidan di Kelurahan;
b) mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yaitu
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK);
21

c) meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan sesuai perencanaan


RPK;
d) mengkaji pelaksanaan RPK yang telah disusun, memecahkan masalah yang terjadi dan
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.
2) Lintas Sektor
Dilakukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang
bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Tujuan dari pelaksanaan lokakarya
mini lintas sektor yang dilakukan per tiga bulanan, yakni :
a) memperoleh kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan mengembangkan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan;
b) mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta menyusun upaya
pemecahan masalah dalam bentuk rencana kerjasama.
Dalam pelaksanaannya proses manajemen puskesmas ini belum terlaksana dengan baik,
dimana dari beberapa puskesmas yang dilakukan supervisi pelaksanaan lokakarya mini ini masih
ditemukan kurangnya pemahaman yang benar tentang pelaksanaan lokakarya mini ini.
Puskesmas masih belum memedomani secara benar pelaksanaan lokakarya mini lintas program
dan lintas sektor. Hal ini dapat dilihat dari dokumen yang mencatat tentang pelaksanaan
lokakarya mini (notulen rapat) dan laporan lokakarya mini serta susunan acaranya. Sehingga
diharapkan dengan dilakukannya supervisi lokakarya mini yang masih akan dilaksanakan hingga
kesempatan mendatang, Puskesmas dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang
pelaksanaan Lokakarya Mini dan pada supervisi ke depannya Puskesmas telah mampu
mengaplikasikannya dalam pelaksanaan Lokakarya Mini baik lintas program maupun lintas
sektor secarabenar sesuai dengan pedoman yang ada. Kegiatan supervisi ini sebagai bentuk
kepedulian dari Kemitraan Pemerintah Kota dalam peningkatan proses manajemen puskesmas
yang diharapkan dapat menghasilkan perencanaan yang berkualitas dalam upaya meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

22

SISTEM KESEHATAN 6,7,8


Definisi sistem:
Gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh suatu proses atau suatu
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi salam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans)
Suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang
bekerja sebagai suatu uni organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif
dan efisien. (John McManama)
Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan
terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagaielemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan Sistem
Untuk menganalisis masalah program kesehatan (manajemen pelayanan kesehatan),
dibutuhkan suatu analisa sistem.
Definisi :
Penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam merancang suatu rangkaian
komponen-komponen yang berhubugan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (L. James Harvey)
Suatu strategi yang menggunakan metoda analisa, design, dsan manajemen untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahasan dan mencari
pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi.5

23

Gambar 1. Unsur-unsur sistem


Sumber : http://rofirofo.wordpress.com
Unsur-unsur Sistem
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur tenaga
(man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan variable
dalam melaksanakan evaluasi program.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsur
perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan pengawasan
(controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program.
3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system
dari suatu kegiatan.
4. Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam suatu kegiatan.
5. Umpan Balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus sebagai
masukan dalam kegiatan.
6. Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap system.
-

Lingkungan meliputi lingkungan fisik dan biologis, sosial budaya serta ekonomi.
Lingkungan fisik misalnya sumber atau saran air bersih, perumahan, limbah rumah

tangga atau industri, sarana komunikasi, transportasi, dan lain sebagainya.


Lingkungan biologis misalnya gambaran vector penyakit yang ada di wilayah tersebut.
Lingkungan sosial budaya menggambarkan derajat interaksi sosial dalam masyarakat,
misalnya pendidikan, sistem sosial yang ada(gotong royong), dan lain sebagainya.
24

Lingkungan ekonomi misalnya mata pencaharian, pendapatan, pengangguran, dan lain


sebagainya.
Tolak ukur keberhasilan:
Terdiri dari variable masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak.

Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program.

PENYELESAIAN MASALAH PROBLEM SOLVING CYCLE 8,9


Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang melibatkan
penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah
adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah
(Reed, 2000). Problem Solving merupakan gabungan dari alat, keterampilan dan proses. Disebut
alat karena dapat membantu dalam memecahkan masalah mendesak atau untuk mencapai tujuan,
disebut skills karena sekali mempelajarinya maka dapat menggunakannya berulang kali, disebut
proses karena melibatkan sejumlah langkah.
Problem solving cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah langkah
berkesinambunganyang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan alternatif terbaik
menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta mengevaluasi

hasil

kegiatan.
1. Analisis Situasi
Merupakan langkah awal perencanaan yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Dilakukan
dengan analisa data laporan organisasi kesehatan atau laporan sector lain, sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan tersebut. Juga mengetahui informasi potensi dan kelemahan organisasi,
peluang dan ancaman pada saat pelaksanaan program. Dirumuskan massalah program dan
masalah kesehatan masyarakat. Dimana pada kasus yang dibahas pada penulisan ini yaitu
masalah program. Masalah program berkaitan dengan pelaksanaan manajemen dan berkaitan
dengan sistem. HL Blum telah mengembangkan suatu kerangka konsep tentang hubungan antar
faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

25

Gambar 2. Konsep HL Blum


Sumber : http://nuegomez.blogspot.com
Analisis pelayanan kesehatan
Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, out put dan
dampak dari pelayanan kesehatan .Input meliputi aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan
prasarana kesehatan .Proses meliputi pengorganisasian, koordinasi, dan supervisi. Sementara
Output meliputi cakupan pelayanan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Analisis perilaku kesehatan
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan Analisis perilaku kesehatan meliputi
pemberian pelayanan kesehatan, pola pencarian pelayanan kesehatan, penanganan penyakit,
peran serta masyarakat atau ukbm, dan tentang kesehatan ibu dan anak Analisis program dan
pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, yaitu dengan
memperhatikan komponen input-proses-output. Akan tetapi aspek proses dalam program dan
pelayanan kesehatan sangat komplek dan berbeda-beda antar program maka analisis lebih
ditekankan

pada

aspek

input

dan

output

serta

peran

serta

masyarakat.

- Input meliputi tenaga, dana, fasilitas dan sarana kesehatan, kebijakan, teknologi yang
diterapkan. Langkah dalam analisis input : merinci secara jelas imput yang ada baik secara
kuantitatif maupun kualitatif
- Analisis Output Upaya kesehatan
26

Dari berbagai pelaksanaan program dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai oleh
program upaya kesehatan. Dalam analisis ini dibedakan Pencapaian program dan Output
program. Pencapaian program lebih bersifat statis artinya hanya menggambarkan keadaan
sampai suatu saat tertentu (misal: pencapaian imunisasi campak yang dinyatakan dalam %)
Output program lebih bersifat dinamis artinya, menggambarkan berapa banyak hasil yang
diprosuksi per satuan waktu (per bulan) misal. Jumlah pasien pada bulan x. Dengan mengetahui
output pada diketahui pola/ trend selama setahun. Trend ini pada dasarnya menggambarkan
kapasitas upaya kesehatan dan berguna untuk penetapan sasaran pada masa yang akan datang.
- Analisis peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat seringkali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program kesehatan.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam analisis peran serta masyarakat yaitu belum adanya ukuran
standar peran serta masyarakat dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat
dibandingkan

dengan

pengukuran

pada

daerah

lain

atau

waktu

yang

lain.

Contoh dari analisis partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kegiatan posyandu, rasio kader
aktif dengan jumlah balita di desa X.
Analisis lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh- pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara umum
lingkungan ini dibedakan atas dua macam yakni:

Lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat
disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macamnya, misalnya cuaca, musim,
keadaan geografis dan struktur geologi

Lingkungan non- fisik


Ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia.
Misalnya social budaya, norma, nilai dan adat istiadat.

Peran lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam- macam.
Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit (environmental reservoir), dengan
demikian perlu adanya analisis lingkungan. Analisis lingkungan fisik dapat berupa penyediaan
air bersih, keadaan rumah dan pekarangan (ventilasi, lantai, pencahayaan maupun kebisingan),
penanganan limbah rumah tangga dan limbah industry. Analisis lingkungan biologis
27

mengambarkan vektor penyakit, ternak dan sebagainya. Analisis sosial budaya menggambarkan
gotong royong dalam penanganan masalah kesehatan. Informasi mengenai keadaan sosial
ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Data ekonomi yang bisa digunakan: Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pendapatan perkapita, produk Domestik Refional Bruto (PDRB) per kapita, Upah
Minimal Regional (UMR).
2. Mengidentifikasi Masalah dan Prioritas Pemilihan Masalah
Yang dimaksud dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah
gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan, pelayanan kesehatan). Menurut definisi,
masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan. Perumusan
masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya kasenjangan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah dipandang
amat sangat penting, karena:
1. Terbatasanya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan
semua masalah.
2. Adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lain dan karena itu tidak perlu
semua masalah diselesaikan.
Cara yang dianjurkan dalam memilih prioritas masalah adalah memakai criteria yang
dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama tekhnik criteria matriks. Secara umum
dapat dibedakan menjadi tiga macam:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.
Ukuran pentingnya masalah banyak macam. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah:
Besarnya masalah (prevalence)
Akibat yang ditimbulkan oleh maslah (severity)
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need)
Keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit)
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
Suasana politik (politikal climate)
28

b. Kelayakan tekhnologi
Makin layak tekhnologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan
tekhnologi yang dimaksud adalah menunjukan pada pengasaan ilmu dan tekhnologi
yang sesuai.5
c. Sumber daya yang tersedia (Resource)
Makin tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi maslah makin
diprioritaskan masalah. Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga,dana,dan sarana.
Berikan nilai 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap criteria yang sesuai.
Prioritas masalah adalah jumlah yang paling besar.5
Tabel 2. Prioritas masalah1
No

Daftar

Importancy

TF

JUMLAH

masalah

ITR
P S

IP

3. Menentukan Tujuan Program


Harus dipahami dulu :
a. berapa besar sumber daya yang dimiliki
b. seberapa jauh masalah kesehatan yang akan dipecahkan (target program)
c. kapan target tersebut akan dicapai (target waktu).
Tujuan program penting untuk menyusun perencanaan dan evaluasi hasil akhir. Di tingkat
pelaksana program, tujuan program kesehatan dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional.
Tujuan operasional harus jelas besar sasaran dan targetnya, dan merupakan indikator
keberhasilan program. Target operasional ditetapkan dengan waktu (batas pencapaian) dan
hasil akhir yang ingin dicapai pada akhir kegiatan program. Indikator keberhasilan program
oleh penanggung jawab program dijabarkan ke dalam bentuk kegiatan harian.
Sebagai contoh, Pada akhir tahun 2010 di seluruh wilayah kerja puskesmas sudah harus
dicapai :
- Insiden kasus Tetanus Neonatorum 0%
29

- 90% Balita sudah mendapat Imunisasi Dasar


- 90% Bumil mendapat imunisasi TT dan 95% melaksanakan ANC (K4)
- Setiap sepuluh keluarga mempunyai sumber air sehat
Perumusan Tujuan Operasional program kesehatan harus bersifat SMART :
Spesific : jelas sasarannya dan mudah dipahami oleh staff pelaksana.
Measurable : dapat diukur kemajuannya.
Appropriate : sesuai dengan strategi, tujuan program dan visi/misi organisasi.
Realistic : dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas yang tersedia.
Time bound : sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan.
4.

Menetapkan Prioritas Jalan Keluar5


Karena kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi terbatas pilihlah salah satu dari

alternative jalan keluar yang paling menjanjikan. Cara pemilihan prioritas jalan keluar yang
dianjurkan adalah memakai criteria matriks.5
a. Efektifitas jalan keluar
Dengan memberi nilai 1(paling tidak efektif) sampai angak 5 (paling efektif). Untuk
menetapkan efektifitas jalan keluar, gunakan criteria:
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
Hitunglah besar masalah (magnitude) yang dapat diatasi apabila jalan keluar

tersebut dilaksanakan.
Pentingnya jalan keluar
Hitunglah penting jalan keluar (importancy) dengan mengatasi masalah yang

dihadapi, untuk setiap alternative.


Sensitifitas jalan keluar
Hitunglah sensitifitas jalan keluar (vunerability) dalam mengatasi masalah yang
dihadapi. Sensitifitas yang dimaksud dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar

mengatasi masalah.5
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternative jalan keluar, yakni dengan memberi
angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisien
diakitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan.
Hitunglah nilai P (prioritas) dengan membagi hasil perkalian nilai MIV dengan nilai C.
jalan keluar dengan nilai P paling tinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.5
30

Tabel 3. Prioritas jalan keluar1


NO

Daftar

alternative

jalan Efektifitas

Efisensi

Jumlah
M IV
C

keluar
M

1
2
3
5. Menyusun Rencana Kerja Operasional
- Alasan program ini dilaksanakan (why)
- Tujuan yang ingin dicapai (what)
- Kegiatan program, bagaimana cara mengerjakannya ( how)
- Pelaksana dan sasarannya (who)
- Sumber daya pendukung
- Tempat dan waktu pelaksanaan
6. Evaluasi Solusi Yang Dilaksanakan

Hasil yang dicapai sesuai dengan rencana (masalah terpecahkan)


Terdapat kesenjangan antara berbagai ketetapan dalam rencana dengan hasil yang dicapai

(tidak seluruh masalah teratasi)


Hasil yang dicapai lebih dari yang direncanakan (masalah lain ikut terpecahkan)
PENUTUP
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Puskesmas dipimpin
oleh seorang Kepala Puskesmas, yaitu seorang Dokter Umum. Syarat dokter umum yaitu
memenuhi criteria Five Stars Doctor, yaitu Health care provider, Decision makER , Community
leader, Manager, Communicator. Peran dokter Puskesmas yaitu sebagai medicus practicus,
manajer, dan public health worker. Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas memiliki
31

berberapa program-program kesehatan. Agar program Puskesmas dapat berjalan dengan baik,
dibutuhkan manajemen Puskesmas yang baik. Apabila program tidak mencapai target digunakan
analisa/ pendekatan sistem untuk dapat memgetahui sumber masalah yang terjadi. Untuk
mengatasi masalah yang terjadi digunakan problem solving cycle, dimana di dalamnya terdapat
pemilihan prioritas masalah dan jalan keluar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas. Pedoman kerja puskesmas. Jilid I. Jakarta:
Departeman Kesehatan RI; 1991. h.B1-51.
2.

Keputusan MenKes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes
RI; 2004.h.5,7, 15-8, 20-31.

3. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh
jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007. h.7.
4. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke-3.
Jakarta. Binarupa Aksara; 1997. h. 200-6.
5. Program pokok pelayanan puskesmas. 2010. Diunduh dari :
http://www.puskel.com/9-paparan-ringkasan-program-pokok-pelayanan-puskesmas,

15

Juni 2012.
6. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Jakarta: EGC; 1999.
7. McMahon R, Barton E, Piot M. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Ed 2. Jakarta:
EGC; 1995.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas. Jilid IV. Jakarta: DKRI; 1991.
9. Azwar A. Management puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan Repuplik Indonesia
tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departeman Kesehatan
RI;2004.h. 20-31.

32

Anda mungkin juga menyukai

  • Puskesmas Medangasem
    Puskesmas Medangasem
    Dokumen22 halaman
    Puskesmas Medangasem
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Referat Urtikaria Fiks
    Referat Urtikaria Fiks
    Dokumen25 halaman
    Referat Urtikaria Fiks
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Case Panic Attack
    Case Panic Attack
    Dokumen18 halaman
    Case Panic Attack
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • TB Paru-hepatotoksis
    TB Paru-hepatotoksis
    Dokumen5 halaman
    TB Paru-hepatotoksis
    tony_chris
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Sirosis Stella
    Presentasi Sirosis Stella
    Dokumen62 halaman
    Presentasi Sirosis Stella
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan
    Laporan Kegiatan
    Dokumen18 halaman
    Laporan Kegiatan
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • ARP-pbl Blok 27
    ARP-pbl Blok 27
    Dokumen14 halaman
    ARP-pbl Blok 27
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • SP Blok 8
    SP Blok 8
    Dokumen22 halaman
    SP Blok 8
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Case Dr. Ooki SP.B (K) Onk - CA Mammae Ukrida
    Case Dr. Ooki SP.B (K) Onk - CA Mammae Ukrida
    Dokumen19 halaman
    Case Dr. Ooki SP.B (K) Onk - CA Mammae Ukrida
    angelinrittho
    Belum ada peringkat
  • Artikel Evaluasi Prgram SPAL
    Artikel Evaluasi Prgram SPAL
    Dokumen16 halaman
    Artikel Evaluasi Prgram SPAL
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Case Kecil PPOK DR Philemon
    Case Kecil PPOK DR Philemon
    Dokumen7 halaman
    Case Kecil PPOK DR Philemon
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Evaluasi Prgram SPAL
    Lampiran Evaluasi Prgram SPAL
    Dokumen15 halaman
    Lampiran Evaluasi Prgram SPAL
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Keluarga
    Hipertensi Keluarga
    Dokumen26 halaman
    Hipertensi Keluarga
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • REVISI CASE IGD Papay
    REVISI CASE IGD Papay
    Dokumen1 halaman
    REVISI CASE IGD Papay
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penyuluhan Papay
    Laporan Penyuluhan Papay
    Dokumen6 halaman
    Laporan Penyuluhan Papay
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Sumbing Bibir Print
    Sumbing Bibir Print
    Dokumen16 halaman
    Sumbing Bibir Print
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • A5 Sken 3
    A5 Sken 3
    Dokumen36 halaman
    A5 Sken 3
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan Scabies
    Pembahasan Scabies
    Dokumen11 halaman
    Pembahasan Scabies
    Winda Anastesya
    Belum ada peringkat
  • Blok 13
    Blok 13
    Dokumen20 halaman
    Blok 13
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Case Kecil Hipertiroid DR Christina
    Case Kecil Hipertiroid DR Christina
    Dokumen23 halaman
    Case Kecil Hipertiroid DR Christina
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Arp Blok 26
    Arp Blok 26
    Dokumen39 halaman
    Arp Blok 26
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Inkontinensia Urin
    Inkontinensia Urin
    Dokumen18 halaman
    Inkontinensia Urin
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus 1
    Tetanus 1
    Dokumen26 halaman
    Tetanus 1
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Scabies
    Scabies
    Dokumen13 halaman
    Scabies
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Blok 15
    Blok 15
    Dokumen15 halaman
    Blok 15
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Blok 15
    Blok 15
    Dokumen15 halaman
    Blok 15
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak
    Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak
    Dokumen9 halaman
    Blok 13 Kesehatan Jiwa Anak
    Angelin Rittho Papayungan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen20 halaman
    Tetanus
    Angelin Rittho Papayungan
    0% (1)