Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima Januari 2014
Disetujui Mei 2014
Dipublikasikan Juni 2014
Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan bentuk intervensi peningkatan rasa percaya diri
melalui imagery training pada atlet wushu Jawa Tengah. Bentuk intervensi didesain setelah
dilakukan analisis kebutuhan rasa percaya diri. Penelitian dilakukan di Wisma Wushu Jawa
Tengah. Subyek penelitian adalah atlet wushu Jawa Tengah sebanyak 15 atlet. Instrumen
penelitian ini adalah tes self report dan model intervensi imagery training yang disesuaikan dengan
analisis kebutuhan. Penelitian ini didesain menggunakanan siklus-siklus. Langkah-langkah yang
dilakukan pada setiap siklus dilakukan dengan tahapan-tahapan perencanaan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Hasil latihan imagery dipengaruhi oleh
frekuensi latihan, latihan imagery akan bisa berhasil dengan lebih baik kalau dilatihkan setiap hari.
Atlet yang belum terbiasa dan tidak tekun akan muncul kebosanan, sehingga saat latihan atlet
tertidur. Atlet yang sudah bisa menyesuaikan dengan latihan akan sangat terbantu pada saat
pertandingan, mereka tidak terlalu kesulitan dan kebingungan ketika menghadapi serangan lawan.
Dalam pelaksanaan latihan perlu lebih dipantau lagi untuk atlet-atlet yang masih belum mandiri
dan masih membutuhkan bimbingan. Sementara untuk atlet yang sudah mandiri, bisa dilepas
untuk melakukan improvisasi latihan sendiri.
________________
Keywords:
Imagery training
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this study were to provide a form of interventions to increase self-confidence through imagery
training in Central Java wushu athlete. Interventions designed after a needs analysis of self-confidence. The
study was conducted at Wisma Wushu Central Java. Subjects were 15 athletes wushu Central Java.
Instrument used in this research was a self-report and models of training imagery interventions tailored to the
results of needs analysis. The steps performed on each cycle were the planning stages, action, observation, and
reflection. The training result were influenced by the frequency of imagery exercise, and imagery exercises will
be managed better if practiced every day. Athletes who are not familiar and not persevering will appear
boredom, and tend to fallen asleep during training session. Athletes who are able to adjust the exercise will be
greatly during the game, they are not overly trouble and confusion when faced with an opponent's attack. In
the implementation, there will be required monitoring , especially for athletes who have not self-sufficient and
need guidance . As for the athletes who are already independent, they will be able to improvise their own
practice.
Alamat korespondensi:
Gedung F1 Lantai 3 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: hensetya7@gmail.com
48
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
PENDAHULUAN
Seiring
dengan
arah
kebijakan
pembangunan nasional pasca reformasi, yang
memberikan dominasi pada kepentingan publik,
tantangan pembangunan olahraga menjadi
semakin berat. Persoalan olahraga menjadi
semakin kompleks, yang apabila tidak
dikendalikan secra cermat dan serius, bisa jadi
pembangunan olahraga akan bergerak ke arah
yang salah. Ada tiga tantangan utama yang
harus diperhatikan dalam pembangunan
olahraga: 1) tingginya tuntutan publik terhadap
prestasi olahraga Indonesia, 2) menjadikan
olahraga sebagai instrumen pembangunan, dan
3) desentralisasi pembangunan olahraga.
Ketiga tantangan tersebut, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama perlu
dicermati dan diantisipai secara sunguhsungguh. Adanya keinginan yang kuat untuk
melaksanakan ketiganya dalam satu ayunan
kebijakan, sungguh dibutuhkan kerja keras dan
komitmen yang tinggi.
Satu kenyataan yang saat ini sulit
dipungkiri adalah bahwa prestasi olahraga
Indonesia kian hari kian menunjukkan
penurunan. Karena itu, tidaklah heran berbagai
kritikan dan kecaman masyarakat selalu saja
muncul dan dialamatkan kepada mereka yang
dianggap bertanggung jawab. Sebenarnya
sejumlah upaya telah dilakukan, namun upaya
tersebut
nampaknya
tidak
kunjung
membuahkan hasil. Kendati ada sejumlah atlet
yang berhasil menjadi juara di berbagai event,
namun keberhasilan mereka seolah tak mampu
membendung laju kemerosotan prestasi yang
terjadi.
Olahraga dalam kenyataannya telah
menjadi perhatian banyak pihak, tidak saja
insan-insan olahraga tetapi juga birokrat,
militer, pengusaha, intelektual, insan pers dn
masyarakat umum. Hal ini berarti bahwa
olahraga telah masuk ke dalam domain publik
dan bukan lagi merupakan monopoli mereka
yang mengaku insan olahraga semata.
Keterlibatan banyak pihak dengan berbagai latar
belakang yang berbeda tersebut merupakan hal
yang positif. Meskipun hal tersebut juga
49
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
merampungkan
tugasnya
dengan
baik
(Bandura, 1986).
Weinber dan gould (1995) menjelaskan
bahwa rasa percaya diri memberi dampak
positif pada emosi, kosentrasi, sasaran, usaha,
strategi dan momentum. Dalam beberapa situasi
tertentu, sekalipun seorang atlet telah berlatih
dengan
dengan baik dan menunjukkan
peningkatan yang baik dari latihannya, bisa jadi
pada saat pertandingan dia tidak mampu
menampilkan kemampuannya dengan baik.
Efektivitas gerakannya yang selama latihan
tampil dengan baik seolah-olah pudar begitu
saja ketika sedang bertanding. Kecepatan
gerakannya menjadi menurun, sebaliknya dia
menjadi tampil sangat kaku. Atlet tersebut bisa
jadi menghadapi masalah kurang percaya diri.
Oleh karena itu dia menjadi ragu-ragu dalam
mengambil
keputusan,
kesulitan
dalam
menentukan momentum yang tepat untuk
melakukan serangan, kehilangan kosentrasi
pada saat bertahan dan tidak berani mengubah
strategi karena dipengaruhi oleh kecemasan.
Kurangnya rasa percaya diri akan
mempengaruhi keyakinan dan daya juang sang
atlet. Masalah yang muncul saat berlatih
maupun bertanding bisa saja memperlemah rasa
percaya dirinya, meski sang atlet sudah berlatih
dengan baik. Apalagi jika masalah yang
dihadapi berkaitan dengan konsep dirinya.
Misalnya, sang atlet selalu memandang dirinya
kurang baik, kurang sempurna, maka seruan
cemoohan penonton bisa dianggap konfirmasi
atas kekurangan dirinya, meskipun pada
kenyataannya
atlet
tersebut
tergolong
berprestasi.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut
peneliti tertarik untuk mengkaji secara khusus
aspek psikologis ini terutama pada aspek
percaya diri, khususnya pada atlet cabang
olahraga wushu. Menilik karakteristik cabang
olahraga wushu yang merupakan cabang
olahraga tak terukur, terdapat banyak variabel
di luar teknis pertandingan dan perlombaan
yang akan ikut menentukan keberhasilan atlet
dalam meraih prestasi.
Terkait dengan masalah psikologis
tersebut ada pengalaman yang sangat pahit
50
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
51
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
2.
3.
4.
5.
52
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
53
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
54
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
D. Imagery training
Imagery sering disebut dengan guided
imagery, visualization, latihan mental, atau self
hypnosis. Imagery adalah teknik yang biasa
digunakan oleh psikolog olahraga untuk
membantu seseorang memvisualisasikan atau
melatih mental berkaitan dengan kegiatan yang
akan dilakukan. Dalam konteks olahraga,
imagery digunakan untuk membantu atlet
membuat visualisasi yang lebih nyata berkaitan
dengan pertandingan atau kompetisi yang akan
dijalaninya.
Imagery
membantu
atlet
untuk
menciptakan gambaran yang riil berkaitan
dengan kesulitan dan masalah-masalah yang
mungkin akan dihadapi oleh para atlet selama
pertandingan. Seperti diketahui, atlet seringkali
membuat gambaran yang tidak nyata baik
tentang dirinya maupun tentang lawan yang
akan dihadapi. Menganggap lawan lebih
superior, kemampuan teknisnya masih rendah
atau lingkungan pertandingan yang menekan
seringkali muncul di benak para atlet ketika
menyiapkan diri untuk sebuah pertandingan.
Efeknya, seringkali atlet merasa rendah
diri dan akhirnya merasa cemas yang
berlebihan. Jika berlanjut terus menerus, maka
kecemasan tersebut akan mengganggu performa
atlet tersebut. Kecemasan yang muncul sebelum
bertanding akan mengurangi konsentrasi dan
membuat penampilannya menurun.
Selain itu, Imagery juga dapat membantu
atlet untuk meningkatkan motivasinya.
Dengan gambaran diri yang jelas, maka
atlet
akan
menyadari
kelebihan
dan
kekurangannya. Kelebihan dapat dia gunakan
sebagai senjata untuk mengalahkan lawan,
sedangkan kelemahan bisa menjadi evaluasi
agar kekurangan-kekurangannya bisa ditutupi
dengan teknik yang lain.
Imagery
juga
digunakan
untuk
membayangkan hasil akhir yang diharapkan.
Dalam bahasa yang lain, atlet diajak untuk
E. Panduan Imagery
Jika baru pertama kali mempraktikkan
teknik ini, akan lebih baik jika seorang atlet
didampingi oleh seorang fasilitator yang terlatih.
Tugas dari fasilitator ini adalah membantu atlet
menjalani tahap demi tahap secara optimal.
Selain itu, video atau rekaman atau catatancatatan juga penting untuk membantu
menentukan arah proses melakukan imagery
training ini. setelah merasa nyaman dengan
teknik ini, seorang atlet bisa mencobanya
sendiri. Berikut ini tahap-tahap yang harus
dilalui dalam menjalankan latihan imagery ini.
1. Duduklah di tempat yang nyaman dan
tidak ada gangguan.
2. Nyamankan tubuh dengan mengambil
nafas panjang dan perlahan-lahan.
3. Tutup mata dan ciptakan gambaran yang
jelas dan meyakinkan. Gambaran ini bisa
jadi merupakan gambaran dari peristiwa
yang pernah dialami atau bisa juga sesuatu
yang diinginkan.
4. Jika tiba-tiba muncul gambaran lain yang
mengganggu atau tiba-tiba berfikir tentang
sesuatu yang lain, segeralah sadari dan
kembali ke gambaran semula.
5. Fokuslah pada pernafasan jika kehilangan
gambaran yang diinginkan tadi.
6. Pertahankan sikap yang positif.
7. Bayangkan penglihatan, suara-suara, rasa,
perasaan, bahkan bau dari pengalaman.
8. Catatlah detil-detil dari gambaran tersebut
sebaik mungkin. Apa yang dipakai, siapa
saja yang ada disana, apa yang didengar,
bagaimana perasaan Anda?
55
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
9.
a.
b.
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini didesain dalam penelitian
tindakan. Penelitian tindakan adalah penelitian
yang berorientasi pada penerapan tindakan
dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada suatu kelompok
subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang
bersifat
penyempurnaan
tindakan
atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Peneliti akan memberikan intervensi
imagery
training
dalam
bentuk
untuk
meningkatkan rasa percaya diri. Bentuk
intervensi akan didesain setelah dilakukan
analisis kebutuhan rasa percaya diri.
Penelitian dilakukan di Wisma Wushu
Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan selama 4
bulan, dimulai bulan Agustus 2011 sampai
dengan Nopember 2011.
Subyek penelitian adalah atlet wushu
Jawa Tengah sebanyak 15 atlet. Instrumen
penelitian ini adalah tes self report dan model
intervensi imagery training yang disesuaikan
dengan analisis kebutuhan. Penelitian ini
didesain menggunakanan siklus-siklus. Siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
diinginan yang mengacu pada tujuan penelitian.
Langkah-langkah yang dilakukan pada setiap
siklus dilakukan dengan tahapan-tahapan
perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Sebelum
pelaksanaan
penelitian
tindakan kelas terlebih dahulu dilakukan
persiapan-persiapan seperti berikut:
56
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
2. Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil siklus I yang masih
jauh dari yang diharapkan, maka dilakukan
penyesuaian-penyesuaian lagi. Terutama untuk
57
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
PEMBAHASAN
Hasil self report atlet pada siklus I
dibandingkan dengan hasil pre test, ternyata
menunjukkan adanya peningkatan, begitu juga
pada hasil siklus II. Hasil ini menunjukkan
bahwa latihan imagery yang dilatihkan pada
atlet terbukti menunjukkan ada hasil yang
positif. Latihan imagery berupa langkah strategi
yang akan diterapkan dalam pertandingan yang
selama ini dilatihkan pada atlet ternyata berhasil
diterapkan dengan baik oleh atlet pada saat
pertandingan.Kekurangan yang terjadi pada
awal latihan adalah lebih pada belum
tersosialisasikannya bentuk latihan imagery
pada atlet. Selama ini atlet cenderung berlatih
fisik dan teknik, sama sekali mereka tidak
pernah melatihkan imagery training secara
khusus. Untuk itu dalam penelitian ini atlet
membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa
menyesuaikan diri dengan bentuk latihan
imagery training. Memang seharusnya latihan
ini dilakukan setiap hari pada atlet, sehingga
pada akhirnya nanti tanpa bantuan audio atlet
sudah bisa melakukan sendiri dengan strategi
yang bisa mereka susun sendiri sesuai dengan
style mereka masing-masing. Waktu yang
digunakan untuk latihanpun pada akhirnya
akan bisa mereka atur sendiri, sesuai dengan
waktu dimana mereka merasa sebagai waktu
yang paling sesuai untuk mereka. Sebelum
latihan imagery atlet melakukan latihan
relaksasi untuk mengkondisikan tubuh dan
SIMPULAN
Hasil latihan imagery dipengaruhi oleh
frekuensi latihan, latihan imagery akan bisa
berhasil dengan lebih baik kalau dilatihkan
setiap hari. Atlet yang belum terbiasa dan tidak
tekun akan muncul kebosanan, sehingga saat
latihan atlet tertidur.
58
Heny Setyawati / Journal of Physical Education, Health and Sport 1 (1) (2014)
Costas I. Karageorghis, Peter C. Terry. 2011. Inside
Sport Psychology. Australia: Human Kinetics
Cox, R.H., 2007. Sport psychology, consept &
applications. Boston: McGraw Hill
Dallowey, M. 1993. Concentration: Focus your mind,
power
your
game.
Arizona:
Optimal
Performance Institute
Harris, D.V.& Harris B.L. 1984. The atlete,s guide to
sports psychology: mental skills for physical people.
NY: Leisure Press
Nasution, Y. 1996. Model program latihan mental bagi
atlet, dalam Gunarsa, SD. Satiadharma, M.P.
Soekasah(editor): Psikologi olahraga, teori dan
praktik. Jakarta: BPK Gunung Sahari
Nideffer, R.M. 1993. Concentration and attention control
training: in J.M. Williams (Ed) Applied sport
psychology: personal growth to peak performance
(2nded.)(pp. 243-261). Mountain View, CA:
Mayfield
Satiadharma, M.P. 2000. Dasar dasar psikologi
olahraga. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan
Schmid, A & Peper, E. 1993. Training strategies for
concentration: In J.M. Williams (Ed). Applied
sport psychology: Personal growth to peak
performance (2nded.)(pp. 243-261). Mountain
View, CA: Mayfield
Weinberg, R.S. 1988. The mental advantage. Developing
your psychological skills in tennis. Champaign,
IL: Leisure Press
Weinberg, R.S. & Gould, D. 1995. Foundation of
sporty and exercise psychology. Champaign, IL:
Human Kinetics.
59