Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap perekonomian di Indonesia, serta

kebijakan perdagangan Internasional

NAMA : RENOE CRIS BINANTO


NPM : 1112210101

UNIVERSITAS PANCASILA

1. Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap Perekonomian Indonesia.


Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan
untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara
lain. Ekspor barang secara besar membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima.
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor pada umumnya adalah
tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang
secara besar membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.
Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor

a. Kondisi Ekspor di Indonesia


Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya
strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi
ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli
barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.
Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi
faktor penentu daya saing suatu produk. Adapun selama periode ini , ekspor dari sepuluh
golongan barang memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas.Kesepuluh
golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau
peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada
pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang
dari kayu, serta timah.
Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode
Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada Ekspor produk pertanian,
produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen,
21,04 persen, dan 21,57 persen.

Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi


ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor produk
pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar
10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen.

Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak
dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin
menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen
atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on
year mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.

b. Kondisi Impor Indonesia


Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan
penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama
Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77
persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang
modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen.
Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama
Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99
persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80
persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen,
plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27
persen.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga persen
yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen.
Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor nonmigas
dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan.

2. Kebijakan Perdagangan internasional


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Jika dibandingkan dengan
pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan
kompleks. Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya. Barang-barang
tersebut harus melewati berbagai macam peraturan seperti pabean (batas-batas wilayah yang
dikenai pajak), yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan pemerintah.

3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang,
taksiran atau timbangan, hukum dalam perdagangan, dsb.
4. Sumber daya alam yang berbeda.
Kebijakan perdagangan bebas
Kebijakan ini menghendaki perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya hambatan
apapun dari pemerintah, baik hambatan tariff maupun hambatan kuota.

Kebijakan proteksi
Ada dua alasan kuat yang mendorong lahirnya kebijakan proteksionisme, yaitu melindungi
perekonomian domestik dari tindakan negara atau perusahaan asing yang tidak adil, dan
melindungi industri-industri domestik yang baru berdiri (infant industry). Industri-industri
domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya yang masih tinggi, sehingga sulit
bersaing dengan industri asing yang memiliki struktur biaya rendah (karena sudah memiliki skala
ekonomi yang besar). Proteksi bertujuan untuk melindungi industri domestik yang sedang berada
dalam tahap perkembangan. Proteksi ini memberi kesempatan kepada industri domestik untuk
belajar lebih efisien dan memberi kesempatan kepada tenaga kerjanya utnuk memperoleh
keterampilan. Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara. Jika suatu saat industri domestik
dirasakan sudah cukup besar dan mampu bersaing dengan industri asing, maka proteksi akan
dicabut.
Ada banyak hambatan yang digunakan sebagai instrument kebijakan proteksionis. Hambata itu
bertujuan utnuk melindungi industri dalam negeri terhadap persaingan luar negeri. Bentuk
hambatan proteksionis dalam perdagangan luar negeri tersebut, yaitu:

1. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek kebijakan ini
terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling umum adalah tarif atas barangbarang impor atau yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari bea impor adalah membatasi
permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen menggunakan
produk domestik. Semakin tinggi tingkat proteksi suatu negara terhadap produk domestiknya,
semakin tinggi pula tarif pajak yang dikenakan. Perbedaan utama antara tarif dan proteksi
lainnya adalah bahwa tarif memberikan pemasuka kepada pemerintah sedangkan kuota tidak.

2. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga macam kuota,
yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam
jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang
diproduksi, dan kuota ekspor adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk
membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela yang
disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah
kesepakatan antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara
pengimpor.

Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat memperoleh
harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi jumlah ekspor. Dengan
demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat ditingkatkan.
Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuanserbuan luar negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara importir.
a. Harga barang melambung tinggi,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c. Meningktanya produksi di dalam negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir.
a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
c. Produksi di dalam negeri berkurang.

3. Lapangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya barang-barang tertentu
ke dalam negeri. Kebijakan larangan impor dilakukan untuk menghindari barang-barang yang
dapat merugikan masyarakat.

4. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah dengan memberikan bantuan kepada produk dalam negeri.
Subsidi yang dilakukan pemerintah dapat berupa keringanan pajak, pemberian fasilitas,
pemberian kredit bank yang murah ataupun pemberian hadiah atau insentif dari pemerintah.
Adanya subsidi, harga barang dalam negeri menjadi murah, sehingga barang-barang hasil
produksi dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang impor.

5. Dumping
Dumping adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara dengan cara menjual barang ke luar
negeri lebih murah daripada dijual di dalam negeri.

3. Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian Indonesia


Perdagangan internasional membawa pengaruh yang cukup besar dalam perekonomian
Indonesia. Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif, ada pula yang negatif. Berikut ini
beberapa dampak yang ditimbulkan dari pedagangan internasional.

1. Dampak Positif Perdagangan Internasional


Berikut ini beberapa dampak positif perdagangan internasional.
a. Saling membantu memenuhi kebutuhan antarnegara

Terjalinnya hubungan di antara negara-negara yang melakukan perdagangan dapat memudahkan


suatu negara memenuhi barang-barang kebutuhan yang belum mampu diproduksi sendiri.
Mereka dapat saling membantu mengisi kekurangan dari setiap negara, sehingga kebutuhan
masyarakat terpenuhi.
b. Meningkatkan produktivitas usaha
Dengan adanya perdagangan internasional, kemajuan teknologi yang digunakan dalam proses
produksi akan meningkat. Meningkatnya teknologi yang lebih modern dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang-barang.
c. Mengurangi pengangguran
Perdagangan internasional dapat membuka kesempatan kerja baru, sehingga hal ini menjadi
peluang bagi tenaga kerja baru untuk memasuki dunia kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan oleh perusahaan, maka pengangguran dapat berkurang.
d. Menambah pendapatan devisa bagi negara
Dalam kegiatan perdagangan internasional, setiap negara akan memperoleh devisa. Semakin
banyak barang yang dijual di negara lain, perolehan devisa bagi negara akan semakin banyak.

2. Dampak Negatif Perdagangan Internasional


Selain dampak positif, perdagangan internasional juga memberikan dampak negatif bagi
perekonomian Indonesia. Berikut ini beberapa dampak negatif dari perdagangan internasional.
a. Adanya ketergantungan dengan negara-negara pengimpor
Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang yang tidak diproduksi dalam negeri, pemerintah akan
mengimpor dari negara lain. Kegiatan mengimpor ini dapat mengakibatkan ketergantungan
dengan negara pengimpor.
b. Masyarakat menjadi konsumtif
Banyaknya barang-barang impor yang masuk ke dalam negeri menyebabkan semakin banyak
barang yang ada di pasar baik dari jumlah, jenis, dan bentuknya. Akibatnya akan mendorong
seseorang untuk lebih konsumtif, karena semakin banyak barang-barang pilihan yang dapat
dikonsumsi.
c. Mematikan usaha-usaha kecil
Perdagangan internasional, dapat menimbulkan persaingan industri dengan negara-negara lain.
Industri yang tidak mampu bersaing tentu akan mengalami kerugian, sehingga akan mematikan
usaha produksinya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai