METODE PENELITIAN
Paritas
(+)
Paritas
(-)
Paritas
(+)
Paritas
(-)
Kasus
(Ibu yang Mengalami
Perdarahan Postpartum
Primer)
Kontrol
(Ibu yang Tidak
Mengalami Perdarahan
Postpartum)
Keterangan :
n
Z1-
Z1-
P1
P2
= (P1+P2)/2
OR
0 = Tidak ada, jika ibu tidak mengalami riwayat persalinan buruk sebelumnya
1 = Ada, jika ibu mempunyai riwayat persalinan buruk sebelumnya.
7. Status anemia adalah ada atau tidak adanya anemia pada ibu sebelum bersalin
yang tercatat pada kartu status, dikategorikan menjadi :
0 = Tidak anemia yaitu bila kadar Hb ibu > 11,0 gr%
1 = Anemia yaitu bila kadar Hb ibu < 11,0 gr% .
Skala
Pengukuran
0 = tidak
1 = ya
Ordinal
0 = 2 dan 3
1 = >3
Ordinal
Variabel Independen
Paritas
Variabel Confounder
Umur
Pendidikan
Jarak Antar Kelahiran
Riwayat Persalinan Buruk
Sebelumnya
Status Anemia
0 = 20 35 thn
1 = >35 thn
0 = tinggi
1 = rendah
0 = >2 thn
1 = <2 thn
0 = tidak ada
1 = ada
0 = tidak anemia
1 = anemia
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik ganda yang
bertujuan untuk mendapatkan model faktor risiko yang paling baik (fit) dan
sederhana (parsinomy) yang dapat menggambarkan pengaruh paritas setelah
dikontrol variabel umur, pendidikan, paritas, jarak antar kelahiran, riwayat persalinan
buruk sebelumnya, dan status anemia terhadap perdarahan postpartum primer.
Analisis multivariat tidak memerlukan asumsi-asumsi seperti pada regresi linier
ganda, yaitu : eksistensi, independensi, linearitas, homosedasitas dan normalitas.
Pemodelan multivariat menggunakan model faktor risiko karena satu variabel
independen telah diyakini mempunyai hubungan dengan variabel dependen dengan
mengontrol beberapa variabel confounding.
Dimulai dengan memasukkan semua variabel yang mempunyai nilai p<0,25
pada analisis bivariat dengan menggunakan metode backward. Jika ada kovariat yang
menurut substansi keilmuan harus masuk ke dalam model multivariat, kovariat
tersebut tetap dimasukkan ke dalam model multivariat walaupun nilai p>0,25.
Variabel yang masuk ke dalam model harus mempunyai p-Wald<0,05, bila
tidak variabel tersebut dikeluarkan dari model dimulai dari p-Wald yang terbesar
dengan memperhatikan logika substansi sampai didapatkan model akhir yang paling
sederhana (semua variabel mempunyai nilai p-Wald<0,05).
Setelah memproleh model yang fit dan mempunyai p-Wald yang signifikan,
selanjutnya memeriksa kemungkinan adanya interaksi ke dalam model. Penilaian ada
tidaknya variabel interaksi dimulai dengan menciptakan perkalian multiplikatif
variabel-variabel yang mungkin berinteraksi. Kemudian menilai kemaknaannya
dengan melihat nilai p-Wald, bila variabel interaksi mempunyai nilai p-Wald yang
bermakna maka variabel interaksi penting untuk dimasukkan ke dalam model.
Kemudian melakukan pemeriksaan confounding dengan cara mengeluarkan
variabel confounder yang dipertimbangkan untuk keluar model satu persatu dimulai
dari variabel yang memiliki nilai p-Wald yang terbesar. Variabel kovariat tersebut
dapat dievaluasi dengan membandingkan koefisien atau OR masing-masing kovariat
pada model dengan dan tanpa kovariat tersebut. Jika perbedaan tersebut besar
(>10%), berarti kovariat tersebut tidak dapat dikeluarkan dari model karena akan
mengganggu estimasi koefisien kovariat lainnya. Dengan kata lain variabel tersebut
merupakan confounder untuk variabel lainnya.
Model yang digunakan untuk interpretasi adalah :
Log (p / 1 p) = + 1X1 + 2X2 + . + iXi
Untuk probabilitas kejadian suatu penyakit dapat ditulis sebagai berikut
(Murti, 1997):
dimana :
p = probabilitas kejadian suatu penyakit
= konstanta
i = koefisien regresi
Xi = variabel independen
e = bilangan natural (2,71828)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan pada tanggal 11
Agustus 1928 yang berlokasi di Jl. Prof. HM. Yamin SH No. 47 Medan. Pemilik
rumah sakit ini adalah Pemerintah Kota Medan sejak 27 Desember 2001, dengan
kualifikasi Kelas B Pendidikan, status rumah sakit Swadana pada tanggal 11 Februari
1998, penilaian Akreditasi Dasar tanggal 14 April 2000 dan Akreditasi Lengkap
tanggal 16 Desember 2006. RSUD Dr. Pirngadi Medan resmi menjadi Rumah Sakit
Pendidikan pada tanggal 10 April 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan memiliki luas 76.990 m2
dengan ruang rawat inap berjumlah 29 ruangan dan rawat jalan (klinik rawat jalan)
berjumlah 58 klinik.
Dalam usaha pelayanan medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan terdiri dari beberapa unit, yaitu:
1. Penyakit Dalam
2. Bedah
3. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Kesehatan Anak
5. Penyakit Mata
6. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
DIREKTUR
Bag.
Umum
Bag.
Keuangan
Bag.
Perlengkapan
Pemeliharaan
Subbag.
Tata
Usaha
Subbag.
Perbenda
haraan
Subbag.
Inventaris
RS
Subbag.
Kepega
waian
Subbag.
Mobilisa
si Dana
Subbag.
Pengadaan
Baranga
Subbag.
Hukum/
Humas
Subbag.
Akntansi
&
Vrifikasi
Subbag.
Perguda
ngan
Bid.
Pelayanan
Medis
Bid.
Pelayanan
Keperawatan
Seksi
Prncnaan &
Pngmbngn
Pel. Medis
Seksi
Prncnaan &
Pgmbngn
Pel. Kprwtn
Seksi
Monitoring
& Evaluasi
Pel. Medis
Seksi
Monitoring
& Evaluasi
Pel. Kprwtn
Bid.
Pelayanan
Penunjang
Medis
Bid.
Pendidikan
& Pelatihan
Bid.
Penelitian
&
Pngmbngn
Bid.
Pngolhn Data
& Rkm Medis
Seksi Pel.
Penunjang
Sarana
Medis
Seksi
Pndidikan
& Platihan
Pegawai
Seksi
Pnelitian
Seksi
Pengolahan
Data R. Jalan
& R. Inap
Seksi
Pelayanan
Penunjang
Sarana
Non Medis
Seksi
Pndidikan
& Platihan
Non Pgwai
Seksi
Perpusta
kaan
Seksi Rekam
Medik
Kasus
n
%
Kontrol
n
Total
n
11
30
26,8
73,2
15
26
36,6
63,4
26
56
31,7
68,3
19
22
46,3
53,7
5
36
12,2
87,8
24
58
29,3
70,7
8
33
19,5
80,5
9
32
22,0
78,0
17
65
20,7
79,3
20
21
48,8
51,2
9
32
22,0
78,0
29
53
35,4
64,6
37
4
90,2
9,8
22
19
53,7
46,3
59
23
72,0
28,0
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok kasus dengan faktor
risiko paritas >3 berjumlah 17 orang (41,5%), berumur >35 tahun berjumlah 11 orang
(26,8%), memiliki pendidikan rendah berjumlah 19 orang (46,3%), memiliki jarak
antar kelahiran <2 tahun berjumlah 8 orang (19,5%), memiliki riwayat persalinan
buruk sebelumnya berjumlah 20 orang (48,8%), dan mengalami anemia berjumlah 37
orang (90,2%).
Kelompok kontrol dengan faktor risiko paritas >3 berjumlah 13 orang
(31,7%), berumur >35 tahun berjumlah 15 orang (36,6%), memiliki pendidikan
rendah berjumlah 5 orang (12,2%), memiliki jarak antar kelahiran <2 tahun
berjumlah 9 orang (22,0%), memiliki riwayat persalinan buruk sebelumnya berjumlah
9 orang (22,0%), dan mengalami anemia berjumlah 22 orang (53,7%).
maka variabel
dengan nilai p-Value<0,25 yang masuk ke dalam model multivariat yaitu paritas,
umur, pendidikan, riwayat persalinan buruk sebelumnya dan status anemia.
Kemudian dilakukan analisis regresi logistik ganda dengan metode
backward, yaitu memasukkan semua variabel independen ke dalam model, tetapi
kemudian satu per satu variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan
kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang dapat masuk dalam model regresi
logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p-Value<0,05 pada uji Wald. Hasil
analisis regresi logistik ganda dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
Variabel
B
Exp(B)
SE
Paritas
0,919
2,506
0,790
Umur
-1,194
0,303
0,809
Pendidikan
1,648
5,194
0,661
Riwayat Persalinan
0,862
2,369
0,570
Buruk Sebelumnya
Status Anemia
1,908
6,743
0,660
Constant
-2,110
0,675
-2 Log Likelihood=84,089 Likelihood Ratio=29,588
p-Wald
0,245
0,140
0,013
0,130
95% CI
0,53;11,78
0,06;1,48
1,42;18,96
0,78;7,24
0,004
0,002
1,85;24,60
p-Value=0,001
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat signifikansi log likelihood (0,001) < (0,05)
mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Berdasarkan uji Wald maka
variabel yang masuk ke dalam model regresi logistik adalah pendidikan dan status
anemia. Walaupun tidak bermakna, variabel paritas tetap dimasukkan ke dalam
model karena merupakan variabel utama sebagai faktor risiko yang memengaruhi
perdarahan postpartum primer.
Kemudian dilakukan analisis regresi logistik ganda kembali sampai
menghasilkan variabel-variabel penting dalam model regresi logistik ganda yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Variabel-Variabel Penting Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
Variabel
B
Exp(B)
SE
p-Wald
95% CI
Paritas
0,117
1,124
0,551
0,832
0,38;3,31
Pendidikan
1,767
5,850
0,637
0,006
1,68;20,38
Status Anemia
2,056
7,812
0,657
0,002
2,16;28,29
Constant
-2,062
0,650
0,002
-2 Log Likelihood=89,337 Likelihood Ratio=24,339
p-Value=0,001
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat signifikansi log likelihood (0,001) < (0,05)
mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Berdasarkan uji Wald maka
variabel-variabel penting yang masuk dalam model regresi logistik ganda adalah
pendidikan dan status anemia. Walaupun tidak bermakna, variabel paritas tetap
dimasukkan ke dalam model karena merupakan variabel utama sebagai faktor risiko
yang memengaruhi perdarahan postpartum primer.
Kemudian dilakukan uji kolinearitas untuk mengetahui adanya hubungan
yang kuat antar variabel independen dengan melihat nilai p pada uji Chi Square. Bila
nilai p<0,05, maka terjadi kolinearitas sehingga variabel tidak dapat bersama dalam
satu model.
Tabel 4.7 Uji Kolinearitas Variabel Independen
Paritas
Pendidikan
Paritas
Pendidikan
0,033
Status Anemia
0,832
0,140
Status Anemia
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat gejala kolinearitas antara
paritas dengan pendidikan (p=0,033 < =0,05) sehingga tidak dapat bersama dalam
satu model multivariat. Maka alternatif model yaitu :
1. Log p (PPP) = f(paritas, status anemia)
2. Log p (PPP) = f(pendidikan, status anemia)
Kemudian dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya interaksi antar
variabel utama dengan variabel pengganggu, yaitu dengan memeriksa kemaknaan
hubungan antara variabel interaksi dengan variabel dependen.
p-Wald
0,365
0,001
0,003
95% CI
0,58;4,29
2,41;27,02
p-Value=0,001
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas terlihat signifikansi log likelihood (0,001) <
(0,05) mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Maka model akhir regresi
logistik ganda terdiri dari paritas dan status anemia.
Kemudian dilakukan pemeriksaan confounding yaitu mengevaluasi variabel
status anemia yang diduga sebagai variabel confounder dengan membandingkan
koefisien atau OR variabel paritas pada model regresi logistik dengan atau tanpa
variabel status anemia. Jika perbedaan koefisien tersebut besar (>10%) berarti
variabel tersebut merupakan konfounder untuk variabel paritas.
95% CI
0,62;3,77
0,58;4,29
Exp (B)
3,87%
yang memiliki paritas 2-3 setelah dikontrol status anemia (OR=1,59 ; 95% CI
0,58;4,29).
Probabilitas (risiko) individu untuk mengalami perdarahan postpartum primer
berdasarkan nilai-nilai prediktor dihitung dengan persamaan :
Artinya, risiko perdarahan postpartum primer pada ibu yang memiliki paritas
>3 dan mengalami anemia sebesar 69%.
BAB V
PEMBAHASAN
pada dinding uterus sehingga plasenta tidak dapat lahir. Memijat uterus dan
mendorongnya ke bawah secara paksa padahal plasenta belum terlepas dari dinding
uterus dapat menyebabkan atonia uteri. Usaha untuk mengeluarkan plasenta ditunggu
sampai 30 menit. Bila plasenta belum lahir, maka dilakukan manual plasenta
(Wiknjosastro, 2005).
berfikir,
dimana
seseorang
yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional,
umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah.
Tingkat pendidikan formal seorang ibu berkaitan dengan pengetahuan dan
kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinannya sehingga
termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.
Wanita dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang
lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga Berencana (KB), memilih
makanan yang bergizi dan mencari pelayanan antenatal.
makanan kaya zat besi. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah anemia
sangat penting untuk dilakukan yaitu berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama masa kehamilan untuk mencegah perdarahan postpartum primer yang dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin (Depkes RI, 2002).
disebabkan variabel tidak bermakna dalam analisis bivariat dan mengingat variabel
yang berpengaruh dianalisis sekaligus sehingga pengaruh paritas terhadap perdarahan
postpartum primer dikontrol variabel yang lebih besar pengaruhnya. Dari uji
confounding variabel status anemia bukan merupakan variabel pengganggu bagi
hubungan paritas dengan perdarahan postpartum primer tetapi tetap dipertahankan
dalam model multivariat karena secara substansi ilmu dan pengujian statistik
multivariat membuktikan bahwa status anemia merupakan faktor risiko perdarahan
postpartum primer.
Berdasarkan analisis regresi logistik ganda disimpulkan meskipun tidak
bermakna secara statistik risiko perdarahan postpartum primer 2 kali lebih besar pada
ibu yang memiliki paritas >3 dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas 2-3
setelah dikontrol status anemia (OR=1,59 ; 95% CI 0,58;4,29).
Persamaan model regresi yang didapat adalah :
Log p (PPP)
Pada ibu dengan paritas tinggi akan mempengaruhi keadaan uterus ibu, karena
semakin sering ibu melahirkan maka fungsi reproduksi mengalami penurunan, otot
uterus terlalu regang dan kurang dapat berkontraksi dengan normal sehingga
kemungkinan terjadi perdarahan postpartum primer lebih besar. Paritas tinggi bukan
saja berhubungan dengan fungsi reproduksi yang telah menurun, tetapi juga riwayat
perdarahan pada persalinan sebelumnya atau riwayat anemia yang bisa menambah
risiko perdarahan postpartum primer. Oleh karena itu, pada ibu dengan paritas tinggi
dan memiliki riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk harus dirujuk ke rumah
Artinya, risiko perdarahan postpartum primer pada ibu yang memiliki paritas
>3 dan mengalami anemia sebesar 69%
4. Kemungkinan ada faktor lain yang tidak diprediksi tetapi justru berpengaruh
besar terhadap penyakit yang diteliti yang dapat menimbulkan bias perancu.
5. Tidak dapat memberikan Incidence Rate.
6. Variabel yang diteliti terbatas.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Penyebab utama perdarahan postpartum primer dalam penelitian ini adalah
retensio plasenta yaitu sebesar 53,7%, diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%,
atonia uteri sebesar 14,6%, dan inversio uteri sebesar 2,4%.
2. - Risiko perdarahan postpartum primer 2 kali lebih besar pada ibu yang
memiliki paritas >3 dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2 dan 3 meskipun
tidak bermakna secara statistik (OR=1,53 ; 95% CI 0,62;3,77).
- Umur >35 tahun bukan merupakan faktor risiko perdarahan postpartum
primer (OR=0,64 ; 95% CI 0,25;1,62).
- Risiko perdarahan postpartum primer pada ibu yang berpendidikan rendah 6
kali lebih besar dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi (OR=6,22 ; 95%
CI 2,03;19,04)
- Jarak antar kelahiran <2 tahun bukan merupakan faktor risiko perdarahan
postpartum primer (OR=0,86 ; 95% CI 0,30;2,51).
- Risiko perdarahan postpartum primer pada ibu yang memiliki riwayat
persalinan buruk sebelumnya 3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak
memiliki riwayat persalinan buruk sebelumnya (OR=3,39 ; 95% CI 1,30;8,84)
- Risiko perdarahan postpartum primer pada ibu yang anemia 8 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak anemia (OR=7,99 ; 95% CI 2,40;26,53).
6.2 Saran
1. Kepada ibu hamil dengan faktor risiko paritas tinggi dan anemia secara rutin
memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan agar kesehatan ibu dapat
dikontrol dalam upaya mencegah perdarahan postpartum primer.
2. Kepada pihak rumah sakit agar melakukan pencatatan rekam medis pasien
dengan lengkap.
3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel penelitian yang
lebih besar agar dapat menggambarkan pengaruh faktor risiko terhadap
perdarahan postpartum primer.