2093 4776 1 SM
2093 4776 1 SM
Jurnal MIPA
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM
Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel:
Diterima 1 Februari 2012
Disetujui 29 Maret 2012
Dipublikasikan April 2012
Keywords:
Internal transcribed spacers
(ITS)
Musa
PCR-RFLP
Abstract
Banana is the fourth most important staple foods in developing countries which has
very high diversity. Microsatellite markers can be able to differentiate bananas cultivars which have A and B genomes, but this marker has restrictions. It requires a
speci ic primer which is takes time and the costs expensive enough. Polymerase Chain
Reaction Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) of the ribosomal
DNA internal transcribed spacer (ITS) was able to classify banana cultivars based
on the restriction band ITS regions cut by RsaI enzyme. The DNA collection from 15
banana cultivars from the Laboratory of Genetics and Molecular Biology Department
of Biological Science UNNES have been classi ied its genome based on microsatellite.
Banana cultivar ampli ied using the primers ITS L and ITS 4 produce ITS fragment
at 700 bp. The cutting of ribosomal DNA ITS fragments by RsaI enzyme produce 530
bp fragment that was unique for the A genome, the other fragment 350 bp and 180
bp genome are unique for the B genome. Comparison result of genomic classi ication
based on microsatellite and PCR-RFLP of ribosomal DNA ITS regions showed that the
genome classi ication was similar.
Alamat korespondensi:
Gedung D6 Lantai 1 FMIPA Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: aminrn2010@yahoo.com
ISSN 0215-9945
Pendahuluan
al. 2000).
Penentuan genom AA dan AAA
menggunakan penanda ini belum dapat
dilakukan, karena untuk membedakan kultivar
yang bergenom diploid dan triploid tidak
didapati pita atau ciri yang bersifat spesi ik.
Hal ini juga terjadi pada penanda mikrosatelit,
sehingga untuk mendapatkan keakuratan genom
pisang yang diploid dan triploid diperlukan
uji menggunakan penanda lain. Untuk
menentukan tingkat ploidi yang lebih akurat
dapat dilakukan analisis sitometri yang sensitif
untuk membedakan tingkat ploidi, tetapi kurang
sensitif membedakan komposisi genom poliploid
(Dolezel et al. 2004).
Kultivar pisang yang bergenom AAB adalah
Kapal, Raja Sableng, Lase, dan Solok. Kepok Awu,
Raja Bandung, Prabumulih dan Sobo Londoh
Putih bergenom ABB. Hasil pengklasi ikasian
genom kultivar pisang berdasarkan PCR-RFLP
pada ITS DNA ribosom (Tabel 2), menunjukkan
bahwa kultivar Nona dan Lampung bergenom
AA, sedangkan Barley dan Ketip Gunung Sari
bergenom AA/AAA. Angleng dan Poto bergenom
AAA. Pengklasi ikasian tersebut didasarkan pada
penanda mikrosatelit (Retnoningsih et al. 2009).
Pengklasi ikasian 15 kultivar pisang
berdasarkan fragmen ITS DNA ribosom
menghasilkan dendogram dengan nilai koe isien
kemiripan antara 0,804-1,00 (Gambar 4). Tingkat
keanekaragaman ditentukan oleh nilai koe isien
kemiripan, semakin besar nilai koe isien
kemiripan, maka semakin dekat hubungan
kekerabatan antar kultivar.
Dendogram menunjukkan 15 kultivar
tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, 1)
kultivar Kapal, Prabumulih, Raja Sableng, dan
Lase masuk kedalam kelompok dengan genom
AAB dan berkerabat dekat dengan kelompok
genom ABB. 2) kultivar Sobo Londoh Putih,
Kepok Awu, Raja Bandung dan Prabumulih
masuk dalam kelompok ini. 3) bergenom AA/
AAA memiliki hubungan kekerabatan yang cukup
jauh dengan kelompok genom AAB dan ABB, hal
ini ditunjukkan oleh koe isien kemiripan yang
cukup jauh.
Berdasarkan penanda morfologi, kultivar
Raja Bandung termasuk pisang meja, memiliki
ukuran buah sedang, bentuk buah membulat dan
kulit buah tipis. Kultivar Kepok Awu termasuk
ke dalam grup Kepok yang memiliki ciri ukuran
buah sedang, penampang melintang buah
sangat persegi, kulit buah tebal dan daging buah
berwarna kuning apabila telah masak. Subgrup
Sobo salah satunya Sobo Londoh Putih, termasuk
buah olahan, memiliki ukuran buah sedang-
panjang dan daging buah akan berwarna putihkrem apabila telah masak (Jumari & Pudjoarinto
2000).
Penentuan genom menggunakan metode
PCR-RFLP pada daerah ITS DNA ribosom lebih
sederhana dan lebih mudah dilakukan, hal ini
karena primer yag digunakan bersifat universal,
sehingga ampli ikasi yang dilakukan lebih
mudah dan e isien. Pada mikrosatelit, primer
yang digunakan bersifat spesi ik sehingga perlu
dilakukan pembuatan primer yang sesuai dan
membutuhkan waktu dan biaya yang relatif
lebih mahal. Kemurnian DNA sebagai cetakan
dalam proses PCR pada penanda mikrosatelit
membutuhkan kemurnian yang sangat tinggi,
sehingga dengan DNA genom yang telah disimpan
dalam jangka waktu cukup lama kemungkinan
daerah mikrosatelit untuk terampli ikasi sangat
rendah (Retnoningsih komunikasi pribadi 2011).
Perbandingan genom yang didasarkan
pada PCR-RFLP daerah ITS DNA ribosom dan
mikrosatelit dapat dilihat pada Tabel 3. Klasi ikasi
genom kulivar pisang didasarkan pada pita hasil
pemotongan daerah ITS DNA ribosom, penentuan
genom kultivar diperoleh dari pita spesi ik yang
didapati dari hasil potongan. Kultivar pisang
yang hanya memiliki pita spesi ik untuk genom
A dapat digolongkan menjadi kelompok genom
AA atau AAA, pada hasil klasi ikasi kultivar
Nona dan Lampung menjadi kelompok AA,
kultivar Barley dan Ketip Gunung Sari menjadi
kelompok genom AA/AAA dan kutivar Ampyang,
Angleng, dan Poto menjadi kelompok AAA, hal
ini didasarkan pada pengelompokkan genom
berdasarkan penanda mikrosatelit. Pada kultivar
yang memiliki pita spesi ik untuk genom A dan
B, genomnya ditentukan menjadi kelompok AAB
dan ABB bukan AABB atau ABBB hal ini juga
ditentukan berdasarkan rujukan pengelompokan
berdasarkan penanda mikrosatelit (Retnoningsih
et al. 2009).
Hasil perbandingan genom kultivar
pisang menggunakan penanda mikrosatelit dan
penanda PCR-RFL daerah ITS DNA ribosom
menunjukkan genom yang sama. Hal ini
menunjukkan pemanfaatan penanda PCR-RFLP
yang didasarkan pada pemotongan daerah ITS
DNA ribosom menggunakan enzim RsaI mampu
mengklasi ikasikan genom kultivar pisang
dengan cara yang lebih sederhana dan lebih
e isien dalam hal biaya dan waktu.
Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah terdapat keanekaragaman
25
Gambar 1. Elektroforegram DNA genom pada gel agaros 0,8%. 1.Kapal, 2. Raja sableng, 3. Lase, 4.
Raja solok, 5. Sobo londoh putih, 6. Kepok awu, 7. Raja bandung, 8. Prabumulih, 9. Ketip gunung sari,
10. Ampyang, 11. Angkleng, 12. Poto, 13. Barley, 14. Nona, 15. Lampung.
Gambar 2. Elektroforegram produk PCR pada gel agaros 1,2%. 1. Ketip gunung sari, 2. Ampyang, 3.
Angkleng, 4. Poto, 5. Barley, 6. Nona, 7. Lampung, 8. Kapal, 9. Raja sableng, 10. Lase, 11. Raja solok, 12.
Sobo londoh putih, 13. Kepok awu, 14. Raja bandung, 15. Prabumulih.
Gambar 3a. Elektroforegram hasil pemotongan daerah ITS DNA ribosom menggunakan enzim RsaI
pada agaros 2%. M: Marker, 1: Ketip gunungsari (AA/AAA), 2: Ampyang (AAA), 3: Angkleng (AAA), 4:
Poto (AAA), 5: Barley (AA), 6: Nona (AA), 7: Lampung (AA).
26
Gambar 3b. Elektroforegram hasil pemotongan daerah ITS DNA ribosom menggunakan enzim RsaI
pada agaros 2%. M: Marker, 8: Sobo londoh putih (ABB), 9: Kapal (AAB), 10: Kepok awu (ABB), 11:
Raja bandung (ABB), 12: Prabumulih (ABB), 13: Raja sableng (AAB), 14: Lase (AAB), 15: Raja solok
(AAB).
Gambar 4. Dendogram 15 kultivar pisang berdasarkan penanda PCR-RFLP pada ITS DNA ribosom
27
Asal koleksi
Diperta
Diperta
PKBT
PKBT
Diperta
PKBT
PKBT (Yogyakarta)
PKBT (Tasik malaya)
PKBT
Lase Solok
Sobo Londoh Putih
Kepok Awu
Raja Bandung
Prabumulih
Kepok Klutuk
AAB
AAB
ABB
ABB
ABB
ABB
PKBT
Diperta
Diperta
Diperta
PKBT
Diperta
Tabel 2. Penentuan genom kultivar pisang berdasarkan fragmen pemotongan daerah ITS DNA
ribosom menggunakan enzim RsaI
Kultivar pisang
350 bp
Genom
180 bp
Barley
xx
Nona
xx
AA
Lampung
xx
AA
xx
AA/AAA
Ampyang
xx
AAA
Angkleng
xx
AAA
Poto
xx
AAA
Kapal
xx
AAB
Raja sableng
xx
AAB
Lase
xx
AAB
Raja solok
xx
AAB
Kepok awu
xx
xx
xx
ABB
Raja bandung
xx
xx
xx
ABB
Prabumulih
xx
xx
xx
ABB
xx
xx
xx
ABB
28
AA/AAA
Tabel 3. Perbandingan genom kultivar pisang didasarkan pada mikrosatelit dan PCR-RFLP daerah
ITS DNA ribosom
Genom berdasarkan
mikrosatelit*
Barley
AA/AAA
AA/AAA
Nona
Lampung
Ketip Gunung Sari
Ampyang
Angkleng
Poto
Kapal
Raja Sableng
Lase
AA
AA
AA/AAA
AAA
AAA
AAA
AAB
AAB
AAB
AA
AA
AA/AAA
AAA
AAA
AAA
AAB
AAB
AAB
AAB
ABB
ABB
ABB
ABB
AAB
ABB
ABB
ABB
ABB
Kultivar pisang
Daftar Pustaka
Azrai M. 2005. Pemanfaatan marka molekuler
dalam proses seleksi pemuliaan tanaman. J
Agrobiogen 1(1): 26-37
Chikmawati T, Megia R, Widyastuti U, Farikhati IN.
1998. Kariotipe Musa acuminata Mas Jambe
dan M. balbisiana Klutuk Wulung. Hayati 5:
54-57
Darmono TW. 1996a. Analisis keanekaragaman
genetik tanaman dengan teknik molekuler.
Hayati: 7-11
. 1996b. Pemanfaatan PCR untuk
29
30