Dr. Pembimbing
(112013045)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. S
Usia: 70 tahun
No. RM:
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cawang, Jakarta
II. SUBJEKTIF
Dilakukan secara alloanamnesis dengan pasien pada Rabu, 24 Juli 2014 jam 14.00 WIB di
ruang ICU RSAU.
Keluhan utama
Keluhan tambahan : Batuk pilek dan sesak nafas satu minggu SMRS
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang dibawa oleh keluarga dengan keluhan tidak sadarkan diri sejak 3 hari
SMRS. Pasien juga dikeluhkan tidak bisa makan. Sejak 1 minggu SMRS pasien batuk
berdahak berwarna putih, tidak berdarah, dan ada sesak saat bernapas. Riwayat trauma
disangkal keluarga pasien. Demam disangkal keluarga pasien. Mual dan muntah juga
disangkal keluarga pasien.
Pasien memiliki riwayat stroke berulang sejak tahun 2012 dan 2013. Sejak stroke
1
terakhir, pasien memiliki kesulitan dalam menggerakkan anggota tubuhnya terutama bagian
kanan. Ada kesulitan berbicara namun pasien masih bisa makan dengan normal. 1 bulan
SMRS, terjadi penurunan dalam menggerakkan anggota badan pasien.
1 hari SMRS, perawat pribadi pasien menyadari mata pasien tidak bisa dibuka, dan
ketika disuap mulutnya tidak bisa membuka dan tidak dapat untuk mengunyah makanan.
Makanan yang diberikan saat itu adalah bubur lunak dan abon sapi. Tangan pasien yang
awalnya masih bisa digerakkan saat itu tidak dapat bergerak. Akhirnya pasien dibawa ke RS
keesokkan harinya karena tidak terjadi perbaikkan.
Di UGD RSAU, pasien diberikan penanganan berupa cairan melalui infus dan obatobatan dan dianjurkan untuk dirawat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat stroke berulang namun tidak rutin berobat. Pasien
mengalami stroke pertama kali pada tahun 2012. Pasien mengalami pendarahan pada otak
kiri. Pasien sempat dirawat di rumah sakit. Stroke kedua terjadi saat akhir 2013. Pasien
datang dengan keluhan kejang di seluruh tubuh. Kejang terjadi kurang lebih 15 menit. Pasien
dirawat selama 3 hari di ICU dan dirawat di ruangan merpati selama 10 hari. Stroke yang
dialami pasien adalah stroke iskemik di otak kiri. Sejak terkena stroke kedua, pasien tidak
dapat berbicara dan sulit menggerakan kaki dan tangannya. Pasien namun pasien masih bisa
mengunyah makanan lunak dan memiliki perawat pribadi di rumah. Pasien beraktivitas
sehari-hari di tempat tidur saja, dibantu oleh perawatnya.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu.
Pasien juga sempat terkena serangan jantung 5 tahun yang lalu. Pasien juga memiliki riwayat
patah pada bahu kanan pada tahun 2013 saat dalam perjalanan menuju RS saat mengalami
serangan stroke kedua dan sejak itu pergerakan pasien dibatasi. Pasien rutin berobat untuk
hipertensinya hanya sampai tahun 2013, dan tidak dilanjutkan. Obatnya adalah valsartan 5
mg. Sedangkan untuk diabetesnya, obatnya masih diminum. Obat yang terus diminum
asetilsistein 200 mg dalam 5 bulan terakhir, neurodex, glukoneuron.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien memiliki 4 orang anak. Suami pasien sudah meninggal. Pasien tinggal
2
bersama seorang perawat dan anak bungsunya. Di keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit darah tinggi maupun kencing manis. Hepatitis B juga disangkal oleh keluarga
pasien.
Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Pasien memiliki tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien jarang berolahraga saat
muda dan senang mengkonsumsi makanan manis seperti cake dan biskuit. Pasien juga
senang makan makanan seperti jeroan dan daging kambing.
III.
OBJEKTIF
Status Pasien
Kesadaran
Kesan Gizi
: kurang
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,8 oC
2. Status Generalis
Kepala :
normocephali, deformitas (-), warna rambut putih dan tipis, distribusi merata,
tak mudah dicabut.
Wajah :
Ekspresi sakit sedang, pucat (-), kemerahan (-) sianosis (-), wajah simetris.
3
pecah, sianosis(-),
gigi dan gusi : oral higiene kurang, flek/bolong/karies gigi (+), gusi warna
pink ungu, tanda inflamasi dan perdarahan gusi (-), lidah normoglossi
mukosa faring dan tonsil : warna pink tanpa bercak. Ulkus palatum (-),
Leher :
bentuk & ukuran normal, deviasi trakea (-), KGB & kelenjar thyroid normal,
Thoraks
Paru
Inspeksi
:warna kulit sawo matang, sternum normal datar, tulang iga &
ekspirasi,
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor. batas jantung dengan paru kanan, paru kiri, batas atas
jantung normal.
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Supel, massa (-), turgor normal, rigiditas (-), Nyeri Tekan (-),
Nyeri Lepas (-), hepar, lien, vesica vellea normal, undulasi (-), ginjal
ballotement (-)
Perkusi
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Bentuk, Bulu rambut, Jari, Kuku, Telapak tangan, Punggung tangan Normal.
Kulit kering pecah-pecah.
Palpasi : hangat (+/+), oedem (-/-).
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : bentuk, bulu rambut, jari, kuku, telapak kaki normal, kulit kering pecahpecah.
Palpasi : Akral hangat (+/+), oedem (-/-),
3. Status Neurologis
Kesadaran Kualitatif
: Apatis
Kesadaran Kuantitatif
: E3V1M5, GCS 9
Gerakan Abnormal
: tidak ada
:+
Brudzinski I
:+
Brudzinski II : +
Lasegue
:+
Kernig
:+
5
Saraf kranialis
Kanan
Kiri
Subjektif
Objektif
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ditengah
Ditengah
Ke segala arah
Ke segala arah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3 mm
3 mm
N. I
N. II
Visus
Lapang Pandang
Melihat warna
Funduskopi
N. III, IV, VI
Nistagmus
Diplopia
Ptosis
Pupil : diameter
Refleks cahaya
Langsung
Tidak langsung
N. V
Motorik
Sensorik
(+)
(+)
Refleks kornea
(+)
(+)
N. VII
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
(-)
(-)
istirahat
Menyerigai
(-)
(-)
Mencucu
(-)
(-)
Kembung pipi
(-)
(-)
Rinne
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Schwabach
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Indera pengecap
N. VIII
Uji garputala :
N. IX, X
Disfagia
(-)
(-)
Disfonia
(-)
(-)
Disastria
(-)
(-)
Menelan
(-)
(-)
Refleks muntah
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ditengah
Ditengah
Uvula
N. XI
M. Trapezius
M.
Sternocleidomastoideus
N. XII
Lidah
Tremor
(-)
Atrofi
(-)
Fasikulasi
Pergerakan lidah
Penjuluran lidah
(-)
Tidak tampak kelainan
(-)
(-)
istirahat
Badan dan Anggota Gerak
Ekstermitas atas
Trofik
Tonus
Kekuatan motorik
Refleks biceps
Refleks triceps
Sensibilitas
Kanan
Kiri
Eutrofik
Hipotoni
3
(+)
(+)
Eutrofik
Normotoni
5
(+)
(+)
Raba
(+)
(+)
Nyeri
(+)
(+)
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Posisi/gerak
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(-)
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Hipotoni
3
(+)
(+)
Normotoni
5
(+)
(+)
Vibrasi
Refleks patologis
Hoffman Tromer
Tubuh
Refleks abdomen atas
Refleks abdomen bawah
Refleks anus superfisialis
Ekstermitas bawah
Tonus
Kekuatan motorik
Refleks patella
Refleks archilles
Sensibilitas
Raba
(+)
(+)
Nyeri
(+)
(+)
Suhu
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Posisi/gerak
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Refleks Babinski
(-)
(-)
Cara Chaddock
(-)
(-)
Vibrasi
Refleks patologis
Cara Gordon
(-)
(-)
Cara Oppenheim
(-)
(-)
Cara Gonda
(-)
(-)
Cara Schaefer
(-)
(-)
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Klonus
Koordinasi
Uji telunjuk hidung
Uji Tumit Lutut
Romberg
Gerakan involunter
Tremor
Khorea
Balismus
Mioklonus
Atetosis
Distonia
Spasme
Hasil
13,3
11.700
132.000
35
21
0,60
112
3,7
115
81
Nilai Referensi
P : 13,2-17,3 g/dl
P : 5000- 10.600/mm3
150-440 ribu/mm3
P: 40-52%
10-50 mg/dL
0.6-1.1 mg/dL
<200 mg/dL
3,50-5,50 mmol/l
135,0-145,0 mmol/l
98,0-108,0 mmol/l
Kesan:
1.
Atrofi serebri
2.
RINGKASAN
Wanita, 70 tahun datang keluhan tidak sadarkan diri sejak 3 hari SMRS. Pasien tidak
bisa makan. Sejak 1 minggu SMRS pasien batuk berdahak berwarna putih dan sesak saat
bernapas.
Pasien memiliki riwayat stroke berulang sejak 2012 dan 2013. Sejak stroke terakhir
pasien memiliki kesulitan dalam menggerakkan anggota tubuhnya terutama bagian kanan.
Ada kesulitan berbicara namun pasien masih bisa makan dengan normal. 1 bulan SMRS
terjadi penurunan signifikan dalam menggerakkan tubuhnya sehingga gerakan pasien terbatas
hanya di tempat tidur.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM yang tidak terkontrol sejak tahun 2013.
Obat yang terus diminum asetilsistein 200 mg dalam 5 bulan terakhir, neurodex,
glukoneuron. Pasien jarang berolahraga saat muda dan senang mengkonsumsi makanan
manis seperti cake dan biskuit. Pasien juga senang makan makanan seperti jeroan dan daging
kambing.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran CM
Apatis dengan GCS 9, kesan gizi kurang. Tanda vital didapatkan TD: 115/100 mmHg, N: 82
10
x/menit, Pernafasan: 24 x/menit, suhu: 36,8c. Status generalis didapatkan dalam batas
normal.
Pada pemeriksaan neurologis yaitu saraf cranialis, dimana N. III, IV, VI, V, VII
normal, sedangkan pemeriksaan saraf cranial lain sulit dinilai. Pada pemeriksaan ekstremitas
atas didapatkan eutrofik pada kanan dan kiri, hipotonus pada kanan dan normotonus pada
kiri, kekuatan motorik 3 pada kanan, 5 pada kiri, reflex biceps dan triceps + pada kanan dan
kiri. Pada ekstremitas bawah, hipotoni pada ekstremitas kanan, dan normotoni pada
ekstremitas kiri, kekuatan motorik 3 pada kanan, 5 pada kiri. Didapatkan kaku kuduk.
Pemeriksaan penunjang pada tanggal 23 juli 2014 didapatkan Hb 13,3, Leukosit
11.700, Trombosit 132.000, Hematokrit 35, Ureum 21, Creatinin 0,60, GDS 112, K+ 3,7,
Na+ 115, Cl- 81. Pada CT Scan pada tanggal 23 Juli 2014 potongan axial didapatkan kesan
atrofi cerebri infark pada basal ganglia kiri dan parietalis kiri dan perdarahan pada
intraventrikel lareralis kanan.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis Topik
VII.
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Banding
: Stroke Iskemik
MRI
Angiografi
VIII.
RENCANA PENGELOLAAN
-
O2 3lpm
Amlodipin 5 mg 1x1
Clopidogrel 1x1
Ceftriaxone 1g 1x1
Ranitidine 1x1
Candesartan 1x8 mg
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: Dubia et Bonam
Quo ad Funcionam
: Dubia et Malam
Quo ad Sanationam
: Dubia et Malam
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 24 Juli 2014
S
TD
: 140/100mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 35,5c
Respirasi
: 18 x/menit
N. XII
Lidah
Tremor
(-)
Atrofi
(-)
12
Fasikulasi
(-)
Pergerakan lidah
(-)
Penjuluran lidah
(-)
(-)
istirahat
Ekstremitas:
Motorik
2-
2-
Stroke berulang
Geriatric Problem
DM
Terapi lanjut
KU : apatis
Kesadaran : Apatis
GCS : 9
Tanda Vital
TD
: 150/90 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
13
Suhu
: 36,8c
Respirasi
: 20 x/menit
N. XII
Lidah
Tremor
(-)
Atrofi
(-)
Fasikulasi
Pergerakan lidah
Penjuluran lidah
(-)
(-)
(-)
(-)
istirahat
Ekstremitas:
Motorik
Stroke berulang
Geriatric Problem
DM
Terapi lanjut
Ceftriaxon stop
Fisioterapi
PEMBAHASAN
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid
atau langsung ke dalam jaringan otak [1]
Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama
kecacatan. [2] Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang
sepertiganyaakan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan
hidup dengan kekacauan, d a n s e p e r t i g a s i s a n y a d a p a t s e m b u h k e m b a l i
seperti semula. Dari keseluruhan data di dunia, tern yata stroke sebagai
pen yebab kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta)dari total kematian per
tahunn ya.
[3]
itu
ada
sekitar
40-80%
a k h i r n y a meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal
pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, a d a 4 7 % wanita
dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78%) berumur lebih dari 60 tahun.
Pasien
dengan
umur
lebih dari
75 tahun
dan
berjenis
kelamin
laki-
gangguan
fungsi
koagulan,
hati,
komlikasi
obat
trombolitik
atau
anti
Amiloidosis arteri
O b a t v a s o p r e s s o r, k o k a i n , h e r p e s s i m p l e k s e n s e f a l i t i s , d i s e k s i
a r t e r i veretbral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis
3.4
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke.
Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada
mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk
Hipertensi
Seks
masih penting dan bisa diobati, faktor risiko ini pada orang tua.
Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki
berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum
Riwayat keluarga
usia 65.
Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara
kembar monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki16
Penyakit jantung
terkait
dengan
stroke
emboli
dan
fibrilasi
atrial
Merokok
termasuk
meta-analisis
angka
studi,
stroke
untuk
segala
usia
dan
hematokrit
isi
sel
darah
merah;
tingkat fibrinogen trombotik. Kelainan sistem pembekuan darah juga telah dicatat,
dan
kelainan seperti antitrombin III dan kekurangan protein C serta protein S dan
stroke
termasuk
Hiperlipidemia
Diet
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs, obesitas
telah
secara
konsisten
meramalkan
berikutnya
otak berikutnya.
Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah.
Sifilis meningovaskular dan mucormycosis dapat menyebabkan
19
Sirkadian
faktor
musim siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa perubahan
diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin relevan untuk stroke.
Hubungan antara variasi iklim musiman dan stroke iskemik telah
didalihkan. Peningkatan dalam arahan untuk infark otak diamati di
Iowa. Suhu lingkungan rata-rata menunjukkan korelasi negatif
dengan kejadian cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman
telah berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark dalam
usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif, dan pada
orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.
Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai stroke.[6]
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu,
ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh.
Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah
20
arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding
arteri itu.[6]
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat
kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah
hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya
koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak.
Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya
diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup
jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan
menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri kemudian dapat melemah dan pecah.[6]
Patofisiologi Stroke Hemoragik
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh hingga sepuluh
menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas
(stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh
iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di
sekitarnya.[7]
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada
kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi,
yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi
yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.[7]
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan
otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus
lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia,
gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia, dan hemineglect.
[7]
21
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus
spinotalamikus).
Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan
persarafan simpatis).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah (saraf
hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf
okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
22
tetap dipertahankan).
Gejala Klinis Stroke Hemoragik
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan
intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi
biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke
hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan
tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.[2]
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika
belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan,
kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana terpotong,
dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah
sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan
memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan
pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.[2]
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi
batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea,
dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain:
ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis,
hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yang
mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia,
wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.[2]
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah penderita,
serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun, pada orang tua,
sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.
kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu
sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu
atau hilang.
Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
23
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik
untuk menit.[8]
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan pada
saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang
menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:[8]
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut
sakit kepala halilintar)
Penglihatan ganda
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma. Individu
harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.[8]
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan
mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran
singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit.
Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun,
merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin
menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan. [8]
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi
lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit kepala
terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. [2]
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: [2,8]
jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan
24
dapat
membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal)
dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam otak,
peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan menyebabkan
gejala seperti sakit kepala,
Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat
kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak.
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik.
Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan
kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
stroke
iskemik,
seperti
C. Pendarahan Intraventrikel
Pendarahan dalam intraventrikel dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran mendadak.
Dengan pendarahan yang hebat, kematian dapat terjadi akibat tekanan yang berasar dari
system ventrikel. Darah di ventrikel sendiri tidak secara langsung menimbulkan kerusakan.
Penyebab paling umum pendarahan intraventrikel dalah pendarahan subaraknoid.
Luessenhop et al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada pasien
stroke dengan perdarahan intraserebral.[9]
Kriteria
Asimptomatik atau minimal sakit keoala atau leher kaku
Sakit kepala sedang hingga berat, kaku kuduk, tidak ada defisit
III
IV
neurologis
Mengantuk, kebingungan, atau gejala fokal ringan
Stupor, hemiparese sedang hingga berat, kadang ada gejala deselerasi
awal
Koma
26
stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit, dan
kadar serum glukosa. [2]
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak adalah
langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis kedaruratan.
Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat menidentifikasi
komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. Baik CT non
kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang dapat digunakan.2
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari
stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial
lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter
lebih dari 1 cm.2
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat mengidentifikasi
malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG) untuk
Versi orisinal:
memulai
Disritmia
dan iskemia
miokard
memiliki
= (0.80 memonitor
x kesadaran)aktivitas
+ (0.66hantung.
x muntah)
+ (0.33 jantung
x sakit kepala)
+ (0.33x
tekanan
darah
2
diastolik)
(0.99 xdengan
atheromal)
3.71.
kejadian
signifikan
stroke.
karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk
Versi Oleh
disederhanakan:
= (2.5 x kesadaran)
+ (2 xdapat
muntah)
+ ( 2 xdengan
sakit kepala)
(0.1misalnya
x tekanansistem
darahskoring
diastolik)
memudahkan
pemeriksaan
dilakukan
sistem +lain,
yaitu
(3 x atheroma) 12.
sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah Sakit. Sistem
Kesadaran:
skoring
yang sering digunakan antara lain:
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
SakitHospital
kepala dalam
Siriraj
Score2[11]jam: tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostic : 90.3%.
27
vegetative atau pasien yang mengalami mustisme akinetik.pada LIS, komunikasi dengan
menggunakan gerakan mata sebagai evaluasi kognitif dan emosional sangat sulit dan terbatas
karena penggunaan bola mata sangat inkostisten. Studi terbaru menunjukkan waktu
mendiagnosis LIS minimal mencapai 3 bulan, bahkan pada beberapa kasus bisa mencapai 46 tahun.
Pasien LIS yang mengalami perbaikan motorik yang signifikan sangat jarang. Sebagian besar
tidak dapat mengalami pemulihan motorik kembali. Dan 90% pasien LIS dalam 4 bulan
pertama meninggal. Namun banyak juga pasien yang dapat hidup hingga puluhan tahun.12
Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
a. stabilisai jalan napas dan pernapasan
b. stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
c. pemeriksaan awal fisik umum
d. pengendalian peninggian TIK
e. penanganan transformasi hemoragik
f. pengendalian kejang
g. pengendalian suhu tubuh
h. pemeriksaan penunjang
B. Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Terapi medik pada PIS akut:
a. Terapi hemostatik 1
Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat haemostasis
yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten terhadap pengobatan faktor
VIII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi
yang normal.
29
Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan
intraserebral disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
Dioperasi bila: 1
30
Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang memburuk.
a. Istirahat di tempat tidur secara teratur atau pengobatan dengan antihipertensi saja tidak
direkomendasikan untuk mencegah perdarahan ulang setelah terjadi PSA, namun
kedua hal tersebut sering dipakai dalam pengobatan pasien dengan PSA.
b. Terapi antifibrinolitik untuk mencegah perdarahan ulang direkomendasikan pada
keadaan klinis tertentu. Contohnya pasien dengan resiko rendah untuk terjadinya
vasospasme atau memberikan efek yang bermanfaat pada operasi yang ditunda.
c. Pengikatan karotis tidak bermanfaat pada pencegahan perdarahan ulang.
d. Penggunaan koil intra luminal dan balon masih uji coba.
3. Operasi pada aneurisma yang rupture 1
a. Operasi clipping sangat direkomendasikan untuk mengurangi perdarahan ulang
setelah rupture aneurisma pada PSA.
b. Walaupun operasi yang segera mengurangi resiko perdarahan ulang setelah PSA,
banyak penelitian memperlihatkan bahwa secara keseluruhan hasil akhir tidak
berbeda dengan operasi yang ditunda. Operasi yang segera dianjurkan pada pasien
dengan grade yang lebih baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan
klinis lain, operasi yang segera atau ditunda direkomendasikan tergantung pada
situasi klinik khusus.
c. Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yang tinggi untuk
perdarahan ulang.
32
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi (atau drainase
eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya dapat terjadi perdarahan ulang
dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara temporer
atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
10. Terapi Tambahan 1
a. Laksansia (pencahar) iperlukan untuk melembekkan feses secara regular. Mencegah
trombosis vena dalam, dengan memakai stocking atau pneumatic compression
devices.
b. Analgesik:
Asetaminofen -1 g/4-6 jam dengan dosis maksimal 4 g/hari.
Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM per 4-6 jam.
Tylanol dengan kodein.
Hindari asetosal.
Pada pasien dengan sangat gelisah dapat diberikan:
Antagonis H2
Antasida
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi
seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia, dan sebagainya.1
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok
Studi
Stroke
Perhimpunan
Dokter
Spesialis
Saraf
supratentorial
dari
infark.
Diunduh
dari:
38