Anda di halaman 1dari 4

1.

Prinsip-Prinsip Perawatan Sesuai Dengan BIOETIKA Dan SOP


A. BIOETIKA
Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios yang berarti hidup atau kehidupan,
dan ethike yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan
studi tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan
kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.
Bioetika membicarakan masalah medis (seperti rekayasa genetik, implantasi
dan reproduksi buatan), masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam
lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional,
penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan, dan sebagainya.
Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang dokter,
yaitu :
1. Beneficience
Adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan
pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja,
melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi
buruknya. Pada prinsip ini kepentingan pasien menjadi hal yang paling utama.
Hal-hal lain yang terdapat pada prinsip beneficience adalah :

Melindungi dan mempertahankan hak-hak yang lain

Mencegah terjadinya kerugian

Menghilangkan kondisi penyebab kerugian

Menolong orang cacat

Menyelamatkan orang dari bahaya


2. Non-Maleficience

Adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan


pasien. Yang harus diperhatikan oleh seorang dokter pada prinsip ini adalah :

Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien

Meminimalisasi akibat buruk

Dokter sanggup mencegah bahaya yang terjadi pada pasien

Tindakan kedokterannya dapat terbukti efektif

Lebih besar manfaat bagi pasien dari pada kerugian dokter


3. Justice

Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap
maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice). Pada prinsip
ini dokter tidak boleh mendeskriminasikan pasien dalam hal apapun. Dokter harus
menerima pasien, memberikan kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien,
dan memberikan kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien.
4. Autonomy
Adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent. Isi dari informed concent adalah tindakan
medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan dari pasien tersebut, setelah ia
diberi informasi dan memahaminya.

DAFTAR PUSTAKA
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia.

B. SOP
PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDART
PELAYANAN KEDOKTERAN
Pasal 10
STANDART PROSEDURE OPERASIONAL
Prinsip perawatan dalam tindakan medis kedokteran gigi harus sesuai
dengan prosedur perawatan. Prosedur perawatan sendiri sudah memiliki
standarnya yang dibuat oleh persatuan dokter gigi Indonesia (PDGI). Dalam
peraturan menteri no 1438 tahun 2010 pada bab V tentang standar prosedur
operasional (SPO) pasal 10 ayat 4 dan 5 dijelaskan bahwa, SPO disusun
dalam bentuk panduan praktik klinis (clinical practice guidelines).
Panduan praktik klinis sebagaimana pada ayat 4 dijelaskan sekurangkurangnya harus memuat mengenai pengertian, anamnesis, pemeriksaan fisik,
kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi,
prognosis dan kepustakaan. Oleh karena itu dokter gigi dalam menjalankan
prosedur medis harus mengukuti standar prosedur operasional yang sudah di
tetapkan. Pada pasal 10 tentang Standart Prosedure Operasonal di jelaskan
secara lengkap sebagai berikut:
1. Pimpinan

fasilitas

pelayanan

kesehatan

wajib

memprakarsai

penyusunan SOP sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan


kesehatan yang dipimpinnya.
2. PNPK (Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) harus di jadikan
acuan pada penyusunan SOP di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. SOP harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
4. SOP disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis (clinical practice
guidelines)

yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical

pathway), algoritme, protokol, prosedure atau standing order .


5. Panduan Praktik Klinis sebagaimana di maksud pada ayat (4) harus
memuat

sekurang-kurangnya

mengenai

pengertian,

anamnesis,

pemeriksaan fisik, kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan


penunjang, terapi, edukasi, prognosis dan kepustakaan.

Anda mungkin juga menyukai