IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. AT
Umur
: 57 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki Laki
Alamat
Tanggal Masuk
: 10 Juli 2014
No. RM
: 27 92 86
ANAMNESIS
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah,
nyeri dirasakan sudah lama dan hilang timbul tetapi nyerinya menetap sejak sejak
4 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun disertai mual dan
muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri menjalar saat ditekan. Riwayat
penyakit asma (-), Riwayat Hipertensi disangkal (-) dan alergi obat obatan (-).
PEMERIKSAAN FISIS :
-
TD
HR
PR
S
: 130 / 70 mmHg
: 74 x / menit
: 24 x / menit
: 36,7 0C
IVFD RL 18 tpm
Pemeriksaan BNO 3 posisi dengan kesan sebagai berikut ;
USG Abdomen;
PENATALAKSANAAN :
Laparotomy
RENCANA PEMERIKSAAN :
-
PRE OPERASI :
-
Lapor OK
Konsul Anestesi
Puasa 24 Jam
AB pre operasi : cefotaxim inj. 1 gr / 12 jam (skin test)
HASIL LABORATORIUM :
-
RBC
HGB
PLT
CT / BT
GDS
KONSUL ANESTESI :
Pasien dengan ASA PS II
Tanggal 12 September 2014, pukul 07.40 pasien di tiba di OK untuk dilakukan
operasi.
Anestesi di OK :
Mulai pukul 08.00
Prosedur ETT (Endotrakheal Tube)
Persiapan Pasien :
Pasien posisi supine, terpasang IVFD 18 dengan aliran RL 24 tpm, pasang
monitor (SpO2, tensimeter, precordial stetoskop, dan EKG)
Premedikasi :
Ranitidin 50 mg
Dexametason 2 mL
Tekanan darah
(TD), mmHg
130/70
Frekwensi nadi
Pemberian cairan
(N), /menit
82
500 mL RL
80/60
147
500 mL RL
82/65
168
100/80
132
100/70
101
100/70
90
500 mL RL 28
tetes/menit
4
DISKUSI
Pada kasus diatas merupakan apendicitis akut disertai peritonitis, sehingga
dilakukan rencana operasi laparotomy. Prosedur anastesi yang digunakan adalah
general (GETA). Dalam prosedur anestesi ini meliputi persiapan pasien,
premedikasi dengan ranitidin 2-3 mg/kgBB, dexametasone 0,1-0,2 mg/kgBB,
fentanyl 1-2 mcg/kgBB serta midazolam 0,01-0,1 mg/kgBB. Pre-emptire
analgesik dengan menggunakan ketorolac dengan dosis 0,5 mg/kgBB. Induksi
menggunakan propofol 1-2,5 mg/kgBB dengan pemberian oksigenasi O 2 6-8
liter/menit dengan intubasi endotrakheal tube (ETT).
membawa penderita dalam kegawatan syok yang jika tidak dikelola dengan cepat
dan tepat dapat menimbulkan kematian. Resusitasi cairan dan elektrolit
merupakan usaha pemulihan kembali volume serta komposisi cairan dan elektrolit
tubuh dalam kondisi yang normal.4
Resusitasi cairan pada kasus dalam rangka mengatasi syok hipovolemik
(hemoragik) telah dilakukan dengan pemberian cairan berupa ringer laktat
sebanyak 2000 mL pada 60 menit pertama. Penatalaksanaan syok berdasarkan
kepustakaan lain juga disebutkan bahwa untuk keadaan syok hipovolemik
diberikan cairan kristaloid Ringer Laktat 20-40 mg/kgBB pada 60 menit pertama
dan dilanjutkan dengan evaluasi tanda vital. Dengan pemberian cairan maka risiko
iskemia jaringan dapat dikurangi yaitu melakukan penggantian plasma yang
hilang dengan cairan infus aminofluid. Bila perdarahan sudah terkendali, harus
dikembalikan ke kondisi normovolemia dan pemberian cairan disesuaikan dengan
tujuan konvensional, defisit basa, dan kadar laktat dalam plasma.2,3
I. PENDAHULUAN
Syok adalah suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi
jaringan lokal atau sistemik yang mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi
multipel organ. Sehingga syok merupakan kegawatan yang memerlukan
penanganan intensif dan agresif karena sangat erat kaitannya dengan terjadinya
hipoksia sel dan jaringan baik dengan penyebab primer maupun sekunder.3,4
Secara patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan
sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
II. PEMBAHASAN
A. Definisi dan Klasifikasi Syok3,4,6
Syok adalah suatu keadaan klinis akibat perfusi jaringan yang tidak adekuat.
Ada beberapa jenis syok berdasarkan kausalnya, antara lain ;
1) Syok hipovolemik, merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan
hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh
berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
2) Syok kardiogenik disebabkan oleh gagalnya fungsi jantung sebagai
pompa.
3) Syok sepsis disebabkan oleh vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas
kapiler, depresi miokardium yang berhubungan dengan infeksi sistemik
atau endotoksomia.
4) Syok anafilaktik, berhubungan dengan vasodilatasi dan kebocoran kapiler
yang disebabkan oleh pelepasan zat-zat vasoaktif akibat reaksi imunologis.
5) Syok spinal, berhubungan dengan vasodilatasi sekunder akibat
penghentian mendadak dari kontrol saraf.
10
3. Tanda-tanda Klinis
Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika
kekurangan darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada
saat ini masih dapat dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan
tahanan pembuluh dan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung. Bila
perdarahan
terus
berlangsung
maka
tubuh
tidak
mampu
lagi
fungsi kardiosirkulasi,
11
sehingga
terjadi
takikardi,
memburuk.
Kehilangan
volume
sirkulasi
lebih
dari
40%
12
13
14
abdomen)
dapat
dikembungkan.
Pakaian
ini
dapat
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17