Anda di halaman 1dari 8

A.

DEFINISI
Tumor ginjal sering disebut juga hipernefroma, carcinoma alveolar, dan clear cell
carcinoma. Pada fase awal biasanya asimtomatik, dan baru diketahui sebagai massa
abdomen yang teraba setelah dilakukan pemeriksaan fisik yang rutin. Tumor ini dapat
melakukan metastase sampai ke paru-paru, tulang, hati, otak dan ginjal yang ain.
Seperempat hingga setengah dari bagian pasien tumor ginjal sudah mengalami kelainan
metastasik pada saat penyakitnya didiagnostik (banner & suddart, 2002).
Stadium
NWTS (National Wilms Tumor Study) membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah
dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium
I.
Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna, tidak ada metastasis
II.

limfogen (N0).
Tumor meluas keluar simpai ginjal dan dapat dieksisi sempurna mungkin telah
mengadakan penetrasi ke jaringan lemak perirenal, limfonodi para aorta atau ke

III.

vasa renalis (N0).


Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal dari: biopsi atau ruptur yang

IV.
V.

terjadi sebelum atau selama operasi (N+)


Metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak (M+)
Tumor bilateral (Basuki, 2003)

Stadium penyebaran tumor menurut TNM


T Tumor primer
T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80>80 cm2
T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 Bilateral
N Metastasis limf
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limf
M Metastasis jauh
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh (De Jong, 2000).

B. ETIOLOGI
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya

kanker ginjal. Merokok merupakan faktor resiko yang paling dekat dengan timbulnya
kanker ginjal. Faktor resiko lainnya antara lain :
1. Kegemukan
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi, juga
pekerja yang terpapar oleh asbes)
4. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki resiko
tinggi)
5. Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan faktor
genetik.
6. Kurang dari 2 % terjangkit karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus terjadi secara
sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi perkembangan
sel-sel di ginjal.
C. PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam
korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang
berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.
Tumor tersebut tumbuh dengan cpat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.
Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai
gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan
bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan. Pertamatama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel tumor.
Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan
homogen,lunak dan menyerupai jaringan ikat. Tumor tersebut akan menyebar atau meluas
hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada
abdominal dengan di lakukan palpasi. Munculnya tumor dapat sejak dalam
perkembangan embrio dan aka tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor
akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang
biasanya baik terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya
hipertensi biasanya terkait iskemik pada renal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang biasa dikeluhkan adalah nyeri pinggang, jarang dilaporkan adanya
nyeri perut, namun nyeri perut dapat timbul bila terjadi infasi tumor yang menembus
ginjal sedangkan hematuria terjadi karena infasi tumor yang menembus system velveo
kalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan
gejala lain yang bisa muncul adalah:

a.
b.
c.

Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)


Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks
Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluhpembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan rennin
Anemia
Penurunan berat badan
Infeksi saluran kencing
Demam
Malaise
Anoreksia
Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam saluran
kencing.

E. PATHWAY
Terlampir
F. PENATALAKANAAN
Tujuan penatalaksanaan tumor renal adalah untuk menghilangkan tumor tersebut sebelum
terjadi metastasis. Nefrektomi radikal merupakan terapi pilihan jika tumornya dapat
diangkat. Tindakan ini mencakup

pengangkatan ginjal

(serta tumornya , kelenjar

adrenal, lemak perirenal; disekitarnya serta fasia Gerota dan nodus limfatikus. Terapi
radiasi, hormonal ataupun kemoterapi dapat

dilakukan bersama-sama pembedahan.

Imunoterapi dapat pula membantu.


Embolisasi Arteri Renalis. Pada pasien dengan karsinoma renal yang sudah
bermetastasis, embolisasi arteri renalis dilakukan untuk menyumbat aliran darah kedalam
tumor dan dengan demikian akan membunuh sel-sel tumor. Terapi embolisasi juga
menstimulasi respon imun, karena infark pada jaringan kanker sel renal akan melepaskan
antigen yang berkaitan dengan tumor dan kemudian meningkatkan

respons pasien

terhadap lesi metastatic.prosedur ini dapat pula mengurangi jumlah sel-sel tumor yang
masuk kedalam sirkulasi vena ketika dilakukan tindakan manipulasi selama pembedahan.
Sesudah embolisasi arteri renalis dan membuat infark jaringan tumor, kompleks gejala
yang khas serta diberi nama sindrom pascainfark akan terjadi selama 2 hingga 3 hari.
Pasien akan merasa nyeri yang terlokalisisr

didaerah pinggang serta abdomen,

mengalami kenaikan suhu tubuh dan mengemukakan keluhan gastrointestinal. Rasa nyeri
diatasi dengan preparat analgetik parenteral sementara aspirin diberikan untuk
mengendalikan panas. Antiemetic, pembatasan maskan oral dan terapi rumatan dengan
cairan infus dilakukan untuk mengatasi keluhan gastrointestinal.

Terapi Biologi. Keberhasilan dalam mengatasi tumor renal dengan cara memodifikasi
respon biologi pernah dilaporkan. Pasien dapat diobati dengan interleukin-2 (IL-2), yaitu
suatu protein yang yang mengatur pertumbuhan sel. Cara ini dapat dilakukan secara
tunggal atau dalam bentuk kombinasi bersama dengan sel-sel pembunuh yang diaktifkan
oleh limfokin (LAK ; lymphokines-activated killer cells ) LAK merupakan sel darah
putih yang sudah distimulasi oleh IL2 untuk meningkatkan kemampuannya dalam
membunuh sel-sel kanker. Interferon, yaitu pengubah respins biologi lainnya juga sedang
diselidiki sebagai sesuatu bentuk terapi untuk menangani kanker ginjal yang sudah lanjut.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT - Scan
2. Ultrasound. Alat ultrasoud bekerja dengan menggunakan gelombang gelombang
suara yang tidak dapat didengar oleh orang. Gelombang gelombang suara memantul
balik dari ginjal, dan komputer menggunakan gema gema untuk menciptakan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

gambar yang disebut sonogram.


Biopsy. Biopsy adalah pengangkatan jaringan untuk mencari sel sel kanker.
Urografi intravena
USG
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor
RPG
Arteriografi

H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas hanya 1 hari
pertama sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejalagejala tumor wilms.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara head to
toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran

tekanan darah pada klien. Tumor dapat memproduksi rennin atau menyebabkan
kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1. Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual,muntah,dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya
edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2. Pola Eliminasi.
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.
3. Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat karena
adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah udah normal selama satu minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot
bantu napas, teraba massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan
pasien terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan
pembesaran jantung ), anemia, dan hipertensi yang di sebabkan oleh spasme
pembuluh darah.
4. Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremi,
keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan kehilangan tonus.
5. Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-gatal
karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
ensefalopati hipertensi.
6. Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine yang
berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.

2. Diagnosa Keperawatan
a.

Pre operasi
1)

Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia

2)

Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan
intake

3)

Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit


dan prosedur pembedahan

4)

Intoleransi aktivi

tas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh


b.

Pasca operasi
1)

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

2)

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

3. Perencanaan (NCP)

DP

Tujuan

Pre op
Nyeri

akut Kriteria Hasil :

berhubungan
efek

Intervensi

dengan

fisiologis

1.

dari

Paint Management

Mampu

1. Lakukan

mengontrol

neoplasia

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

Definisi : pengalaman

menggunakan teknik

sensori dan emosional

non

farmakologi

yang

untuk

mengurangi

muncul

kerusakan
yang

akibat
jaringan

actual

dan

potensial

atau

digambarkan
kerusakan
rupa.

nyeri,

bahwa

for

the

dengan

manajement nyeri
3.
Mampu

study of Pain) : awitan

(skala,

lambat dari intensitas

intensitas,

frekuensi, dan tanda

ringan

hingga

berat

dengan

akhir

yang

nyeri)
4.
Menyatakan rasa

dapat diantisipasi atau

nyaman setelah nyeri

diprediksi

berkurang

dan

masa lampau
5. Evaluasi bersama pasien dan

dimasa lampau
6. Bantu pasien dan keluarga

dapat

mengendalikan nyeri

yang tiba tiba atau

terapeutik
4. Evaluasi pengalaman nyeri

dengan menemukan dukungan


7. Kontrol lingkungan yang

menggunakan

(International

dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi

ketidakefektifan kontrol nyeri

nyeri

berkurang

sedemikian

komperhensif
2. Observasi reaksi non verbal

tim kesehatan lain tentang

bantuan)
2.
Melaporkan

dalam

Association

mencari

pengkajian secara

mempengaruhi

seperti

suhu

ruangan,

kecahayaan, kebisingan
8. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri

(farmakologi,

farmakologi,

non
dan

interpersonal)
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
analgetik

berlangsung <6 bulan

nyeri

10. Berikan

untuk

mengurangi nyeri
11. Tingkatkan istirahat
12. Monitor penerimaan pasien

tentang manajeen nyeri


Perubahan

Nutrisi

: Kriteria Hasil :

Kurang dari Kebutuhan


berhubungan

dengan

peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan
protein dan penurunan
intake

Adanya

peningkatan

BB

sesuai dengan tujuan


2.
BB ideal sesuai
dengan tinggi badan
Mampu

3.

mengidentifikasi

Definisi : asupan nutrisi


tidak

1.

Nutrition Management

cukup

memenuhi
metabolik

untuk

kebutuhan

kebutuhan nutrisi
4.
Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5.
Menunjukkan
peningkatan

fungsi

pengecapan

dari

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk

menentukan

kalori

dan

jumlah

nutrisi

yang

dibutuhkan pasien
3. Berikan substansi gula
4. Ajarkan pasien bagaimana

membuat

catatan

makanan

harian
5. Onitor

jumlah nutrisi dan

kandungan kalori
6. Berikan informasi
kebutuhan nutrisi

tentang

I. REFERENSI

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 vol 2. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Gibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. jilid 2. Yogyakarta : Media Action
Publishing
Otto, Shirley E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai