Anda di halaman 1dari 4

Independensi KPUD Dalam Penyelenggaraan

Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia


A. Latar Belakang
Standart pemilihan umum (pemilu) demokratis menyatakan bahwa pemilu
jujur dan adil (free and fair elections) dapat dicapai apabila tersedia perangkat
hukum yang mengatur semua proses pelaksanaan pemilu; sekaligus mampu
melindungi penyelenggara, peserta, kandidat, pemilih, pemantau, dan warga
negara pada umumnya dari ketakutan, intimidasi, kekerasan, penyu- apan,
penipuan, dan berbagai praktik curang lainnya yang akan mempengaruhi hasil
pemilu. Oleh karena itu, pemilu yang jujur dan adil membutuhkan peraturan
perundangan pemilu beserta aparat yang bertugas menegakkan peraturan
perundangan pemilu tersebut.
Terdapat sejumlah standar yang dikenal secara internasional, yang menjadi
tolok ukur demokratis-tidaknya suatu pemilu. Standar inter- nasional ini menjadi
syarat minimal bagi kerangka hukum untuk menjamin pemilu yang demokratis.
Indikator dari standar tersebut berjumlah 15 (lima belas) aspek: penyusunan
kerangka hukum, pemilihan sistem pemilu, penetapan daerah pemilihan, hak
untuk memilih dan dipilih, badan penyelenggara pemilu, pendaftaran pemilih dan
daftar pemilih, akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat, kampanye
pemilu yang demokratis, akses ke media dan kebebasan berekspresi, pembiayaan
dan pengeluaran, pemungutan suara, penghitungan dan rekapitulasi suara, peranan
wakil partai dan kandidat, pemantauan pemilu, ditaatinya aturan hukum, dan
pene- gakan peraturan pemilu.

Dari

semua

prasyarat

pemilu

demokratis

di

atas

menghendaki

penyelenggaraan pemilu yang baik dan dapat dijalankan oleh semua orang untuk
terlibat di dalamnya secara sukarela (voluntary) dan bukan dengan paksaan
(compulsary). Terselenggaranya pemilu sebagaimana indikator pemilu demokratis
hanya mungkin apabila kredi- bilitas para penyelenggara pemilu (dalam hal ini
KPU dan jajarannya, serta Pengawas Pemilu), terjamin. Suatu pemilu ideal adalah
bila mampu diselenggarakan oleh para penyelenggara yang selain cakap, juga
memiliki integritas yang tinggi. Mereka bekerja secara taat asas, berpijak di atas
aturan yang jelas (transparancy), memastikan (measurable), dan gampang
diterapkan (applicable). Kredibilitas mereka ditentukan pula dari keyakinan
publik atas apa yang mereka lakukan sejak awal hingga akhir penyelenggaraan
dalam rangkaian suatu pemilihan yang ditanganinya.
Demikian strategisnya penyelenggara pemilu, sudah barang pasti bila siapa
pun

kita

harus

menjaga

independensinya.

Rusaknya

kredi-

bilitasnya

penyelenggara pemilu berakibat pada rusaknya kredibilitas pemilu. Rusak pula


kredibilitas demokrasi yang diterapkan di negara tersebut. Bila sudah demikian,
jarum jam sejarah demokrasi seakan ditarik kembali ke masa kelam demokrasi.
Akhirnya rusaklah tatanan berbangsa dan bernegara. Artinya, jangan sampai
rusaknya tatanan berbangsa dan bernegara dimulai dari tidak kredibelnya
penyeleng- gara pemilu.
Dengan mengemukakan fakta dan data sepanjang penyelenggara- an
Pemilu 2009 yang lalu, penulis mengemukakan bahwa format kelembagaan
penyelenggara pemilu, khususnya KPU/KPUD, sudah jauh lebih baik. Akan tetapi

belum tuntas menjawab semua persoalan mengenai pengaturan pendistribusian


anggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Di dalam Pasal 117 UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Pemilihan Umum di jelaskan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilu Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang tentang APBN, serta pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD wajib dicairkan
sesuai dengan tahapan penyelenggaraan Pemilu.
Dengan diaturnya pendistribusian anggararan Pilkada dalam bentuk
Peraturan Daerah (Perda) membuka ruang bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) bersama-sama dengan Kepala Daerah untuk melakukan intervensi yang
dapat mengganggu independensi KPUD dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya. Sehingga pada implementasinya nanti anggota KPUD atau KPUD
sebagai kelembagaan akan sering melakukan interaksi dengan dua poros besar
kekuasaan politik tersebut terkait anggaran Pilkada.
Dengan dasar pertimbangan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Independensi KPUD Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah, dengan memfokuskan penelitian kepada pengaturan pendistribusian
anggaran kepada KPUD.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di


teliti yaitu, Bagaimanakah pengaturan anggaran yang ideal bagi KPUD di
Indonesia?
C. Pembahasan
I. Teori Kemandirian Lembaga Negara

Anda mungkin juga menyukai