Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Penuan merupakan proses yang tidak dapat dihindari dan bersifat progresif. Penuan
terjadi pada tubuh kita dalam tingkat seluler bahkan molekuler sehingga tidak ada bagian tubuh
kita yang tidak mengalami penuaan termasuk kulit. Selain dari faktor intrinsik, faktor ekstrinsik
juga sangat berpengaruh mulai dari paparan kronik sinar ultra violet, polusi di sekeliling kita dan
lain-lain, itu semua mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan.1
Berdasarkan WHO, populasi lansia merupakan populasi yang berusia lebih dari 65 tahun.
Populasi lansia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir di seluruh dunia. Jumlah
populasi yang berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan sekitar 524 juta populasi pada tahun 2010
dan akan meningkat hingga hampir 1,5 miliar pada tahun 2050 dan sebagian besar meningkat
pada negara berkembang. 2
Asteatotic eczema merupakan penyakit yang lazim dan sering terjadi pada lansia, ratarata pada dekade 60an, mediannya di usia 69 tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan terjadi
penurunan kinerja kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus sehingga xerosis mudah terjadi. Hal
ini juga sering terjadi pada lansia yang mendapatkan pengobatan berupa statin, seringnya mandi
menggunakan air hangat dan mandi menggunakan sabun.3,4
Pada sebagian besar penderita, asteatotic ecema merupakan penyakit yang sangat
mengganggu dikarenakan rasa gatal yang timbul dari penyakit tersebut namun jarang
mengancam nyawa. Pemberian emolien dan kortikosteroid bisanya akan memberikan hasil terapi
yang sangat memuaskan. 1,4
I.
EPIDERMIS
Perubahan histologi yang paling menyolok dan konsisten adalah perataan dari
dermal-epidermal junction dan papillae dermal maupun jaringan epidermal. Hasilnya
ialah permukaan yang sangat kecil antara epidermis dan dermis serta berkurangnya
hubungan dan transfer nutrisi antara keduanya. Pemisahan dermis-epidermis terlihat
terjadi lebih cepat pada kulit lansia. Sehingga trauma-trauma minor saja dapat
menimbulkan luka dan abrasi pada kulit lansia 1
Ditemukan juga variasi ketebalan epidermis dan peningkatan usia keratinosit
setiap individu, termasuk lapisan basal. Fakta-fakta menunjukan keratinosit epidermis
yang menua dan sel yang menua lebih jarang terjadi apoptosis. contohnya keratinosit
sehingga lebih sering mutase dan akan meningkatkan risiko transformasi ke arah
malignansi. 1
Penuaan memperlambat fungsi barrier pada stratum korneum yang hancur karena
pergantian yang lambat dari lipid neutral, menyebabkan penurunan jumlah lipid dalam
pembentukan baru badan lamellar. Sintesis lipid dan aktivitas enzim diperlukan untuk
penuruan lipid stratum korneum. Pada lansia, kulit tampak kering dan bersisik khususnya
ekstremitas bawah dikarenakan daerah tersebut terjadi penurunan filaggrin epidermal. 1
II.
DERMIS
Ketebalan dermis menghilang hingga 20% pada individu lansia, meskipun pada
tempat yang terlidungi dari paparan sinar mataari baru mulai terjadi penipisan pada
dekade ke delapan. Penurunan respon inflamasi pada kulit lansia merupakan hasil dari
penurunan sintesis dan sekresi keratinosit derivat sitokin dan mediator inflamasi sebagai
tambahan penurunan respon endotelial. 1
Kandungan
dasar
mukopolisakarida,
glikosaminoglikan
(GAGs),
dan
proteoglikan menurun terutama kandungan asam hialuronat, mungkin hal ini terjadi
dikarenakan penurunan sekresi hialuronat atau penurunan ekstrasibilitas asam hialuronat.
Secara umum, penuaan pada dermis meningkatkan kekakuan, tidak elastis, jaringan yang
tidak responsif, dimana tidak mampu untuk merespon stress atau luka. 1
III.
JARINGAN SUBKUTAN
Lemak subkutan mulai berkurang hingga menghilang pada bagian-bagian muka
termasuk frontal, preorbital, buccal, temporal dan regio perioral. Sebaliknya, peningkatan
jaringan lemak pada beberapa area termasuk regio submental, rahang, lipatan nasolabial,
dan daerah malar lateral. 1
IV.
RAMBUT
Hilangnya melanosit pada rambut terjadi lebih cepat daripada kulit karena
proliferasi sel dan pembentukan melanin maksimal terjadi selama fase anagen pada siklus
rambut, sedangkan melanosit epidermis relatif tidak aktif selama masa hidupnya. Lebih
spesifik, rambut menjadi lebih abu-abu mencerminkan kehilangan sel puncak pada
tonjolan folikel rambut. Kulit kepala rambut lebih cepat abu-abu daripada rambut di
VIRYANDI (406 138 145)
bagian tubuh lain karena rasio anagen-telogen yang lebih besar daripada rambut di bagian
tubuh lain. 1
V.
Definisi
Eczema dan dermatitis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
penampakan karakteristik klinis yang berupa peradangan, kering dan sering disertai sisik ataupun
ruam yang terasosiasi dengan berbagai penyebab yang mendasarinya. Kata eczema berasal dari
bahasa yunani yang berarti mendidih. Hal ini menunjuk kepada vesikel-vesikel kecil yang
sering muncul pada stadium awal penyakit, namun jarang pada stadium kronis. Dermatitis
berarti inflamasi pada kulit dan menunjuk kepada pengertian yang lebih luas dibandingkan
eczema yang hanya merupakan satu dari berbagai tipe inflamasi pada kulit. Namun pada
dasarnya sama, penggunaan kedua kata ini sama contohnya dermatitis kontak sama dengan
eczema kontak, dermatitis seborrhoeic sama dengna eczema seborrhoeic.5,6
Asteatotic eczema merupakan eczema kering yang disertai fissura dan keretakan seperti
porselen pada kulit, biasanya menyerang kulit tungkai bawah pasien geriatri. Penggunaan istilah
eczema craquele juga sering dipakai untuk mendeskripsikan pola lesi yang terbentuk. 6,7,8
II.
Epidemiologi
Sebagian besar kasus asteatotic eczema terjadi pada dekade 60, mediannya pada usia 69
tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan terjadi penurunan kinerja kelenjar keringat dan
kelenjar sebaseus serta terjadinya mudah terjadinya xerosis. Hal ini juga sering terjadi pada
orang tua yang mendapatkan pengobatan berupa statin, seringnya mandi menggunakan air hangat
ataupun menggunakan sabun. 3,4
Laki-laki lebih sering mengalami kondisi ini dibandingkan perempuan. Pada daerah 4
musim, kondisi ini lebih sering muncul saat musim dingin, terutama di tempat yang
menggunakan pemanas ruangan, hal ini dikarenakan penggunaan pemanas ruangan akan
mengurangi kelembapan ruangan. 3,4
VIRYANDI (406 138 145)
III.
Klasifikasi Eczema
Pengklasifikasian eczema hingga sekarang belum memuaskan, namun pengklasifikasian
yang lebih baik belum dapat ditetapkan karena sebagian besar etiologi eczema belum diketahui
secara pasti. Pembagian berdasarkan etiologi yang digunakan secara luas adalah pembagian
eczema kedalam dua kategori utama berdasarkan etiologi yaitu endogenous dan exogenous. Dan
pembahasan utama kita yaitu mengenai asteatotic eczema termasuk dalam kategori eczema
belum terklasifikasi ataupun akibat perubahan sekunder.5,6,7
Dalam keseharian para praktisi juga suka membagi eczema menjadi eczema akut dan
eczema kronik. Pada eczema akut sering ditemukan edema epidermal, yang akan menimbulkan
separasi sehingga terbentuklah vesikel-vesikel. Pembuluh darah juga melebar dan sel-sel
inflamasi akan menginvasi bagian dermis dan epidermis. Sedangkan pada eczema kronik terjadi
penebalan pada Prickle Cells Layer (acanthosis) dan stratum corneum (hyperkeratosis) disertai
retensi inti sel oleh beberapa corneocytes (parakeratosis). Terdapat juga pelebaran pembuluh
darah di bagian dermal kulit, pemanjangan rete ridges dan infiltrasi mononuklear pada kulit.7
IV.
Pre
sentasi klinis asteatotic eczema
Asteatotic eczema biasanya muncul setelah kekeringan pada kulit yang berlebihan.
Asteatotic eczema dapat timbul dimana saja, tapi tempat predileksi terseringnya pada bagian
antero-lateral tungkai bawah. Pada awalnya tungkai bawah menjadi kering dan bersisik serta
garis-garis kulitnya menjadi lebih jelas (xerosis). Kemudian plak merah dengan fisura horizontal
superfisial akan mulai terlihat apabila kekeringan berlanjut dan digaruk.6,7,9
Dermatitis asteatotic memiliki gambaran seperti porselen yang retak ataupun crazypaving (craquele eczema). Namun apabila kekeringan semakin parah dan terus berlanjut
gambaran fisura yang terbentuk akan semakin jelas dan dalam seperti parit yang mengelilingi
istana, bagian fisura yang terbentuk akan berwarna merah dan kita bisa melihat pembuluh darah
di bagian dermis (sering disebut eczema canelle).6,7,9
V.
Etiopatogenesis
Sebagian besar orang tua yang mengalami asteatotic eczema memiliki kulit yang kering
dan mudah pecah-pecah, menjadi kasar ataupun sakit saat terkena udara dingin. Banyak faktor
yang memperngaruhi terjadinya asteatotic eczema terutama:
1. Seiring bertambahnya usia produksi sebum akan menurun, dan kapasitas penahanan
air pada epidermis juga akan menurun, hal ini terutama terjadi di ekstremitas bawah.
2. Mandi akan memperburuk kemampuan epidermis untuk menahan cairan, karena saat
menggunakan sabun, maka akan terjadi peningkatan larutnya lipid pada kulit.
1
0
VI.
Aplikasi klinis
Riwayat penyakit
Onset
Biasanya timbul pada dekade 5 atau 6, insidensi dan tingkat keparahan akan
meningkat seiring pertambahan usia. Apabila memiliki penyakit xerosis genetik yang
mendasari maka insidensi bisa terjadi pada usia yang lebih muda. Pada wilayah yang
memiliki 4 musim sering terjadi saat pertengahan musim dingin.
Gejala awalnya biasanya di daerah tibialis dan lipatan axilla, pasien biasa
mengeluh kulitnya kering. Kulitnya tampak kusam dan dapat terlihat seperti diselimuti
bubuk putih atau keabu-abuan. Gatal yang ditimbulkan dapat separah gatal yang
ditimbulkan akibat alergi obat.10
1
1
Perjalanan penyakit
Apabila tanda dan gejala awal tidak berhasil ditemukan dan diterapi dengan baik,
maka pada umumnya, gejala akan meluas dan sering sekali didiagnosis sebagai reaksi
hipersensitifitas yang akan berujung kepada dikontinuitas penggunaan obat yang justru
penting untuk perbaikan penyakit.10
Perjalanan perubahan lesi
Tanpa pengobatan yang baik dan adekuat, maka kondisi epidermis akan
memburuk dari awalnya kering sampai pada titik dimana epidermis sudah tidak dapat
mempertahankan integritas permukaannya. Pada titik inilah akan terbentuk retakan
(craquele) ataupun parit (cannale). Apabila kondisi ini dibiarkan maka bisa terjadi
generalisasi lalu akan terjadi inflamasi pada fisura yang terbentuk sampai bisa
mengeluarkan cairan serosa.
Apabila digaruk maka akan menimbulkan infeksi sekunder (impetiginosa) dan
pada akhirnya akan memperburuk kondisi radang penyakit dan juga meningkatkan
penyebaran penyakitnya. 10
Riwayat pengobatan
Riwayat pengobatan sendiri yang biasa dilakukan pasien dengan membeli obat
Over The Counter (OTC) dapat saja memperberat kondisi penyakit. Banyak pasien yang
membeli obat gatal OTC seperti benzokain dan difenhidramin yang akan sering
menimbulkan dermatitis kontak alergi superimposa. Ataupun penggunaan beberapa salep
hidrokortison yang memiliki bahan dasar iritatif yang lebih kuat daripada efek anti
inflamasi bahan aktifnya sendiri sehingga akan terjadi perburukan penyakit. 10
1
2
demam, malaise, penurunan berat badan dan lain-lain, maka harus dilakukan pemeriksaan yang
lebih mendalam dan lebih lanjut untuk mencari penyebab yang mendasarinya. 9,13
IX.
Penatalaksanaan
Dermatitis asteatotic biasanya berespon secara cepat terhadap pemberian emolien dan
kortikosteroid. Emolien merupakan material berlemak (diambil dari lemak atau minyak) yang
digunakan untuk melubrikasi dan melembabkan kulit. Emolien dapat melubrikasi permukaan
kulit dan menjaga fungsi pertahanan kulit. Emolien juga akan mencegah dehidrasi kulit dengan
cara memerangkap cairan serta menurunkan Transepidermal Water Loss (TEWL), teknik
pelembaban kulit ini dikenal dengan teknik okulsi. Pemberian emolien yang mengandung
palmitoylethanolamine atau acetylethanolamine selain melembabkan dan memperbaiki kondisi
permukaan kulit juga akan memperbaiki fungsi aktif kulit itu sendiri.14,15
Pemberian krotikosteroid potensi ringan saja pada umumnya sudah cukup untuk
mengatasi kondisi ini namun pada kasus Dermatitis asteatotic berat atau resisten penggunaan
kortikosteroid potensi sedang dapat dipertimbangkan. Ditemukan juga bahwa pemberian kirm
pimecrolimus 1% yang merupakan obat dermatitis atopik ternyata dapat juga mengurangi tingkat
keparahan serta mengobati rasa gatal yang dialami pasien. 16
Harus dihindari pula faktor-faktor yang membuat kulit kering seperti frekuensi mandi
yang berlebihan, penggunaan sabun atau deterjen, paparan langsung terhadap sinar matahari,
kondisi udara sekitar yang memiliki kelembaban yang rendah.9
X. Prognosis
VIRYANDI (406 138 145)
1
3
Pada dasarnya dermatitis asteatotic memiliki prognosis yang baik, namun harus
diperhatikan untuk selalu menjaga kelembaban kulit karena apabila kulit dibiarkan kering lagi,
maka dermatitis asteatotic akan sangat mudah untuk timbul kembali. 9,17
Kesimpulan
Asteatotic eczema merupakan penyakit yang lazim dan sering terjadi pada lansia, ratarata pada dekade 60an dengan mediannya di usia 69 tahun. Hal ini dikarenakan pada lansia akan
terjadi penurunan kinerja kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus sehingga mudah terjadinya
xerosis. Dalam kasus ini sering juga terjadi pada lansia yang mendapatkan pengobatan berupa
statin, lansia yang sering mandi menggunakan air hangat ataupun menggunakan sabun.
Asteatotic eczema biasanya muncul setelah kekeringan pada kulit yang berlebihan.
Asteatotic eczema dapat timbul dimana saja, tapi tempat predileksi yang paling umum terjadi
adalah pada bagian antero-lateral tungkai bawah. Pada awalnya tungkai bawah menjadi kering
dan bersisik serta garis-garis kulitnya menjadi lebih jelas (xerosis). Kemudian plak merah
dengan fisura horizontal superfisial akan mulai terlihat apabila kekeringan berlanjut dan digaruk.
1
4
Daftar Pustaka
1. Fitzpatrick T, Freedberg I. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. New York:
McGraw-Hill, Medical Pub. Division; 2008. Pg. 963-972
2. WHO. Definition of an older or elderly person. 2015 [cited 29 June 2015]. Available
from: http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/
3. Christina KA,Susan C, William DJ et al. Asteatotic Eczema. Asteatotic Eczema:
Background, Pathophysiology, Epidemiology. 2015 [cited 29 June 2015]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1124528-overview
4. Evans CC, High WA. Skin diseases in The Elderly: A Color Handbook. USA: CRC Press;
2011. Pg. 80
5. Jones MR. ABC of dermatology. 6th ed. Oxford: Wiley-Blackwell; 2014. Pg. 26-28
1
5
th
and
N-
acetylethanolamine are effective in asteatotic eczema: results of a randomized, doubleblind, controlled study in 60 patients. Clin Interv Aging. 2014; 9: 11631169.
15. Milady. Milady Standard Esthetics: Fundamentals.11th ed. Singapore: Cengage
learning;2012. Pg. 308-309
16. Schulz P, Bunselmeye B, Brautigam M et al. Pimecrolimus cream 1% is effective in
asteatotic eczema: results of a randomized, double-blind, vehicle-controlled study in 40
patients. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2007 Jan;21(1):90-4.
17. Eczema craquele.patient.info[internet].2015 [cited 30
June
2015].available
from:http://patient.info/doctor/Asteatotic-Eczema-(Eczema-Craquele).htm
1
6