Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan
2.1.1 Sumber daya energi
Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam
membangun nilai didalam kondisi dimana kita menemukannya. Untuk itu sumber
daya energi adalah aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Selain
itu sesuatu dapat dikatakan sebagai sumber daya harus memiliki 2 kriteria, yaitu:
Harus

ada

pengetahuan,

teknologi

atau

keterampilan

(skill)

untuk

memanfaatkannya.
Harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut.
Sumber daya alam dan energi bisa meliputi semua yang terdapat di bumi
baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya
dan penguasaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan
lingkungan. Sumber daya energi di sisi lain merupakan sumber daya yang
digunakan untuk kebutuhan menggerakan energi melalui proses transformasi
panas maupun transpormasi energi lainnya.
Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral
patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium.
Sumber daya energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya,
angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti
kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang,
nuklir, mekanis, dan panas.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Jenis sumber daya energi


Menurut Sukanto Reksohadiprojo (1994), jenis-jenis sumber daya energi
dapat dibedakan atas 2 yaitu:
a. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui
Sumber daya energi yang dapat diperbaharui atau dapat diisi kembali atau
tidak terhabiskan (renewable) adalah sumber daya energi yang bisa dihasilkan
kembali baik secara alamiah maupun dengan bantuan manusia.
b. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui
Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya
energi yang habis sekali pakai. Misalnya: minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.
2.1.3 Kelangkaan sumber daya energi
Makin menipisnya sumber daya energi menimbulkan kekhawatiran tidak
lancarnya perekonomian. Usaha manusia untuk menghindari semakin langkanya
sumber daya energi telah banyak dilakukan.
Usaha tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk substitusi dalam
produksi, substitusi dalam konsumsi, dan inovasi teknologi hemat sumber daya
energi.
Substitusi dalam produksi dapat dilakukan dengan mengubah kombinasi
masukan maupun pengganti masukan dengan substitusinya. Substitusi dalam
konsumsi dilakukan antara lain dengan mengganti barang- barang konsumsi tanpa
mengubah kualitas/kegunaan konsumsi. Inovasi teknologi untuk memperoleh.

Universitas Sumatera Utara

pemanfaatan sumber daya energi tersebar dan terus mengalami kemajuan.


Akan tetapi meskipun usaha-usaha mengatasi kelangkaan ternyata masih menjadi
momok bagi masayarakat.
Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi
pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi
dalam segala bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam
berproduksi.
2.1.4 Peranan Energi dalam Pembangunan di Indonesia
Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi
tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunan di
Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan
(penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.
a. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara
Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas),
memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia.
Walaupun peranan minyak dan gas bumi dalam penerimaan negara relatif
semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir (1996/971999/2000) rata-rata penerimaan minyak dan gas bumi dibandingkan dengan
jumlah penerimaan dalam negeri masih mencakup yaitu sekitar 30%.
Penerimaan minyak dan gas bumi dipengaruhi antara lain oleh besarnya
tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG,
harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat. Selain sebagai sumber penerimaan negara,
minyak dan gas bumi juga berperan sebagai sumber penerimaan devisa.
b. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi
sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan
meningkatnya konsumsi energi. Di Indonesia tercermin dari meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun mengakibatkan pertumbuhan
konsumsi energi meningkat sebesar 10%. Hubungan tersebut disebut dengan
elastisitas energi terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai
perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan pertumbuhan
konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi.
2.1.5 Listrik sebagai Sumber Daya Energi
Tenaga listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan
sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran
pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya tenaga listrik dalam jumlah
dan mutu pelayanan yang baik serta harga yang terjangkau merupakan penggerak
utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain.
Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan
pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapapatan
nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan
permintaan tenaga listrik. Di samping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata

Universitas Sumatera Utara

dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat


meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Minyak bumi, gas bumi dan batu bara merupakan sumber daya energi
yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak bumi,
gas bumi dan batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil
kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi untuk sektor Pembangkit
Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan
berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas
bumi.
Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh
konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk
mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan
serempak dengan tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran
pembangunan

ketenagalistrikan

harus

selalu

menunjang

setiap

tahap

pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat


maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi.
2.1.6 Peranan Tenaga Listrik dalam Pembangunan
Listrik membawa peranan penting dalam pembangunan, bahkan tingkat
pemakaian listrik telah menjadi salah satu ukuran bagi perkembangan dan
kemajuan suatu negara. Aspek-aspek kehidupan manusia telah banyak dikuasai

Universitas Sumatera Utara

oleh listrik mulai dari kehidupan yang paling kecil sampai kepada yang besar
sekalipun.
Bagaimana pentingnya peranan listrik dapat ditinjau dari penggunaannya
untuk beberapa bidang antara lain: bidang komunikasi dan mass media, bidang
rumah tangga, dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan
listrik dalam pembangunan, demikian pula halnya untuk perbaikan kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya, peranan listrik ini sangat menentukan. Ini
mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan program pembangunan penyediaan
tenaga listrik harus diutamakan, sehingga dengan demikian dapat membantu
bidang-bidang lainnya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Konsumsi
Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari
orang yang melakukan pembelanjaan. Pembelanjaan masyarakat atas makan,
pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan
pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan
oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
2.2.1.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat
dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi kausal.
Pertama dan terpenting keynes menduga bahwa, kecendrungan mengkonsumsi
marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap

Universitas Sumatera Utara

tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecendrungan mengkonsumsi


marginal

merupakan

rekomendasi

kebijakan

keynes

untuk

menurunkan

penggangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fikal, untuk mempengaruhi


perekonomian seperti ditunjukkan oleh pegganda kebijakan fiskal muncul dari
umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes mengatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan,
yang disebut kecendrungan mengkonsumsi rata-rata(average prospensity to
consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah
kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang
lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan
konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes
mengatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas
teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap
pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak
penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes sering ditulis
sebagai berikut (Mankiw,2006):
C = a + bY,
a > 0, 0 < b < 1.............................................(2.1)
Keterangan :
C = Konsumsi
Y = Pendapatan disposebel

Universitas Sumatera Utara

a = Konstanta
b = Kecendrungan mengkonsumsi marginal
Secara grafis, fungsi konsumsi Keynes digambarkan sebagai berikut:

Konsumsi

Y=C
C

Co
0

Pendapatan
Gambar 2.1. Fungsi Konsumsi Keynes

Menurut Mankiw (2006) ada beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi


Keynes:
1. Keynes menduga bahwa kecendrungan mengkonsumsi marjinal (marginal
proprnsity to consume). C adalah antara nol dan satu.
2. Kecendrungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik.
3. Konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang.
Pada gambar 2.1. terlihat bahwa fungsi konsumsi Keynes tidak melalui
titik 0, tetapi melalui sumbu vertikal pada nilai positif (Co). Konsekwensi fungsi
konsumsi ini, dengan meningkatnya pendapatan nasional akan memberikan
dampak terhadap penerunan hasrat konsumsi rata-rata atau APC. Jika APC akan
mengalami penurunan dengan terjadinya peningkatan pendapatan nasional, dalam
konsumsi Keynes akan terlihat pertama, peningkatan pendapatan masih diikuti

Universitas Sumatera Utara

dengan peningkatan konsumsi, kedua, pada saat garis konsumsi C memotong


garis OY maka peningkatan pendapatan diiringi dengan penurunan konsumsi atau
APC.
2.2.1.2 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen
(Milton Friedman)
Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton
Friedman pada tahun 1957. Menurut beliau perlu dibedakan dalam pembahasan
konsumsi antara measured income dengan permanent income. Measured income
adalah pendapatan yang diterima pada suatu waktu tertentu, sedangkan permanent
income adalah pendapatan yang diramalkan oleh konsumen akan dapat diterima
pada masa yang akan datang (expected income). Kemudian transitory income
merupakan pendapatan ang dapat mengurangi atau meningkatkan permanent
income.
Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara
dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi
permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga
MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen
menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi
konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang
negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Mankiw, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.2.1.3 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup


Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani.
Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat
mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran
konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya
dipandang sebagai faktor yang sangat penting.
Oleh sebab itu menurut Franco Modigliani faktor penentu tingkat
konsumsi agregatif adalah sumber daya yang dimiliki oleh konsumen, tingkat
pengembalian modal (rate of return on capital) dan si umur dan si konsumen itu
sendiri.
Sumber daya yang dimiliki konsumen diwakili oleh jumlah kekayaan
(wealth) ditambah dengan nilai yang sekarang dari seluruh upah yang akan
diterima

selama

hidupnya.

Konsumen

dalam

menentukan

konsumsinya

memperhitungkan seluruh sumberdaya yang dimiliki sehingga tingkat konsumsi


agregatif bukan hanya ditentukan oleh jumlah pendapatan yang diteima suatu
waktu, akan tetapi nilai kekayaan yang dimiliki.
2.2.1.4 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif
James Dussenbery mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu
masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang
tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah

Universitas Sumatera Utara

maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu
besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.
Kenyataan ini akan terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi
yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan
sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan
bertambahnya

pengeluaran

untuk

konsumsi,

sedangkan

di

lain

pihak

bertambahnya saving tidak begitu cepat (Mankiw, 2006).


Dalam teorinya, Dussenbery menggunakan dua asumsi yaitu:
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen.
Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran
yang dilakukan oleh orang sekitarnya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang
pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat
penghasilan mengalami penurunan.
Dusenberry dalam teorinya menemukan bahwa persentase dari konsumsi
dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan
cenderung tinggi pada saat ekonomi dalam keadaan buruk. Ketika terjadi
perubahan pada penghasilan, maka konsumsi tidak langsung meningkat, karena
terjadi pengaruh konsumsi periode yang lalu yang lebih kecil. Demikian pula,
ketika pendapatan turun, maka konsumsi tidak akan turun secara tajam karena
terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi adalah persentase dari konsumsi dan
pendapatannya menjadi semakin besar.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Fungsi Konsumsi


Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi
koonsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan
dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynes, yaitu:
C = f(Y).......................................................................... (2.2)
Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposible
income. Hubungan antara konsumsi dan disposible income disebut consmption
function (Mankiw, 2006).
Keynes mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat
tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. Secara lebih
spesifik, Keynes memasukkan komponen marginal propensity to consume (MPC)
kedalam persamaan konsumsinya seperti yang telah diuraikan pada persamaan
(2.1) sebelumnya.
Teori daur hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco
Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan
tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalikasikan konsumsi
mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan
dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di
hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup
adalah:
C = aWR + Cyl .......................................................................... (2.3)

Universitas Sumatera Utara

Dimana WR merupakan kekayaan riel, a adalah kecendrungan mengkonsumsi


marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah
kecendrungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja.
Miton Friedman dengan teori mengatakan bahwa konsumsi seseorang
tergantung pada pendapatan permanennya (pendapatan yang rutin yang ia terima
setiap periode tertentu) dan bukan pada pendapatan transitori (pendapatan yang
tak terduga).
Dalam bentuk yang paling sederhana, hipotesis pendapatan permanen dari
perilaku konsumsi berpendapat bahwa konsumsi itu adalah proporsional terhadap
pendapatan permanen, yaitu:
C = cYP ......................................................................................(2.4)
Dimana YP merupakan pendapatan (disposibel) permanen. Dari
persamaan (2.4), konsumsi bervariasi menurut proporsi yang sama dengan
pendapatan permanen. Kenaikan 5% dalam pendapatan permanen akan menaikan
konsumsi sebesar 5%.
Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini
tidak tergantung pada pendapatan normal. Bentuk lain fungsi konsumsinya
adalah:
C = f(Y P,i) .................................................................................(2.5)
Dimana YP adalah permanen income dan i adalah interest rate.
Sukirno (2001) dalam buku makro ekonominya membuat suatu defenisi tentang
fungsi konsumsi yang menyatakan bahwa fungsi konsumsi adalah suatu kurva

Universitas Sumatera Utara

yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga


dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel)
perekonomian tersebut.
Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan :
C = a + bY ................................................................................(2.6)
Dimana:
a

: konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0,

: kecondongan konsumsi marginal,

: tingkat konsumsi dan

: tingkat pendapatan asional.


Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan

disposibel dengan konsumsi yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan


kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Kecondongan mengkonsumsi marginal
dapat dinyatakan sebagai

MPC (berasal dari istilah Marginal Propensity to

consume). Dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan


konsumsi (C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposiebel
(Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan
C
MPC =

.................................................................. (2.7)
Yd

Universitas Sumatera Utara

Kecondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average


Propensity to Consume), dapat didefenisikan sebagai perbandingan di antara
tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada
ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd)
2.2.3. Determinan Konsumsi
Banyak ahli yang telah menguraikan pendapatnya mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumsi sebagimana telah diuraikan sebelumnya dan
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut telah dijabarkan ke dalam
suatu fungsi konsumsi yang terangkum dalam persamaan (2.1) sampai dengan
(2.7) tersebut di atas.
Begitu pentingnya bahasan tentang konsumsi sehingga banyak ahli lainnya
yang turut membahas tentang determinan konsumsi. Misalnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposibel yang
merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga, usia anggota keluarga,
pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan dimasa yang akan
datang.
Adapun faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah
pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama,
pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor
permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomni
dimasa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

Sadono Sukirno (2006), selanjutnya menyebutkan bahwa disamping


faktor-faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah,
konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Ekspektasi, mengenai keadaan di masa yang akan datang sangat mempengaruhi
konsumsi rumah tangga pada masa kini, keyakinan bahwa pada masa yang
akan datang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong
rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi di masa sekarang.
2. Jumlah penduduk, dalam analisis mengenai pembelanjaan agregat yang
diperhatikan adalah konsumsi penduduk negara. Oleh sebab itu tingkat
konsumsi bukan saja bergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh
seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan.
3. Tingkat harga, dalam analisis keynesian sederhana dimisalkan bahwa tingkat
harga adalaj tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan
pendapatan riel. Dalam keadaan yang demikian, apabila pendapatan meningkat
100 persen dan MPC sebesar 0,80 atau 80% dari kenaikan pendapatan itu akan
dikonsumsikan, maka hal ini akan meninjukkan terjadinya kenaikan konsumsi
yang sebenarnya.
Mankiw (2006) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang
dibelanjakan untuk pangan cendrung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi
ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan
pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan.

Universitas Sumatera Utara

Adapun faktor-faktor penyebab perubahan konsumsi, yaitu:


1. Penyebab Faktor Ekonomi
a. Pendapatan
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan
peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya
makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang
besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras. Orang yang
tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan
tambahan dari pabrik.
b. Kekayaan
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran
konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak
rumah kontrakkan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang
tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat
membeli banyak barang dan jasa kerena punya banyak pemasukan dari
hartanya.
c. Tingkat bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi
karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap
tabungan atau deposito yang tinggi dibandingkan dengan membelanjakan
banyak uang.

Universitas Sumatera Utara

d. Perkiraan Masa Depan


Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan
menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak
yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan,
dan lain sebagainya.
2. Penyebab Faktor Demografi
a. Komposisi Penduduk
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak
maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka
konsumsi suatu daerah akan tinggi juga.
Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi
maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi.
b. Jumlah Penduduk
Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya
konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya
sangat banyak pula.
3. Penyebab / Faktor lain
a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi
seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup
sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Rumah Tangga Sebagai Konsumen


Konsumen adalah semua anggota masyarakat yang menerima uang dan
kemudian membelanjakan untuk pembelanjaan barang dan jasa. Dalam
perekonomian konsumen bertindak sebagai pemakai barang dan jasa untuk
dikonsumsi. Konsumen pada umumnya terdiri individu atau perorangan dalam
masyarakat dalam kenyataan sebagian besar terkumpul dalam satu rumah tangga.
Menurut Sadono Sukirno sebuah rumah tangga didefenisikan sebagai
semua orang yang bertempat tinggal dalam satu atap dan memuat keputusan
keuangan bagi mereka atau pemilik dari berbagai faktor produksi yang tersedia
dalam perekonomian.
Menurut Sadono Sukirno rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Rumah tangga mengambil keputusan yang konsisten seperti rumah tangga itu
terdiri dari satu orang, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah tangga
merupakan titik pusat perilaku konsumen.
2. Rumah tangga secara konsisten berusaha memperoleh keputusan maksimal
atau utilitas dalam batas sumber daya yang tersedia.
3. Rumah tangga merupakan pemilik utama faktor produksi yang dijual pada
perusahaan dan menerima penghasilan sebagai imbalannya.
Menurut Sadono Sukirno, pada umumnya rumah tangga menggunakan
penghasilannya untuk 2 macam tujuan, yaitu:
1. Membeli berbagai macam barang atau jasa yang diperlukan memungkinkan
rumah tangga menjadi konsumen. Pada perekonomian yang rendah taraf

Universitas Sumatera Utara

perkembangannya sebagian besar pendapatan dibelanjakan untuk keperluan


sehari-hari yang paling pokok (makanan dan pakaian).
2. Disimpan atau ditabung. Penabung ini dikatakan untuk memperoleh bunga atau
deviden dan sebagai dana untuk menghadapi berbagai kemungkinan kesusahan
di masa depan atau untuk berjaga-jaga.
2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam hal ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh
penelitian lain, dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh
beberapa penelitian lain, baik itu melalui penelitian biasa, tesis, dan skripsi. Yang
mana berbagai penelitian ini mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan
skripsi, seperti oleh beberapa penelitian di bawah ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana Hayati tahun 2003 tentang Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen Terhadap Listrik
Pada Rumah Tangga. Penelitian ini dilakukan di Dusun Namongan, Desa
Caturharjo, kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Subing tahun 1995 tentang Konsumsi Listrik
Pada Masyarakat Pedesaan. Penelitian ini dilakukan di pedesaan Lampung
Tengah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Setyawan tahun 2008 tentang Analisis
Permintaan Listrik Pada Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai