Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

I.

Identitas Pasien

No. Rekam Medik


Nama Inisial
Jenis Kelamin
TTL
Usia
Alamat

: 80-33-75
: Tn. HM
: Laki-laki
: 20 03 - 1985
: 30 Tahun
: Jl. Kayu Manis Barat no. 11 RT 001/RW 002 Kayu

Manis, Matraman.
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Suku Bangsa
Tanggal Masuk

: SMA
: Tidak bekerja
: Islam
: Belum menikah
: Betawi
: 25 Maret 2015

Identitas Keluarga
Nama
: Ny. Juhairiah
Alamat
: Kayu Manis Barat, Matraman, JakTim
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
No. Telp
: 082113197882
Hubungan dengan pasien : Kakak Kandung
II.

Riwayat Psikiatri

Autoanamnesa : 9, 10 , 11 April 2015


Alloanamnesa : 10 April 2015 dengan Kakak Kandung Pasien
A. Keluhan Utama
Sering kaget kaget an.
B. Keluhan Tambahan
Pasien tampak sesekali berbicara ngaco dan tertawa sendiri.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Dari hasil alloanamnesa dengan kakak pasien, pasien datang ke
paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada tanggal 25 April 2015
dibawa oleh keluarganya karena pasien menonjok ibunya yang menganggap
ibunya adalah musuh tentara Belanda. Serta ingin menusuk keponakannya
dengan pisau gunting kuku sehari sebelum masuk rumah sakit. Jika di tanya
apa yang membuat pasien hingga melakukan hal tersebut, pasien menjawab
jika tidak tahu bahkan pasien menyangkal telah melakukan hal tersebut.

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Pasien mengalami gangguan terhadap dirinya semenjak 10 tahun yang


lalu, namun keadaan nya masih jauh lebih baik dari sekarang, pasien masih
mau keluar rumah dan bergaul dengan teman temannya meski tidak seaktif
sebelum pasien mengalami gangguan, namun sekarang semakin memburuk
tiga minggu sebelum masuk rumah sakit pasien lebih sering menyendiri di
kamar, malas berkumpul dengan keluarga dan teman - temannya, malas
merawat diri dan jarang makan dan keluar rumah. Bicara pun sudah sangat
melantur.
Pasien sering mondar mandir di ruang bangsal, tidak kooperatif
terhadap pemeriksa. Pada saat diajak berkomunikasi, pasien menjawab
pertanyaan pemeriksa namun sering kali jawabannya ngaco atau bahkan
hanya diam saja. Pasien juga kadang tiba tiba tertawa sendiri, namun jika di
tanya apa yang membuatnya tertawa, pasien bilang tidak ada apa apa.
Pasien juga sering tiba tiba ngomong sendiri dengan sesekali menoleh ke
samping. Pasien pernah menyatakan jika dirinya bisa melakukan telepati
terhadap keluarga dan teman temannya.
Pasien menyatakan jika dirinya sekarang sering merasa kaget
kagetan. Namun setelah di tanya lebih dalam apa yang membuatnya kaget
kagetan, dan pada saat apa pasien merasa seperti itu, pasien hanya menjawab
tidak tahu. Sehingga tidak bisa di gali lebih dalam.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Awal mula keluarga merasa jika pasien mulai berubah pada tahun 2005
sejak pasien kelas 2 SMA. Keluarga mengatakan jika pasien sehabis
mempelajari sebuah Ilmu namun keluarga tidak tahu Ilmu apa dan
dimana pasien mempelajarinya. Keluarga pasien tahu setelah diberitahu
oleh tetangga nya jika pasien diajak oleh temannya untuk mempelajari
sebuah Ilmu. Pulang pulang pasien mulai berubah seperti sering
berbicara sendiri, jika diajak bicara lama lama melantur serta merasa
tidak suka dengan bapaknya. Sebelumnya, hubungan pasien dengan
bapaknya tidak ada masalah. Kakak pasien juga mengatakan jika sehabis
Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)
Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

pulang mencari Ilmu tersebut, teman pasien juga mengalami hal serupa
dengan pasien namun sekarang sudah sembuh dan bisa bekerja.
Pasien pernah bercerita ke kelurga jika ada yang membisikkan ke
telinga pasien untuk menyuruhnya berjuang oleh tentara. Bahkan pernah
ada yang menyuruhnya untuk loncat dari atas genteng dan pasien
melakukannya namun bisa di gagalkan oleh warga sekitar. Kakak pasien
mengatakan, jika pasien juga bisa melihat mahkluk halus, suatu ketika
pasien duduk di warung lalu di hampiri oleh temannya, pasien menyuruh
pergi sosok yang mengikuti temannya. Sosoknya wanita dengan rambut
panjang dengan jubah putih panjang.
Karena hal tersebut, pasien sering di bawa rukiyah oleh keluarganya,
namun pada saat rukiyah pasien tidak teriak dan muntah muntah, hanya
tenang saja bahkan pasien mengatakan bahwa buat apa dirinya di bawa
ketempat seperti itu sedangkan dirinya tidak gila maka dari itu pasien
tidak mau lagi di bawa untuk rukiyah.
Kehidupan pasien setelah mengalami sakit, pasien jadi menarik diri.
Sudah jarang bergaul atau mengikuti kegiatan dengan teman teman
sebayanya. Pasien lebih senang menyendiri, namun menurut kakaknya
sesekali pasien kadang keluar rumah untuk berkumpul namun tidak lama
pulang kerumah. Serta pasien masih bisa diajak berbicara meski kadang
setelahnya pembicaraan pasien mengacau lagi.
Malam takbiran tahun lalu, pasien pernah menonjok bapaknya tanpa
alesan yang jelas. Jika di tanya pasien juga tidak tahu kenapa pasien
berbuat hal tersebur, maka dari itu bapak pasien diungsikan ke rumah
kakaknya untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan lagi.
Pasien belum pernah dirawat di bagian jiwa ataupun memiliki keluhan
serupa sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Riwayat trauma kepala (-), penyakit saraf (-), riwayat kejang/ epilepsi (-),
tumor otak (-), riwayat nyeri kepala (-).
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Kakak pasien mengatakan pasien seorang perokok namun tidak pernah
menggunakan obat obatan terlarang.
III.

Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Ibu pasien mengatakan pasien dilahirkan secara normal di Rumah Sakit Tentara.
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak sebayanya.
2. Riwayat Masa Kanak (0-3 tahun)
Dari alloanamnesa dengan Kakak pasien, didapatkan bahwa pasien merupakan
anak ketiga dari lima bersaudara. Pasien bertumbuh kembang sama dengan anak
sebayanya. Bahkan anak paling disayang karena anak pertama laki laki di
keluarganya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Kakak pasien mengatakan sejak SD hingga SMP pasien anak yang ramah dan
senang bergaul, teman pasien banyak karena pasien anak yang mudah bergaul
dengan siapa saja. Kakak pasien juga mengatakan sejak kecil pasien anak yang
hiperaktif, suka mengotak atik benda apa saja yang ada disekitarnya. Dan sejak
SMP pasien sudah bisa memperbaiki elektronik yang rusak seperti radio sehingga
tetangganya jika ada elektronik yang rusak, suka meminta tolong kepada pasien
untuk diperbaiki.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Menurut Kakak pasien, pasien merupakan anak yang aktif dalam sosialisasi,
serta sering mengikuti kegiatan seperti sepak bola. Pasien juga anak yang tidak
suka berantam atau tawuran. Namun pernah pasien terlibat penangkapan tawuran.
Pasien sedang berjalan pulang dari sekolah sendiri kemudian ada temannya yang
menitipkan senjata tajam kepadanya, karena tidak tahu apa apa pasien pun hanya
nurut saja. Atas bantuan kakak dan keluarga, akhirnya pasien terbukti tidak
bersalah dan bisa bebas. Karena hal tersebut dan takut terjadi tawuran lagi,
akhirnya pasien memutuskan untuk pindah sekolah.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah dari TK hingga SMA. Prestasi pasien biasa saja namun
selalu lulus tepat waktu. Namun pasien berhenti sekolah kelas 2 SMA karena
pasien mulai mengalami gangguan.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja
c. Riwayat Pernikahan dan Hubungan
Pasien belum pernah menikah.
d. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Menurut kakaknya pasien beribadah namun tidak 5
waktu
e. Riwayat Hukum
Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)
Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Pasien pernah tersangkut masalah hukum karena dijebak oleh temannya.


f. Riwayat Aktivitas Sosial
Sebelum sakit 10 tahun yang lalu, pasien adalah orang yang mudah bergaul,
supel dengan teman temannya. Namun setelah sakit pasien lebih sering
menyendiri dan jarang bergaul dan semakin parah semenjak 3 minggu sebelum
masuk rumah sakit pasien jadi sangat tertutup oleh siapapun dan lebih memilih
di kamar saja.
g. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual normal, yaitu heteroseksual.
h. Riwayat Keluarga

WANITA

PRIA

PASIEN

Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Karena pasien


merupakan anak pertama laki laki, maka pasien sangat disayang dan paling
diharapkan oleh kedua orang tuanya. Hubungan pasien dengan keluarga baik.
Tetapi semenjak 10 tahun terakhir, pasien dengan ayahnya tidak dekat bahkan
pasien cenderung membenci ayahnya. Tidak ada riwayat keluarga yang
menderita gejala yang sama.
i. Situasi Kehidupan Sekarang
Sebelum dirawat pasien tinggal dengan ibu dan adiknya. Pasien lebih suka
menyendiri di kamar, jarang sekali mau keluar rumah bahkan jarang makan.
Serta tidak mau mengurus diri
j. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupan
Menurut keluarga pasien, pasien menyangkal penuh terhadap penyakitnya.
Pasien menyatakan bahwa dirinya sering dibisikkan oleh suara suara yang
menyuruhnya untuk berperang, meloncat dari atap genteng serta pernah
melihat mahkluk halus.
k. Persepsi Keluarga terhadap Pasien
Orangtuanya sangat sedih dan ingin pasien cepat sembuh agar dapat
beraktivitas seperti sedia kala
l. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien berkeinginan ingin menjadi seorang penulis dan pengarang buku.
IV.

Status Mental

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang laki-laki berusia 30 tahun, tampak kurang rapi, penampilan sesuai
usia, tinggi badan 165 cm, berat badan 55 kg, kulit berwarna kuning langsat.
potongan rambut pendek, kuku pendek dan rapi, postur tubuh kurang tegap,
perut datar. Pasien mengenakan baju biru dengan celana abu abu pendek
tanpa menggunakan alas kaki.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien tampak sering berjalan mondar mandir. Tidak ada gerakan involunter.
c. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien kurang kooperatif dengan pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa.
2. Alam Perasaan (Mood dan Afek)
a. Mood
Anhedonia. Suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat dan
kesenangan terhadap berbagai aktifitas kehidupan.
Afek
Terbatas. Penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dari efek
tumpul tetapi jelas menurun
b. Keserasian
Serasi antara afek dan mood.
3. Pembicaraan
Cara bicara tidak spontan, artikulasi jelas dan volume suara jelas. Tidak ditemukan
gangguan bicara. Kadang pasien menjawab pertanyaan mengacau
4. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki gangguan halusinasi, yaitu halusinasi auditorik.
5. Pikiran
a. Proses Pikir dan Alur Berpikir
Terdapat adanya inkoherensi. Pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti
berjalan bersama pikiran atau kata kata dengan hubungan yang tidak logis
atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi/ terputusnya asosiasi
antara ide ide yang ekstrim sehingga tidak dapat dimengerti sama sekali.
b. Isi Pikir
Kemiskinan isi pikiran. Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena
tidak ada pengertian atau frase yang tidak jelas.

6. Sensorium dan Kognisi


a. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)
Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Kompos mentis dan kesiagaan baik


b. Orientasi
Waktu : Pasien menjawab waktu namun jawabannya kacau.
Tempat : Pasien salah menyebutkan nama tempat. Pasien menyatakan jika
berada di kantor polisi.
Orang : Pasien menyebutkan orang namun jawabannya salah.
Ingatan
Ingatan Jangka Panjang : Pasien menyebutkan nama sekolah nya dari TK
hingga SMA namun jawabnnya kacau.
Ingatan Jangka Sedang : Pasien tidak tahu siapa yang mengantarkannya
kerumah sakit.
Ingatan Jangka Pendek : Pasien lupa menyebutkan menu makanan sebelum
wawancara, menu makanan pagi harinya, dan menu makanan kemarin.
Ingatan Jangka Segera : Pasien dapat menyebutkan 5 kata yang dikatakan
pemeriksa dan mengulangnya dengan baik dan berurutan.
c. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien dapat menjawab perhitungan 100-7 namun jawabannya salah
d. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca tulisan namun untuk menulis tidak sesuai dengan apa
yang diminta oleh pemeriksa, yaitu menulis nama pasien

e. Kemampuan Visuo-spasial
Ketika pemeriksa bertanya saat ini jam berapa pasien tidak dapat
menyebutkannya dengan benar serta tidak dapat menggambarkan dengan
benar.

f. Pikiran Abstrak
Pasien tidak dapat membedakan antara bola dan jeruk. Jeruk adalah sebuah
benda. Bola adalah sepak bola.
g. Intelegensi dan Daya Informasi
Pasien dapat menjawab nama Presiden dan wakil presiden namun jawabnnya
salah.
7.

Pengendalian Impuls

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Selama wawancara pasien tampat tenang dan tidak agresif, dapat mengendalikan diri.
8.

Daya Nilai dan Tilikan


a.

Daya Nilai Sosial : Sikap pasien hanya diam saja, menyendiri dan tidak mau

berbaur dengan yang lain.


b. Penilaian Realita : RTA terganggu.
c.
9.

Tilikan : Derajat 1. Penyangkalan penuh terhadap penyakitnya.

Taraf Dapat Dipercaya


Secara umum, keterangan yang diberikan pasien tidak dapat dipercaya, karena pasien
kebanyakan berbicara mengacau serta jawabannya berbeda dari hari pertama dan
kedua wawancara.

Pemeriksaan Fisik
A. Status Interna
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Kompos Mentis

Status Gizi

: Normal

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi

: 80 x/ menit

Frekuensi Nafas

: 18 x/ menit

Suhu

: Afebris

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik

THT

: Tidak ada gangguan

Mulut dan Gigi

: Gigi lengkap, warna kekuningan

Thorax

: Jantung paru dalam batas normal

Abdomen

: Datar, Bunyi Usus normal

Ekstremitas

: Akral hangat, perfusi perifer baik, tidak ada edema

B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal

: Negatif

Tanda-tanda Efek Ekstrapiramidal

:Negative

Motorik

: Baik

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Sensorik

: Baik

C. Pemeriksaan Lab darah lengkap : Tidak dilakukan


D. Pemeriksaan lab Kimia klinik

E. Usulan Pemeriksaan
V.

: Tidak dilakukan

: CT Scan, ECG

Ikhtisar Penemuan Hasil Bermakna


Pemeriksaan dilakukan pada Tn. HY, 30 tahun, tidak bekerja, suku Betawi,
pendidikan terakhir SMA kelas 2, masuk Paviliun Amino pada tanggal 25 Maret 2015
diantar oleh keluarganya karena pasien menonjok ibunya karena menganggap ibunya
adalah musuh tentara Belanda. Serta ingin menusuk keponakannya dengan pisau
gunting kuku sehari sebelum masuk rumah sakit.
Keadaan pasien semakin memburuk tiga minggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien lebih sering menyendiri di kamar, malas berkumpul dengan keluarga dan teman
- temannya, malas merawat diri dan jarang makan dan keluar rumah. Bicara pun
sudah sangat melantur.
Awal mula keluarga merasa jika pasien mulai berubah pada tahun 2005 sejak
pasien kelas 2 SMA. Keluarga mengatakan jika pasien sehabis mempelajari sebuah
Ilmu namun keluarga tidak tahu Ilmu apa dan dimana pasien mempelajarinya.
Keluarga pasien tahu setelah diberitahu oleh tetangga nya jika pasien diajak oleh
temannya untuk mempelajari sebuah Ilmu. Pulang pulang pasien mulai berubah
seperti sering berbicara sendiri, jika diajak bicara lama lama melantur serta merasa
tidak suka dengan bapaknya. Sebelumnya, hubungan pasien dengan bapaknya tidak
ada masalah. Kakak pasien juga mengatakan jika sehabis pulang mencari Ilmu
tersebut, teman pasien juga mengalami hal serupa dengan pasien namun sekarang
sudah sembuh dan bisa bekerja.
Pasien pernah bercerita ke kelurga jika ada yang membisikkan ke telinga
pasien untuk menyuruhnya berjuang oleh tentara. Bahkan pernah ada yang
menyuruhnya untuk loncat dari atas genteng dan pasien melakukannya namun bisa di
gagalkan oleh warga sekitar. Kakak pasien mengatakan, jika pasien juga bisa melihat
mahkluk halus, suatu ketika pasien duduk di warung lalu di hampiri oleh temannya,

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

pasien menyuruh pergi sosok yang mengikuti temannya. Sosoknya wanita dengan
rambut panjang dengan jubah putih panjang.
Karena hal tersebut, pasien sering di bawa rukiyah oleh keluarganya, namun
pada saat rukiyah pasien tidak teriak dan muntah muntah, hanya tenang saja bahkan
pasien mengatakan bahwa buat apa dirinya di bawa ketempat seperti itu sedangkan
dirinya tidak gila maka dari itu pasien tidak mau lagi di bawa untuk rukiyah.
Kehidupan pasien setelah mengalami sakit, pasien jadi menarik diri. Sudah
jarang bergaul atau mengikuti kegiatan dengan teman teman sebayanya. Pasien lebih
senang menyendiri, namun menurut kakaknya sesekali pasien kadang keluar rumah
untuk berkumpul namun tidak lama pulang kerumah. Serta pasien masih bisa diajak
berbicara meski kadang setelahnya pembicaraan pasien mengacau lagi.
Malam takbiran tahun lalu, pasien pernah menonjok bapaknya tanpa alesan
yang jelas. Jika di tanya pasien juga tidak tahu kenapa pasien berbuat hal tersebut,
maka dari itu bapak pasien diungsikan ke rumah kakaknya untuk menghindari
kejadian yang tak diinginkan lagi.
Berdasarkan pemeriksaan status mental, pasien tampak kurang bersih,
penampilan sesuai usia, tinggi badan 165 cm, berat badan 55 kg, kulit kuning langsat,
potongan rambut pendek cepak, kuku pendek dan rapi, postur tubuh kurang tegap,
perut datar. Pasien tampak sesuai usia. Mood anhedonia, afek terbatas, dan serasi.
Bicara sedikit, bicara tidak spontan. Dari pemeriksaan di dapatkan halusinasi auditorik
karena pasien suka tertawa sendiri, serta berbicara sendiri sesekali menoleh ke
samping, proses pikir inkoheren, isi pikir kemiskinan isi pikir, dalam orientasi pasien
kacau menjawab, dalam pemeriksa daya ingat pasien hanya mengingat daya ingat
segera, konsentrasi, kemampuan menulis, visuospasial, pikiran abstrak dan intelegensi
kacau, dan taraf dipercaya tidak dapat karena pasien kebanyakan berbicara mengacau
serta jawabannya berbeda dari hari pertama dan kedua wawancara.
Dari alloanamnesa didapatkan ada halusinasi visual yaitu pasien dapat melihat
mahkluk halus sosok wanita berambut panjang dengan jubah putih. Pasien juga
terdapat halusinasi auditorik yaitu bisikan untuk menyuruh pasien berjuang serta
menyuruhnya untuk loncat dari genteng rumah.
Penilaian RTA terganggu. Nilai tilikan pasien adalah derajat 1, dimana pasien
menyangkal penuh terhadap penyakitnya.

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

10

VI.

Formulasi Diagnostik
Aksis I
Berdasarkan riwayat penyakit, pasien mengalami sakit seperti ini sudah selama 10
tahun namun belum pernah sekali di rawat atau di bawa ke dokter. Pada pasien
terdapat penurunan cukup besar dalam fungsi luhur (fungsi kortikal yang multiple)
seperti daya ingat daya pikir daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan
belajar, berbahasa dan kemampuan menilai, dan terganggunya kegiatan sehari hari
seperti merawat diri. Dimana pada pasien tidak terdapat gangguan kesadaran dan
gejala tersebut sudah berlangsung lebih dari 6 bulan
Aksis II
Pada aksis II tidak dapat didiagnosa
Aksis III
Pasien tidak mengalami kondisi klinis yang terganggu.
Aksis IV
Pada pasien tidak terdapat masalah psikososial dengan primary support group yaitu
keluarga, dimana pasien tidak mengalami peristiwa perceraian kedua Orangtuanya.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assesment of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan HLPY (Highest Level Past Year)
adalah 45, yaitu terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi secara umum masih baik. GAF saat ini adalah 55, dimana terdapat gejala
sedang dan disabilitas sedang. GAF pada saat masuk ke RSPAD adalah 35, dimana
terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

VII.

Diagnosa Multi Aksial


Aksis I

: F03 Demensia YTT

Aksis II

: Tidak dapat didiagnosa

Aksis III

: Tidak terdapat gangguan

Aksis IV

: tidak terjadi Masalah primary support group

Aksis V

: HLPY 45 ; GAF Masuk : 35 ; GAF saat ini : 55

VIII. Diagnosa
Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)
Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

11

Gangguan mental organik Demensia YTT


IX.

Daftar Masalah
-

X.

Orgagobiologik
Tidak ditemukan permasalahan
Psikologis
Mood / afek
: Anhedonia / terbatas
Proses pikir
: Inkoherensi
Isi pikir
: Waham dikendalikan
RTA
: Terganggu
Tilikan
:1

Prognosis
Ad Vitam

ad bonam
Fungsi fungsi vital pasien masih baik.

Ad Sanationam

ad bonam
Dukungan dari Orangtua pasien sangat baik.

Ad Fungsionam

dubia ad malam
Penyakit

pasien

sudah

kronik.

Dimana

sudah

berlangsung selama 10 tahun.


XI.

Gejala

Timeline
2005

2006-2013

20014

2015 (25-3-15)

-Penurunan aktifitas

Penurunan aktifitas

-Penurunan aktifitas

-Mood : disforik

-Mood : anhedonia

Mengamuk
hingga ingin
menonjok
ayahnya

2015 (9,10,11 3
-15)
Penurunan aktifitas

-Mood : Disforik

-Mood : Anhedonia

-Persepsi

Halusinasi

visual dan auditorik

-Persepsi : Halusinasi
-Bicara : Vol cukup,

dan auditorik

-Bicara

artikulasi jelas, spontan

artikulasi jelas, spontan

-Bicara : Vol cukup,

artikulasi

-Proses pikir : inkoheren,

-Proses

artikulasi

spontan

asosiasi longgar

inkoheren,

pikir

Vol

cukup,

Waham

pikir

asosiasi

-Isi

pikir

-RTA : Terganggu

terkendali

-Proses
:

Waham

Rukiyah

pikir

inkoheren

Halusinasi

visual dan auditorik


:

Vol
jelas,

cukup,
tidak

-Proses pikir : inkoheren


:

-Isi pikir : Waham


-RTA : Terganggu

-Isi pikir : Waham

-RTA : Terganggu
Sehabis mencari Ilmu
dengan temannya
Skizofrenia paranoid

jelas,

tidak spontan

longgar

terkendali

visual

-Persepsi

Halusinasi

-Isi

Diagnos
a
Terapi

visual dan auditorik

-Bicara

Stressor

-Persepsi

-RTA : Terganggu
-

Skizofrenia
paranoid
-

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Skizofrenia
paranoid
-

Skizofrenia
paranoid
Risperidone 2 x
2 mg

Skizofrenia paranoid
Risperidone 2 x 2
mg

12

Trihexyphenidyl

2x2

mg

Trihexyphenidyl 2x2 mg
Clozapine 1 x 25 mg

Clozapine 1 x 25 mg

Catatan

XII.

Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg PO
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg PO
Clozapine 1 x 25 mg PO
b. Psikoedukasi
1. Kepada pasien :
Berempati dan memberikan perhatian pada pasien, menerima pasien tanpa
menghakimi, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan mengingatkan
pasien setiap hari untuk lebih rajin merawat diri, terutama lebih rajin mandi.
2. Kepada Orangtua pasien:
Psikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan penjelasan yang
bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien,
gejala-gejalanya,

faktor-faktor

yang

memberatkan,

dan

bagaimana

cara

pencegahannya. Edukasi untuk memberi tahu kepada keluarga dan tetangga pasien
agar tidak menjauhi atau mengisolir pasien sendirian. Dan pesan kepada Orangtua,
jika pasien diperbolehkan pulang agar pasien selalu diatur minum obat sesuai
anjuran dokter.
XIII.

Diskusi
Menurut PPDGJ III, yang Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit
otak, biasanya bersifat kronik atau progresif seeta terdapat gangguan fungsi luhur
(fungsi kortikal yang multiple) termasuk daya ingat, daya pikir, daya orientasi
daya pemahaman, berhitung, belajar, berbahasa, dan daya kemampuan menilai.
Kesadaran tidak berkabut biasanya disertai hendaya fungsi kognitif dan ada
kalanya diawali kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau
motivasi tumpul.
Pedoman diagnostik untuk demensia adalah:

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

13

Harus ada setidaknya satu gejala berikut yang amat jelas :

a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang seperti mandi, makan, kebersihan diri, buang air besar dan
kecil.
b. Tidak ada gangguan kesadaran
c. Gejala dan disabiliti sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan
Pada pasien ditarik kesimpulan diagnosis F03 Demensia YTT. Selain gejala
gejala tersebut, Demensia pasien ini disertai dengan gejala lain seperti adanya waham
dan halusinasi.
Gejala pada pasien berlangsung 10 tahun yang lalu, dan ada perubahan
konsisten dalam mutu keseluruhan dari aspek pasien, terutama hilangnya minat,
apatis, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara sosial.
Pada pasien tidak terdapat gangguan kepribadian karena sebelum pasien
mengalami sakit, pasien merupakan anak yang mudah bergaul, supel, ramah dan
senang bersosalisasi serta tidak terdapat gangguan kepribadian yang sesuai dengan
acuan pedoman diagnostik PPDGJ III.
Diagnosis pada pasien ini adalah F03 Demensia YTT dengan gejala adanya
waham dan halusinasi.
Diagnosis banding pasien adalah F20.0 Skizofrenia paranoid dimana pada
alloanamnesa, pasien merupakan seseorang yang dirinya dikendalikan oleh suara
bisikan yang menyuruhnya berjuang melawan tentara Belanda serta pernah menyuruh
nya untuk melompat dari atas genteng. Selain itu pasien juga adanya halusinasi visual
dimana pasien melihat sosok mahkluk halus seorang wanita dengan rambut panjang
dan jubah putih.
Untuk terapi pasien diberikan Trihexyphenidyl. Trihexilphenidil termasuk ke
dalam golongan obat antikolinergik yang mempunyai efek sentral yaitu mengurangi
aktivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basalis dengan cara menghambat
pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Kadar puncak Trihexilphenidil tercapai
setelah 1-2 jam. Obat antikolinergik bermanfaat terhadap parkinsonisme terhadap
obat.
Pasien juga diberikan Risperidone. Risperidone termasuk antipsikotik turunan
benzisoxazole. Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan
afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2, dimana
Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)
Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

14

dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya


depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik.
Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi
kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal, obat ini memperluas
aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari skizofrenia. Kadar puncak
Risperidone tercapai setelah 1-2 jam.
Selain itu pasien juga diberikan clozapine 25mg sejenis obat penghalang
penerima

beberapa

macam

reseptor

di

otak

(neurotransmiter).

Ada

pun

neurotransmitter yang dimaksud adalah dopamine, serotonin, norephinefrine,


acetylcoline, dan histamine. Clozapine termasuk obat jenis anti physicotic. Clozapine
digunakan untuk pasien yang mengalami schizoprenia yang tidak bisa disembuhkan
dengan obat standart.

DAFTAR PUSTAKA
1. Agus, Dharmady, 2003. Psikopatologi, Dasar di Dalam Memahami Tanda dan Gejala
dari Suatu Gangguan Jiwa. UNIKA Atma Jaya : Jakarta.
2. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta.
3. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
4. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
5. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

Gangguan Mental Organik (Demensia YTT)


Paviliun Amino RSPAD GS
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai