Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit obstruksi jalan napas yang ditandai
dengan uji aliran udara ekspirasi yang tidak berubah secara bermakna dalam pengamatan
beberapa bulan. Menurut American Thoracic Society 1995, PPOK disebabkan karena
bronkitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai
hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversibel.1,2 Kelainan pada PPOK tidak
berkurang walaupun faktor risiko telah dihilangkan dan pengobatan yang adekuat telah
dilakukan.3
PPOK merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang banyak dijumpai. Di
Amerika Serikat, PPOK mrupakan penyebab penyakit saluran napas terbanyak keempat
dengan angka mortalitas yang meningkat 33% dibandingkan pada tahun 1979. Di Uni Eropa,
PPOK, asma, dan pneumonia menjadi penyebab kematian ketiga. Penyebab kematian akibat
PPOK mendekati 6% pada laki-laki dan 4% pada wanita. Angka absen bekerja karena PPOK
cukup tinggi, yaitu 9%. Di Indonesia, terdapat sekitar 4,8 juta penderita PPOK pada tahun
2003 dan 85-90% di antaranya merupakan perokok. Peningkatan kasus PPOK ini
dimungkinkan karena peningkatan angka harapan hidup dan faktor risiko yang dapat
memicu timbulnya PPOK.2
PPOK terdiri dari bronchitis kronis, emfisema, dan penyakit saluran napas obstruktif
kronis. Berdasarkan hasil pengukuran dengan spirometri, PPOK terbagi dalam empat
stadium, yaitu PPOK ringan, moderat, berat, dan sangat berat.
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya PPOK, antara lain
kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat pekerjaan,
riwayat infeksi saluran napas, dan defisiensi alfa-1 antitripsin.1
Gejala klinis PPOK terdiri dari batuk, sputum putih atau mukoid, sputum berubah
menjadi purulen apabila terjadi infeksi, dan sesak napas yang hebat. Adanya batuk yang
hilang timbul, terutama pada pagi hari yang kelamaan menjadi progresif hamper setiap hari
dapat menjadi petunjuk terserangnya PPOK. Selain itu, juga ditandai dengan munculnya
dahak, terutama pada pasi hari lalu bertambah hingga sepanjang hari. Batuk produktif lebih
1

dari 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut merupakan gejala dari bronchitis kronis. Sesak
secara progresif dan persisten juga memberikan gambaran PPOK.
PPOK stadium awal (PPOK ringan dan moderat) umumnya tidak dikenali, tidak
terdiagnosis sehingga tidak terobati. Kecacatan yang timbul biasanya berhubungan dengan
faktor komorbid lainnya yang mempengaruhi status kesehatan penderita, antara lain diabetes
mellitus. Pada stadium lanjut (PPOK berat dan sangat berat), kecacatan yang timbul dapat
tidak disertai dengan faktor komorbid.
PPOK dapat menimbulkan komplikasi berupa infeksi berulang, pneumotoraks
spontan, eritrositosis akibat hipoksia kronik, gagal napas, dan kor pulnomal.
Penatalaksanaan PPOK terdiri dari beberapa tahapan, yaitu mengurangi gejala,
mencegah progresifitas, meningkatkan toleransi aktivitas dengan latihan fisik, meningkatkan
status kesehatan, mencegah dan mengatasi komplikasi, mencegah dan mengatasi
eksaserbasi, rehabilitasi utnuk pasien yang sulit bekerja, dan mengurangi angka kematian.
Karena itu, mengetahui gejala klinis dari PPOK amat penting sehingga diagnosis dan terapi
yang tepat dapat ditegakkan.
Berikut ini disajikan sebuah kasus PPOK. Kasus ini diangkat karena PPOK
merupakan kasus yang cukup banyak dijumpai dalam praktik sehari-hari. Semoga penyajian
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita.

Anda mungkin juga menyukai