Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

MATEMATIKA MATERI OPERASI PECAHAN BENTUK ALJABAR


KELAS VIII SMP NEGERI 2 MALANG
Oleh:
Sitti Sahriah1)
Makbul Muksar2)
Trianingsih Eni Lestari3)
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang Nomor 5
Abstrak
Materi operasi pecahan bentuk aljabar menjadi fokus dalam penelitian ini.
Peneliti ingin melihat lebih dalam dan luas pemahaman siswa terkait materi operasi
pecahan bentuk aljabar. Selain itu operasi pecahan bentuk aljabar menuntut berbagai
materi prasyarat yang akan dikuasai oleh siswa. Masalah pokok yang diteliti dalam
penelitian ini adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan operasi pada pecahan
bentuk aljabar. Serta faktor-faktor siswa melakukan kesalahan. Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelasVIIID SMP Negeri 2 Malang.
Data kesalahan siswa diperoleh dari hasil tes tertulis Jawaban siswa yang
salah diidentifikasi kedalam jenis dan bentuk kesalahan. Setelah itu dipilih beberapa
siswa untuk diwawancarai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
jenis penelitiannya adalah deskriptif.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) kesalahan konseptual
yang dilakukan siswa antara lain: kesalahan tidak menyamakan penyebut, kesalahan
konsep perkalian silang, kesalahan tidak memfaktorkan, salah menafsirkan prinsip
pencoretan. (2) kesalahan prosedural yang dilakukan siswa antara lain: Kesalahan
karena tidak menuliskan variabel, kesalahan penjumlahan atau perkalian atau
pembagian, kesalahan tidak menyederhanakan jawaban, kesalahan tidak menjawab
soal, kesalahan menuliskan tanda, kesalahan memfaktorkan. (3) faktor-faktor siswa
melakukan kesalahan antara lain: Siswa tidak mengetahui cara menyamakan
penyebut berbeda pada pecahan aljabar, siswa kurang mahir dalam memfaktorkan,
Siswa tidak mahir dalam memanipulasi langkah penyelesaian, siswa tidak mengerti
aturan perkalian silang, siswa tidak dapat mengkaitkan materi pada soal dengan
materi yang telah diperoleh sebelumnya, siswa kurang teliti dalam melakukan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada pecahan bentuk aljabar.
Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Menyelesaikan Soal Matematika
Seperti halnya sekolah regular lainnya SMP Negeri 2 Malang berusaha
meningkatkan prestasi dan kualitas pengajaran kepada siswanya khususnya pada mata
pelajaran matematika. Dari pengamatan penelit, akhirnya materi operasi pecahan

1) Sitti Sahriah, Mahasiswa Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang


2) Makbul Muksar, Dosen Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang. Pembimbing I
3) Trianing Eni Lestari, Dosen Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang. Pembimbing II

bentuk aljabar menjadi fokus dalam penelitian ini. Peneliti ingin melihat lebih dalam
dan luas pemahaman siswa terkait materi operasi pecahan bentuk aljabar. Selain itu
operasi pecahan bentuk aljabar menuntut berbagai materi prasyarat yang akan
dikuasai oleh siswa antara lain menyamakan penyebut, perkalian silang, operasi
penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, operasi perkalian dan pembagian
bentuk aljabar, serta materi prasyarat lainnya. Materi operasi pecahan aljabar perlu
dikuasai siswa karena senatiasa berhubungan erat dengan materi selanjutnya pada
jenjang yang lebih tinggi.
Kesalahan siswa perlu adanya analisis untuk mengetahui kesalahan apa saja
yang banyak dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa. Melalui
analisis kesalahan akan diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa, sehingga
guru dapat memberikan jenis bantuan kepada siswa. Kesalahan yang dilakukan siswa
perlu kita analisis lebih lanjut, agar mendapatkan gambaran yang jelas dan rinci atas
kelemahan-kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal materi operasi pecahan
bentuk aljabar. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengajaran dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar dan mengajar.
Adanya peningkatan kegiatan belajar dan mengajar diharapkan dapat memperbaiki
hasil belajar atau prestasi belajar siswa.
Menurut Sukirman, kesalahan merupakan penyimpangan terhadap hal yang
benar yang sifatnya sistematis, konsisten, maupun insedental pada daerah tertentu.
Sedangkan (Rahmat Basuki: 2006), kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
adalah kesalahan konsep, kesalahan operasi dan kesalahan ceroboh, dengan kesalahan
dominan adalah kesalahan konsep. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kesalahan adalah suatu bentuk penyimpangan terhadap jawaban yang
sebenarnya yang bersifat sistematis. Sedangkan menurut (Malau, 1996: 44) penyebab
kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika
dapat dilihat dari beberapa hal antara lain disebabkan kurangnya pemahaman atas
materi prasyarat maupun materi pokok yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasa
matematika, keliru menafsirkan atau menerapkan rumus, salah perhitungan, kurang
teliti, lupa konsep. Dari pihak guru dapat dinyatakan bahwa cara mengajar kurang
mendukung pemahaman yang tuntas atas materi yang diajarkan serta guru kurang
memperhatikan siswa dalam belajar.
Hiebert dan Lefvre 1986 (dalam Mahmuda, 2011: 13) menyatatkan bahwa
Conceptual knowledge is characterize most clearly as knowledge that rich in
relationship. It can be thought of as connected web of knowledge, a network
in which the linking relationships are as prominent as the discrete pieces of
information.
Menurut pendapat di atas, bahwa pengetahuan konseptual adalah suatu
pengetahuan yang kaya akan hubungan-hubungan. Hubungan ini meliputi fakta dan
sifat-sifat sehingga semua potongan informasi terkait pada suatu jaringan.
Pengembangan pengetahuan konseptual menurut Hiebert dan Lefvre: 1986 (dalam
Mahmuda, 2011: 13) dicapai dengan pembentukan hubungan-hubungan antara
bagian-bagian informasi. Sejalan dengan itu, (Suherman dkk, 2001: 5) menyatakan
bahwa konsep-konsep matematika tersususn secara hierarkis, terstruktur, logis dan
sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling

kompleks. hal ini artinya bahwa di dalam matematika terdapat konsep prasyarat
dimana konsep ini sebagai dasar untuk memahami suatu topik atau konsep
selanjutnya. Kesalahan konsep adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menafsirkan istilah, konsep, dan prinsip. Atau salah dalam menggunakan istilah,
konsep dan prinsip, (Kastolan, 1992: 6). Indikator kesalahan konseptul menurut
(Kastolan: 1992) adalah sebagai berikut:a) Salah dalam menentukan rumus atau
teorema atau defenisi untuk menjawab suatu masalah, b) Penggunaan rumus,
teorema, atau definisi yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus,
teorema, atau definisi tersebut. c) Tidak menuliskan rumus, teorema atau definisi
untuk menjawab suatu masalah.
Sedangkan Hiebert dan Lefvre 1986 (dalam Mahmuda, 2011: 13) menyatakan
bahwa
Procedural knowledge is made up of two distinct part. One part is composed
of the formal language, or symbol representation system, of mathematic. The
other part consist of the algorithms. Or rules, for completing mathematical
tasks.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengetahuan prosedural terdiri
dari dua bagian yang berbeda. Salah satu bagian tersusun dari bahasa formal atau
simbol-simbol yang mempresentasikan sistem dari matematika. Dan bagian yang lain
terdiri dari urutan kaidah atau aturan, algotitma-algoritma atau langkah-langkah yang
digunakan untuk menyelesaikan soal matemati.
Kesalahan prosedural adalah kesalahan dalam menyusun langkah-langkah
yang hirarkis sistematis untuk menjawab suatu masalah, (Kastolan, 1992: 7).
Indikator kesalahan prosedural menurut Kastolan adalah sebagai berikut: a) Ketidak
hirarkisan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah-masalah, b) Kesalahan
atau ketidak mampuan memanipulasi langkah-langkah untuk menjawab suatu
masalah.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990), pengertian analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya). Analisis
mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebabnya, duduk
perkaranya, dan sebagainya), penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Kesalahan yang dilakukan
siswa perlu dianalisa lebih lanjut, agar kita mendapatkan gambaran tentang
kelemahan - kelemahan siswa yang kita tes, (Nurkancana, 1986: 102).
Analisis kesalahan sebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah
tertentu. Menurut Tarigan & Tarigan (1988) yang dikutip (dalam Nikmah, 2010: 20),
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: a) Mengumpulkan data kesalahan,
b) Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan, c) Memperingatkan
kesalahan, d) Menjelaskan kesalahan, e) Memperkirakan daerah rawan kesalahan,
dan f) Mengoreksi kesalahan.
Berdasarkan keterangan diatas maka dalam penelitian ini, analisis kesalahan
yang dilakukan adalah: a) Mengumpulkan data kesalahan, b) Mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan kesalahan, c) Mengoreksi kesalahan.

Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data penelitian, metode pengumpulan data sebagai
berikut: a) Tes tertulis, tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes berbentuk
uraian. Jumlah soal yang diberikan adalah 10 soal yang harus dikerjakan. Adapun
perbandingan antara soal yang termasuk dalam kategori mudah, sedang dan sulit
yaitu 3: 5: 2. b) Wawancara, Untuk mendapatkan data atau informasi yang relevan
pada wawancara ini menggunakan rancangan pokok masalah yang akan dijadikan
acuan dalam pembicaraan. Rancangan yang diajukan dalam wawancara tersebut
disusun sebelum wawancara dilakukan. Oleh karena itu pelaksanaan wawancara dan
urutan pertanyaan yang diberikan mengacu pada jenis kesalahan dan kecenderungan
responden dalam menyelesaikan soal. Jawaban dari siswa yang diwawancarai inilah
nantinya yang akan dijadikan sebagai dasar untuk menemukan faktor-faktor penyebab
terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan operasi
pada pecahan bentuk aljabar. c) Lembar validasi soal, Untuk mengetahui apakah
instrumen yang telah dibuat oleh peneliti benar-benar valid maka instrumen harus
divalidasi oleh validator. Oleh karena itu dibutuhkan lembar validasi tes untuk
mengetahui valid atau tidaknya soal-soal yang telah dibuat. Data validasi soal
dikumpulkan dengan cara memberikan lembar validasi soal kepada validator, yaitu
satu orang dosen matematika dan satu orang guru matematika. Validator akan
memberikan penilaian terhadap setiap deskriptor yang ada dalam lembar validasi soal
tersebut.
Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data. Adapun langkah-langkah
prosedur analisi data tersebut sebagai berikut: 1) Tahap Awal, Pada tahap awal
peneliti membuat instrumen penelitan berupa tes tertulis dan garis-garis besar yang
akan ditanyakan pada saat wawancara. Tes tertulis sebelum digunakan terlebih dahulu
harus divalidasi oleh validator. Hasil dari validasi tersebut selanjutnya dianalisis. 2)
Tahap Inti, Pada tahap inti peneliti melakukan analisis terhadap data hasil tes tertulis
dan data hasil wawancara. a) Data Hasil Tes, Untuk menganalisis hasil jawaban tes
dilakukan dengan mengelompokkan jawaban siswa menjadi dua jenis yaitu jawaban
yang benar dan jawaban yang salah. Jawaban siswa yang salah dianalisis dan
diklasifikasikan kedalam kesalahan konsep dan kesalahan prosedur kemudian
jawaban siswa yang termasuk jenis kesalahan konsep dan prosedur diklasifikasikan
lagi menurut indikator. b) Data Hasil Wawancara, Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti terhadap responden ini akan diperoleh informasi yang memperkuat
hasil tes siswa. Karena dengan wawancara tersebut akan terlihat lebih jelas mengenai
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi
operasi pada pecahan bentuk aljabar. c) Data Hasil Dokumentasi, Data hasil
dokumentasi yang telah diperoleh yaitu berupa lembar jawaban siswa dalam
menyelesaikan soal tes yang diberikan. Dijadikan sebagai bukti pengujian soal tes
yang diberikan kepada siswa, data ini nantinya sebagai bukti penguatan data bagi
peneliti.
Hasil
Dari 10 soal yang dikerjakan siswa, diperoleh hasil kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa seperti pada table berikut

Nomor
Butir soal
soal
1
Sederhanakan penjumlahan
pecahan berikut!
3
2
4
3

Sederhanakanlah pengurangan
pecahan berikut!
3
2
2
3

Tentukan nilai x dari persamaan


pecahan berikut!
4
2
3
3

Sederhanakanlah pecahan berikut!


3
5
4

Sederhanakanlah pecahan berikut!


3
2
2
5

Sederhanakanlah!
4
4
2
2

Sederhanakanlah!
7
10
36

Sederhanakanlah!

6
2

Jenis kesalahan yang ditemukan


1. Kesalahan tidak
menyamakan penyebut
2. Kesalahan dalam melakukan
penjumlahan bilangan yang
memiliki variabel
3. Kesalahan tidak menuliskan
variabel
1. Kesalahan tidak
menyamakan penyebut
2. Tidak menyederhanakan
jawaban
3. Kesalahan melakukan
pembagian
1. Kesalahan konsep aturan
perkalian silang
2. Kesalahan langkah
penyelesaian yang
digunakan
1. Kesalahan tidak
menyamakan penyebut
2. Salah tulis variabel
3. Kesalahan tidak
menyederhanakan jawaban
1. Kesalahan tidak
menyederhanakan jawaban
2. Kesalahan menuliskan tanda
3. Kesalahan melakukan
pembagian
1. kesalahan melakukan
pemfaktoran
2. Kesalahan melakukan
perkalian silang
3. Kesalahan konsep
pencoretan
1. Kesalahan prinsip
melakukan pencoretan
2. Kesalahan tidak
memfaktorkan
1. Kesalahan karena tidak
memfaktorkan

3
2

10

15
:
4

Sederhanakanlah!
12
7

25
16

Tentukan nilai x dari persamaan


pecahan berikut!
2
1
3
4
2

2. Kesalahan melakukan
pemfaktoran
3. Tidak mampu memanipulasi
langkah penyelesaian
4. Kesalahan prinsip
pencoretan
1. Kesalahan tidak
menyamakan penyebut
2. Tidak menjawab soal
1. Kesalahan tidak melakukan
perkalian silang
2. Kesalahan menyamakan
penyebut
3. Tidak menjawab soal

Pembahasan
1. Kesalahan Konseptual
Kesalahan konseptual yang dilakukan siswa sebagai berikut:
a. Kesalahan tidak menyamakan penyebut
Untuk soal nomor 1, 2, 4, 5, 9 dan 10 adalah soal yang menuntun siswa dalam
menyelesaiakan, terlebih dahulu harus menyamakan penyebut. Untuk soal nomor
1,2, 4, dan 5 kesalahan tidak menyamakan penyebut dilakukan oleh kelompok
bawah, dari 9 siswa yang menempati kelompok bawah. Sebanyak 3 siswa atau
(33,33%) tidak menyamakan penyebut, Sedangkan dari kelompok sedang bawah
sebanyak 10 siswa dan yang melakukan kesalahan tidak menyamakan penyebut
sebanyak 2 siswa atau (20%). Ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui
bagaimana cara menyamakan penyebut.Untuk soal nomor 9 dan 10, dimana soal
tersebut juga menuntun siswa dalam menyelesaiakan harus menyamakan
penyebut terlebih dahulu. Untuk soal nomor 9 dan 10. Ternyata baik dari
kelompok bawah, sedang bawah, sedang atas dan kelompok atas semuanya
melakukan kesalahan tidak menyamakan penyebut. Untuk nomor 10 siswa tidak
menggunakan perkalian silang dalam menyelesaiakan, karena pada dasarnya
untuk menyelesaikan soal nomor 10. Terlebih dahulu siswa harus melakukan
perkalian silang. Setelah melakukan perkalian silang siswa juga harus
menyamakan penyebut. Tetapi semua langkah tersebut tidak dilakukan oleh siswa
b. Kesalahan konsep perkalian silang
Kesalahan yang dilakukan pada soal nomor 3 ini adalah kesalahan dalam
aturan/prinsip perkalian silang. Siswa yang menjawab salah dilakukan oleh siswa
yang berada di kelompok bawah (66,66%), sedang bawah (90%) , dan sedang atas
(85,71%) dan semua siswa yang berada di kelompok atas.
c. Kesalahan tidak memfaktorkan
Kesalahan ini tampak pada soal nomor 6, 7, dan 8 dimana ketiga soal tersebut
dalam penyelesaiannya harus memfaktorkan. Tetapi hasil temuan menunjukkan

d.

2.
a.

b.

c.

d.

bahwa banyak siswa tidak memfaktorka. Baik yang bentuk sederhana, seperti
pada nomor 7, yaitu memfaktorkan 3
15. Siswa banyak yang tidak
memfaktorkan. Selain itu pada soal nomor 6, siswa tidak memfaktorka
4,
kalaupun ada yang memfaktorkan hasil faktornya pun salah. Untuk kelompok
bawah sebanyak (100%) dalam menjawab tidak memfaktorkan. Sedang bawah
sebanyak (90%), sedang atas sebanyak (100%), sedangkan kelompok atas
sebanyak (63,63%). Jika kita melihat dari kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
Bisa dipahami bahwa ini disebabkan karena siswa tidak mahir dalam
memfaktorkan
Siswa salah menafsirkan prinsip pencoretan
Kesalahan ini tampak pada soal nomor 6, 7, 8, 9, dan 10. Hasil temuan peneliti ini
menunjukkan bahwa banyak siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan
konsep atau prinsip dalam pencoretan. Siswa melakukan pencoretan ini ketika ada
variabel atau bilangan yang bisa disederhanakan. Siswa langsung mencoret tanpa
memperhatikan aturan dari suatu bilangan itu bisa disederhanakan dengan
melakukan pencoretan atau tidak. Siswa tidak mengerti ketika dalam kondisi yang
seperti apa, konsep pencoretan itu bisa dilakukan. Kesalahan konsep pencoretan
ini dilakukan oleh semua klasifikasi kelompok yang ada.
Sedangkan persentase kesalahan yang dilakukan siswa untuk kelompok bawah
sebanyak(100%), sedang bawah (70%), sedang atas (71, 42%) serta kelas atas
(72,72%).
Kesalahan Prosedural
Kesalahan prosedural yang dilakukan siswa sebagai berikut
Kesalahan tidak menuliskan variabel
Kesalahan ini ditemukan pada lembar jawaban siswa untuk soal nomor 1. Siswa
!
!
#
%
$&!
menuliskan seperti berikut,
. Kesalahan tidak
"
$
$
$
menuliskan variabel itu dilakukan oleh kelompok bawah sebanyak (22,22%).
Siswa melakukan kesalahan tidak menuliskan variabel disebabkan siswa kurang
teliti dan sebelum mengumpulkan siswa tidak melakukan pemeriksaan ulang
dengan jawaban-jawaban yang sudah dikerjakan
Kesalahan penjumlahan atau kesalahan perkalian atau pembagian
Kesalahan penjumlahan bilangan yang memiliki varibel dilakukan oleh siswa
yang berada pada kelompok bawah.
Kesalahan tidak menyederhanakan
Kesalahan ini tampak pada nomor 4 dan 5. Untuk kesalahan nomor 4 dan 5
dilakukan oleh satu siswa yang berada pada kelompok sedang bawah. Ini
disebabkan karena siswa tidak mahir dalam menyederhanakan. Ini diungkapkan
siswa saat peneliti melakukan wawancara.
Kesalahan tidak menjawab soal
Kesalahan ini tampak pada soal nomor 3, 9, dan 10. Untuk soal nomor 3
merupakan soal dengan tingkat kesukaran mudah. Siswa yang tidak menjawab
soal dilakukan oleh kelompok bawah sebanyak 3 siswa atau (33,33%).
Sedangkan untuk soal nomor 9 dan 10 merupakan soal dengan tingkat kesukaran
sulit. Untuk soal nomor 9, siswa yang tidak menjawab dilakukan oleh kelompok

bawah sebanyak 2 siswa atau (22,22%), sedang bawah sebanyak 3 siswa atau
(30%). Untuk soal nomor 10 yang tidak menjawab soal dilakukan oleh kelompok
bawah sebayak 9 siswa dari 9 siswa yang menempati kelompok bawah. kelompok
sedang bawah 8 siswa atau (80%), kelompok sedang atas sebanyak 3 siswa atau
(42,85%) Kesalahan- kesalahan ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang
dalam menyelesaiakan soal pada materi pecahan bentuk aljabar. Dari wawancara
diperoleh bahwa siswa tidak mengerti aturan perkalian silang pada suatu
persamaan, siswa tidak dapat mengkaitkan materi pada soal dengan materi yang
telah diperoleh sebelumnya. Serta siswa kurang mahir dalam melakukan
manipulasi langkah-langkah penyelesaian.
e. Kesalahan menuliskan tanda
Kesalahan ini dilakukan oleh satu siswa yang berada pada kelompok bawah. Hasil
penemuan menunjukkan siswa salah menuliskan tanda operasi pengurangan.
$
"
$$
Seperti pada hasil pekerjaan siswa berikut,
. Dapat
'

'

$('

$('

$('

dilihat bahwa siswa menuliskan tanda operasi pengurangan dengan tanda


samadenga. Kesalahan ini dilakukan oleh siswa karena siswa tidak telit.
f. Kesalahan memfaktorkan
Kesalahan ini tampak pada soal nomor 8. Karena pada dasarnya penyelesaian
untuk soal tersebut langkahnya harus menggunakan pemfaktoran. Dengan kata
lain siswa harus memahami terlebih dahulu cara memfaktorkan. Kesalahan ini
dilakukan oleh satu siswa yang berada pada kelompok atas. Berikut jawaban
siswa
)

*+"

,-)

*.
*.

,
$/

* $

*+"

,0)

*+" *

*+

*. $&* /(
*.

Dapat kita lihat bahwa siswa salah dalam melakukan pemfaktoran. Siswa
menuliskan faktor dari
16 sama dengan
4
5 . Kesalahan ini
disebabkan karena siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian secara teratur.
Selain itu siswa juga tidak melakukan pemfaktoran untuk 3
15, sehingga
siswa menemui jalan buntu. Akhirnya langkah terakhir yang dilakukan siswa
adalah mengalikan. Terlihat dari siswa melakukan perkalian pun juga salah. dari
sini kita dapat mengatakan bahwa siswa tidak mahir dalam melakukan
pemfaktoran. Selain itu siswa juga kurang mahir melakukan manipulasi langkah
penyelesaian.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1) Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 2
Malang dalam menyelesaikan soal matematika materi operasi pecahan bentuk
aljabar kelas VIIID. Ditemukan kesalahan siswa meliputi kesalahan konseptual
dan kesalahan prosedural. Kesalahan konseptual yang dilakukan siswa yaitu a)
kesalahan tidak menyamakan penyebut. Dilakukan oleh kelompok bawah dan
kelompok sedang bawah, b) kesalahan konsep perkalian silang. Dilakukan oleh
semua siswa yang menempati kelompok bawah dan semua siswa yang berada
dikelompok sedang atas, c) kesalahan tidak memfaktorkan. Dilakukan oleh

kelompok sedang bawah d) kesalahan konsep pencoretan. Dilakukan oleh


semua kelompok.
Sedangkan kesalahan prosedural yang dilakukan siswa antara lain a)
kesalahan tidak menuliskan variabel, b) kesalahan penjumlahan atau kesalahan
perkalian atau kesalahan pembagian, c) kesalahan tidak menyederhanakan
jawaban, d) kesalahan tidak menjawab soal, e) kesalahan menuliskan tanda,
f) kesalahan memfaktorkan.
2) Faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika materi operasi pecahan bentuk alajabar yaitu
a. Siswa tidak mengetahui cara menyamakan penyebut berbeda pada pecahan
aljabar
b. Siswa kurang mahir dalam memfaktorkan
c. Siswa tidak mahir dalam memanipulasi langkah penyelesaian
d. Siswa tidak mengerti aturan perkalian silang
e. Siswa tidak dapat mengkaitkan materi pada soal dengan materi yang telah
diperoleh sebelumnya.
f. Siswa kurang teliti dalam melakukan operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian pada pecahan bentuk aljabar.
Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian, peneliti menyarankan:
a) Guru sebaiknya memastikan bahwa materi prasyarat dan konsep dasar dari
materi aljabar sudah dikuasai oleh siswa sehingga siswa dengan mudah
menghubungkan dengan materi selanjutnya.
b) Peneliti merekomendasikan untuk kelompok bawah agar diberikan perhatian
khusus, dimana siswa kelompok tersebut harus dibimbing dari mulai materi
prasyarat dan konsep dasar materi aljabar harus dipastikan sudah di kuasai oleh
siswa dan siswa mampu menerapkan dalam menyelesaikan soal-soal.
c) Untuk kelompok sedang bawah, peneliti merekomendasikan agar siswa dapat
menguasai materi prasyarat dan konsep dasar dari materi aljabar, siswa
dipastikan bisa menguasai perkalian silang pada suatu persamaan dan
menguasai konsep pemfaktoran. Baik itu pemfaktoran bentuk linier maupun
bentuk pangkat. Serta siswa dipastikan dapat mengaitkan materi yang diperoleh
sebelumnya dengan materi selanjutnya dalam menyelesaikan soal-soal.
d) Untuk kelompok sedang atas dan kelompok atas untuk meminimalisir kesalahan
konseptual dan kesalahan prosedural dalam menyelesaikan soal materi operasi
pecahan bentuk aljabar, siswa perlu diberikan latihan soal yang bervariasi.
Dimana soal tersebut memang dirancang atau dibuat sendiri oleh guru serta
soal-soal tersebut mengasah konsep dan keterampilan siswa dalam
menyelesaiakan soal materi operasi pecahan bentuk aljabar.
e) Bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan masalah ini, untuk
menggunakan alternatif lain pada jenis indikator kesalahan konseptual dan
kesalahan prosedural yang diduga muncul pada penelitian nantinya.
f) Selain itu juga bagi peneliti lain sebaiknya melakukan perbandingan hasil tes
yang diperoleh dengan hasil tes dari guru. Salah satu alasan melakukan

perbandingan tes agar peneliti dapat menganalisis soal yang diberikan kepada
siswa apakah terlalu mudah ataukah soal tes terlalu sulit. Ketika terjadi
perbedaan yang signifikan antara hasil tes peneliti dengan hasil tes guru.
g) Kelemahan dari penelitian ini yaitu soal tes sebaiknya jangan dibahas terlebih
dahulu sebelum peneliti melakukan wawancara. Karena peneliti tidak akan
memperoleh informasi yang lebih dalam atau mengorek lebih jauh kesalahan
yang dilakukan siswa. Karena siswa sudah mengetahui jawaban terlebih dahulu.
DAFTAR RUJUKAN
Nimah, Rohmawati, Diana. 2009. Analisis kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. Skripsi tidak
Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang
Malau, L. 1996. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa Kelas I SMU Kampus
Nommense Pematang Siantar dalam Menyelesaikan Soal-Soal Terapan
Siswa Persamaan Linier 2 Variabel. Tesis tidak Diterbitkan. Malang: IKIP
Malang
Mahmuda, Annis. 2011. Diagnonis Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Bentuk
Pangkat, Akar, dan Logaritma Di Kelas X MAN 3 Malang. Skripsi tidak
Diterbitkan. Malang: Universitas Negari Malang.
Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pembangunan Bahasa 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
Rahmat Basuki. 2006. Kesalahan. (online), (http://digilip.upi/pasca/avaliable/etd1002106-142832). Diakses 5 September 2012.
Sukirman. Kesalahan. (online), (http://karya-ilmiah-um-ac-id/index.php/mathematicarticle/view/5514). Diakses 6 November 2012.
Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Kerjasama JICA dengan FMIPA UPI
Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai