PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma tiroid merupakan suatu keganasan (pertumbuhan tidak
terkontrol dari sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid. Insidensi karsinoma tiroid di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, hanya saja pada registerasi patologi
menempati urutan kesembilan dari sepuluh keganasan tersering, diperkirakan 8
per 100.000 penduduk.. Nodul tiroid yang ditemukan lebih dari 7 % populasi dan
4-6 % nodul tersebut adalah ganas.4,6
Karsinoma tiroid digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan gambaran
mikroskopiknya, yakni papilar, folikular, anaplastik, dan meduler. Tipe papiler,
folikuler, dan anaplastik berasal dari epitel folikel tiroid, sedangkan tipe meduler
berasal dari sel-sel sekretoir, yaitu kalsitonin dan sel parafolikular (sel C).2
Berdasarkan golongan usia, karsinoma tiroid sering terjadi pada usia 7-20
tahun dan 40-65 tahun, dimana wanita lebih sering dari pada pria dengan
perbandingan 3 : 1. Distribusi histopatologi dari karsinoma tiroid adalah
karsinoma tiroid jenis papilar (71,4%), karsinoma tiroid jenis folikular ( 16,7%),
karsinoma tiroid jenis anaplastik (8,4%), dan karsinoma tiroid jenis medular
(1,4%). 4
The American Cancer Society memperkirakan terdapat 20.700 kasus baru
dari karsinoma tiroid pada tahun 2002 di Amerika Serikat. Kematian akibat
karsinoma tiroid tersebut diperkirakan mencapai angka 1300 jiwa. Tetapi dengan
pengobatan yang adekuat, sekitar 190.000 penderita tetap dapat hidup normal dan
beberapa dapat bertahan lebih dari 40 tahun. 4
Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, namun tidak ada gambaran
klinis yang khas untuk menyatakan suatu nodul tiroid ganas sehingga perlu multi
modalitas pemeriksaan agar tidak terjadi keterlambatan terapi atau terapi yang
berlebihan. Terdapat tiga jenis pengobatan karsinoma tiroid yaitu pembedahan,
radioterapi, dan hormonal terapi.6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Sr
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 56 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Sidodadi, Bengkulu Tengah
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Menikah
No. MR
: 087076
Masuk RS
: 17 Desember 2014
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Benjolan di leher
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada leher. Benjolan telah
disadari pasien sudah 3 tahun dan berukuran sebesar telur puyuh, tidak
nyeri dan tidak ada keluhan.
3 bulan terakhir benjolan dirasakan semakin membesar, sebesar
bola kasti, menyebabkan suara pasien mulai serak. 3 minggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien merasakan sulit menelan dan kadang mengeluh
sesak nafas. Tidak ada keluhan jantung berdebar, gemetaran, mata melotot,
berkeringat banyak, dan penurunan berat badan yang drastis.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
- Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya
- Tidak pernah dioperasi atau mendapat terapi radiasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Riwayat Pemakaian Obat :
Pasien tidak pernah mengkonsusmsi obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
(diperiksa tanggal 17 Desember 2014 pukul 10.00 WIB)
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
2
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
: 130/80 mmHg
: 88x/menit
: 26x/menit
: 37,2 C
Kepala
Mata
Leher
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Status Lokalis
Regio colli
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
D. PEMERIKSAANPENUNJANG
E. DIAGNOSA KERJA
Susp. Karsinoma tiroid
F. DIAGNOSA BANDING
- Struma Nodusa Non Toksik
- Tiroiditis Hashimoto
G. RINGKASAN
Seorang perempuan berusia 56 tahun dengan benjolan di leher.
Benjolan sudah muncul sejak 3 tahun dan berukuran sebesar telur puyuh. 3
bulan terakhir, benjolan dirasakan semakin membesar, sebesar bola kasti.
Pasien mulai merasakan suara menjadi serak, sulit menelan, dan terkadang
merasa sesak nafas. Tanda vital didapatkan yaitu tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 88x/menit, RR 26x/menit, suhu 37,2 C. Pada pemeriksaan
fisik regio colli didapatkan, teraba massa di regio colli dengan ukuran
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Kelenjar Tiroid (Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22 Jilid 1)10
Gambar 2. Kelenjar Tiroid (Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22 Jilid 1)10
Ligamentum suspensorim anterior dimulai dari bagian superior-medial
dari kelenjar tiroid yang melekat pada krikoid dan kartilago tiroid. Sedangkan
ligamentum suspensorium posterior (ligamentum Berry) dimulai dari bagian
posterior-medial dari kelenjar tiroid yang melekat pada kartilago tiroid, cincin
trakea pertama, dan cincin trakea kedua. Melalui cara ini untuk menuju laring,
nervus laringeal rekurens biasanya melewati ligamentum Berry. Lapisan-lapisan
inilah yang bertanggung jawab pada pergerakan dari kelenjar tiroid dan struktur
yang berhubungan dengan proses menelan. Pada setiap gerakan menelan selalu
diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah cranial, yang merupakan ciri
khas dari kelenjar tiroid. Sifat inilah yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak.1
Vaskularisasi dari kelenjar tiroid berasal dari 4 arteri yang utama, yaitu 2
dari atas yaitu dari a. tiroidea superior kanan dan kiri (berasal dari a. karotis
eksterna) dan 2 dari bawah yaitu a. tiroidea inferior kanan dan kiri (berasal dari
trunkus thyrocervical dari
Karsinoma tiroid relatif jarang terjadi, yaitu sekitar 3-5% dari semua
tumor maligna. Insidennya lebih tinggi di Negara dengan struma endemik,
terutama jenis folikuler dan jenis berdiferensiasi buruk/anaplastik. Karsinoma
tiroid didapat dari segala usia dengan puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan
usia setengah baya (40-60 tahun). Insidens pada pria adalah sekitar
3:100.000/tahun dan wanita sekitar 8:100.000/tahun.3
Karsinoma tiroid dibagi menjadi empat jenis yaitu well differentiated
carcinoma (75%), undifferentiated carcinoma (anaplastic) (20%), karsinoma
medular (4%), dan tumor ganas lainnya (1%). Karsinoma tiroid yang paling sering
ditemukan adalah karsinoma papiler dan karsinoma follikuler, sedangkan
karsinoma anaplastik dan karsinoma medular jarang ditemukan.10
3.4 Etiologi
Etiologi karsinoma tiroid secara pasti belum jelas. Diketahui, karsinoma
tiroid berhubungan dengan banyak faktor resiko, yaitu :
a. Terpapar radiasi pada bagian kepala dan leher terutama saat anak-anak.5
Hal ini terbukti di Amerika Serikat bahwa pada tahun 1925-1955 banyak
sekali anak-anak diterapi dengan radiasi pada daerah leher dan kepala. Dari
penelitian diperoleh data adenoma dan karsinoma tiroid pada anak-anak yang
diberi radiasi demikian tinggi dan ini diobservasi dan terjadi antara 3-17 tahun
kemudian. Demikian pula penelitian di kepulauan Marshall tempat percobaan
bomb hydrogen dekat Atol Bikini, ditemukan hal yang sama yaitu orang-orang
dan anak-anak yang mendapat radiasi, menderita kelainan tiroid dan karsinoma
10
tiroid lebih tinggi dan keganasan ini terlihat antara 11- 15 tahun kemudian.
Penelitian menunjukkan pada populasi terpapar sinar X dan radiasi , insiden
karsinoma papilar dan folikular tiroid lebih tinggi.
b. Faktor genetik dan onkogen :
Sebagian karsinoma medular tiroid bersifat herediter familial. Timbulnya
karsinoma medular tiroid familial berkaitan dengan mutasi gen RET pada
kromosom 10. Protein fusi hasil penyusunan ulang, hibridisasi gen RET dan gen
PAX-PPA, berperanan dalam timbul dan berkembangnya karsinoma tiroid.7
c. Jenis kelamin dan hormonal
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan wanita lebih beresiko untuk
terjadinya karsinoma tiroid daripada laki-laki, dikarenakan hormon wanita yang
mungkin berperan dalam etiologinya. Beberapa penelitian menemukan, pada
kelenjar tiroid normal, tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat reseptor
estrogen dalam jumlah bervariasi. Pada jaringan karsinoma papilar tiroid
kandungan reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PR) tertinggi.
Tingginya hormon estrogen dan progesterone ini
11
e. Perasaan sesak dan batuk-batuk disertai dahak berdarah ( metastasis ke paruparu untuk jenis karsinoma folikular).
3.6 Klasifikasi dan Stagging
Klasifikasi karsinoma tiroid berdasarkan pembagian histopatologi 1,3,5,10
a. Well differentiated carcinoma (75%)
karsinoma papiler
karsinoma folikuler
Hurthle cell carcinoma
b. Undifferentiated carcinoma (anaplastic) (20%)
Small cell carcinoma
Giant cell carcinoma
c. Karsinoma meduler (4%)
d. Tumor ganas lainnya (1%)
Sarkoma
Limfoma
Karsinoma epidermoid
Metastasis tumor
Teratoma malignant
12
karsinoma ini terdiri atas epitel yang tumbuh papiler yang diantaranya disertai
adanya kalsifikasi bentuk lonjong (psammoma bodies).
2. Karsinoma folikuler
Karsinoma ini merupakan golongan kedua terbanyak. Karsinoma folikuler
lebih ganas dibandingkan dengan karsinoma papiler. Bisa ditemukan pada semua
umur, tapi lebih banyak terdapat pada orang dengan usia diatas 40 tahun (puncak
onset 40-60 tahun). Lebih sering unilateral daripada bilateral. Wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan perbandingan 3:1. Karsinoma folikuler terdiri atas 2
jenis yaitu :
Berdiferensiasi baik : tumor ini terlihat sebagai folikel tiroid normal atau
Metastasis jauh ke paru-paru, tulang, dan alat visera lainnya seperti hepar dapat
cepat terjadi.
3. Hurthle Cell Carcinoma
Dikenal sebagai karsinoma sel oxyfil, yang sebenarnya merupakan jenis
dari karsinoma folikuler. Karsinoma ini merupakan 4% dari karsinoma tiroid.
Prognosisnya tidak sebaik karsinoma folikuler karena subtipe ini lebih sulit
ditemukan dan diterapi (karsinoma ini tidak menyerap radioaktif iodin dengan
baik).
b. Undifferentiated Carcinoma (Anaplastik)1
Merupakan karsinoma tiroid yang sangat ganas. Disebut juga karsinoma
tidak terdiferensiasi. Perjalanannya sangat cepat dan fatal. Dalam beberapa
minggu atau bulan sudah menyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan dan
invasi karsinoma berupa gejala obstruksi pernafasan atau obstruksi esofagus.
Keadaan umum cepat menurun dan tumor cepat mengadakan metastasis jauh.
13
Biasa mengenai orang tua dengan onset puncak lebih dari 65 tahun. Sangat jarang
pada usia muda. Pada beberapa keadaan jenis ini berasal dari karsinoma jenis
papiler yang tidak diobati atau karsinoma papiler yang sudah diobati dengan
radiasi.
Karsinoma anaplastik (undifferentiated) tiroid merupakan keganasan
kelenjar tiroid yang sangat agresif karena :
1. Pertumbuhannya cukup cepat, penyebarannya di luar tiroid dengan metastasis
luas, semuanya berlanjut dalam satu tahun, dan ini merupakan ciri khas dari
tumor yang ganas ini.
2. Istilah undifferentiated sendiri mempunyai pengertian bahwa tumor ini tidak
membuat folikel, papila atau trabekula, tetapi ia tetap memelihara gambaran
epitelial yang jelas pada gambaran morfologik dan immunohistokimianya.
3. Karsinoma anaplastik merupakan karsinoma tiroid yang jarang. Meskipun
karsinoma anaplastik ini hanya menempati kurang dari 2% dari seluruh kanker
tiroid yang ada, namun ia dapat menyebabkan kematian lebih dari 40%. Di AS
di temukan kurang lebih 2 5 % dari seluruh keganasan tiroid . Insidens ini
tampaknya cenderung menurun. Insidens puncak terjadi pada dekade ketujuh
dari kehidupan, dengan usia rata-rata yang dilaporkan adalah 15-90 tahun.
c. Karsinoma Medullare1
Berasal dari sel C atau parafolikuler kelenjar gondok yang banyak
mengandung amiloid, yang merupakan sifat khasnya, disamping itu tumor ini
mengeluarkan kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan histamin. Sehingga setelah
operasi, kita dapat memantau apakah sel karsinoma masih ada dengan mengukur
kadar kalsitonin. Sel C disebut juga sel APUD (amine precursor up take and
decarboxyation cell) sehingga tipe ini disebut juga APUDOMA. Disebut juga
karsinoma solidum karena jenis ini keras seperti batu. Tipe ini bersifat familiar
dan herediter walaupun 80% tidak terdiagnosis sebagai familial group. Karsinoma
tiroid meduler merupakan 5% dari kasus kanker tiroid.
80% dari seluruh kasus karsinoma tiroid meduler bersifat sporadik,
biasanya timbul unilateral dan tidak berhubungan dengan kelainan endokrin
14
lainnya. Sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun), wanita lebih banyak
dibandingkan dengan pria dengan perbandingan 3:2. Nama lain dari karsinoma
meduler tiroid ini adalah karsinoma meduler tiroid familial (familial medullary
thyroid carsinoma-FMTC) yang dapat berkembang sendiri maupun bersama-sama
dengan tumor yang lain. Kombinasi dari FMTC dengan tumor dari kelenjar
endokrin lain disebut neoplasma multipel endokrin tipe 2 (multiple endocrine
neoplasia type 2-MEN2). Penyebaran melalui kelenjar getah bening pada awal
penyakit, pada penyakit yang lanjut dapat bermetastasis ke hati, tulang, otak dan
kelenjar adrenal. Biasanya ditemukan di atas lobus sentral kelenjar tiroid.
T0
T1
T2
T3
T4b
T4b
N0
N1
N1a
N1b
M0
M1
Stadium
Tumor (T)
Nodul (N)
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium II
Tiap T
Tiap N
M1
Tumor (T)
Nodul (N)
Stadium 1
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1
N1a
M0
T2
N1a
M0
T3
T4a
N1a
N0
M0
M0
T4a
N1a
M0
T1
N1b
M0
T2
N1b
M0
T3
N1b
M0
Stadium IV B
T4a
T4b
N1b
Tiap N
M0
M0
Stadium IV C
Tiap T
Tiap N
M1
Stadium IV A
Tumor (T)
Nodul (N)
Stadium IV A
T4a
Tiap N
M0
Stadium IV B
T4b
Tiap N
M0
Stadium IV C
Tiap T
Tiap N
M1
17
3.7 Diagnosis
A. Anamnesis6
1.
2.
3.
4.
perubahan suara)
3. Pernah menderita kelainan tiroid sebelumnya
4. Penyakit serupa pada keluarga
B. Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi:
Adanya benjolan di leher depan atau lateral
Bila terlihat sesak, curiga adanya penekanan pada trakea
b. Palpasi:
Benjolan dipalpasi, jika berasal dari tiroid maka pada waktu menelan
18
20
dapat juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul, jadi
selain diagnostik, bisa juga terapeutik.
BAJAH merupakan metode yang sangat efektif untuk membedakan nodul
jinak atau ganas. Keterbatasan yang lain adalah tidak mampu membedakan
neoplasma sel folikular dan sel Hurtle adalah jinak atau ganas karena keduanya
mirip dan dapat memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Untuk
membedakan neoplasma sel folikular dan sel Hurtle bisa dibedakan dari ada atau
tidak adanya invasi kapsul atau invasi vaskular pada pemeriksaan histopatologi
sediaan dari operasi. Jenis karsinoma yang dapat segera ditentukan adalah
karsinoma papilare, medulare atau anaplastik.
5. Pemeriksaan Histopatologi6
Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan setelah dilakukan lobektomi
atau isthmolobektomi. Jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan biopsi insisi.
21
22
2.9 Penatalaksanaan
23
24
25
26
besarnya perkembangan kanker itu sendiri. Tujuan dari operasi ini adalah
untuk mengangkat kanker sebanyak banyaknya.
Adapun prinsip pembedahan pada karsinoma tiroid yaitu :
metastasis jauh.
Untuk karsinoma tiroid jenis anaplastik, selama belum ekstensi jauh dapat
dilakukan tiroidektomi total atau subtotal tiroidektomi kemudian diikuti
Yodium
radioaktif
hanya
efektif
pada
karsinoma
tiroid
Diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu cukup besar dan tidak
mungkin dilakukan operasi lagi (inoperable).
27
Operasi yang masih tersisa jaringan tumor (debulking) atau pada karsinoma
limfatik multipel.
Untuk pasien dengan riwayat sering timbul benjolan pada daerah leher yang
tidak dapat di terapi dengan yodium radioaktif ataupun terdapat kontraindikasi
pembedahan.
b. Kemoterapi
Kemoterapi tidak terlalu banyak berperan. Diberikan pada karsinoma
anaplastik karena radiasi internal dan hormonal tidak bermanfaat lagi. Obat yang
diberikan adalah adriamisin tunggal atau kombinasi dengan cyspaltinum.
c. Hormonal Terapi
Sifat pemberian terapi ini adalah untuk suplementasi setelah total
tiroidektomi, di samping untuk suplementasi kebutuhan, terapi hormonal
bertujuan menekan TSH yang diduga ikut berperan dalam merangsang proliferasi
pertumbuhan sel-sel maligna. Hormon yang diberikan ialah preparat tiroksin atau
triyodotiroksin.
2.10
Prognosis
Faktor risiko prognostik digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
28
< 4 cm
90%
5. Histologi dan grading : Jenis karsinoma papiler 93 %, jenis karsinoma
folikuler 83%.
b.Survival rate3
Tipe Karsinoma Tiroid
Persentase
Karsinoma Papiler
80-90 %
Karsinoma Folikuler
50-70 %
Karsinoma Meduler
30 40 %
Karsinoma Anaplastik
<5%
BAB IV
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, C.F., Andersen, D.K., Billiar, T.R., Dunn, D.L., Hunter, J.G.,
Pollock, R.E. 2006. Chapter 37 Thyroid, Parathyroid, and Adrenal in :
Schwartzs PRINCIPLES OF SURGERY. 8 th edition. McGraw-Hill. New
York. Page 943-961.
2. National Comprehensive Cancer Network, Inc. 2006. NCCN Clinical
Practice Guidelines in Oncology. Thyroid Carcinoma. Version 2. Online:
http://www.nccn.org pada 9 november 2014
3. Syamsuhidajat, R., Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC. Hal 683-694.
30
of
Endocrinology.
http://www.aace.com/pub/pdf/guidelines/thyroid_carcinoma.pdf
Online:
pada
november 2014.
5. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2005. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara
Publisher. Jakarta. Hal 343-358
6. Lukitto P, Manoppo A, Azamris, et al. 2003. Protokol Penatalaksanaan
Kanker Tiroid, dalam: Protokol PERABOI 2003. Jakarta : Perhimpunan
Ahli Bedah Onkologi Indonesia. Hal 19-33.
7. Reiners, C. 2005. The Diagnosis of Thyroid Cancer in Thyroid Cancer 2 nd
Edition, editor Bierzack & Brunwald. New York: Springer.
8. National Cancer Institute. 2011. Thyroid Cancer Treatment. Online:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/thyroid/Patient/page1
pada 9 November 2014.
9. Sharma, M.D., Pramod, K., Arlen D Meyers, M.D. 2012. Thyroid
Cancer.Online: http://emedicine.medscape.com/article/851968 pada 9
November 2014.
10. Pabst, R., Putz, R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1. Edisi 22.
Jakarta : EGC
11. Biersack, H-J, Grunwald, F. 2005. Thyroid Cancer, 2 nd edition. Germany:
31