Print Laporan Tutorial Skenario 4 Fix
Print Laporan Tutorial Skenario 4 Fix
INFEKSI DENTOMAKSILOFASIAL
SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BLOK PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL 1
Oleh Kelompok 2
1. Shinta Permata Sari
2. Hanifah Nailul Amania
3. Nadia Farhatika
4. Dini Roswati
5. Erlita Prestiandari
6. Zulfah Al Faizah
7. Aldiansyah Hakim
8. Prisca Vianda Sukma
9. Tazqia Jamil Pratami
10. Stefani Silvia D.A
11. Dina Kurniasari
(141610101012)
(141610101013)
(141610101014)
(141610101015)
(141610101016)
(141610101017)
(141610101018)
(141610101019)
(141610101020)
(141610101021)
(141610101022)
1. Judul Tutorial
Dentomaksilofasial
: Infeksi
NIM
:141610101013
Kelompok
: Tutorial 2
Asal Universitas
: Universitas Jember
Menyatakan
bahwa
substansi
ini,
yang
berjudul
Infeksi
:
:
:
Zulfah Al-Faizah
141610101014
Kedokteran Gigi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Aldiansyah Hakim
141610101018
Kedokteran Gigi
:
:
:
Nadia Farhatika
141610101014
Kedokteran Gigi
:
:
:
Erlita Prestiandari
141610101016
Kedokteran Gigi
:
:
:
Dini Roswati
141610101015
Kedokteran Gigi
Nama Lengkap
NIM
Fakultas
Anggota 7
Nama Lengkap
NIM
Fakultas
Anggota 8
NamaLengkap
NIM
Fakultas
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Dina Kurniasari
141610101022
Kedokteran Gigi
Jember, 29 Juni 2015
Universitas Jember
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai infeksi dentomaksilofasial.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai laporan hasil tutorial kedua
mata kuliah blok Penyakit Dentomaksilofasial 1.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Dwi Warna Ayu Fatmawati, M.Kesselaku dosen dan fasilitator yang telah
memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan
laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ................................................................................. 2
Kata Pengantar
................................................................................. 4
Daftar Isi
................................................................................. 5
Bab I
Pendahuluan
................................................................................. 6
Bab II
Pembahasan
................................................................................
Bab III
4
Kesimpulan
................................................................................. 26
Daftar Pustaka
................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi odontogenik merupakan salah satu diantara beberapa infeksi yang
paling sering kita jumpai pada manusia. Infeksi odontogen adalah infeksi yang
berasal atau bersumber dari dalam gigi. Penyebab infeksi odontogen adalah
bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut yaitu bakteri dalam plak,
sulcus
ginggiva
dan
mukosa
mulut.
Bakteri
tersebut
mengeluarkan
produk/enzim yang dapat menyebabkan karies pada gigi dan infeksi pada pulpa.
5
Diawali dari proses demineralisasi pada enamel lalu menyebar ke daerah dentin
dan akhirnya bakteri dan enzimnya akan menginfeksi pulpa. Pulpa yang
terinfeksi dan tidak segera dilakukan penanganan akan menjadi pulpitis yang
irreversible dan akhirnya akan menyebabkan kematian pada jaringan pulpa.
Keadaan ini akan semakin memudahkan bakteri tumbuh pada rongga pulpa yang
sudah nekrosis, jika invasi bakteri makin dalam dan mencapai apeks gigi maka
dapat terjadi penumpukan eksudat di sekitar akar gigi yang dikenal dengan
abses, abses tersebut dapat menyebar ke daerah sekitarnya termasuk ke spasiaspasia facial. Infeksi odontogen biasanya disebabkan oleh bakteri endogen.
Lebih dari setengah kasus infeksi odontogen yang ditemukan (sekitar 60 %)
disebabkan oleh bakteri anaerob.
B. SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi
geraham atas kanan sakit. Dari anamnesis diperoleh gigi terasa sakit sejak 3 hari
yang lalu dan makin hari, rasa sakit makin bertambah (sharp pain) hingga ke
kepala dan tidak dapat tidur. Untuk menghilangkan rasa sakit pasien meminum
obat penghilang rasa sakit, tetapi rasa sakit hilang sebentar beberapa jam
kemudian sakit kembali. Dari pemeriksaan ekstra oral. Terdapat bengkak pada
pipi kanan, keras, tidak berbatas jelas, sakit, dan kulit menegang dan warna
mengkilat.
Pemeriksaan
limfonodi
submandibular
kanan
teraba,
sakit.
Pemeriksaan intra oral terlihat gigi 18, 17 karies superfisialis, gigi 16, dan 46
karies profunda. Pemeriksaan lebih lanjut pada gigi 16 dan 46 terdapat sordes
dan debris pada permukaan gigi, dasar kavitas lunak, tidak sakit dan tidak
ditemukan adanya perforasi. Tes dingin 16 (-). Tes perkusi dan tekan gigi 16
sakit, gigi mobiliti derajat 2. Bukal fold regio 16 sedikit terangkat, palpasi kers
dan tidak sakit, ginggiva kemerahan. Trismus derajat 2. Pemeriksaan
rongsenografi pada gigi 16 dan 46 terlihat karies mendekati atap pulpa , terlihat
adanya gambaran radiolusen pada apek 16 yang diffuse. Dari hasil pemeriksaan
dokter menyimpulkan pasien menderita abses. Dokter melakukan open
bur/trepanasi pada gigi 16 keluar darah dan pus dari kavitas gigi. Setelah
dilakukan open bur pasien merasa rasa sakit berkurang. Data fisik umum pasien
TD= 110/70; R=20x/menit; N= 84x/menit; T=37,5^C, TB= 155 cm; BB=38 kg.
C. RUMUSAN MASALAH:
6
1. Mengapa timbul abses padahal karies masih mendekati atap pulpa (belum
perforasi)? Jelaskan mekanismenya!
2. a. Mengapa rasa sakit semakin hari semakin bertambah?
b. Mengapa pasien mengeluh rasa sakit hingga ke kepala dan tidak dapat
3.
4.
5.
6.
tidur?
c. Mengapa setelah minum obat rasa sakit kembali dirasakan pasien?
Mengapa bisa terjadi bengkak pada pipi kanan pasien?
Mengapa limfonodi terasa sakit?
a. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi trismus?
b. Sebutkan macam-macam trismus!
Bagaimanakan mekanisme keluarnya darah dan pus hingga rasa sakit
berkurang?
D. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskanmekanisme
infeksi pulpoapikal.
2. Mahasiswa mampu
mengetahui,
memahami
dan
menjelaskan
STEP I
1. Gigi mobiliti derajat 2 adalah gigi mengalami kegoyangan dengan jarak
2mm
2. Trismus derajat 2 adalah gangguan pembukaan mulut yang disebabkan
adanya konstraksi otot-otot pengunyahan dan bersifat sementara.
3. Sordes adalah sisa-sisa makanan seerti debrish
4. Sharp pain adalah nyeri tajam
5. Bukal fold adalah lipatan pada daerah bukal
6. Limfonodi adalah nodus limfatik membuang jaringan-jaringan nekrotik
7. Kavitas lunak adalah penyebaran pada daerah dengan batas yang tidak jelas
8. Diffuse adalah penyakit di periapikal yang terdapat pus dan gambaran
radiografinya radiolusen
7
9. Abses adalah kumpulan pus di suatu tempat dalam tubuh sebagai hasil dari
reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing.
10. Trepanasi adalah berfungsi mengeluarkan jaringan nekrotik.
STEP II
1. Mengapa timbul abses padahal karies masih mendekati atap pulpa (belum
perforasi)? Jelaskan mekanismenya!
2. a. Mengapa rasa sakit semakin hari semakin bertambah?
b. Mengapa pasien mengeluh rasa sakit hingga ke kepala dan tidak dapat
3.
4.
5.
6.
tidur?
c. Mengapa setelah minum obat rasa sakit kembali dirasakan pasien?
Mengapa bisa terjadi bengkak pada pipi kanan pasien?
Mengapa limfonodi terasa sakit?
a. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi trismus?
b. Sebutkan macam-macam trismus!
Bagaimanakan mekanisme keluarnya darah dan pus hingga rasa sakit
berkurang?
STEP III
1. Karena terdapat microporocity sehingga bakteri dapat tembus ke pulpa dan
menyebabkan pulpitis dan menyebabkan pulpitis hingga abses periapikal.
Mekanismenya sendiri dimulai dari karies superfisialis, yaitu karies yang
hanya melibatkan permukaan enamel. Ketika tidak dilakukan perawatan,
maka akan berlanjut karies media (mencapai dentin) hingga berlanjut ke
pulpa menyebkan pulpitis, dari pulpitis reversible hingga pulpitis irreversible.
Pulpitis irreversible lama-kelamaan bisa menyebakan nekrosis pulpa.
Nekrosis pulpa merupakan awal terjadinya periodontitis apikalis. Ketika
sudah terjadi keradangan pada periapikal dan mengenai jaringan periodontal,
maka tubuh akan memberikan respon pertahanan sehingga dapat terbentuk
abses. Abses merupakan kumpulan sel nekrotik pulpa, sel leukosit yang mati
maupun yang masih melakukan fagositosis, sel bakteri yang mati maupun
yang masih hidup, serta terkadang ditemukan adanya makrofag.
2. a.Dalam gigi, ada suatu ruang kosong yang disebut dengan kamar pula, di
kamar pulpa terdapat (pembuluh darah, dan juga serabut saraf). Untk macam
dari serabut saraf adlah serabut A delta dan C. Serabut saraf A delta memiliki
8
ini
berasal
dari
peradangan
dan
tekanan
pada
saraf
perifer.Peradangan ini berawal dari adanya infeksi dan tubuh tidak mampu
menanggulangi adanya infesi virus.Fungsi limfonodi membuang jaringan
nekrotik. Dia bengkak karena kehilangan kemampuannya untuk mendrainase
jaringan nekrotik.
5. a. Trismus disebabkan karena temporomandibula disorder atau fraktur atau
infeksi yang progesifitasnya mampu mencapai spasia otot yang menimbulkan
9
10
STEP IV
MAPKBKN
nbuae
akeslr
saepir
raksieo
eejts
tniP
soasrM
liope
stfud
uuli
npa
pda
a
e
r
f
s
i
a
l
s
a b
e r
e r
k
rn
gy
i
g
a
r
a
a
k
s i
Jalan Keluar
(open bur)
Sakit
Hilang
11
STEP V
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaska nmekanisme
infeksi pulpoapikal.
2. Mahasiswa mampu
mengetahui,
memahami
dan
menjelaskan
STEP VII
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaska nmekanisme
infeksi pulpoapikal
Mekanisme infeksi odontogenik dimulai dari kerusakan jaringan keras gigi
(karies gigi). Karies gigi dimulai dari adanya plak dan mikroorganisme yang dapat
menurunkan ph rongga mulut dan akhirnya menyebabkan karies superfisialis.
Begitu zona kavitas demineralisasi meluas sampai seluruh tebal enamel, spesies
kuman lain berperan sebagai pathogen
penyebarannya dapat
menyebabkan nekrosis pulpa. Yang bila lama kelamaan dibiarkan bisa terjadi abses.
Pulpitis akut ditandai infiltrate neutrofil yang dekat dengan daerah yang terkena
karies. Pada pulpitis kronik secara mikroskopik tampak jaringan granulasi dengan
infiltrasi sel-sel radang mononuclear. Proses radang ini menekan pembuluh darah
yang ada di pulpa melalui foramen apikal pada ujung akar. Akhirnya jaringan pulpa
mengalam nekrosis dan infeksi menyebar melalui saluran-saluran akar dan menuju
ke jaringan periodontum.
Pada saat gigi nekrosis karena karies, kuman-kuman keluar dari apeks akar dan
mengadakan infeksi. Mula-mula infeksi terjadi terjadi secara local di sekitar apeks
akar. Infeksi ini dapat menjadi akut, dan akan berakibat abses apeks, atau apabila
kronik akan berakibat granuloma periapeks.
Lesi-lesi pada infeksi periapeks akut selanjutnya dapat menyebar melalui
lubang alveolus menuju ke dalam rongga mulut lewat gingival atau sulkus pipi.
12
Akar molar dapat menjalar ke atas menuju sinus maksilaris. Infeksi periapeks
mandibula dapat menjalar ke rongga mulut akibatnya akan terjadi selulitis atau
infeksi rongga dengan akibat pembengkakan wajah.
Selama gigi yang nekrosis atau ujung akar masih ada, maka terjadinya mikroba
akan terus-menerus memunginkan infeksi
Mekanisme Nyeri Pulpoperiapikal
Sebetulnya, nyeri meupakan mekanisme pertahanan tubuh dengan mengenali
iritanmelalui reseptor nyeri di perifer yang kemudian diolah di dalam susunan saraf
pust. Tujuannya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada penderita agar secepatnya mengkoreksi sebelum terjadi
kerusakan yang menetap. Nyeri pulpoperiapikal merupakan nyeri akut.
Nyeri pulpoperiapikal dapat disebabkan oleh perubahan adaptasi local,
peningkatan tekanan di daerah pulpoperiapikal, factor mikroorganisme dan interaksi
mediator biokimia. Contohnya adalah bradikinin
Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke dalam tubuh
manusia serta menimbulkan gejala sakit. Infeksi odontogen adalah infeksi yang
awalnya bersumber dari kerusakan jariangan keras gigi atau jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang
berubah menjadi patogen (Soemartono, 2000). Penyebaran infeksi odontogen ke
dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Secara harfiah, abses merupakan suatu
lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat proses supurasi pada suatu jaringan
yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Abses yang sering terjadi pada jaringan
mulut adalah abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama
tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit yang hancur
dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-kadang terdapat limfosit. Abses juga
merupakan tahap akhir dari suatu infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses
yang disebut inflamasi (Aryati, 2006).
Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal,
sebagai hasil dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur
periodontal, sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan (3) jalur
perikoronal, yang terjadi akibat terperangkapnya makanan di bawah operkulum
13
tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan
yang paling sering terjadi adalah melalui jalur periapikal (Karasutisna, 2001). Infeksi
odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah
mendekati ruang pulpa (Gambar 1), kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan
akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi odontogen dapat
terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis
menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi.
Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi.
Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain
yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut (Cilmiaty, 2009).
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuatum, hematogen dan
limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari
gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai
jalan: (1) lewat penghantaran yang patogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui
suatu keseimbangan flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam
pulpa gigi yang vital dan steril secara normal (Cilmiaty, 2009). Infeksi odontogen
menyebar ke jaringan-jaringan lain mengikuti pola patofisiologi yang beragam dan
dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi mikroorganisme, resistensi dari host dan
struktur anatomi dari daerah yang terlibat (Soemartono, 2000).
Rute yang paling umum penyebaran peradangan adalah melalui kontinuitas
jaringan dan spasia jaringan dan biasanya terjadi seperti yang dijelaskan di bawah
ini. Pertama, nanah terbentuk di tulang cancellous dan tersebar ke berbagai arah yang
memiliki resistensi jaringan paling buruk. Penyebaran pus ke arah bukal, lingual,
atau palatal tergantung pada posisi gigi dalam lengkung gigi, ketebalan tulang, dan
jarak perjalanan pus (Gambar 2), (Fragiskos, 2007).
Inflamasi purulen berhubungan dengan tulang alveolar yang dekat dengan
puncak bukal atau labial tulang alveolar biasanya akan menyebar ke arah bukal,
sedangkan tulang alveolar yang dekat puncak palatal atau lingual, maka penyebaran
pus ke arah palatal atau ke lingual (Fragiskos, 2007).
Akar palatal dari gigi posterior dan lateral gigi seri rahang atas dianggap
bertanggung jawab atas penyebaran nanah ke arah palatal, sedangkan molar ketiga
14
15
Secara klinis ciri khas suatu abses jaringan lunak : pembengkakan terbatas jelas,
palpasi terdapat fluktuasi, dan pada umumnya memberikan tanda klinis yang bersifat
kronis. Macam abses :
Abses Periapeks
Abses periapeks adalah tahap akut dari infeksi yang menyebar dari gigi nonvital
mwlalui tulang alveolar ke jaringan lunak di sekitarnya. Abses terbentuk atas
neutrofil, makrofag, dan debris nekrotik. Pemeriksaan klinis menunjukkan nodula
bengkak, berwarna kuning kemerahan atau merah, yang hangat dan fluktuan jika
diraba. (P. Langlais, 2002)
Abses Apikalis Akut
Abses apikalis akut adalah suatu lesi likuifaksi setempat atau difus yang
menghancurkan jaringan periradikuler. Ini adalah respons inflamasi yang parah
terhadap iritan mikroba nonbakteri dari pulpa nekrotik. Selain itu, kadang-kadang
pula disertai pula manifestasi sistemik dari proses infeksi seperti meningkatnya suhu
tubuh, malaise, dan leukositosis.
Pemeriksaan histologi pada abses apikalis akut biasanya menunjukkan
adanya lesi destruktif setempat dari nikrosis likuifaksi yang mengandung banyak
leukosit PMN yang rusak, debris, dan sisa sel terakumulasi eksudat purulen. (E.
Walton, 2008)
Abses Apikalis Kronik
Abses Apikalis Kronik adalah keadaan yang timbul akibat lesi yang bertahan
lama yang telah menyebabkan abses yang mengadakan drainase ke permukaan.
Penderita memiliki gejala seperti abses apikalis akut tetapi ditambah dengan adanya
saluran sinus, yang mungkin dibatasi sebagai atau seluruhnya oleh epitel dan
dikelilingi oleh jaringan ikat yang terinflamasi.(E. Walton, 2008)
Abses Periodontal
Abses periodontal adalah daerah inflamasi yang terlokalisir dimana terjadi
pembentukan nanah pada jaringan periodontal.
Ditandai dengan sakit waktu menggigit dan sakit berdenyut-denyut yang hebat.
Gigi yang bersangkutan meninggi dan goyang. Ginggiva di atasnya terlihat merah,
16
bengkak, dan nyeri tetapi pada mulanya tidak terlihat fluktuasi atau aliran nanah.
Tahap berikutnya ditandai dengan timbulnya nanah. Bila nanah sudah masuk ke
jaringan lunak, sakit yang hebat akan reda dan abses akan mencul berupa
pembengkakan merah, mengkilat, dan sangat nyeri diatas daerah alveolus. (Manson,
2004)
Perbedaan diagnosis abses periapikal dan periodontal
1. Bila terletak di atas apeks akar, abses mungkin merupakan abses periapikal.
2. Bila kondisi periodontal pada umumnya cukup baik dan tidak ada poket atau
poket cukup dangkal maka abses tidak mungkin abses periodontal.
3. Bila gigi nonvital, abses dapat merupakan abses periapikal atau periodontal
atau keduanya berupa abses kombinasi.
4. Bila gigi tidak karies dan tidak memiliki restorasi, abses tentunya berasal dari
periodontal. (Manson, 2004)
5. Reaksi sistemik yang dapat terjadi pada penderita abses periapikal akut, pasien
dapat terlihat pucat, mudah tersingung, dan menjadi lemah baik karena rasa
sakit dan kurang tidur.(Grossman,1995)
Histopatologi
Infiltrasi leukosit polimorfonuklear dan akumulasi cepat eksudat inflamatori
yang bereaksi terhadap suatu infeksi aktif. Nanah secara mikroskopis terlihat suatu
ruang atau ruang ruang kosong, di mana terjadi supurasi, dikelilingi oleh sel-sel
polimorfonuklear dan beberapa sel mononuklear. (Grossman,1995)
Abses odontogenik
Abses odontogenik dapat terjadi melalui tiga jalur. Riwayat alami dari infeksi
odontogenik biasanya dimulai dengan terjadinya kematian pulpa, infeksi bakteri,
dan perluasan proses infeksi ke arah periapikal, terjadinya keradangan yang
terlokalisir atau abses periapikal akut. Kerusakan pada ligamen periodontium bisa
memberikan kemungkinan masuknya bakteri dan akhirnya terjadi abses periodontal
akut. Apabila gigi tidak erupsi sempurna, mukosa yang menutupi sebagian gigi
tersebut mengakibatkan terperangkap dan terkumpulnya bakteri dan debris, sehingga
menyebabkan abses perikoronal. (Pedersen,1996)
Menurut buku Foundation of Periodontics for the Dental Hygiest,abses
periodonsium dapat disebabkan oleh hal berikut:
17
probe. Beberapa ahli megatakan pembukaan pocket periodonsium dapat dibatai oleh
ukuran tertentu karena terjadi proses perbaikan, dan saat inilah bakteri yang ada
dapat terjebak dalam cairan saku gusi yang dapat menyebabkan terjadinya abses.
2. Abses periodonsium juga dapat disebabkan oleh adanya benda sing yang mengenai
jarigan pendukung disekitar gigi, yaitu ketika pasien menusuk gingivanya degan
meggunakan tusuk gigi.ini merupakan suatu kebiasaan buruk.
3. Pembersihan kalkulus pada poket periodonsium juga dapat menyebkan terjadinya
abses periodonsium.
Abses periodonsium ini berbeda dengan abses periapikal. Jika abses
periodonsium menyerang jaringan penyangga gigi yang disebabkan karena infeksi
yang terjadi tau berawal dari jaringan periodonsium. Sedangkan jika abses periapikal
disebabkan oleh infeksi dari pulpa gigi. Biasanya abses periodonsium tidak disertai
dengan kematian pulpa(pulpa masih dalam keadaan vital), namun jika abses
periapikal selalu diikuti dengan kematian pulpa. Secara radiografis kedua abses ini
dapat menyebabkan bone loss. Namun jika abses periapikal bone loss terjadi
dibawah akar gigi. Jika abses periodonsium bone loss terjadi di sekitar gigi atau
diantara gigi.
Abses priodondonsium terdiri dari:
1. Gingival Abscess
abses gingiva mengacu abses periodonsium yang terbatas pada margin gingiva atau
papilla interdental tanpa keterlibatan struktur periodonsium yang lebih dalam.
2. Periodontal abscess
Merupakan abses periodonsium yang melibatkan struktur yang lebih dalam dari
jaringan periodonsium, tidak terbatas hanya pada gingiva saja.
3. Pericoronal abcess
Merupakan abses periodonsium yang terjadi pada jaringan disekitar mahkota gigi
yang erupasi sebagian. Abses ini juga disebut pericoronitis. Abses jenis ini terlihat
pada gigi ketika
permukaan oklusal gigi tersebut. Abses perocoronal ini biasanya terjadi pada gigi
molar tiga rahang bawah, karena kebanyakan kasus molar ketiga tidak memiliki
ruang yang cukup untuk erupsi seluruhnya. (Nield Gehrig and Willmann,2011)
ABSES PERIAPIKAL
18
ABSES PERIODONTAL
ABSES PERIKORONAL
1.
2.
3.
4.
5.
20
21
Infeksi odontogen dapat meluas dengan berbagai cara. Pertama, dengan cara
langsung yaitu menyebar melalui jaringan sekitar yang bersebelahan. Penyebaran
infeksi odontogen juga dapat melalui aliran darah dan melalui aliran limfe.
System saluran limfe berhubungan erat dengan system sirkulasi darah. Darah
meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena. Sebagian cairan
yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes
dalam ruang-ruang jaringan.
Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada
aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan
akut, lapisan sel pembatas pembuluh limfe agak meregang, sama seperti yang terjadi
pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang
masuk ke dalam pembuluh limfe sehingga cenderung mengurangi pembengkakan
jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya,
agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari
tempat peradangan primer ke tempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini,
misalny aagen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh
penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe (limfonodi) yang dilalui oleh
22
cairanlimfe yang bergerak menuju ke dalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang
terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya
mencapai aliran darah. (Price, Sylvia. 2006)
Terjadi peradangan pada pulpa sehingga tertumpuk jaringan nekrotik pada
periapikal. Satu satunya jalan pembengkakan adalah melewati periapikal tidak
mungkin pada gigin karena gigi merupakan jaringan keras.Sehingga untuk
menghilangkan rasa sakit dibuatkan jalan keluar melalui open bur oleh dokter
sehingga rasa sakit itu dapat hilang.
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya
dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah
menjalar ke kelenjar limfe regional. Menurut Weinmann mengatakan bahwa
inflamasi gingiva yang menyebar sepanjang sisi krista alveolar dan sepanjang jalan
pembuluh darah terdapat kapiler yang berjalan beriringan dengan pembuluh limfe
sehingga memungkinkan absorbsi dan penetrasi toksin ke pembuluh limfe dari
pembuluh darah (Sandler NA,2009)
Akibat adanya infeksi dari suatu bagian tubuh maka dapat terjadilah
peradangan pada kelenjar getah bening regioner dari lesi primer; keadaan ini
dinamakan limfadenitis.Loksi pembesaran limfe merupakan indikasi terjadinya
infeksi. Apabila lesi infeksi primer sudah diobati, maka limfaadenitis akut ini pun
akan sembuh secara berangsur. Namun supurasi kelenjar dapat terjadi jika
sorganisme penginfeksi menembus istem pertahanan tubuh pada kelenjar
menyebabkan reaksi seluler dan memproduksi pus. Proses ini dapat terjadi secara
spontan dan perlu dilakukan terapi insiasi dan drainase. (Muchlis Ramli, 1995)
23
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke dalam tubuh
manusia serta menimbulkan gejala sakit. Infeksi odontogen adalah infeksi yang
awalnya bersumber dari kerusakan jariangan keras gigi atau jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang
berubah menjadi patogen. Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak
dapat berupa abses. Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses yang
berasal dari regio periapikal. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu infeksi
jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi
Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu jalur periapikal, sebagai
hasil dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; jalur periodontal,
sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan jalur perikoronal,
yang terjadi akibat terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini
terjadi hanya pada gigi yang tidak/belum dapat tumbuh sempuna.
24
DAFTAR PUSTAKA
25