Sidat
Sidat
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun
Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama
maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para
penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini
siap untuk digunakan.
KATA PENGANTAR
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan salah satu komoditas perdagangan baik
domestik maupun ekspor yang semakin populer. Sejumlah komponen penunjang
untuk berkembangnya usaha budidaya sidat di negeri kita cukup menggembirakan.
Komponen utama usaha budidaya sidat adalah lahan, perairan, teknologi, dan
sumberdaya manusia, yang hampir semuanya siap berperan dalam pengembangan
ini.
Prospek yang cerah sekarang ini perlu dikelola guna dicapai kemantapan dalam
perkembangannya.
Adanya sinergitas program sangat diperlukan, karena
perkembangan yang mantap hanya dapat terjadi bila seluruh komponen turut
berperan. Komponen-komponen utama perkembangan bisnis suatu komoditas
adalah produksi, pasar, dan adanya faktor-faktor pendukungnya seperti aspek legal
dan kebijakan, akses infrastruktur, dan akses sumberdaya manusia.
Buku ini terdiri dari Pendahuluan, Materi Pokok 1 Pra-produksi, Materi Pokok 2
Penyediaan Benih, Materi Pokok 3 Teknik Pendederan, Materi Pokok 4 Teknik
Pembesaran, dan Materi Pokok 5 Menjaga Kesehatan Ikan. Pada setiap Materi
Pokok dibuat sejumlah Latihan yang perlu dikerjakan oleh para pembaca terutama
bagi para pemula. Sedang evaluasi diberikan pada akhir bahasan. Terakhir pada
setiap Materi Pokok juga ada Rangkuman yang merupakan intisari dari materi pokok
tersebut.
Referensi adalah dari literatur, internet, modul pelatihan, serta sedikit dari
pengalaman. Sejumlah bahan juga dari taruna STP, dan kami ucapkan
penghargaannya. Tidak lain harapan penyusun adalah bahwa kiranya buku ini
bermanfaat bagi pembaca khususnya para pembudidaya dan para penyuluh
kelautan dan perikanan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan atas perhatian dan saran,
kritik membangun, serta kerjasamanya demi kepentingan kita bersama, dan demi
kemajuan masyarakat kelautan dan perikanan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN ..........................................................................................
ii
iii
vi
vii
PENDAHULUAN ...................................................................................
MATERI POKOK 1. PRA-PRODUKSI .................................................
1.1 MENGENAL SIDAT......................................................................
1.1.1 Klasifikasi ..........................................................................
1.1.2 Morfologi dan Anatomi .....................................................
1.1.3 Habitat dan Siklus Hidup ..................................................
1.1.4 Makanan.............................................................................
Latihan .................................................................................................
Rangkuman ..........................................................................................
1.2 PERSYARATAN LOKASI............................................................
1.2.1 Lahan .................................................................................
1.2.2 Sumber air.........................................................................
1.2.3 Jenis tanah........................................................................
1.3 FASILITAS ....................................................................................
1.3.1 Fasilitas Utama..................................................................
1.3.2 Fasilitas Penunjang ..........................................................
1.4 SARANA BUDIDAYA ...................................................................
1.4.1 Benih Sidat ........................................................................
1.4.2 Pakan Tambahan ..............................................................
1.4.3 Pupuk dan Obat-obatan....................................................
Latihan
...........................................................................................
Rangkuman ..........................................................................................
MATERI POPKOK 2. PENYEDIAAN BENIH.......................................
2.1 PENANGKAPAN DI ALAM ..........................................................
2.1.1 Faktor faktor yang perlu diperhatikan .....................................
2.1.2 Waktu Penangkapan .................................................................
2.1.3 Peralatan penangkapan ............................................................
2.1.4 Cara penangkapan ....................................................................
1
3
3
3
3
5
6
7
7
8
8
9
11
12
12
14
16
16
16
17
17
17
18
18
18
19
20
20
iii
20
21
21
21
21
22
22
22
23
23
23
24
25
26
27
27
28
28
29
30
30
30
31
32
33
33
34
34
34
35
35
36
38
38
38
40
41
42
43
44
Rangkuman ..........................................................................................
MATERI NPOKOK 5. MENJAGA KESEHATAN IKAN .......................
5.1 SEKILAS TENTANG BIOSEKURITI .............................................
5.2 MONITORING KESEHATAN ........................................................
5.2.1 Tindakan diagnosa ....................................................................
5.2.2 Komponen pemicu penyakit .....................................................
5.2.3 Teknik pengamatan secara visual ...........................................
5.2.4 Pemeriksaan gejala klinis ikan sakit di lapangan ..................
sebagai sample .........................................................................
5.2.5 Pemeriksaan mikroskopis di lapangan ...................................
5.2.6 Beberapa macam hama dan penyakit yang biasa ..................
Menyerang .................................................................................
A. Hama ...............................................................................................
B. Penyakit ..........................................................................................
5.2.7 Tindakan pencegahan terhadap timbulnya penyakit .............
Latihan .................................................................................................
Rangkuman ..........................................................................................
EVALUASI ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
44
45
45
45
45
45
46
47
47
47
47
48
50
51
51
52
53
vi
1
3
4
5
6
12
13
14
15
15
16
17
24
31
36
39
40
41
42
43
44
46
50
9
9
10
31
32
37
3.
4.
5.
Bagi pemula, sebaiknya buku ini dibaca mulai dari awal, dan dipelajari
untukmendapaatkan pemahaman secara menyeluruh.
Bagi para pembudidaya dan penyuluh yang sudah terampil melaksakan usaha
budidaya dan /memahami (sejumlah) substansi, dapat hanya dengan
mempelajari yang diperlukan saja. Namun demikian disarankan agar juga
mencermati substansi-substansi yang sudah dipahami dan frasa lain yang
mungkin dirasakan kurang sesuai dengan pemahamannya, untuk dapat
diluncurkan perbaikan/ modifikasi-modifikasi yang diperlukan.
Selanjutnya bagi para pemula, hendaknya :
o Mempelajari secara berurut mulai dari Pendahuluan, Pokok Materi 1, 2,
dan seterusnya.
o Mengerjakan latihan-latihan pada setiap Pokok Materi.
o Membaca rangkuman setiap Pokok Materi.
o Mengerjakan soal-soal evaluasi pada setiap Pokok Materi, kemudian
melihat sejauh mana hasil dari penyelesaian soal tersebut. Bila nilai yang
dicapai belum memuaskan, maka dapat disarankan mengulangi
mempelajari Pokok Materi atau substansi yang masih kurang dipahami.
Bagi para penyuluh kelautan dan perikanan, dapat membantu para pemula
dalam mengaplikasikan di lapangan dan memperkaya dimana diperlukan.
Bagi para penyuluh dan praktisi, khususnya dalam aplikasi materi praktek,
apabila setelah dicoba untuk dipraktekkan ternyata kurang memuaskan
sebagaimana yang diharapkan, sudilah memberikan saran perbaikan atau
memberikan alternatif yang lebih baik yang didasarkan pada pengalaman dan
kenyataan yang
boleh dikatakan sudah teruji, dan dialamatkan kepada
penyusun.
vii
PENDAHULUAN
Ikan sidat atau moa, ada juga yang menamakan pelus untuk ukuran yang bhesar,
merupakan salah satu jenis ikan yang populer, baik di Eropa, Amerika, maupun Asia.
Sebagai katadrom, mereka tinggal di perairan tawar hingga 6-20 tahun, dan begitu
mau memijah kembali ke laut; dalam perjalanan kembali ke laut itu mereka tidak
makan. Ikan ini pun mati setelah
menunaikan tugasnya menurunkan
generasinya (memijah). Di Jepang
ikan ini sangat populer dengan
sebutan unagi dan umumnya
disajikan dalam bentuk panggang
(grilled eel fillet).
Gambar 1. Unadon. adalah salah satu makanan termahal
di dunia yang terbuat dari sidat3)
Ikan ini mempunyai beberapa keistimewaan antara lain mempunyai kandungan zat
gizi yang tinggi terutama vitamin A, rasanya sangat lezat, berkalori tinggi (303.100
kcal/gram) dan merupakan sumber energi yang besar; di negara-negara tertentu
diyakini sebagai sumber energi yang sangat diperlukan pada musim-musim dingin.
Banyaknya keunggulan dari ikan sidat sebagai sumber gizi membuat ikan ini sangat
diminati di Jepang, Eropa, Amerika, Korea dan Taiwan. Jenis masakan sidat yang
paling poluler di Jepang adalah unadon (Gambar 1). Unadon berasal dari kata
unagi no kabayaki (ikan sidat panggang atau smoked eel) dan donburi (yaitu nasi
dan berbagai menu yang diasjikan dalam mangkok besar). Boleh dicoba dan kita
akan menikmati setiap gigitan menu ini. Kalau di Indonesia kemana kita pergi akan
ketemu sate, maka bila di Jepang kita akan ketemu sidat panggang yang sanagat
harum menusuk hidung dan membangkitkan selera kita.
Pasar sidat meliputi pasar domestik dan internasional, namun suplainya masih
sangat terbatas, sehingga harga ikan ini cukup tinggi terutama untuk ukuran benih
(elver maupun fingerling). Selama ini tujuan ekspor utama adalah Jepang, tetapi juga
merupakan penghasil sidat dunia. Permintaan sidat negara itu mencapai 130.000
ton per tahun, sementara produksinya baru 21.800 ton atau baru 16,8%. Jumlah
produksi tersebut sebagian besar dari hasil budidaya yaitu 21.000 ton (96,3%).
Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya di Jepang maupun negara-negara lain
adalah semakin menurunnya suplai benih. Beberapa sebab menurunnya suplai
benih antara lain adalah karena penangkapan glass eel yang tak terkendali, dan
semakin rendahnya jumlah sidat dewasa yang mampu kembali ke laut untuk
memijah.
1
MENGENAL SIDAT
1.1.1 Klasifikasi
Beberapa ahli, antar lain Djajadireja (1952), mengklasifikasikan sidat dalam tata
nama sebagai berikut :
Filum
Sub Filum
Kelas
Subkelas
Infrakelas
Superordo
Ordo
Famili
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Chordata
Euchordata
Osteichthyes
Actinoptrygii
Teleostei
Elomorpha
Anguiliformes
Anguilidae
Anguilla
Anguilla spp.
Gambar 2. Ikan sidat (Anguilla sp). Bentuk dan sirip (kiri), dan mulut (kanan).
antara panjang dan tinggi 20 : 1. Kepala sidat berbentuk segitiga, memiliki mata,
hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat tidak tahan terhadap sinar matahari
karena sidat termasuk binatang malam (nocturnal). Oleh sebab itu, tempat
3
kuda dari jarak 2 meter. Cara kerja penghasil listrik pada ikan ini dapat digunakan
sangat cepat mencapai dua hingga tiga perseribu detik. Ketika gelisah, ia mampu
menghasilkan guncangan listrik selama setidaknya satu jam tanpa tanda-tanda
melelahkan.Ia bisa tumbuh hingga panjang 2,5 m dan berat 20 kg, walaupun
biasanya ukuran rata-ratanya adalah 1 meter2 (Gambar 3).
http://unik.kompasiana.com/2011/02/10/kuasa-tuhan-lewat-sidat-listrik/
Di Indonesia sendiri ada tujuh jenis dari total 18 jenis di dunia. Dari tujuh jenis itu,
dapat digolongkan menjadi dua yaitu yang bersirip dorsal pendek dan yang bersirip
dorsal panjang. Yang bersirip dorsal pendek adalah Anguilla bicolor dan Anguilla
bicolor Pacifica. Sedang yang bersirip dorsal panjang adalah Anguilla borneoensis,
Anguilla marmorata, Anguilla celebesensis,
Anguilla megastoma dan Anguilla interioris.
Sumber daya alam Indonesia sangat
mendukung. Pertama, Indonesia beriklim
tropis, hujan dan kemarau yang sangat baik
bagi kehidupan sidat. Kedua, Indonesia
memiliki sumber benih yang sangat melimpah.
Teknologi budidaya sidat sudah mulai dikuasai
dan relafit mudah. Selain itu, pembudidaya
sidat masih sangat sedikit, sehingga usaha
ikan ini terbuka lebar.
Gambar 4. Pemanenan sidat oleh Presiden.
Usaha komoditas sidat yang ada di Indonesia selama ini ada tiga segmen, yaitu
penangkapan, pendederan, dan pembesaran, disamping usaha perdagangan
terutama ekspor.
1.1.3 Habitat dan Siklus Hidup
Sidat termasuk ikan katadromus, yaitu ikan yang dewasa berada di hulu sungai atau
danau, tetapi bila sudah matang gonad akan beruaya dan memijah disana. Memijah
di kedalaman laut hingga lebih dari 6.000 m, telur-telur naik ke permukaan dan
menetas menjadi larva. Larva sidat yang terbawa arus, bermetamorfosa menjadi
leptocephalus (berbentuk seperti daun), dan terus mengarungi samudera menuju ke
pantai/perairan tawar. Setelah mencapai pantai dalam kurun waktu satu hingga tiga
tahun, sudah berupa glass eel dengan tubuh transparan hingga terlihat insang
(berwarna merah terang) dan hatinya. Di Pelabuhan Ratu, glass eel mencapai
muara sungai dengan ukuran 45-60 mm (0,15 0,2 g), sedang di Eropa mencapai
ukuran 75-90 mm. Mencapai pantai, glass eel memasuki muara sungai dan terus
naik dan hidup di hulu-hulu sungai, danau, dan rawa, atau tinggal di perairan rawa
pasut atau perairan payau. Perjalanan panjang dan sebagian perkembangan stadia
ikan sidat disajikan pada Gambar 5.
1.1.4 Makanan.
Sidat bersifat omnivora sewaktu kecil dan karnivora saat dewasa. Sebagai karnivora,
sidat memakan ikan dan binatang air yang berukuran lebih kecil dari bukaan
mulutnya. Sidat juga bisa memakan sesamanya (kanibal).
elver eruaya ke hulu oleh struktur bangunan irigasi, dan belum berhasilnya
produksi benih dari budidaya.
5. Sifat makan ikan ini adalah omnivora sewaktu kecil dan karnivora pada ukuran
dewasa. Meski sebagai ikan karnivora diperlukan pakan berbasis daging/ikan,
namun demikian dengan ditemukannya pakan formula khususnya dalam bentuk
pelet, perkembangan budidaya ikan ini menjadi semakin terbuka.
Evaluasi
1. Ada beragai jenis sidat di dunia, dari sidat tawar dan laut, juga dari yang sirip
dorsalnya lebih ke depan dan yang lebih ke belakang. Berikan contoh dari
masing-masing golongan tersebut.
2. Di Indonesia potensial untuk dikembangkan usaha budidaya sidat. Mengala
demikian?
3. Bagaimanakah sifat makan ikan sidat sewaktu kecil dan sewaktu sudah besar?
Berikan contoh makanan pada setiap masa/sifat tersebut.
4. Dengan ditemukannya pelet sebagai pakan formula, peluang pengembangan
usaha budidaya menjadi semakin terbuka. Mengapa demikian?
5. Sebutkan bentuk pada setiap perkembangan stadia ikan sidat.
1.2
PERSYARATAN LOKASI
1.2.1 Lahan
1. Syarat:
a) Dekat dengan sumber air;
b) Kualitas airnya baik dan tidak tercemar oleh limbah industri dan logam berat;
c) Air mengalir secara kontinu sepanjang tahun;
d) Jenis tanahnya baik dan tidak porous;
e) Lahan sesuai dengan skala usaha.
Luas lahan harus disediakan tergantung dari tahapan/segmen kegiatan usaha
yang dipilih dan skala produksinya.
8
Skala usaha
(ekor)
10.000
20.000
50.000
100.000
1.000.000
2.000.000
Luas
(m2)
200
400
1.000
2.000
20.000
40.000
Skala usaha
(kg)
200
500
1.000
2.000
5.000
10.000
Luas
(m2)
20
50
100
200
500
1.000
Perlu diingat bahwa bila air yang tersedia tidak mencukupi untuk pengairan kolam
sistim flowthrough maka padat tebar atrau targe harus disesuaikan.
1.2.2 Sumber Air
Air merupakan media hidup sidat. Keberhasilan sidat sangat ditentukan oleh keadaan
airnya.
a) Sumber air
Memilih sumber air untuk budidaya sidat tidak boleh sembarangan. Ada tiga
sumber air yang baik untuk kegiatan pembesaran.
1) Air sumur
2) Mata air
3) Air sungai
b) Kuantitas
Kuantitas disebut juga debit air adalah jumlah air yang tersedia atau mengalir di
suatu tempat. Jumlah air yang dibutuhkan dalam budidaya sidat tergantung dari
skala produksi dan tahapan kegiatan yang dilakukan.
9
Parameter
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas
Suhu yang sesuai akan menunjang laju pertumbuhan yang tinggi, konversi pakan
yang rendah dan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan ikan. Dua hal yang pertama tersebut terkait dengan laju
metabolisme yang tinggi; dan laju pertumbuhan yang tinggi akan memperpendek
waktu pemeliharaan. Kondisi kesehatan akan menunjang nafsu makan, dan serta
mengurangi angka kematian (mortalitas) sehingga menunjang tingkat
kelangsungan hidup (sintasan
atau Survival Rate atau SR)
yang
tinggi.
(dikatakan
menunjang
karena masih ada
faktor-faktor lain yang
perpengaruh).
Warna air yang hijau
kecoklatan adalah terkait
dengan berkembangnya
plankton (fitoplankton maupun
zooplankton).
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam sistem akuatik.
Kecukupan oksigen dalam air media budidaya akan mendukung
proses metabolisme (jumlah total perubahan secara kimiawi dalam tubuh
1.2.3
Jenis Tanah
Jenis tanah untuk budidaya sidat harus memiliki safat-sifat fisik dan kimia yang baik,
yaitu guna menunjang fungsi-fungsi: (1) terciptanya lingkungan bagi hidup dan
berkembangnya ikan yang dibudidayakan dengan baik, (2) berkembangnya pakan
alami, dan (3) kuat kenampung air di dalamnya serta beban peralatan di atasnya.
11
tanah terapan (clay loam) yaitu tanah dengan kandungan liat, pasir dan
debu kurang lebih berimbang; dan
tanah liat berpasir atau lempung berpasir.
Untuk lebih jelasnya tentang struktur tersebut, dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur tanah. Kiri, segi tiga struktur tanah : Sisi kiri liat; sisi kanan debu, sisi
bawah pasir. Kanan, pilinan tanah yang tidak retak/hancur setelah kering.
1.3 FASILITAS
1.3.1 Fasilitas Utama
Fasilitas utama yaitu jenis fasilitas yang langsung digunakan untuk pemeliharaan
sidat. Gambar 7 dibawah ini adalah contoh fasilitas utama untuk unit budidaya
dengan teknologi madya dengan sistim air mengali (flowthrough system).
a) Tempat penampungan air (tandon)
Adalah fasilitas penampungan air digunakan untuk menyediakan air selama
proses produksi. Selain itu tempat ini juga berfungsi mengendapkan lumpur
dan menetralisir zat-zat yang tidak bermanfaat bagi sidat.
12
b) Bak pendederan
Bak pendederan adalah tempat untuk memelihara elver hingga menjadi benih.
Pendederan ada dua tahap, yaitu Pendederan 1 dan Pendederan Lanjutan.
Pendederan 1 adalah untuk membuat elver mau makan dengan pakan yang
diberikan (belajar makan). Tahapan ini cukup kritis, sehingga sebaiknya
dilaksanakan dalam bak-bak terkontrol atau dalam ruangan (indoor). Sedang
Pendederan Lanjutan (Pendederan 2 dan 3) adalah membesarkan elver
menjadi juvenil, dan tahapan ini baik dilakukan di bak-bak outdoor. Ukuran
bak Pendederan-1 cukup kecil saja misalnya 1,5 x 3 x 0,6 m, dan ukuran bak
Pendederan 2 kurang lebih berukuran 50-100 m2 dengan kedalaman 0,8 m.
Contoh bak-bak Pendederan 1 disajikan pda Gambar 7.
c) Kolam pembesaran
Kolam pembesaran adalah tempat yang digunakan untuk memelihara benih
hingga menjadi sidat ukuran konsumsi. Ukuran kolam Pembesaran bisa
bervariasi dari 300-1.000 m2 dengan kedalaman 1-1,2 m. Karena masa
pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi cukup lama, diperlukan
beberapa kali tahapan/pemindahan ikan sesuai ukuran, maka ukuran kolam
bisa dibuat bervariasi.
13
Keterangan:
a. Pematang;
d. Petak penangkapan;
g. Saluran suplai;
place.
b. Pelataran;
e. Inlet;
h. Saluran buang;
c. Kemalir;
f. Monik;
i. Tempat makan/shading
14
Kincir air. Peralatan aerasi tipe ini merupakan satu tipe alat untuk
meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam media budidaya, serta untuk
menciptakan adanya arus air. Tingkat difusi oksigen dengan alat ini tergolong
tinggi (contoh Gambar 9.)
Blower. Aerator tipe ini langsung memberikan udara dari lapisan bawah, juga
cukup kuat, namun memerlukan jaringan pemipaan dan batu aerasi atau pipa
berlubang di dasar kolam.
Aero-O2. Aerator tipe ini menyemprotkan udara ke dalam air dan mendorong
ke satu arah yang dapat membuat air bersirkulasi. Tipe ini juga mampu
memberikan oksigen langsung di lapisan tengah/bawah.
1.4
SARANA BUDIDAYA
Sarana produksi yang
diperlukan adalah benih,
pakan, pupuk, kapur dan obatobatan.
16
Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
Rangkuman
1. Sidat adalah ikan yang ketika dewasa hidup di air tawar, namun setelah
matang gonad akan pindah ke laut dalam untuk memijah. Sidat mampu hidup
dalam kadar garam yang berbeda. Sidat memiliki bentuk tubuh bulat
memanjang. Memiliki kepala, perut, dan ekor. Sidat bersifat omnivora saat
kecil dan bersifat karnivora saat dewasa.
2. Potensi pasar untuk bisnis sidat sangat terbuka baik domestik maupun luar
negeri. Potensi budidaya juga sangat menunjang, selain masih sedikitnya
jumlah pembudidaya sidat di Indonesia, teknologi budidaya, faktor sumber
daya alam di Indonesia juga sangat mendukung untuk budidaya sidat.
3. Dalam memulai budiddaya sidat, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah lahan,
air yang diperlukan dalam proses budidaya, jenis tanah yang baik, fasilitas
17
yaitu Segara Anakan. Lokasi-lokasi ruaya ikan sidat juga banyak terdapat di
Sumatera, Sulawesi, dan mungkin di Kalimantan dan Papua.
2) Kondisi alam
Tidak semua tipe daerah yang potensial sebagaimana disebut di atas cocok
untuk daerah penangkapan glass eel atau elver. Umumnya kondisi muara
sungai dengan daratan yang landailah yang sesuai; pda muara sungai dengan
tanah yang terjal menyulitkan kita menangkap dan membawa benih tersebut.
3) Musim
Musim elver/benih sidat berbeda antara daerah satu dan lainnya.
Di
Pelabuhan Ratu, musim elver adalah bulan Oktober-Maret dengan puncaknya
pada bulan Januari. Di Teluk Poso, musim benih sidat adalah antara bulan
April-Oktober dengan puncaknyapada bulan Juni. Di Cilacap musim benih
sidat adalah antara bulan Juni-Agustus (impun) dan Oktober-Desember (sidat
muda).
4) Cuaca
Benih sidat (elver) hanya muncul di muara-sungai sungai ketikan cuaca cerah
atau tidak hujan, dan angin tidak terlalu kencang, serta kelembaban rendah.
5) Arus air sungai
Karena elver masih lemah, mereka hanya dapat naik ke sungai ketika arus
sungai tidak terlalu deras. Hal ini umumnya terkait dengan ada tidaknya
hujan; pada waktu hujan deras, debit air sungai besar dan arus kuat.
6) Kekeruhan
Kekeruhan air sungai umumnya juga terkait dengan ada tidaknya hujan. Pada
waktu hujan deras, umumnya kekeruhan air sungai sangat tinggi karena
membawa partikel tanah dari erosi di daerah hulu. Pada kondisi demikian
elver tidak naik ke sungai; selain bau lumpur, juga karena arus yang kuat.
2.1.2
Waktu penangkapan
Waktu penangkapan elver di muara sungai yang baik adalah pada waktu
malam hari ketika air pasang dan bulan gelap. Kaitannya dengan air pasang
adalah bahwa pada kondisi air laut yang tinggi, maka arus air sungai di
muara menjadi diperlemah dan ini memudahkan elver naik. Kaitannya
dengan bulan gelap adalah karena sidat bersifat nokturnal yaitu aktif di
malam hari atau suasana gelap, sehingga pada bulan terang sidat tidak
terlihat muncul untuk naik.
19
2.1.3
2.1.4
2.1.5
Peralatan penangkapan
Peralatan-peralatan untuk menangkap glass eel /elver adalah anco/waring
atau seser, serta peralatan bantu berupa petromak/senter, baskom kecil,
koja dan boks styrofoam. Kadang para penangkap memasang tenda/saung
di pinggir sungai. Untuk menangkap benih yang sudah agak besar seperti di
rawa-rawa, biasanya dipergunakan bubu dan dengan pemberian umpan dari
anak katak, atau hewan kecil lain yang tersedia di daerah penangkapan.
Cara penangkapan
Dalam kegiatan penangkapan elver, umumnya mereka berkelompok dalam
lima orang.
Pembagian tugasnya adalah satu orang menunggu di
tenda/saung dengan boks styrofoamnya, dua orang memegang
petromak/senter bertugas memberikan penerangan dan mencari
gerombolan elver, dua orang lagi memegang waring bertugas menangkap
elver yang muncul. Mereka masuk ke sungai mencari gerombolan elver
pada kedalaman air yang masih terjangkau, menangkap dengan
waring/seser, memasukkannya ke dalam koja, dan selanjutnya membawa
dan memasukkannya ke boks styrofoam. Setelah cukup atau berakhir waktu
penangkapan (fajar mulai menyingsing atau setelah sudah tidak ditemukan
lagi elver yang muncul), mereka membawanya ke tempat penampungan
mereka atau ke pengumpul.
Usaha menjaga kelestarian ketersediaan benih
Dari kondisi bahwa ketersediaan benih sidat dari alam terus menurun baik di
Indonesia maupun di negara-negara lain, maka diperlukan upaya-upaya
untuk melestarikan atau memulihkan kembali sumberdaya benih sidat di
alam. Di negara kita, salah satu upaya untuk itu adalah adanya pelarangan
ekspor benih sidat. Di Eropa,upaya perlindungan suberdaya sidat di sana
adalah sebagai berikut :
1) Larangan menangkap sidat dalam wilayah tertentu dan ditempat-tempat
ruaya sidat untuk tahapan perkembangan.
2) Menentukan jumlah tangkapan yagn diperbolehkan, baik volume dan
ukuran yang boleh ditangkap dan didaratkan.
3) Membangun kembali habitat sidat.
4) Mendukung tindakan teknis, seperti bantuan konstruksi agar sidat dapat
naik ke sungai.
5) Perlu menentukan wilayah dan musim yang tidak boleh menangkap.
6) Menerbitkan ijin khusus bagi penangkap sidat.
7) Mendukung dan memperkuat stok sidat melalui restocking.
20
Perawatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan elver di
penampungan meliputi :
a) Kolam harus benar-benar bersih sebelum digunakan;
b) Air sebaiknya dengan salinitas +/- 5 ppt dengan ketinggian ari +/- 20
cm;
c) Padat tebar tidak boleh terlalu tinggi, karena beresiko melemahnya elver
hingga kondisinya atau kualitasnya tidak baik. Padat tebar yang
disarankan maksimal adalah sebanyak 10 ekor/liter air. Jadi kalau bak
penampungan berukuran 1m x 2 m dan diisi air 20 cm, maka jumlah
elver yang dimasukkan maksimal adalah sebanyak 4.000 ekor.
d) Jangan lupa diaerasi guna menambah oksigen;
e) Bila lama penampungan lebih dari dua hari, sebaiknya diberi pakan
berupa cacing tubifex, dengan cara disebar merata;
f) Secara rutin dilakukan pergantian air (untuk sistim air diam) dengan cara
disipon.
Latihan
1. Dalam usaha penangkapan benih sidat di alam, tipe daerah yang bagaimanakah
yang Saudara perkiraan di sana ada glass eel atau elver.
21
2. Pada waktu-waktu yang mana biasanya elver muncul dan dapat ditangkap?
3. Apa saja peralatan yang diperlukan untuk melakukan penangkapan glass
eel/elver di alam?
4. Di alam, ketersediaan benih sidat cenderung terus menurun. Idealnya, apa saja
usaha-usaha kita untuk mengantisipasi hal tersebut?
5. Apa saja perlengkapan yang diperlukan untuk penampungan sementara glass
eel/elver di tempat para penangkap atau pengumpul?
Rangkuman
1. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan bila kita hendak melakukan usaha
penangkapan galss eel /elver antara lain adalah : tipe daerah, kondisi alam,
musim, cuaca, arus air sungai/muara, dan kekeruhan airnya.
2. Peralatan yang diperlukan untuk penangkapan glass eel/elver adalah waring atau
seser, petromaks atau senter, koja, baskom kecil, boks styrofoam, dan adanya
tenda/saung.
3. Cara penangkapan adalah dengan berkelompok (umumnya ber lima), dengan
pembagian tugas ada yang mencari gerombolan glass eel /elver dengan
penerangan, menyerok/menangkap, dan satu orang di pinggir sungai menerima
hasil tangkap dan menjadanya dalam boks styrofoam. Setelah selesai mereka
membawanya ke tampat penampungan sementara atau ke pengumpul benih
sidat.
4. Usaha pencegahan populasi atau ketersediaan benih sidat yang terus menurun
sangat diperlukan, dan peran pemerintah dalam hal ini merupakan faktor kunci,
disamping kesadaran masyarakat. Usaha-usaha ang perlu dilakukan paling tidak
sebagaimana yang telah dilakukan pemerintah negara-negara Eropa antara lain:
adanya regulasi dalam penangkapan, dalam usaha menjaga habitat sidat,
perijinan, dan tindakan-tindakan teknis lainnya.
5. Cara perawatan glass eel /elver di tempat penampungan adalah dengan
memeliharanya dalam bak kecil dengan ketinggian air +/- 20 cm, diberi garam
secukupnya hingga salinitas +/- sama dengan salinitas di muara sungainya, tidak
terlalu padat (maksimal 2.000 ekor/m2 luas bak), diaerasi, diberi makan cacing
tubifex bila lebih dari dua hari, dan dijaga agar air selalu bersih (dengan sipon
dan pergantian air).
MATERI POKOK 3. PENDEDERAN
3.1. SISTIM BUDIDAYA
22
Pendederan sidat
adalah kegiatan
memelihara benih
sidat atau elver
sampai panjang 10
cm. pendederan
seleksi
penebaran
elver
pemberian
pakan
tambahan
pemanenan
pengontrolan
penyakit,
Ket:
A
B
C
25
26
Cacing sutra
3.3.5 Pengontrolan
Pengontrolan dilakukan minimal
empat kali sehari. Pengontrolan
dilakukan dengan memeriksa
kebocoran bak, kualitas air, debit
air, dan ancaman penyakit
terhadap elver.
Cara menyipon:
1
sendirinya.
lekatkan ujung selang dengan kotoran pada dasar bak
3.3.8 Pemanenan
3.3.9 Seleksi
Seleksi dilakukan setelah benih dibiarkan
selama dua jam agar kondisi tubuh benih
pulih. Seleksi dilakukan untuk memisahkan
benih yang besar dan kecil untuk
dibudidayakan dalam kolam berbeda. Hal ini
menghindari kanibalisme.
29
30
Gambar 14. Tahapan pekerjaan penyiapan kolam dan air media budidaya.
Tabel 4. Padat tebar pada pendederan ke dua dan ke tiga serta dosis pakan.
Kegiatan
Padat tebar
(ekor/m3)
Pendederan 2
0,6 0,8
200
Pendederan 3
1,5 1,75
100
Cara menghitung benih secara volumetrik:
Keterangan:
A
= Jumlah total benih (ekor)
B
= Jumlah benih dalam satu gelas (ekor)
C
= Volume benih keseluruhan (liter)
31
Umur (minggu)
0
2
4
6
8
10
12
Panjang (cm)
4,5 5,5
6
7
8
9
10
11
6,5
7,5
8,5
9,5
10,5
11,5
32
Berat (g)
0,15 0,2
0,4 0,5
0,6 0,8
1,0 1,25
1,5 1,75
2 2,5
3-7
33
Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
Apa
Apa
Apa
Apa
Apa
Rangkuman
1. Pendederan sidat adalah kegiatan memelihara benih sidat atau elver sampai
ukuran fingerling (panjang 10 cm).
2. Tahapan pekerjaan dalam melakukan pendederan sidat dimulai dari persiapan
kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan, pemanenan,
dan seleksi. Pendederan berlangsung selama tiga bulan dan dalam tiga tahap.
3. Pengontrolan dilakukan dengan memeriksa kebocoran kolam, kualitas air, debit
air, dan ancaman penyakit terhadap elver dan dilakukan minimal empat kali
sehari.
4. Seleksi dilakukan agar dapat memisahkan sidat berdasarkan ukuran. Jika sidat
yang berbeda ukuran dimasukkan dalam satu tempat dapat terjadi kanibalisme
terhadap sidat yang berukuran lebih kecil.
5. Pendederan dengan sistem resirkulasi adalah bahwa air buangan ditreatmen dan
dipergunakan kembali sebagai media budidaya. Keunggulan aiatim ini adalah
produktivitas tinggi dengan lahan dan air terbatas, dan lebih terkontrol.
Kelemahannya adalah biaya lebih tinggi.
34
Evaluasi
1. Mengapa pada pendederan lanjutan diperlukan pentahapan atau sistim progfresif
(tidak satu batch)?
2. Apa saja pakan yang diperlukan dalam tahapan Pendederan 1?
3. Ada berapakah jumlah tahapan dalam Pendederan Lanjutan ? Ukuran
bagaimanakah yang dihasilkan dari Pendederan Lanjutan?
4. Untuk kolam yang bagian dalamnya halus, apakah masih perlu didesinfeksi?
Mengapa demikian?
5. Apakah untuk Pendederan 2-3 pada umumnya diperlukan penumbuhan plankton?
Bila mana penumbuhan plankton tidak diperlukan?
Kolam yang dipergunakan adalah kolam tanah, dengan ukuran 300-1000 m2. Kolam
ukuran besar mempunyai keunggulan tersendiri, khususnya bahwa suhu cenderung
lebih stabil baik suhu maupun planktonnya dibandingkan dengan kolam ukuran kecil
35
(dengan kedalaman air sama). Beberapa contoh kolam pembesaran disajikan pda
Gambar 13.
Keterangan:
4.2
36
Jenis tanah
Lempung (liat)
Lempung berpasir
pasir
Nilai pH
5,6 - 6
3.600
1.800
900
5 5,5
5.400
3.600
1.800
6,1 6,5
1.800
900
0
37
Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk ke seluruh dasar kolam. Untuk
pupuk kandang bisa dengan memasukkannya dalam karung agar pelepasan hara
bisa bertahap.
4.3
PENEBARAN
Benih ang ditebar adalah hasil dari Pendedsern 3, dengan ukuran 3-7
gram/ekor. Sudah barang tentu ukuran yang kurang seragam ini digrading
terlebih dahulu untuk ditebar pada kolam yang berbeda. Besaran padat tebar
untuk tahapan pembesaran bergantung pada ukuran benih. Untuk tahap
Pembesaran 1, ukuran benih 3-7 gram/ekor, padat tebarnya +/- 50 ekor/m2 ),
dan untuk Pembesaran tahap ke dua padat tebar 30 ekor/m2. Pembesaran
tahap ukuran benih +/- 50 g/ekor adalah 10-15 ekor/m2.
4.4
PERAWATAN PEMELIHARAAN
Perawatan pemeliharaan meliputi pemberian pakan, kontrol kualitas air,
monitoring pertumbuhan dan kondisi sidat, grading, dan pemanenan pada
dasarnya sama dengan pada tahap Pendederan lanjut (Pendederan 2 dan 3).
Gambar 16. Contoh pakan ikan buatan. Atas: pasta dan pelet.
1
2
3
39
Selain cara pemberian, tak kalah penting adalah kontrol pakan khususnya
pengamatan habisnya pakan. Bila waktu habisnya pakan terlalu lama, perlu
diketahui penyebabnya; bila perlu dilakukan penyesuaian dosis pemberiannya.
Gambar 17 contoh kontrol pakan.
4.4.2
Pengontrolan
Pengontrolan dilakukan setiap hari untuk
melihat keadaan kolam dan benih. Waktunya
bisa bersamaan dengan pemberian pakan
tambahan. Saat pengontrolan, keadaannya
harus diamati dengan cermat.
Bila kurang memuaskan, analisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh dan lakukan
tindakan perbaikan.
Monitoring kondisi sidat yang dibudidayakan sangat mutlak iperlukan, agart dapat
diketahui secara dini adanya gelaja kelainan khususnya karena adanya serangan
penyakit. Lebih rinci mengenai hal ini diuraikan pada Materi Pokok 4.
4.4.3 Pemanenan
Tahapan pekerjaan dalam panen parsial, bisa dilihat pada Gambar 18, sedang untuk
panen total dijelaskan pada prosedur berikutnya.
bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga agar airnya lebih
surut. tangkap sidat sampai habis dan masukkan ke dalam hapa.
41
4.4.4
Seleksi ukuran
Seleksi sidat konsumsi dilakukan keesokan harinya.
Sidat yang mati harus dibuang agar tidak mengotori
air dalam wadah penampungan. Seleksii dilakukan
dengan memisahkan sidat Seleksi sidat konsumsi
dilakukan keesokan harinya. Sidat yang mati harus
dibuang agar tidak mengotori air dalam wadah
Untuk jumlah yang tidak terlelu banyak, grading dilakukan secara manual
sebagaimana dijelasakan pada tahapan Pendederan 1; sedang untuk sidat yang
banyak, diperlukan waktu yang cepat, sehingga bisa dengan alat bantu grading.
Prosedur seleksi ukuran disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19. Prosedur seleksi ukuran (grading) untuk sidat dalam jumlah banyak.
Keterangan: e: Saringan grading; c,d,f,g: bak penampungan sidat; a: sidat kecil
masuk melewati saringan; b: sidat lebih besar tidak masuk.
42
4.4.5
Pengemasan
Tahapannya adalah penimbangan, dan pengemasan.
Perhitungan sidat dilakukan secara
manual dengan cara sampling. Cara
ini cukup efektif. Sidat juga harus
ditimbang agar diketahui beratnya.
Setelah diketahui jumlah dan beratnya,
sidat siap untuk dijual. Gambar 18
menunjukkan
sebagian
kegiatn
penghitungan sidat.
43
Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
Apa
Apa
Apa
Apa
Apa
Rangkuman
1. Tahapan pebesaran sidat adalah kegiatan memelihara sidat dari fingerling sampai
ukuran konsumsi (125-500 g).
2. Tahapan pekerjaan dalam melakukan pembesaran sidat dimulai dari persiapan
kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan, pemanenan,
seleksi, pemberokan dan pengemasan.
3. Pengontrolan dilakukan dengan memeriksa kebocoran bak, kualitas air, debit air,
dan ancaman penyakit terhadap sidat dan dilakukan secara rutin, bahkan
beberapa setiap hari.
4. Seleksi ukuran dilakukan guna menekan resiko kanibalisme, menghindarkan sidat
lebih kecil kalah bersaing, dan guna dapat diperoleh laju pertumbuhan yang lebih
tinggi.
5. Pengemasan sidat hidup dengan sistim tertutup. Pemberokan dan pemuasaan
sangat penting sebagai penyiapan sidat yang akan dipack dan dikirim, sehingga
menekan tingkat mortalitas dalam transportasi.
Evaluasi
1. Bagaimanakah sebaiknya kolam untuk pembesaran sidat?
2. Apa saja pakan yang baik untuk diberikan? Apakah bila pakan hanya pelet atau
pasta saja sudah baik? Mengapa?
3. Apa saja tahapan persiapan kolam? Mengapa perlu didesinfeksi?
44
4. Ada dua alternatif cara seleksi ukuran. Apa saja itu? Mengapa kadang diperlukan
alat khusus ?
5. Berapa perbandingan air dan oksigen dalam pengemasan sidat hidup?
MATERI POKOK 5. MENJAGA KESEHATAN IKAN
5.1
dengan suara ribut. Pencegahan serangan hewan ini adalah dengan cara fisik; cara
membasmi dengan racun kurang berhasil karena mereka cepat menegenali adanya
bahan kimia dalam umpan.
3. Ular sawah
Ular sawah atau ular kadut adalah hewan air yang
bertubuh panjang mirip ikan belut dan sidat, tetapi
bersisik besar; punggungnya berwarna cokelat dan
perutnya berwarna putih; kepalanya kecil dengan mulut
lebar yang membelah bagian kepala; lidahnya panjang
dan bercagak. Hewan ini termasuk binatang malam.
Hewan ini banyak ditemukan di sawah-sawah dan
saluran air. Makanannya adalah ikan, anak kodok, dan
bisa kadang 2-3 ekor benih sidat. Pencegahannya dengan menjaga pagar kandang
tidak bolong. Pemberatasan secara kimiawi masih agak sulit karena dosisnya dapat
membahayakan ikan yang dipelihara. Gambar 23 menyajikan beberapa jenis hama
tersebut.
B. Penyakit
1. Penyakit kapas
Penyakit ini menyerang benih dan sidat konsumsi. Gejalanya adalah tubuh yang
terserang tampak berwarna putih, seperti ditumbuhi benah-benang halus. Jika
serangannya ganas, bagian itu tampak seperti ditempeli kapas. Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Saprolegnia, bentuk seperti benang berwarna putih, kadang
agak kecoklatan. Luka akibat gigitan dari sidat lain atau benturan dan suhu air yang
terlalu dingin dapat menyebabkan penyakit kapas. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan menebar benih yang ukurannya seragam agar tidak terjadi
kanibalisme. Bisa juga dengan mengurangi padat penebaran dan menaikkan suhu di
tempat itu.
2. Jangkar
Penyakit jangkar biasa menyerang elver. Gejalanya adalah tubuh elver terlihat ada
benda seperti jarum. Bila dicabut, tubuh elver akan berdarah dan terlihat sebuah
jangkar. Penyebabnya adalah parasit Lernea sp, hewan sejenis udang-udangan
tingkat rendah. Pengendalian dapat dilakukan dengan penggunaan air bersih.
48
3. Fin-rot
Biasa disebut juga sindrom fin-rot. Penyakit ini bisa menyerang benih dan sidat
konsumsi. Gejalanya adalah bagian tubuh yang terserang (ekor, sirip, dan kulit)
berwarna putih, dimulai dari ekor. Bila serangannya parah, bisa menjalar ke
tubuh/otot ikan. Penyakit ini disebabkan oleh faktor-faktor stress seperti adanya
parasit, kualitas air jelek (cek amonia, nitrit), terlalu padat, dan luka yang kemudian
melemahkan sistem imunnya. Bisa kemudian diikuti berkembangnya jamur. Ikan
tidak bisa berenang dengan baik, susah makan, dan dapat menyebabkan kematian.
Pengobatannya, pertama dengan obat anti parasit; bila tidak sembuh, maka obati
fin-rot-nya. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri anaerobic ini dapat diobati
dengan larutan garam. Bila fin-rot sudah dibarengi dengan jamur, maka perlu
diobati dengah sistim dipping (perendaman) dengan obat anti parasit dan jamur
(pengobatan dilakukan beberapa kali dalam seminggu).
4. Perut kembung (Dropsy)
Umumnya menyerang sidat dewasa, kadang menyerang benih. Gejalanya adalah
perutnya yang kembung, meata menjadi lebih besar, gerakan tidak seimbangkadang terapung sebelah, nafsu makan menurun, dan respon terhadap suatu
rangsangan menurun. Penyakit ini disebabkan karena pemberian pakan yang tidak
teratur dan/ kurang nutrisi, serangan patogen (parasit, virus, dan bakteri), dan juga
bisa karena adanya kekurang normalan pada organ dalam.
Pengendalian: Umumnya cukup sulit, dengan demikian harus segera dikenali tandatanda adanya serangan ini. Tahap awal adalah sidat yang terserang harus
dipisahkan dan dipuasakan terlebih dahulu, kemudian ditreatment dengan antibiotik.
Pemberian pakan kemudian adalah dengan pakan yang berkualitas dan teratur. Bila
ada tumor, bisa dilaukan pembedahan. Bila pengobatan dengan antibiotik baik cara
eksternal maupun oral tidak berhasil, maka perlu injeksi (oleh orang profesional,
untuk ikan jumlah dan ukuran terbatas).
5. Penyakit mata putih
Gejalanya mata sidat berubah menjadi putih; bila sudah parah, matanya bengkak, ke
luar dan sidat bisa buta. Setelah buta, sidat tidak dapat melihat makanan (tidak
makan), kondisinya akan menurun, kemudian mati. Penyebabnya belum diketahui,
namun diperkirakan karena kualitas aire yang buruk, dan sejenis bakteri.
Pencegahan dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap baik, kualitas air baik dan
pergantian air cukup. Bisa dicoba penyembuhannya dengan larutan garam (1
49
sendok makan dalam 1 galon air). Bisa juga dengan larutan daun sirih dengan cara
pewrendaman.
6. Penyakit bercak merah.
Gejalanya adalah adanya gejala pendarahan atau luka pada bagian kulit dan tubuh
lainnya. Bila parah, luka itu akan menjadi borok yang berwarna merah. Gejala
lainnya yaitu busung; bila dibelah, tampak pendarahan pada hati, ginjal, dan limpa.
Penyebabnya adalah bakteri Aeromonas hydrophylla dan Pseudomonas fluorescens.
Ikan sidat yang terserang direndam dalam larutan PK 10-20 mg/l selama 12-24 jam,
dalam larutan Nitrofaran 5-10 mg/l selama 12-24 jam, dalam larutan Oxytetracyclin
10 mg/l selama 24 jam, atau Imequil 5 mg/l. Selain itu, bisa juga disuntik dengan
Teramysin 0,05 ml/100 g ikan atau Kanamycin 20-40 mg/kg ikan. Pengobatan lain
melalui pakan yang dicampur dengan Oxtetracyclin dosis 50 g/kg pakan. Ikan yang
sudah sembuh masih harus dipisahkan dan dipelihara dulu selama 2 minggu.
Gambar 24 adalah beberapa penyakit.
Kapas
Jangkar
Ekor putih
Perut kembung
Mata putih
Bercak merah
Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
Apa yang dimaksud dengan biosekuriti? Dan apa saja contoh fasilitas untuk itu?
Apa yang dimaksud dengan syndrome Fin Rot?
Apa saja komponen pemicu timbulnya penyakit dalam budidaya?
Pengamatan secara visual
sehari-hari sangat penting dilakukan guna
pencegahan berkembangnya penyakit. Di antara cakupan yang harus dipantau
adalah keadaan media pemeliharaan. Mencakup apa sajakah pengamatan pada
media pemeliharaan tersebut?
Pemeriksaan gejala klinis juga sangat penting artinya dalam mengantisipasi
penyakit pada biota budidaya. Sebutkan meliputi apa saja pemeriksaan
tersebut?
Rangkuman
1.
Biosekuriti adalah suatu sistem yang meliputi sarana dan prosedur yang harus
dipatuhi, sebagai tindakan pencegahan (preventif) terhadap adanya serangan
penyakit pada biota budidaya.
2. Sidat yang terkena infeksi fin rot akan kehilangan nafsu makan dan gerakan
berenangnya mulai tidak teratur yang akhirnya ia akan muncul dan berenang di
permukaan air. Sidat yang terserang secara eksternal akan mengalami
pendarahan yang selanjutnya menjadi borok (haemorrhage) pada sirip perut dan
ekor serta bagian anus. Secara internal usus dan lambung mengalami hyperemia
yang akhirnya terkikis. Hati sidat yang terserang penyakit ini menjadi tidak
berfungsi. Pada serangan lebih lanjut rahang bawah akan mengalami luka dan
borok. Infeksi sekunder dapat terjadi jika sidat terserang oleh cotton cap.
51
3.
4.
5.
Evaluasi
1. Apa saja faktor yang mendukung untuk timbulnya penyakit pada ikan?
2. Apa yang kita harus lakukan agar serangan penyakit ditekan semaksimal
mungkin?
3. Apa saja yang yang termasuk dalam teknik pemeriksaan ikan budidaya secara
visual yang harus dipahami?
4. Sebutkan apa saja gejala klinis yang umumnya harus kita identifikasi untuk
mengetahui apakah ada gejala serangan.
5. Sebutkan salah satu jenis penyakit yang Saudara ketahui dan bagamiana
pencegahan dan penanggulangannya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, A., Joko Purwanto, Siti Muminah, Usni Arie. 2007. SIDAT.
Panduan Agribisnis, Penangkapan, Pendederan, dan Pembesaran.
Boyd, C.E. 1982. WATER QUALITY MANAGEMENT FOR POND CULTURE.
Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam Oxford - NY. 318
hal.
Wheaton, F.W.
1977.
AQUACULTURAL ENGINEERING.
A Wiley and
Interscience Publications, John Wiley & Sons. NY Chichester
Brisbane Toronto. 108 hal.
Haeru, Tb. R. 2007. HAMA DAN PENYAKIT IKAN; Pengenalan Penyakit Infeksi
dan Non Infeksi, Teknik Pengambilan Sample, Teknik Pencegahan dan
Pengobatan. Modul Pelatihan Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan,
Kegiatan Pendampingan pad Kelompok Pembudidaya Tangerang.
Jakarta 2007.
www.freshmarine.com. 18/11/2011. Treating Fish wiith Swollen Abdomen.
www.allfishingbuy.com. 18/11/2011. American Eel Fish Identification, Habitats,
Characteristics, Fishing Methods.
www.informedfarmers.com. 18/11/2011. Aquaculture Production Survey Eel
Culture. INFORMED FARMERS. Quality Informatiuon for Busy Farmers.
Cslee@oceanicinstitute.org. 19/11/2011.
Aplication of Biosecurity
Aquaculture Production System. The Ocean Institute. Hawaii.
in
Species
Information
Pondoc General. 20/11/2011. FIN ROT. How to Recognize, Treat and Prevent
in Your Koi or Goldfish Pond.
.
53