Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 28C, Pasal 28D ayat (2), Pasal 28I
ayat (3), dan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Arsitek adalah seorang lulusan pendidikan arsitektur di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang memiliki sertifikat keahlian dan dinyatakan
kompeten berpraktik dalam bidang arsitektur serta memenuhi
persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.
2. Arsitek Tradisional adalah seseorang yang oleh masyarakat
dilingkungannya dianggap memiliki keahlian dan ketrampilan
berdasarkan pengalaman praktik dalam membangun bangunan
berdasarkan tradisi setempat.
3. Arsitek Asing adalah arsitek warga negara asing yang
menjalankan profesinya di wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Arsitektur adalah wujud hasil perencanaan dan perancangan di
bidang jasa konstruksi meliputi tata ruang, tata bangunan dan
lingkungan, yang memenuhi kaidah fungsi, konstruksi dan
estetika mencakup faktor keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan.
5. Arsitektur Tradisional adalah wujud hasil perencanaan dan
perancangan tata ruang, tata bangunan dan lingkungan yang
mengandung norma, tradisi dan kearifan lokal warisan budaya
bangsa.
6. Praktik arsitektur adalah rangkaian kegiatan kerja di bidang
arsitektur yang dilakukan oleh arsitek, arsitek tradisional
dan/atau arsitek asing baik yang dilakukan secara orang
perseorangan maupun badan usaha.
7. Sertifikat adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
seorang Arsitek untuk menjalankan praktik arsitektur di seluruh
Indonesia.
8. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh arsitek
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap arsitek yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan
tindakan profesinya.
10. Lisensi adalah izin bekerja yang diberikan oleh pemerintah bagi
Arsitek yang melakukan praktik arsitektur.
11. Dewan Arsitek adalah lembaga yang bersifat independen untuk
menyelenggarakan undang-undang ini.
12. Pengguna Jasa adalah orang perseorangan atau badan hukum
yang memerlukan layanan jasa arsitek untuk melakukan suatu
pekerjaan arsitektur yang terikat dalam suatu hubungan kerja.
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK ARSITEK
Bagian Kesatu
Arsitek
Pasal 4
(1) Praktik arsitektur meliputi penyediaan jasa secara profesional di
bidang pekerjaan perencanaan, perancangan dan pengawasan
yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan kota,
konstruksi, penambahan, konservasi, restorasi atau perubahan
sebuah bangunan atau kelompok bangunan serta lingkungan
binaan.
Pasal 9
Arsitek Tradisional dalam menyelenggarakan Praktik Arsitektur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dapat melakukan
kerjasama dengan orang perseorangan dan/atau badan usaha lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Arsitek Asing
Pasal 10
(1) Arsitek Asing yang melakukan praktik arsitektur tunduk pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Arsitek Asing yang melakukan praktik arsitektur di Indonesia
wajib memiliki sertifikat yang telah diregistrasi di negara asalnya.
(3) Arsitek Asing yang melakukan praktik arsitektur wajib melakukan
upaya pelestarian budaya lokal dan perlindungan sumber daya
alam.
(4) Tata cara dan persyaratan praktik Arsitek Asing di Indonesia
diatur lebih lanjut dalam peraturan menteri .
Pasal 11
(1) Arsitek Asing dalam melakukan praktik arsitektur di Indonesia
wajib bekerja sama dengan orang perseorangan Arsitek atau
badan hukum yang memiliki lisensi yang bergerak di bidang
arsitektur.
(2) Arsitek Asing dalam melakukan praktik arsitektur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kualifikasi dan
kedudukan yang setara.
(3) Arsitek Asing yang hasil karyanya akan dibangun di Indonesia
harus melengkapi data diri dan/atau badan usahanya untuk
mendapatkan izin praktik yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai praktik arsitek asing diatur
dalam Peraturan Menteri.
BAB IV
HASIL KARYA ARSITEKTUR
Pasal 12
(1) Hasil karya arsitek merupakan hak atas kekayaan intelektual.
(2) Hasil karya arsitek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
didaftarkan memperoleh hak atas kekayaan intelektual sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Karya arsitektur tradisional dilindungi oleh negara.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 14
Dalam menjalankan profesinya Arsitek berhak untuk:
(1) mendapatkan sertifikat berdasarkan kualifikasi keahlian dan
kesempatan meningkatkan jenjang keprofesiannya
(2) menggunakan sebutan Arsitek atau sebutan lain dalam bahasa
manapun yang bermakna sama bagi arsitek bersertifikat dan
telah diregistrasi.
(3) mendapatkan informasi, data dan dokumen yang benar dari
pengguna jasa berkaitan dengan pekerjaan yang sedang
ditanganinya.
(4) memperoleh hak atas kekayaan intelektual.
(5) menerima imbalan jasa atas layanan profesi yang diberikan.
Pasal 15
Dalam menjalankan profesi arsitektur, arsitek tradisional mempunyai
hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5)
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 16
Dalam menjalankan profesinya, Arsitek dan Arsitek Tradisional
memiliki kewajiban untuk :
a. Mendahulukan keselamatan manusia, kepentingan masyarakat
luas, keseimbangan alam, dan lingkungan hidup;
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan pengetahuan arsitektur
atau yang terkait dengannya, serta senantiasa tidak berkompromi
untuk hal-hal yang tidak profesional;
c. Menggunakan seluruh keahlian dan pengetahuan yang
dimilikinya untuk menghasilkan karya terbaiknya dan selalu
mandiri dalam berpikir serta bersikap;
d. Memenuhi standar kinerja dan standar hasil karya Arsitek yang
ditentukan oleh Dewan Arsitek; dan
BAB VI
STANDARISASI DAN SERTIFIKASI
Bagian Kesatu
Standarisasi
Pasal 18
(1) Seseorang dinyatakan sebagai Arsitek, setelah :
a. lulus dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur;
b. memenuhi kualifikasi arsitek melalui program magang profesi
arsitek dan/atau mengikuti program pendidikan profesi
arsitek; dan
c. memperoleh sertifikat keahlian dari Dewan Arsitek.
(2) Pendidikan tinggi arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pendidikan tinggi yang telah terakreditasi sesuai
peraturan perundang-undangan;
(3) Pengaturan lebih lanjut tentang magang profesi arsitek maupun
program pendidikan profesi arsitek sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, diatur dengan Peraturan Dewan Arsitek.
Pasal 19
(1) Dalam memberikan layanan jasanya, Arsitek wajib memenuhi
persyaratan minimal hasil karya dari praktik arsitektur menurut
standar kinerja.
(2) Standar kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dan ditetapkan oleh Dewan Arsitek.
Bagian Kedua
Sertifikasi
Pasal 20
(1) Arsitek yang menyelenggarakan kegiatan praktik arsitektur wajib
memiliki sertifikat yang telah diregistrasi.
(2) Sertifikat diberikan oleh Dewan Arsitek melalui penilaian dan
pengujian standar minimum kompetensi.
(3) Registrasi sertifikat Arsitek dilakukan secara nasional oleh
Dewan Arsitek.
(4) Arsitek penanggungjawab izin membangun harus memiliki
lisensi bekerja arsitek sesuai persyaratan peraturan perundangundangan.
(5) Lisensi diberikan oleh pemerintah daerah provinsi atas
rekomendasi Organisasi Profesi Arsitek.
Pasal 21
(1) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
berlaku di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
terbatas kepada Arsitek yang menjadi anggota Organisasi
Profesi Arsitek.
(3) Tata cara dan persyaratan perolehan sertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Dewan Arsitek.
Pasal 22
(1) Sertifikat dinyatakan berlaku pada tanggal yang sama dengan
tanggal diterbitkannya registrasi.
(2) Registrasi setiap sertifikat harus diregistrasi ulang setelah
berakhir masa berlaku registrasi.
(3) Tata cara dan persyaratan registrasi dan registrasi ulang
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh
Dewan Arsitek.
Pasal 23
(1) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, apabila:
a. Arsitek yang bersangkutan dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
dan/atau melakukan tindak pidana dibidang arsitektur.
b. Arsitek yang bersangkutan secara medis dinyatakan tidak
sehat jasmani dan/atau rohani yang oleh karenanya tidak
dapat menyelenggarakan praktik arsitektur secara tetap.
perubahan
data
pribadi
dan
Pasal 25
Arsitek wajib membubuhkan nomor registrasi dan masa berlaku
sertifikat di setiap:
a. Dokumen kerja untuk karya arsitektur
b. Papan yang menyebutkan rancang bangun di lokasi ;
c. Papan nama atau badan usaha yang diletakkan di kantor tempat
domisili atau alamat
Pasal 26
Setiap orang yang tidak memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (1) dilarang menggunakan identitas berupa
gelar atau sebutan arsitek.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 27
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, Dewan Arsitek, Organisasi
Profesi Arsitek, membina dan mengawasi praktik arsitektur
sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diarahkan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh Arsitek
dan Arsitek Tradisional;
b. melindungi masyarakat atas tindakan Arsitek dan Arsitek
Tradisional yang merugikan; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, Arsitek dan
Arsitek Tradisional.
Bagian Kedua
Pengembangan
Pasal 28
(1) Arsitek secara terus menerus mengembangkan keahlian
profesinya dengan mengikuti sistem pendidikan keprofesian
berkelanjutan arsitek yang diselenggarakan oleh Organisasi
Profesi Arsitek.
(2) Arsitek tradisional terus menerus mengembangkan keahlian
profesinya melalui penggalian tradisi dan kearifan lokal serta
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah,
Organisasi Profesi Arsitek maupun pihak yang lain.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penyelenggaraan
pendidikan keprofesian berkelanjutan arsitek sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan oleh Dewan
Arsitek.
BAB VIII
DEWAN ARSITEK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 29
Untuk mengelola kegiatan kearsitekturan Indonesia dan untuk
tercapainya tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dibentuk
Dewan Arsitek.
Pasal 30
Dewan Arsitek bersifat nasional dan berkedudukan di ibukota
negara Republik Indonesia.
Pasal 31
(1) Anggota Dewan Arsitek berjumlah 9 (sembilan) orang terdiri
atas:
a. arsitek dari organisasi profesi;
b. arsitek yang ditunjuk Pemerintah;
c. arsitek tradisional;
d. unsur masyarakat;
e. unsur pendidikan tinggi arsitektur; dan
f. unsur pemerintah.
(2) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri atas usul Organisasi Profesi Arsitek.
BAB IX
ORGANISASI PROFESI ARSITEK
Pasal 36
(1) Organisasi profesi arsitek merupakan wadah profesi arsitek yang
bebas dan mandiri.
(2) Organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan
maksud dan tujuan meningkatkan kualitas profesi arsitek.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan, tugas, dan fungsi organisasi
profesi arsitek diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga organisasi profesi arsitek.
BAB X
PENGADUAN DAN REHABILITASI
Pasal 38
(1) Setiap orang yang dirugikan oleh jasa arsitek dapat mengadukan
ke Dewan Arsitek.
(2) Arsitek yang dirugikan oleh pengguna jasa arsitek dan arsitek
lain dapat mengadukan ke Dewan Arsitek.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pengaduan dan
pemberian sanksi diatur dalam Peraturan Dewan Arsitek.
Pasal 39
(1) Dewan Arsitek melakukan rehabilitasi dan pemulihan hak serta
nama baik Arsitek atas keputusan, sanksi atau hukuman
pelanggaran yang telah dikenakan oleh Dewan Arsitek namun
ternyata dikemudian hari keputusan, sanksi atau hukuman
tersebut tidak berdasar.
(3) Tata cara dan persyaratan tentang rehabilitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam peraturan
Dewan Arsitek
BAB XI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 40
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam melestarikan dan
mengembangkan arsitektur Indonesia sebagai bagian dari
budaya bangsa.
(2) Pelestarian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan terhadap hasil karya arsitektur yang berupa
hasil perencanaan dan perancangan tata ruang, tata bangunan
dan lingkungan yang bersifat modern maupun yang mengandung
norma, tradisi dan kearifan lokal warisan budaya bangsa.
BAB XII
SANKSI
Pasal 41
(1) Arsitek Asing yang melakukan praktik arsitektur di Indonesia yang
tidak memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
(4) Arsitek yang sertifikatnya telah dicabut sebelum tanggal undangundang ini berlaku, dan belum mengajukan rehabilitasi dalam
waktu 12 (duabelas) bulan sejak tanggal pencabutan tersebut,
berhak untuk mengajukan perolehan untuk mendapat sertifikat
kembali dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Dewan Arsitek.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal ..
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal .
MENTERI HUKUM DAN HAM
REPUBLIK INDONESIA
Ttd
ANDI MATTALATA