Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan
masalah besar di negara berkembang. Kematian saat melahirkan menjadi
faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya
(Saifuddin,2009). Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator yang menentukan derajat kesehatan suatu wilayah. Terdapat
beberapa indikator yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara
nasional sebagai ukuran derajat kesehatan suatu wilayah meliputi: Umur
Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian
Balita, dan Status Gizi Balita / bayi (Dinkes Provinsi DIY, 2012).
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih
memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI). Menurut data yang dilaporkan dari WHO Statistic tahun
2012, AKI di Indonesia mencapai 220 per 100.000 kelahiran hidup, angka
tersebut masih berada di atas angka rata-rata AKI negara di ASEAN dan
SEARO yang mencapai 200 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia, kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan
dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Secara Nasional angka kematian ibu di
DIY juga tetap menempati salah satu yang terbaik. Meskipun demikian angka
yang dicapai tersebut masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan berbagai
wilayah di Asia Tenggara (Dinkes Provinsi DIY, 2012).

Berdasarkan data dari BPS, angka kematian ibu di DIY dalam 4 tahun
terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang
dikeluarkan oleh BPS adalah pada tahun 2008, di mana angka kematian ibu
di DIY berada pada angka 104 per 100.000 kelahiran hidup, menurun dari
114 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun
2011, jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan kabupaten / kota pada
tahun 2011 mencapai 56 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010
sebanyak 43 kasus (Dinkes Provinsi DIY, 2012).
Meskipun angka kematian ibu terlihat kecenderungan penurunan, namun
terjadi fluktuasi dalam 3-5 tahun terakhir, bahkan berdasarkan jumlah
kasusnya dilaporkan mengalami peningkatan. Target MDGs di tahun 2015
untuk angka kematian Ibu nasional adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup,
dan untuk DIY relatif sudah mendekati target, namun masih memerlukan
upaya yang keras dan konsisten dari semua pihak yang terlibat (Dinkes
Provinsi DIY, 2012).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara
lain adalah perdarahan, infeksi, dan eklampsia. Menurut WHO, 40%
kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi
besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi
(Saifuddin, 2009).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
(Hb) dibawah 11 gram% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada
trimester II (Saifuddin, 2009). Anemia memiliki pengaruh terhadap kehamilan
maupun terhadap janin. Anemia defisiensi besi dalam kehamilan dapat

menyebabkan beberapa komplikasi maternal maupun komplikasi janin atau


neonatus. (Bothamley, 2009).
Berdasarkan data dari Riskesdas, pada tahun 2007 prevalensi anemia ibu
hamil mencapai 24,5 % yang mengindikasikan bahwa kejadian ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Sedangkan angka anemia ibu hamil di DIY pada tahun 2011 sebesar
18,90%. Meskipun dapat dikatakan bahwa angka anemia di DIY sudah
berada di bawah ambang batas masalah gizi sebagai masalah kesehatan
masyarakat, namun angka anemia dari 3 kabupaten di DIY masih berada di
atas 20% yang mengindikasikan bahwa anemia gizi masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Berdasarkan kondisi di kabupaten/kota, angka
anemia ibu hamil tertinggi yaitu Kabupaten Bantul mencapai 25,60%, diikuti
Kota Yogyakarta yang mencapai 25,38%, dan Kabupaten Kulonprogo
23,07% (Dinkes Provinsi DIY, 2012).
Defisiensi besi merupakan penyebab tersering anemia dalam kehamilan,
70% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia kekurangan gizi dan
menunjukkan bahwa anemia yang diderita yaitu karena kekurangan zat besi
yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan
gizi.

Pencegahan

anemia

defisiensi

besi

dapat

dilakukan

dengan

suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60


mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi selama
kehamilan (Saifuddin, 2008).
Menurut Bakta (2012), penyebab anemia defisiensi besi antara lain
kehilangan besi sebagai akibat dari perdarahan menahun, faktor nutrisi,
kebutuhan besi yang meningkat, gangguan absorpsi besi, dan gangguan

metabolisme besi. Selain itu, anemia juga disebabkan karena tidak semua
ibu hamil yang mendapatkan tablet besi tidak meminumnya secara rutin yang
menyebabkan ibu hamil kekurangan zat besi. Mengkonsumsi tablet zat besi
dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang
cenderung menolak tablet yang diberikan (Arisman, 2010).
Distribusi kapsul Fe kepada ibu hamil ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan ibu hamil dan mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil.
Laporan kabupaten/kota tahun 2011 menunjukkan distribusi kapsul Fe3
meningkat dari 86,57% di tahun 2010 menjadi 86,59% di tahun 2011. (Dinkes
Provinsi DIY, 2012). Sedangkan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe3
sebanyak 84,56% (Dinkes Kabupaten Bantul, 2012). Sedangkan berdasarkan
data dari Dinkes Kabupaten Bantul Tahun 2011, kejadian anemia pada ibu
hamil di Puskesmas Banguntapan I masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yaitu mencapai 266 ibu hamil dari 636 ibu hamil keseluruhan di
tahun 2011 (41,8%). Sedangkan angka cakupan Fe3 mencapai 88,52%. Dari
hasil cakupan Fe di atas, terlihat bahwa capaian Fe tinggi tidak diikuti dengan
rendahnya angka anemia ibu hamil.
Meskipun dari pelaporan dihasilkan bahwa cakupan ibu hamil yang
mendapat tablet Fe3 cukup baik, namun jika tidak dikonsumsi dengan baik
oleh ibu hamil maka efek minum tablet besi yang diharapkan tidak akan
tercapai. Hasil Riskesdas tahun 2010 menggambarkan presentase ibu yang
melaporkan minum tablet besi pada kehamilan terakhir seperti dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Presentase Ibu yang Melaporkan Minum Tablet Fe pada


Kehamilan Terakhir Menurut Jumlah Hari Minum Tahun 2010
Gambar di atas memperlihatkan bahwa hanya sebesar 18% ibu yang
minum tablet besi pada kehamilan terakhir sebanyak 90 tablet atau lebih.
Terdapat 36,3% ibu yang minum tablet Fe 0-30 tablet pada kehamilan
terakhir dan 19,3% yang tidak minum tablet besi pada kehamilan terakhir.
Dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Banguntapan I Bantul pada
20 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya dan diberi pertanyaan
mengenai frekuensi minum tablet besi, cara mengkonsumsi tablet besi, dan
tablet besi yang tersisa, 70% diantaranya tidak patuh dalam mengkonsumsi
tablet besi, terdapat ibu yang minum tablet besi bersamaan dengan tablet
kalsium, dan masih terdapat pula ibu yang tidak meminum tablet besi sampai
habis.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan
kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu
hamil trimester III di Puskesmas Banguntapan I Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah
Angka anemia terhadap ibu hamil di Puskesmas Banguntapan I masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yaitu mencapai 41,8%, sedangkan
angka cakupan Fe3 di Puskesmas Banguntapan I telah melebihi target yaitu
mencapai 88%. Dari hasil cakupan Fe dan angka anemia ibu hamil tersebut,
terlihat bahwa capaian Fe yang tinggi tidak diikuti dengan rendahnya angka
anemia ibu hamil.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap seluruh ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Banguntapan I yang telah
diberi

tablet

tambah

darah,

70%

diantaranya

tidak

patuh

dalam

mengkonsumsi tablet besi, terdapat ibu yang minum tablet besi bersamaan
dengan tablet kalsium, dan masih terdapat pula ibu yang tidak meminum
tablet besi sampai habis.
Maka pertanyaan penelitian ini adalah Adakah hubungan kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III di Puskesmas Banguntapan I Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dengan
kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Banguntapan I
Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu hamil trimester III berdasarkan usia,
pekerjaan, dan pendidikan di Puskesmas Banguntapan I Tahun 2013.

b. Mengetahui kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengkonsumsi


tablet besi di Puskesmas Banguntapan I Tahun 2013.
c. Mengetahui kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di
Puskesmas Banguntapan I Tahun 2013.
d. Mengetahui keeratan hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi
dengan kejadian anemia ibu hamil trimester III di Puskesmas
Banguntapan I Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca
dan dapat dijadikan salah satu bahan referensi tentang kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi dan kejadian anemia pada ibu hamil trimester
III.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Puskesmas Banguntapan I
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi puskesmas untuk mengetahui seberapa besar
hubungan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
dengan

kejadian

anemia

guna

menentukan

kebijakan

dalam

pelayanan antenatal sebagai upaya menurunkan prevalensi anemia.


b. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Banguntapan I
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dalam pemberian penyuluhan maupun konseling pada ibu
hamil tentang pentingnya kapatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi

untuk mencegah anemia sehingga dapat terhindar dari komplikasi


kehamilan yang disebabkan oleh anemia dalam kehamilan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai
bahan penelitian lebih lanjut.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh
1. Ratmawati (2008) dengan judul Hubungan Kepatuhan Minum Tablet
Zat Besi (Fe) dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas
Jetis II Kabupaten Bantul Tahun 2008
Tabel 1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Ratmawati dengan
Penelitian Ini

No
Aspek
1
Tempat
2
3
4

Jenis
Desain
Variabel

5
6

DOV
Sampel

Teknik
sampling
Uji Statistic

Penelitian Ratmawati
Puskesmas
Jetis
II,
Kabupaten Bantul
Analitik Observasional
Cross Sectional
Independen: kepatuhan
minum tablet besi (Fe)

Ket.
Beda

Purposive sampling

Penelitian Ini
Puskesmas
Banguntapan I, Bantul
Analitik Observasional
Cross Sectional
Independen:kepatuhan
mengonsumsi
tablet
besi
Dependent: kejadian
anemia
Skala Nominal
Ibu hamil trimester III
yang datang ke
puskesmas
Banguntapan I yang
memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
Purposive sampling

Chi Square

Chi Square

Sama

Dependen: kejadian
anemia
Skala Nominal
Ibu hamil yang memenuhi
kriteria inklusi dan
eksklusi

Sama
Sama
Sama

Sama
Sama
Beda

sama

2. Atikah (2010) Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan


Kepatuhan Minum Tablet Besi pada Ibu Hamil yang Berkunjung di
Puskesmas Lendah Kulonprogo tahun 2010
Tabel 1.2 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Atikah dengan
Penelitian Ini

No
Aspek
1
Tempat
2
3
4

Jenis
Desain
Variabel

5
6

DOV
Sampel

Teknik
sampling
Uji Statistic

Penelitian Atikah
Puskesmas Lendah I
Kulonprogi
Analitik Observasional
Cross Sectional
Independen: tingkat
pengetahuan tentang
anemia
Dependen: kepatuhan
mengonsumsi tablet besi
Skala Ordinal
Ibu hamil yang
berkunjung di Puskesmas
Banguntapan I yang
memenuhi kriteria inklusi
eksklusi

Ket.
Beda

Purposive sampling

Penelitian Ini
Puskesmas
Banguntapan I, Bantul
Analitik Observasional
Cross Sectional
Independen:kepatuhan
mengonsumsi tablet
besi
Dependen:
kejadian
anemia
Skala Nominal
Ibu hamil trimester III
yang datang ke
Puskesmas
Banguntapan I yang
memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
Purposive sampling

Chi Square

Chi Square

sama

Sama
Sama
Beda

Beda
Beda
Beda

sama

Anda mungkin juga menyukai