Anda di halaman 1dari 9

PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENYEBABKAN KRISIS

FINANSIAL GLOBAL DAN DAMPAKNYA PADA BERBAGAI NEGARA


DI DUNIA

Abstrak Krisis keuangan global yang terjadi belakangan ini mulai


menunjukkan dampaknya pada pertengahan tahun 2007. Pasar saham di seluruh
dunia mulai berjatuhan, lembaga-lembaga keuangan besar mengalami
kebangkrutan atau dijual, dan pemerintah di negara-negara besar sekalipun
harus melakukan penyelamatan terhadap sistem keuangan mereka. Di satu sisi
banyak pihak yang khawatir bahwa yang seharusnya bertanggung jawab atas
krisis finansial adalah mereka yang mendapatkan jaminan. Sementara di sisi
lainnya, krisis finansial global akan mempengaruhi mata pencaharian sebagian
besar penduduk dunia yang saling terkait satu sama lainnya.
Kata kunci : krisis, finansial, global, Amerika.

Pendahuluan
Krisis finansial yang berlangsung sejak tahun 2007 adalah bukti yang
menunjukkan kelemahan dari sistem ekonomi global. Hubungan global
mengakibatkan adanya peningkatan ketergantungan ekonomi antara negaranegara di dunia yang memfasilitasi penyebaran krisis finansial. Krisis finansial di
Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki pengaruh yang besar dalam
perekonmian

dunia,

berkembang

menjadi

krisis

finansial

global

yang

menyebabkan keruntuhan secara drastis perdagangan internasional dan investasi


langsung asing dalam suatu negara.
Krisis finansial dimulai dengan banyaknya kemacetan pembayaran dalam
segmen Kredit Pemilikan Rumah di pasar properti Amerika Serikat yang
menyebabkan tingginya utang KPR dan jatuhnya harga jual rumah. Sekuritas,
yang bertujuan untuk mengurangi risiko dengan menyalurkan risiko di antara
pemain saham dalam jumlah yang besar menjadikan lembaga keuangan yang ada
memiliki keterkaitan yang semakin kuat antara satu sama lainnya. Dengan adanya
globalisasi dari sektor finansial maka mempererat dan memperbanyak hubungan

finansial lembaga keuangan antara negara-negara di seluruh dunia. Akibatnya,


krisis finansial menyebar dengan cepat di seluruh dunia dan menunjukkan kondisi
ekonomi yang sesungguhnya, yang mengakibatkan penurunan drastis pada pasar
saham, transaksi bisnis, dan kepercayaan konsumen yang mempengaruhi semua
aspek-aspek perekonomian global.
Jatuhnya jumlah permintaan mengakibatkan perdagangan internasional
dan investasi yang masuk, baik merger maupun akuisisi, bersinggungan satu sama
lainnya sehingga menyebabkan krisis menyebar di perekonomia global. Lembagalembaga keuangan tidak mau memberikan pinjaman antara satu sama lainnya,
sementara pemilik-pemilik rumah mulai mengurangi pengeluarannya dan lebih
banyak menabung. Hal ini mengakibatkan akses kredit menjadi lebih mahal dan
lebih susah sehingga merusak investasi perusahaan terutama usaha kecil.

Dampak Krisis Finansial Di Amerika Bagi Negara-Negara Lain


Banyak kalangan menyalahkan keserakahan Wall Street yang menjadi
penyebab dari krisis yang terjadi. Hal ini disebabkan sebagian besar bank dan
lembaga besar yang mendorong kebijakan-kebijakan dan menyebabkan krisis
berasal dari Amerika Serikat. Krisis finansial yang berlangsung menjadi sangat
parah setelah lembaga-lembaga keuangan besar mengalami kegagalan dan
kemudian mendapat penawaran sebesar 700 miliar dolar sebagai rencana
penjaminan untuk menyelamatkan sistem finansial Amerika.
Paket penjaminan ini menjadi kontroversial karena tidak mendapat respon
yang baik di kalangan masyarakat Amerika. Hal ini disebabkan masyarakat
Amerika menganggap paket penjaminan tersebut adalah langkah penyelamatan
untuk pihak yang bersalah dan rakyatlah yang harus membayar kesalahan mereka.
Hal ini mengakibatkan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat menolak paket
penjaminan tersebut sehingga menyebabkan dampak negatif ke seluruh dunia.
Barulah pada percobaan yang kedua rencana penjaminan ini disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Amerika Serikat dengan mengeluarkan nota tagihan tambahan.
2

Namun, sebagai mantan pemenang Nobel Prize untuk ilmu ekonomi,


mantan kepala ekonom dari Bank Dunia, dan profesor dari Universitas Columbia,
Joseph Stiglitz, mengatakan bahwa dia merasa hal itu tetap merupakan nota
tagihan yang sangat buruk. Nota tagihan tersebut adalah hal yang mengecewakan
tetapi tidak mengejutkan karena pemerintah menawarkan sebuah ide tagihan yang
lagi-lagi berdasarkan ekonomi yang mengalir ke bawah. Dengan memasukkan
aliran uang yang sesuai ke Wall Street, maka sebagian dari uang tersebut akan
mengalir ke sektor perekonomian yang lainnnya (Stiglitz, 2008:1).
Di Eropa, beberapa lembaga keuangan besar mengalami kegagalan,
sedangkan yang lainnya perlu diselamatkan. Di Islandia, di mana ekonomi sangat
bergantung pada sektor finansial, masalah perekonomian pun menyulitkan
mereka. Sistem perbankan mengalami kegagalan secara virtual dan mengharuskan
pemerintah untuk meminjam dari IMF dan negara-negara tetangga untuk mencoba
menyelamatkan perekonomian mereka. Pada akhirnya, rasa kecewa publik atas
cara pemerintah menangani krisis yang terjadi menggambarkan kegagalan
pemerintahan Islandia.
Sejumlah negara lainnya di Eropa mencoba berbagai solusi yang berbeda
karena mereka gagal bersatu untuk mencapai kesepakan bersama. Sebagai contoh,
beberapa negara mencoba untuk melakukan nasionalisasi dan dalam beberapa
kasus lainnya dengan mencoba memberikan jaminan bagi masyarakat. Termasuk
dengan memberikan jaminan seratus persen untuk tabungan masyarakat dan
dengan membantu penawaran broker antara bank-bank besar untuk memastikan
tidak terjadinya kegagalan. Uni Eropa juga mempertimbangkan peningkatan
pengeluaran dan pemotongan pajak yang diperkirakan senilai dua ratus miliar
pound sterling selama dua tahun. Rencana ini seharusnya bertujuan untuk
membantu memulihkan kepercayaan konsumen dan transaksi bisnis, menopang
pengangguran, mendapatkan lagi pinjaman dari bank, dan mempromosikan
teknologi ramah lingkungan (Shah, 2010:1).

Berdasarkan

konferensi

PBB

tentang

laporan

perdagangan

dan

pembangunan, jaringan dunia ketiga mencatat bahwa dampak dari krisis yang
terjadi dapat mempengaruhi seluruh dunia, terutama pada negara-negara
berkembang yang bergantung pada komoditas impor atau ekspor. Kenaikkan
harga pangan serta pengaruh dari ketidakstabilan finansial dan ketidakpastian di
negara-negara industri mengalami efek yang berkelanjutan. Biaya bahan bakar
menjadi tinggi, melonjaknya harga komoditas, dan munculnya kekhawatiran akan
resesi global yang mengkhawatirkan banyak analis dari negara berkembang.
Negara-negara di Asia semakin khawatir terhadap kondisi yang sedang
berlangsung di dunia bagian barat. Sejumlah negara mendesak Amerika Serikat
untuk memberikan jaminan yang kuat, salah satunya dengan melakukan
penjaminan untuk menyelamatkan perekonomian Amerika Serikat dengan harapan
akan menghasilkan efek domino untuk meyakinkan investor asing untuk
berinvestasi kembali.
Namun terlepas dari krisis yang melanda Amerika Serikat dan Eropa,
banyak kalangan yang percaya bahwa dalam beberapa hal Asia cukup terpisah
dari sistem keuangan barat. Sebagai contoh, Asia tidak mengalami krisis Kredit
Pemilikan Rumah seperti yang banyak terjadi di negara-negara barat. Banyak
negara di Asia mengalami pertumbuhan yang cepat dan tingkat pendapatan yang
terus meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya investasi dalam jumlah yang
besar oleh investor di Asia pada negara-negara barat. Krisis ini telah menunjukkan
bahwa dalam dunia yang saling terhubung akan selalu ada efek yang berkaitan
antara satu sama lainnya, dan sebagai hasilnya Asia telah memiliki daya tahan
yang lebih kuat terhadap masalah-masalah yang datang dari barat.
India dan Cina adalah dua negara Asia dengan daya tahan yang kuat dan
yang mengalami pertumbuhan tercepat setelah Jepang sebagai negara dengan
perekonomian terbesar di Asia. Dari tahun 2007 hingga 2008, perekonomian India
tumbuh sebesar sembilan persen. Sebagian besar didorong oleh pasar domestik.
Namun, hal tersebut belum cukup untuk melindungi India dari dampak krisis

finansial global. Sama seperti India, Cina juga mengalami penurunan yang tajam
dan pertumbuhannya diperkirakan akan melambat menjadi delapan persen.
Meskipun angka tersebut masih merupakan angka pertumbuhan yang baik dalam
kondisi normal. Namun, Cina juga mengalami krisis yang semakin berkembang
dari semakin tingginya tingkat pengangguran. Kekhawatiran Cina atas
perekonomiannya, menjadikannya semakin mendorong perusahaan-perusaan
dalam negerinya untuk lebih banyak lagi berinvestasi ke luar negeri, dengan
harapan untuk mengurangi tekanan terhadap mata uangnya, Yuan .
Cina juga terus menyuarakan keluhannya di mana dunia masih
mengandalkan sebagian besar cadangannya

pada satu mata uang asing dan

menyerukan agar dolar diganti dengan mata uang cadangan dunia yang dijalankan
oleh IMF. Namun, Amerika Serikat tetap berusaha mempertahankan dolar sebagai
cadangan mata uang global, di mana seperti yang sudah diduga sebelumnya
bahwa dolar menjadi salah satu sumber utama dari dominasi ekonomi globalnya.
Terlepas dari apakah perubahan seperti ini dapat terwujudkan di masa yang akan
datang, akan sangat besar kemungkinannya bahwa Amerika Serikat dan sekutunya
akan menentang gagasan tersebut.

Peran Amerika Dalam Membantu Mengatasi Krisis Global


Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar
bebas. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lainnya, dengan
regulasi moneter yang bervariasi dari satu pemerintah ke pemerintah lainnya.
Karena semua negara terkait satu sama lainnya dalam ekonomi global yang
terintegrasi, semua pun berisiko untuk terimbas krisis.
Beberapa langkah kebijakan diambil pemerintah Amerika Serikat dalam
mengatasi dampak krisis finansial. Pertama adalah memberikan dana talangan
sebesar 700 miliar dolar. Dana ini ditujukan untuk menyelamatkan institusi
keuangan dan perbankan demi mencegah krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Bailout dilakukan dalam bentuk pembelian surat utang subprime mortgage yang
5

macet dari investor. Langkah berikutnya yang diambil Bank Sentral adalah
menurunkan suku bunga 0,5 persen menjadi 1,5 persen. Hal tersebut dilakukan
agar dana-dana masyarakat tidak mengendap di bank dan bisa menggerakkan
sektor riil. Selain itu, pemerintah juga berjanji membeli surat berharga jangka
pendek sebesar 900 miliar dolar. Adapun Bank Sentral Amerika juga mengumumkan rencana radikal untuk menutup sejumlah besar utang jangka pendek yang
bertujuan menciptakan terobosan dalam kemacetan kredit yang mengakibatkan
krisis finansial global (Shah, 2010:1).
Merespons krisis finansial global, umumnya bank sentral di berbagai
negara memangkas suku bunga. Sebagian besar negara menjamin penuh seluruh
dana masyarakatnya.
Sementara itu, di sektor pasar saham, guna menghindari berbagai transaksi
dan penurunan harga saham yang terjadi karena irasionalitas pemodal. Kebanyakan otoritas di berbagai negara melakukan pendekatan komprehensif, sistematis,
dan serius untuk memastikan sektor tersebut tidak jauh terpuruk melalui berbagai
instrumen kebijakan moneter dan yang sejenisnya.
Lembaga

keuangan Amerika

yang

memberikan

peringkat

kredit

internasional, Standard and Poors, menyebutkan bahwa sebagian besar negara


Asia Pasifik akan menghadapi tantangan dari efek babak pertama resesi Amerika
Serikat. Namun, kawasan ini diperkirakan mampu menepis dampak buruk resesi
Amerika Serikat. Dalam laporannya, lembaga itu mengungkapkan implikasiimplikasi dampak resesi bagi fundamental ekonomi dan kredit sejumlah
pemerintahan di kawasan Asia Pasifik.
Menurut Standard and Poors, permintaan domestik dan perdagangan
antarkawasan diperkirakan mampu mengatasi dampak langsung merosotnya
permintaan impor Amerika Serikat. Namun demikian, negara-negara Asia Pasifik
juga harus bertarung mengantisipasi risiko-risiko lain yang disebabkan
melonjaknya harga-harga sumber energi dan makanan, ketatnya likuiditas global,
serta kemungkinan melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa.

Sebagian besar negara di kawasan Asia Pasifik, pada dasarnya dapat mengatasi
dampak krisis finansial global, karena tingginya prospek pertumbuhan ekonomi di
kawasan secara keseluruhan, kapasitas kebijakan fiskal dan moneter untuk
memitigasi efek buruk resesi, dan solidnya dukungan dana bagi negara-negara
yang kurang maju.

Simpulan
Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar
bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu
negara ke negara lain dengan regulasi moneter tiap negara yang beragam.
Akibatnya setiap negara memiliki risiko terkena dampak krisis.
Penanganan dampak krisis membutuhkan regulasi yang cepat dan tepat. Di
setiap negara cara penanganannya dapat dipastikan akan berbeda, sebagaimana
dampak krisis ekonomi yang juga berbeda. Secara umum, negara yang paling
rentan terhadap dampak krisis adalah negara yang fundamental ekonomi domestiknya tidak kuat. Lemahnya fundamental ekonomi sebuah negara dapat
disebabkan oleh kebijakan yang tidak tepat. Salah satunya berkaitan dengan posisi
bank sentral yang memiliki kewajiban mengatur kebijakan moneter. Bank sentral
tentu akan memiliki kekuatan intervensi dalam mengatasi berbagai permasalahan
ekonomi, misalnya kredit macet ataupun gelembung subprime.
Krisis finansial global yang bermula dari krisis kredit perumahan di
Amerika Serikat memang membawa implikasi pada kondisi ekonomi global
secara menyeluruh. Hampir di setiap negara, baik di kawasan Amerika, Eropa,
maupun Asia Pasifik, merasakan dampak dari krisis finansial global tersebut.
Dampak tersebut terjadi karena tiga permasalahan, yaitu adanya investasi
langsung, investasi tidak langsung, dan perdagangan.
Dalam menghadapi krisis finansial dan resesi ekonomi global, memang
dibutuhkan ketenangan semua pihak agar dapat senantiasa berpikir rasional untuk

mencari solusi yang terbaik. Partisipasi dan peran serta semua pihak dalam
mengatasi dampak krisis finansial global mutlak dibutuhkan meskipun tidak
seluruh masalah berada di jangkauan wilayah kebijakan dan wewenang
pemerintah.

Daftar Pustaka

C. Fred Bergsten dan John Williamson. 2003. Institute For International


Economics. Special Report 16.
OECD Economic Globalisation Indicator. 2010. Measuring Globalisation.
Departmen Ekonomi dan Hubungan Sosial PBB. 2010. Retooling Global
Development. New York.
Shah,

Anup.

11

Desember

2010.

Global

Financial

http://www.globalissues.org/article/768/global-financial-crisis,

Crisis.
diunduh

pada 2 Juli 2012.


Issue Guide: The United States and the Global Financial Crisis, dalam
http://www.cfr.org/economics/issue-guide-united-states-global-financialcrisis/p19524, Mei 2009, diunduh pada 2 Juli 2012.
The US and global financial crisis is becoming much more severe in spite of the
Treasury rescue plan. The risk of a total systemic meltdown is now as high
as ever, dalam http://www.economonitor.com/nouriel/2008/09/29/the-usand-global-financial-crisis-is-becoming-much-more-severe-in-spite-of-thetreasury-rescue-plan-the-risk-of-a-total-systemic-meltdown-is-now-as-highas-ever/, 29 September 2008, diunduh pada 2 Juli 2012.
Global Financial Crisis - What caused it and how the world responded, dalam
http://www.canstar.com.au/global-financial-crisis/, Maret 2009, diunduh
pada 2 Juli 2012.
Essay on Global Financial Crisis - A Tsunami In Worlds Economy, dalam
http://www.preservearticles.com/201106027435/essay-on-global-financialcrisis-a-tsunami-in-worlds-economy.html, diunduh pada 2 Juli 2012.

Anda mungkin juga menyukai