Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini Gonorrhea masih merupakan problem di seluruh dunia, bahkan di negaranegara yang sudah maju sekalipun. Suburnya prostitusi, kurangnya kesadaran berobat sampai
sembuh, kurangnya pengertian masyarakat serta adanya fenomena bola pingpong mempersulit
pemberantasan gonorrhea. Malangnya penyakit ini bisa menyebar ke mata dan menimbulkan
infeksi.1
Konjungtivitis merupakan radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan
bola mata. Konjungtivitis gonorrhea adalah peradangan pada konjungtiva yang sangat akut
disertai dengan sekret mata yang sangat purulen (nanah). Konjungtivitis gonorrhea disebabkan
oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini termasuk bakteri diplokokus aerobik yang
sangat patogen, virulen, dan invasif. Penyakit ini bila dijumpai pada bayi disebut Opthalmia
Neonatum dan pada dewasa disebut Opthalmia Adultorum.2
Konjungtivitis gonorrhea ini dapat langsung memberikan reaksi beberapa jam setelah
kontaminasi, diantaranya mata membengkak dan sukar dibuka yang disebut blenore. Lebih
lanjut penyakit ini dapat merusak kornea dan lebih dalam lagi menyebar ke rongga orbita
berakibat menurunnya visus bahkan kebutaan total.1
Diagnosis pasti penyakit ini dibuat dengan melakukan pewarnaan gram dan ditemukan
diplokokus ekstra maupun intraseluler. Prognosis konjungtivitis gonorrhea umumnya baik jika
diterapi dengan baik pada fase awal. Dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat penyakit
ini akan memberikan prognosis yang baik.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Gonore merupakan semua penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang bersifat purulen dan dapat menyerang permukaan mukosa manapun di
tubuh manusia (Behrman, 2009). Gonoblenore merupakan suatu manifestasi dari penyakit
infeksi konjungtiva mata yang diakibatkan karena terjadinya peradangan pada selaput lendir
mata yang terjadi secara mendadak dan ditandai dengan getah mata bernanah yang
disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.1,2
2.2 Epidemiologi
Di dunia, gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi sepanjang abad ke 20,
dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya (Behrman, 2009). Sejak
tahun 2008, jumlah penderita wanita dan pria sudah hampir sama yaitu sekitar 1,34 tiap
100.000 penduduk untuk wanita dan 1,03 tiap 100.000 penduduk untuk pria (CDC, 2009).
Sedangkan di Indonesia, dari data rumah sakit yang beragam seperti RSU Mataram pada
tahun 1989 dilaporkan gonore yang sangat tinggi yaitu sebesar 52,87% dari seluruh penderita
IMS. Sedangkan pada RS Dr.Pirngadi Medan ditemukan 16% dari sebanyak 326 penderita
IMS.3.4,5
2.3. Etiologi dan morfologi
Gonore disebabkan oleh gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879.
Kuman ini masuk dalam kelompok Neisseria sebagai N.gonorrhoeae bersama dengan 3
spesies lainnya yaitu, N.meningitidis, N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca.
Gonokok termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u dan pajang
1,6 u. Kuman ini bersifat tahan asam, gram negatif, dan dapat ditemui baik di dalam maupun
2

di luar leukosit. Kuman ini tidak dapat bertahan hidup pada suhu 39 derajat Celcius, pada
keadaan kering dan tidak tahan terhadap zat disinfektan. Gonokok terdiri atas 4 tipe yaitu tipe
1, tipe 2, tipe 3 dan tipe 4. Namun, hanya gonokok tipe 1 dan tipe 2 yang bersifat virulen
karena memiliki pili yang membantunya untuk melekat pada mukosa epitel terutama yang
bertipe kuboidal atau lapis gepeng yang belum matur dan menimbulkan peradangan (Daili,
2009). Gonoblenore disebabkan kuman Neisseria gonorea yang memiliki kemampuan untuk
menembus kornea mata yang utuh, karena kuman tersebut memiliki enzim-enzim yang dapat
merusak bagian-bagian kornea. Biasanya dalam waktu 2-3 hari, sehingga dapat terjadi
kehancuran kornea jika terlambat dalam pengobatan, kuman ini juga dapat menjalar ke
seluruh isi bola mata, sehingga harus dilakukan pengangkatan bola mata pada penderita.3,5,7
2.4 Struktur antigen
N. gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah struktur permukaannya pada
tabung uji (in vitro) yang diasumsikan berada pada organisme hidup (in vivo) untuk
menghindar dari pertahanan inang (host). Struktur permukaannya adalah sebagai berikut:
A. Pili
Pili adalah tentakel berbentuk rambut yang dapat memanjang hingga beberapa mikrometer
dari permukaan gonoccoci. Perpanjangan tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap
fagositosis. Mereka terbuat dari sekumpulan protein pilin (BM 17.000-21.000). terminal amino
dari molekul pilin, yang mengandung persentase yang tinggi dari asam amino hidrofobik tetap
dipertahankan. Rangkaian asam amino yang dekat dengan setengah porsi molekul juga
dipertahankan; porsi tersebut menempel pada sel inang dan kurang dikenal oleh respon kekebalan.
Asam amino yang dekat terminal karboksil sangat bervariasi; porsi molekul ini sangat dikenal
oleh respon kekebalan. Pilin-pilin dari hampir seluruh strain N. Gonorrhoeae secara antigen
berbeda-beda dan setiap strain dapat membuat bentuk pilin yang unik secara antigen.

5,7

B. Por
Por membesar hingga mencapai membran sel gonoccoci. Ini terjadi dalam trimer untuk
membentuk pori-pori pada permukaan melalui nutrisi yang masuk ke dalam sel. Berat molekul
por sangat bervariasi 34.000 hingga 37.000. Setiap strain gonoccocus hanya menampilkan satu
tipe por, tetapi por dari strain yang berbeda, berbeda pula secara antigen. Pengklasifikasian secara
serologis terhadap por dengan menggunakan reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal dapat
3

dibedakan menjadi 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB (serotyping hanya dapat dilakukan
berdasarkan referensi laboratorium).
C. Opa
Protein ini berfungsi dalam adhesi gonoccoci dalam koloni dan dalam penempelan gonoccoci
pada sel inang, khususnya sel-sel yang menampilkan antigen karsinoembrionik (CD 66). Satu
porsi dari molekul Opa berada di bagian terluar dari membrangonoccoci dan sisanya berada pada
permukaan. Berat molekul Opa berkisar antara 24.000 hingga 32.000. Setiap strain gonoccocus
dapat menampilkan hingga tiga tipe Opa, dimana masing-masing strain memiliki lebih dari 10 gen
untuk Opa yang berbeda-beda.
D. Rmp
Protein ini (BM sekitar 33.000) secara antigen tersimpan di semua gonoccoci. Protein ini
mengubah berat molekulnya pada saat terjadi reduksi. Mereka bergabung dengan Por pada saat
pembentukan pori-pori pada permukaan sel.
E. Lipooligosakarida (LOS)
Berbeda dengan batang enterik gram negatif, pada gonococci LPS tidak memiliki rantai
antigen-O panjang dan disebut dengan lipooligosakarida. Berat molekulnya adalah 3000 - 7000.
Gonococci dapat menampilkan Iebih dari satu rantai LOS yang secara antigen berbeda secara
simultan. Toksisitas pada injeksi gonococci sebagian besar disebabkan oleh efek endotoksin dari
LOS.
Dalam bentuk perkembangbiakan secara molekuler, gonococci membuat molekul LOS yang
secara struktural mirip dengan membran sel manusia, yaitu glikosfingolipid. Gonococci LOS dan
glikosingolipid manusia dengan struktur kelas yang sama, bereaksi dengan antibodi monokloral
yang sama, mengindikasikan perkembangan secara molekuler LOS yang dipertahankan memiliki
lakto-N-neotetraose glikose moietas yang sama terbagi dalam serial paraglobosid glikosfingolipid
manusia. Struktur glukosa neisseria LOS lainnya, globosid, gangliosid dan laktosid. Tampilan
permukaan gonoeoci yang sama dengan struktur permukaan pada sel manusia membantu
gonococci untuk menghindar dari pengenalan kekebalan (immune recognition).
Terminal galaktosa dari glikostmoolipid sering berkonjugasi dengan asam sialat. Asam sialat
adalah asam 9 karbon yang juga disebut dengan asam N asetilneuraminat (NANA). Gonococci
tidak membuat asam sialat tetapi membuat sialiltransferase yang berfungsi untuk mengambil

NANA dari nukleotida otila asam sitidine 5-monofosfo-N-asetilneuraminat (CMP-NANA) dan


menempatkan NANA pada terminal galaktosa dari gonococci penerima LOS.
Sialilasi berdampak pada patogenesis dari infeksi gonococci. Ini membuat gonococci resisten
untuk dimatikan oleh sistem antibodi manusia dan mengintervensi gonococci yang mengikat pada
penerima (reseptor) dari sel fagositik.
Neisseria meningtidis dan Haemophilus influenzae membuat banyak tapi tidak semua struktur
LOS yang sama pada N gonorrhoeae. Biologi dari ketiga spesies LOS dan beberapa dari spesies
neisseriae nonpatogenik adalah sama. Empat serogrup dari N. meningtidis membuat kapsul asam
sialat yang berbeda, mengindikasikan bahwa mereka juga memiliki pola biosintetik yang berbeda
dari gonococci. Keempat serogrup ini ber-sialilate dengan LOS-nya menggunakan asam sialat
yang berasal dari kolam endogenus.
F. Protein Lain
Beberapa protein gonococci yang konstan secara antigen memiliki kinerja yang kurang jelas
dalam patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein yang terdapat pada permukaan dimana heatmodifiable seperti Opa.
Fbp (iron binding protein), yang berat molekulnya sama dengan Por, tampak pada saat persediaan
besi terbatas, misalnya infeksi pada manusia. Gonococci mengkolaborasi IgA1 protease yang
memisah dan menonaktifkan IgA1, sebagian besar selaput lendir immunoglobulin manusia.
Meningococci, Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae mengelaborasi protease
IgA1 yang sama.

2.5 Klasifikasi
Penyakit ini dapat mengenai neonatus yang berusia 1-3 hari disebut dengan oftalmia
neonatorum, akibat penularan pada jalan lahir. Penyakit ini dapat juga mengenai bayi yang
berumur lebih dari 10 hari atau pada anak-anak yang disebut dengan konjungtivitis gonore
infantum. Dan bila mengenai orang dewasa disebut konjungtivits gonoroika adultorum.3,4,6
2.6 Patofisiologi
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan luar mata. Iritasi apapun
pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi
ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah
5

putih dan mucus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning
kehijauan.6
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium:
1.Infiltratif
Berlangsung 3-4 hari, dimana palpebara bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme, disertai
rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan
menebal, secret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar periaurikular membesar dan bisa
disertai dengan gejala demam. Gambaran tersebut di atas lebih umum dijumpai pada orang
dewasa yang terinfeksi.
2.Supuratif atau purulenta
Berlangsung 2-3 minggu, palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan
masih ditemukan bleparospasme. Sekret yang kental dan dapat bercampur darah keluar secara
terus-menerus pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat
pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Saat
palpebra dibuka yang kas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (menyembur). 4,6,7
3.Konvalesense (penyembuhan), hipertropi papil.
Fase konvalesense berlangsung 2-3 minggu, ditemukan pembengkakana pada palpebra sudah
berkurang, konjungtiva masih terlihat hiperemi namun tidak sudah berkurang. Pada
konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, dan sekret sudah jauh
berkurang.
2.7 Gejala klinis
Masa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria. Sedangkan
pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan untuk bersifat
asimptomatis pada wanita.
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal, disuria, polakisuria,
keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang kadang-kadang dapat disertai darah dan
rasa nyeri pada saat ereksi. Pada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan,
6

edema, ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula pembesaran
kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral. 5,6,7
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari pria. Pada wanita,
gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Adapun
gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah,
dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen.7,8
Pada neonatus penyakit ini biasanya terjadi karena transmisi vertical dari ibu ke anak
melalui kontak dengan mukosa vagina ibu yang terinfeksi gonore saat melewati jalan lahir.
Pada neonatus gejala klinis yang dapat ditemukan adalah adanya bengkak pada kedua mata
secara bersamaan disertai dengan keluarnya sekret kuning kental, sekret awalnya dapat
bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Sekret melengket yang
dapat menyebabkan kedua kelopak mata sukar dibuka. Selain itu juga dapat dijumpai
pseudomembran pada konjungtiva tarsal, konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal. 8
2.8 Pemeriksaan
- Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh
endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi. Pemeriksaan ini akan
menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik
di dalam maupun luar sel leukosit.
- Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan pada media pertumbuhan ThayerMartin yang mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif dan
kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada pasien wanita.
- Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan mengoksidasi
dan mengubah warna koloni yang semula bening menjadi merah muda hingga merah
lembayung. Sedangkan dengan tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya
dapat meragikan glukosa saja.
- Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak perubahan
warna koloni dari kuning menjadi merah.
7

- Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun pagi ke dalam 2
gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan
positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih.8
2.9 Terapi
Pengobatan Gonoblenore tanpa penyulit pada kornea dapat diberikan terapi:
-

Terapi topikal

Salep mata Gentamisin yang diberikan pada neonatus minimal 4 kali sehari setiap 2 jam dan
sebelum diberikan salep mata terlebih dahulu.
-

Terapi sistemik

Pada neonatus dan anak-anak diberikan injeksi penicillin G 50.000-100.000 IU/kg BB


Pada Gonoblenore dengan penyulit ulkus kornea dapat diberikan terapi:
-

Terapi topikal

Dapat diberikan salep mata Basitrasin setiap jam atau Sulbenisilin tetes mata setiap jam.
Dan diberikan terapi sistemik seperti dengan gonoblenore tanpa penyulit.6,8
2.10 Komplikasi
Infeksi gonore pada mata dapat menyebabkan konjungtivitis hingga kebutaan akibat
bakteri yang menyerang seluruh bagian bola mata. 8

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita


Nama

: Bayi Marwah

Umur

: 0 tahun 0 bulan 2 hari

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Mahendradata No. 1 Denpasar

Pekerjaan

:-

Suku Bangsa

: Bali/Indonesia

3.2 Anamnesis (Heteroanamnesis)


Keluhan utama

: Mata kanan keluar kotoran

Riwayat Penyakit Sekarang


Penderita datang dirujuk oleh bidan dengan keluhan mata kanan keluar kotoran sejak kurang
lebih 12 jam SMRS. Kotoran yang keluar dari mata tersebut sangat banyak dan lengket
sehingga pasien susah membuka mata. Kotoran mata tersebut dikatakan keluar sepanjang hari
dan keluar lagi saat setelah dibersihkan. Kotoran mata tersebut semakin banyak keluar pada
saat pasien menangis. Selain keluar kotoran dari mata, pasien juga dikeluhkan mata kanan
nya merah dan bengkak.
Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan
Pasien lahir spontan, cukup bulan pervaginam dengan berat badan lahir 3300 gram, kelainan
tidak ada. Apgar score 9-10.
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Bapak pasien
mengeluh keluar cairan putih dari kemaluan dan terutama nyeri saat pagi hari. Sedangkan ibu
pasien menglami keputihan
9

Riwayat Sosial
Penderita baru lahir dua hari SMRS di bidan. Ibu penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan ayah penderita bekerja sebagai karyawan swasta. Riwayat bergonta-ganti pasangan
enggan dijawab oleh ayah dan ibu penderita.
3.3 Pemeriksaan Fisik
3.3.1 Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran

: Compos mentis

ATR

: Cukup

Nangis

: Cukup

Respiration rate

: 62 kali per menit

Heart rate

: 128 kali / menit

Temperatur aksila

: 36,5 C

Sp.O2

: 99%

3.3.2 Pemeriksaan Fisik Khusus (Lokal pada Mata)


Okuli Dekstra (OD)

Okuli Sinistra

Belum dapat dievaluasi

Belum dapat dievaluasi

Supra cilia
Madarosis
Sikatriks

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Palpebra superior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
Benjolan

Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Visus
Refraksi/Pin Hole

10

Palpebra inferior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
Benjolan

Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Pungtum lakrimalis
Pungsi
Benjolan

Tidak dilakukan
Tidak ada

Tidak dilakukan
Tidak ada

Konjungtiva palpebra superior


Hiperemi
Folikel
Sikatriks
Benjolan
Sekret
Papil

Ada. CVI (+)


Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada Purulent
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior


Hipermi
Folikel
Sikatriks
Benjolan

Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sklera
Warna
Pigmentasi

Putih
Tidak ada

Putih
Tidak ada

Limbus
Arkus senilis

Ada

Ada

Konjungtiva bulbi
Kemosis
Hiperemi
- Konjungtiva
- Silier
Perdarahan di bawah konjungtiva
Pterigium
Pingueculae

11

Kornea
Odem
Infiltrat
Ulkus
Sikatriks
Keratik presifitat

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Bilik Mata Depan


Kejernihan
Kedalaman

Keruh
Normal

Keruh
Normal

Iris
Warna
Bentuk

Coklat
Bulat, reguler

Coklat
Bulat, reguler

Pupil
Bentuk
Regularitas
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya konsensual

Bulat
Reguler
Ada
Ada

Bulat
Reguler
Ada
Ada

Lensa
Kejernihan
Dislokasi/subluksasi

Jernih
Tidak ada

Jernih
Tidak ada

Pemeriksaan Lain :
Flourescin test
Gram sekret

: (-) ODS
: Leukosit 10-15/lp
Diplokokus intraseluler ditemukan +1
Diplokokus ekstraseluler ditemukan +2

3.4 Resume
Penderita datang dirujuk oleh bidan dengan keluhan mata kanan keluar kotoran sejak kurang
lebih 12 jam SMRS. Kotoran yang keluar dari mata tersebut sangat banyak dan lengket
sehingga pasien susah membuka mata. Kotoran mata tersebut dikatakan keluar sepanjang hari
dan keluar lagi saat setelah dibersihkan. Kotoran mata tersebut semakin banyak keluar pada
saat pasien menangis. Selain keluar kotoran dari mata, pasien juga dikeluhkan mata kanan
12

nya merah dan bengkak. Bapak pasien mengeluh keluar cairan putih dari kemaluan dan
terutama nyeri saat pagi hari. Sedangkan ibu pasien menglami keputihan. Riwayat gonta-ganti
pasangan enggan dijawab oleh bapak dan ibu pasien.
Pemeriksaan lokal
OD
Belum bisa dievaluasi
Edema
CVI (+), sekret purulent
Jernih

Pemeriksaan
Visus

OS
Belum bisa di evaluasi

Palpebra
Konjungtiva
Kornea

Normal
tenang
Jernih

Bulat,regular,sentral

Iris/Pupil

Bulat,regular,sentral

Positif

Refleks Pupil

Positif

Jernih

Lensa

jernih

3.5 Diagnosis Banding

OD Blepharokonjunktivitis bakteri
OD Blepharokonjunktivitis klamidial

3.6 Diagnosis Kerja

OD Blepharokonjunktivitis gonokokal

3.7 Usulan Pemeriksaan


3.8 Terapi

MRS
Membersihkan sekret dengan kapas basah sesering mungkin (secret toilete)
13

Cek Gram sekret mata setiap hari


Ceftriaxone inj 50 mg/kg BB (1500 mg) single dose
LFX eyedrops 6x1 tetes OD
Eyefresh eyedrops 6x1 tetes ODS
KIE

3.9 Prognosis
Dubius ad bonam

14

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus bayi laki-laki berumur 2 hari didapatkan keluhan utama penderita adalah mata
merah yang disertai dengan bengkaknya kelopak mata dan mata yang nyeri yang berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu terdapat sekret yang purulen dan banyak. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa konjungtivitis gonorrhea bermanifestasi
klinis terutama mata bengkak, merah, dan sukar dibuka. Apabila kelopak mata dibuka secara
paksa akan keluar sekret yang sangat purulen berupa nanah yang semua terjadi sangat akut.
Salah satu faktor risiko dari konjunktivitis gonnorhea adalah perilaku seksual, pasien
cenderung suka bergonta-ganti pasangan sehingga mudah terinfeksi bakteri Nisseria
gonnorhea. Pada kasus ini, ayah pasien mengalami keluhan suka mengeluarkan cairan putih
dari kemaluannya saat pagi hari dan terasa nyeri. Sedangkan ibunya juga mengalami
keputihan di kemaluannya. Untuk riwayat bergonta-ganti pasangan seksual, enggan dijawab
oleh orangtua pasien. Dari gejala yang ditemukan pada orangtua, dapat kita duga bahwa
orangtua pasien terinfeksi gonnorhea. Di keluarga pasien, tidak ada yang menderita kelainan
yang serupa yaitu keluar kotoran dari mata.
Pada pemeriksaan lokalis mata didapatkan edema dan hiperemi palpebra, CVI dan sekret
purulen pada mata kanan dan kemosis pada konjungtiva bulbi mata kanan yang semuanya
sesuai dengan stadium infiltratif konjungtivitis gonorrhea berdasarkan kepustakaan.
Disebutkan bahwa pada stadium tersebut terjadi kemerahan pada konjungtiva bulbi, kemosis
dan biasanya mengenai satu mata terlebih dahulu. Pada pasien ini, dilakukan pemeriksaan
flourescene test hasilnya negatif. Itu menunjukkan tidak adanya erosi kornea pada pasien ini.
Usulan pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan adalah pengecatan Gram, dan ditemukan
adanya bakteri diplococcus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa
pada konjungtivitis gonorrhea ditemukan bakteri gram negatif dengan hapusan sekret
15

ditemukan bakteri diplococcus baik ekstra maupun intra seluler. Diplokokus intraseluler
menunjukkan +1 dan ekstraseluler menunjukkan +2. Selain itu dilakukan pengecatan Giemsa
untuk membedakan konjungtivitis gonorrhea dengan konjungtivitis chlamydial, dimana
menurut kepustakaan dijelaskan bahwa pengecatan Giemsa pada konjungtivitis gonorrhea
pada stadium supuratif akan ditemukan leukosit PMN, sedangkan pada konjungtivitis
chlamydial akan menunjukkan gambaran inclusion bodies.
Pada pasien ini dilakukan secrete toilet yaitu membersihkan sekret mata menggunakan kapas
basah yang bertujuan untuk membersihkan mata dari kotoran mata. Kita menggunakan kapas
basah yang tidak terlalu panas ataupun dingin untuk membersihkan mata pasien karena jika
kita menggunakan yang panas itu akan menyebabkan mata pasien menjadi perih dan tambah
merah.
Pasien ini diberi tetes mata LFX 6x1 tetes pada mata kanan.Tetes mata LFX mengandung
levofloxacin 5 mg. Tujuan dari pemberian tetes mata ini adalah untuk mengeradikasi bakteri.
Levofloxacin adalah antibiotik spektrum luas yang bisa mengeradikasi bakteri gram positif
dan negatif. Selain tetes mata, pasien juga diberikan antibiotik Ceftriaxone injeksi 50 mg/kg
BB (1500 mg) single dose. Pasien juga diberi tetes mata artificial tears.
Pada pasien ini di KIE agar menjaga kebersihan mata dan tidak menggunakan kapas yang
sama untuk membersihkan mata yang kanan dan kiri. Orangtua pasien juga di KIE agar tidak
bergonta-ganti pasasngan. Pemberian ASI dan sebagainya tetap dilakukan oleh ibu pasien.

16

Anda mungkin juga menyukai