PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Tujuan pembangunan
tersebut dapat dicapai dengan menyelenggarakan program pembangunan
nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Visi pembangunan
nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah
mewujudkan Indonesia sehat tahun 2010. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. (Depkes RI, 2004).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu
penyakit metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan karena
defek sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan
sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang,
diantara penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat
perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20
tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
pada tahun 2025 jumlah tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
Prevalensi diabetes mellitus makin meningkat pada usia lanjut. Di
Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar
5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus. Menurut
penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia,
kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi
tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh
karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2
dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan
drastis. Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah
pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat
dibanding tahun 1995.
Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes
Mellitus di Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk
Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes
yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena :
a)
b)
c)
d)
Faktor demografi
Gaya hidup yang kebarat-baratan
Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes
semakin panjang
1.3
Tujuan Kegiatan
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Air
Itam terhadap diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan
sebagai pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang tidak
menderita diabetes mellitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk
masyarakat yang menderita diabetes mellitus tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Air Itam yang menjadi faktor resiko diabetes mellitus sehingga
dapat dilakukan promosi kesehatan terutama secara individual.
1.4
Manfaat Kegiatan
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan tentang pentingnya pencegahan diabetes mellitus dan perlunya
mengenali diabetes mellitus lebih dini untuk menekan prevalensi penyakit
diabetes mellitus di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Menurut Ammerican Diabetes Assosiation (ADA) 2005, diabetes mellitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemik yang terjadi Karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes
mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomic dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau relatif dan
gangguan fungsi insulin. Tampaknya terapat pada keluarga tertentu,
berhubungan
dnegan
aterosklerosis
yang
dipercepat,
dan
merupakan
pakar
di
Indonesia
pun
bersepakatan
melalui
PERKENI
2.2
Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah pada usia
lanjut dapat disebabkan oleh :
a) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
b) Resistensi insulin
c) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
d) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
e) Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
f) Adanya faktor keturunan
2.3
Epidemiologi
Secara epidemiologik, diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset
atau terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini.
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes
tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologik
diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya
obesitas,
distribusi
lemak
tubuh,
kurangnya
aktivitas
jasmani
dan
2.4
Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut ADA tahun 2005 sebagai berikut :
1. DM Tipe 1 : Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut disebabkan oleh autoimun atau idiopatik.
2. DM Tipe 2 : Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin.
3. DM Tipe lain :
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pancreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
4. DM Gestasional : Diabetes melitus pada kehamilan.
2.5
Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Supaya berfungsi, maka bahan makanan harus dioleh
dalam proses yang dinamakan metabolisme. Dalam proses ini, dibutuhkan
2.6
Manifestasi Klinis
Keluhan klasik DM berupa: Poliuria, polldipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain yang dapat ditemukan antara lain :
a) Gangguan penglihatan: katarak
b) Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
c) Kesemutan, rasa baal
d) Kelemahan tubuh
e) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
2.7
Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah
dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam
menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil
dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa darah dengan cara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan
glukosa darah seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya
(yang melakukan program pemantau kendali mutu secara teratur). Walaupun
demikian, sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh
(whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka
kriteria diagnosis yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk
pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler.
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM,
sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka
yang tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM.
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada kelompok dengan salah satu
resiko DM sebagai berikut:
DM gestasional
DM (> 140/90)
Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
Menderita polycystic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
Belum Pasti
DM
100-199
DM
Plasma
<100
> 200
vena
Darah
<90
90-199
> 200
kapiler
Kadar
Plasma
<100
100-199
> 126
GDP
vena
Darah
<90
90-199
>100
kapiler
(Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia,PERKENI,
2006)
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka dilakukan pemeriksaan glukosa
plasma sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM.
b. Dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan dianjurkan
untuk diagnosis DM.
c. Dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral). Meskipun TTGO dengan
beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri.
8
TTGO sulit untuk dilakukan berulang-utang dan dalam praktik sangat jarang
dilakukan.
Langkah diagnostik DM dan TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) dapat
dilihat pada gambar berikut :
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid III FK UI, 2006
Apabila hasil perneriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu) tergantung dari hasil yang diperoleh :
TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO
didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL (7.8
11.0 mmol/L)
GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100-125mg/dL(5.6-6.9 mmol/L)
Penatalaksanaan
Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan
baik hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat
diobati dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa
sebagian
besar
DM
pada
lanjut
usia
adalah
tipe
II
dan
10
pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada
atau tidaknya komplikasi DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya
hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol glukosa darahnya maka diberikan
obat anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM
Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai
dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu).
Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar
sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik
dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan
indikasi.
Dalam
keadaan
dekompensasi
metabolik
berat,
misalnya
mendampingi pasien
dalam perubahan
perilaku
tersebut,
yang
baik dapat
alfa
glikosidase dan
glitazone. Efektivitas
insulin
kerja.
Glitazon
merupakan
agonist
peroxisome
kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia lanjut. Selain pada
orang tua, hipoglikemi juga sering terjadi pada pasien gagal ginjal,
gangguan fungsi hati berat dan pasien dengan asupan makanan yang
kurang dan jika digunakan bersama obat sulfa.
Glibenklamid menurunkan glukosa darah puasa lebih besar (36%)
daripada glukosa setelah makan (21%).
Penggunaan dalam klinik. Pada pemakaian sulfonilurea umumnya
selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk menghindari kemungkinan
hipoglikemi. Bila kadar glukosa darah sangat tinggi dapat diberikan
sulfonilurea dengan dosis yang lebih besar dengan perhatian khusus
bahwa beberapa hari sudah dapat diperoleh efek klinis yang jelas dan
dalam satu minggu sudah terjadi penurunan kadar glukosa yang cukup
bermakna.
Dosis permulaan tergantung pada beratnya hiperglikemi. Bila
konsentrasi glukosa puasa <200 mg/dl sebaiknya dimulai dengan dosis
kecil dan dititrasi bertahap setelah 1-2 minggu sehingga tercapai kadar
GDP 90-130 mg/dl. Bila GDP >200 mg/dl bisa diberikan dosis awal
yang lebih besar. Obat sebaiknya diberikan jam sebelum makan
karena diserap dengan baik. Pada obat yang diberikan satu kali setiap
hari sebaiknya diberikan saat makan pagi atau saat makan porsi besar.
Kombinasi sulfonilurea dengan insulin lebih baik daripada insulin
sendiri dan dosis insulin yang dibutuhkan pun lebih rendah.
b. Glinid
Sekretagok insulin yang baru, bukan merupakan sulfonilurea.
Kerjanya juga melalui reseptor sulfonilurea, memiliki kemiripan struktur
dengan sulfonilurea namun berbeda efeknya. Repaglinid dan nateglinid
keduanya diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan
cepat dikeluarkan melalui metabolisme dalam hati hingga diberikan 2-3
x/hari. Repaglinid bisa menurunkan kadar glukosa darah puasa mesk
masa paruhnya singkat karena menempel pada reseptor sulfonilurea.
Nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak
menurunkan kadar glukosa darah puasa. Keduanya merupakan
sekretagok yang khusus menurunkan kadar glukosa postprandial dengan
18
dapat
meurunkan
penyerapan
glukosa
dan
menurukan
sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan
hati.
c. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas sedangkan
insulin eksogen adalah insulin yang disuntikka dan merupakan suatu
produk farmasi.
Indikasi terapi insulin
a. Semua orang dengan DM tipe 1.
b. Orang dengan DM tipe 2 tertentu mungkin memerlukan insulin bila terapi
jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau bila
mengalami stres fisiologis seperti pada tindakan pembedahan.
c. Orang dengan DM gestasi membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
d. Pada DM dengan ketoasidosis.
e. Pasien DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin
atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin
f. Pada pasien DM dengan komplikasi akut berupa koma hiperosmolar non
ketotik
Memulai alur pemberian insulin
a. Pada pasien DM tipe 1 terapi insulin dapat diberikan segera setelah
diagnosis ditegakkan. Pada pasien ini terapi yang dianjurkan adalah injeksi
harian multipel untuk mencapai kendali kadar glukosayang baik. Selain itu
pemberian bisa juga dilakukan dengan pompa insulin.
b. Menurut PERKENI 2006 dan Konsensus ADA-EASD tahun 2006, sebagai
pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik
(A1c>6,5%) dalam jangka awaktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah
ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan
insulin.
2.9
Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain :
20
ke dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini
komplikasi dapat dicegah. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
1.
Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Keyakinan
3. Nilai
4. Sikap
5. geografi
pendidikan
kesehatan
Faktor Pendukung
1. Tugas kesehatan
2. Keterjangkauan sumber
3. rioritas dan komitmen.
Non
Perilaku
Perilaku
Non
Kesehatan
Kesejahteraan
Kesehatan
Faktor pendorong
1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat
Kerangka Konsep
23
3.
Definisi Operasional
N
o
1
Definisi
Alat
Pengetahua
Operasional
Aspek yang
Ukur
Kuesione
diketahui
Variabel
Sikap
Cara ukur
Hasil Ukur
diingat oleh
menjawab
responden
tentang
Kurang, jika
upaya
responden
mencegah
tidak bisa
kekambuha
mejawab <
n penyakit
pandangan
Ukur
Ordinal
responden
dan mampu
DM
Segala
Skala
Kuesione
r
Ordinal
responden
atau
dapat
pendapat
menjawab
responden
yang
Negatif, jika
berkaitan
responden
dengan
tidak bisa
upaya
mejawab <
mencegah
kekambuha
24
n penyakit
3
Perilaku
DM
Upaya
Kuesione
dalam
Ordinal
responden
mencegah
melakukan
kekambuha
upaya dalam
n penyakit
mencegah
DM
kekambuhan
penyakit DM
mean (kode
1).
Kurang, jika
responden
tidak
melakukan
upaya dalam
mencegah
kekambuhan
penyakit DM
< mean (kode
0).
25
BAB IV
METODE MINI PROJECT
1.
2.
3.
4.
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik wawancara.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku penderita DM upaya mencegah kekambuhan
penyakit DM.
5.
1.
a.
b.
Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,
menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c.
d.
x 100
Keterangan :
P
: Persentase
: Jumlah soal
: Jumlah Responden
27
N
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita DM di wilayah Kerja Puskesmas Air Itam,
Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2015. dalam Upaya Mencapai
Glukosa Darah Terkontrol. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
1.
1.
2.
: 1990
3.
: 1992
4.
dr. Muzakir
: 1993
5.
: 1 Oktober 1995
6.
: 1997
7.
dr. Hanafi
: 1998
28
8.
: 1999
9.
: 2002
: 1 Oktober 2006
: 1 Februari 2007
2.
Keadaan geografi
Kelurahan Air Itam dan Kelurahan Bacang terletak di Kecamatan
Bukit Intan Kota Pangkalpinang dengan luas wilayah : 28995
Ha.
29
2.
Keadaan demografi
Penduduk Wilayah Puskesmas Air Itam berjumlah 16181 Jiwa. Jumlah
RT 4452 KK, terdiri dari 4 kelurahan.
No
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Jumlah RT
Air Itam
4122
1227
Bacang
5163
1138
Temberan
2947
877
Sinar Bulan
3949
1210
16181
4452
Jumlah
3.
Hasil Penelitian
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
Baik
30
45,45%
Kurang baik
36
54,55%
Jumlah
66
100%
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden menurut Pengetahuan Penderita DM
dalam Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya glukosa darah di wilayah Kerja
Puskesmas Air Itam tahun 2015
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik
sejumlah 34 responden (45,45%) sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 54
responden (54,55%).
b. Gambaran Sikap di wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Air Itam, Kota
Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2015. dalam Upaya Mencapai
Glukosa Darah Terkontrol.
Sikap
penderita
DM
dalam
berkaitan
dengan
upaya
terkontrol pada penyakit DM dengan titik potong (cut if point) mean 7,5
diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.
No
1
2
Sikap
Jumlah
Persentase
Positif
22
33,33%
Negatif
44
66,67%
Jumlah
66
100%
Tabel 3 Distribusi frekuensi responden menurut sikap Penderita DM dalam
Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya glukosa darah di wilayah Kerja
Puskesmas Air Itam, Tahun 2015
Tabel menunjukan bahwa penderita DM yang memiliki sikap positif dalam
upaya mencegah glukosa darah tidak terkontrol pada penyakit DM sejumlah
34 responden (33,33%) dan penderita DM yang memiliki sikap negatif
sejumlah 54 responden (66,67%).
c. Gambaran perilaku Penderita DM dalam Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya
glukosa darah di wilayah Kerja Puskesmas Air Itam, Kota Pangkalpinang, Provinsi
Bangka Belitung, Tahun 2015.
Perilaku penderita DM dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit
DM adalah usaha-usaha yang telah dilakukan penderita DM untuk mencegah
glukosa darah tidak terkontrol penyakit DM dengan titik potong (cut of point)
mean 6,03 diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.
No
1
2
Perilaku
Jumlah
Persentase
Melakukan
18
27,27%
Tidak melakukan
48
72,73%
Jumlah
66
100%
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden menurut perilaku Penderita DM
dalam Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya glukosa darah di wilayah Kerja
Puskesmas Air Itam, Tahun 2015
Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa responden yang baik upayanya dalam
mencegah tidak terkontrolnya glukosa darah pada penyakit DM berjumlah 32
responden (27,27%) dan responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan
kekambuhan penyakit DM berjumlah 56 responden (72,73%).
BAB VI
DISKUSI
31
6.1. Gambaran
Pengetahuan
Penderita
DM
Tentang
Upaya
Mencegah
Kekambuhan Penyakit DM
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
responden
yang
32
tertutup
suatu
stimulus/objek.
Sedangkan
menurut
Newcomb
subjek yang sudah diedukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan
primer dan sekunder akan lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
36
Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang
akan sangat meningkat akibat kemakmuran, perubahan pola demografi, dan
urbanisasi. Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya
yang paling tepat dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan
berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
Di wilayah sekitar Puskesmas Air Itam perlu dilakukan promosi kesehatan
terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder dalam masyarakat
terhadap penyakit diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
37
LAMPIRAN
Tanggal wawancara
No.
: .
: .
38
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Lengkap
Pekerjaan
Tempat / Tanggal Lahir
Alamat
Nomor Telepon
- Rumah
- Hp
: ..
: ..
: ..
: ......
.......
: ..
: ..
2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jenis kelamin anda.?
1. Laki-laki
...... th
.. kg
2. Perempuan
.. cm
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
.. cm
1. Ya
2. Tidak
.. mmHg
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Berikut ini manakah yang termasuk obat diabetes
melitus?
1. Prednison
2. Metformin
3. HCT
4. Tidak tahu
Berapakah pendapatan anda per bulan?
1. 1.000.000,- sampai 2.000.000,2. 2.000.000,- sampai 5.000.000,3. >5.000.000,Berapa persen pengeluaran anda untuk makan tiap
bulan?
1. >50%
2. 40 50%
3. <20 30%
4. FAKTOR KETURUNAN
Apakah anda memiliki riwayat penyakit DM?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Jika Ya, sudah berapa lama anda menderita DM?
1. > 4 tahun
2. 3 4 tahun
3. 1 - 2 tahun
Apakah di keluarga anda ada yang menderita DM?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Jika Ya, siapa diantara keluarga anda yang menderita
DM?
1. Kakak / adik / keduanya (kandung)
2. Ayah / kakek / keduanya
3. Ibu / nenek / keduanya
5. MAKANAN
Dalam sehari anda makan berapa kali?
1. 1 - 2 kali
2. 3 kali
3. Lebih dari 3 kali
Berapa banyak porsi nasi yang anda makan dalam 1
kali makan? (1 porsi mangkuk kecil = 250 gr nasi)
1. Kurang dari 1 porsi
2. 1 porsi
3. Lebih dari 1 porsi
Apakah anda suka minum minuman yang manis?
(contoh: teh)
1. Ya
2. Tidak
41
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
42
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
43
1. Ya
2. Tidak
44