Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

OD Primary Angle-Closure Glaucoma (H40.2)


OS Primary Angle-Closure Suspect (H40.2)
Dibacakan oleh

: dr. Maria Ade Indriyani

Pembimbing

: dr. Maharani, SpM

Dibacakan tanggal

: 5 September 2012

PENDAHULUAN
Glaukoma adalah sekumpulan penyakit yang ditandai dengan adanya neuropati
nervus optikus yang berkaitan dengan kelainan lapangan pandang yang khas dan salah satu
faktor resikonya adalah peningkatan tekanan intraokular. Secara umum glaukoma dibagi
menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.1,2
Penegakkan diagnosa pada glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka
penting bagi penatalaksanaan.1 Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena adanya
predisposisi pada mata tanpa adanya patofisiologi yang lain. Pada glaukoma sudut tertutup
primer didapatkan gejala mata merah, nyeri (cekot-cekot), pandangan kabur, melihat halo.
Gejala pada glaukoma sudut tertutup adalah TIO yang tinggi, iris bomb, pupil mid dilatasi
dan kadang irreguler, edema epitel kornea, kongesti pembuluh darah episklera dan
konjungtiva, bilik mata depan sempit dan adanya tindal efek (flare dan cell).1,3
Trabekulektomi merupakan salah satu tindakan terapi operatif pada glaukoma sudut
tertutup.4
Laporan ini menyajikan seorang wanita dengan primary angle closure glaucoma
(PACG) pada mata kanan dan primary angle closure suspect (PACS) pada mata kiri.
Perjalanan klinis dan penatalaksanaan yang dilakukan menjadi bahan diskusi pada kasus ini.
IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. Urip Mulyani

Umur

: 43 th

Pekerjaan

:PNS

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Bandarharjo, Semarang Utara


1

Nomer CM

: B017189 / 7003219

Tanggal masuk RS

: 18 Juli 2012

Tanggal keluar RS

: 21 Juli 2012

ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 18 Juli 2012
Keluhan Utama mata kanan cekot-cekot
Riwayat Penyakit Sekarang

1 tahun yang lalu mata kanan tiba-tiba terasa cekot-cekot, mata merah, nrocos,
pandangan terasa kabur saat cekot-cekot. Melihat pelangi disekitar cahaya lampu.
Penderita merasa sakit kepala disertai dengan mual dan muntah. Keluhan akan
membaik hingga hilang jika pasien istirahat atau tidur. Kemudian penderita berobat ke
RSDK dan dikatakan menderita glaukoma. Diberi obat tetes mata Timol dan obat

minum Glaukon dan KCl


Setelah pemberian obat tetes mata dan obat minum penderita tidak merasakan cekot-

cekot lagi pada mata kanannya.


10 hari SMRS penderita kontrol ke poli mata RSDK, dan disarankan untuk
pemeriksaan lapang pandang dan OCT. Dari hasil pemeriksaan lapang pandang, OCT

dan TIO penderita disarankan untuk operasi, dan penderita setuju.


Pasien menyatakan tidak merasakan gejala yang sama pada mata kirinya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat operasi pada mata kanan sebelumnya disangkal


Riwayat memakai kacamata disangkal
Riwayat menderita tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat menderita kencing manis disangkal
Menderita sesak nafas atau asma disangkal
Riwayat menderita myeri dada atau sakit jantung disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat minum obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi


2

Penderita dan suami bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil


Biaya pengobatan ditanggung PT. ASKES. Kesan sosial ekonomi cukup

PEMERIKSAAN
A. Status praesen (18 Juli 2012)
Keadaan umum
: baik, kesadaran kompos mentis
Tanda vital
- Tekanan darah
: 130/80 mmHg
- Nadi
: 80x/menit
- Respirasi
: 20x/menit
- Suhu
: 36,5C
B. Status Oftalmologis (18 Juli 2012)

Visus
Bulbus okuli
Paresis/paralisis
Supersilia
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
COA
Iris
Pupil

Oculi Dextra (OD)


6/6

Oculi Sinistra (OS)


6/6

Orthophoria
Gerak bola mata bebas ke segala arah
Gerak bola mata bebas ke segala arah
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Oedema (-), spasme (-)
Oedema (-), spasme (-)
Hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+),
Hiperemis (-), injeksi (-)
sekret (-)
Jernih
Dangkal, VH grade II
Kripte (+), atrofi (-)
Bulat, sentral, reguler, 5 mm,

Jernih
Dangkal, VH grade II
Kripte (-), atrofi (-)
Bulat, sentral, reguler, 3 mm, refleks

refleks pupil (+)


Jernih
Turbiditas (-)
(+) cemerlang
20,6 mmHg

pupil (+) N
Jernih
Turbiditas (-)
(+) cemerlang
14,6 mmHG

Lensa
CV
Fundus Refleks
TIO (Schiotz)
Pemeriksaan Funduskopi
Funduskopi ODS

Papil N.II(OD) : bulat, batas tegas, warna kuning kemerahan, CDR 0,9, neural retinal
rim (NRR) tipis I > S > N > T, excavatio glaucomatosa (+),
medialisasi pembuluh darah (+)
(OS) : bulat, batas tegas, warna kuning kemerahan, CDR 0,3, excavatio
glaucomatosa (-), medialisasi pembuluh darah (-)
2
3

Vasa

: AVR

, perjalanan Vasa dalam batas normal

Retina

: Perdarahan (-), eksudat (-)

Makula

: refleks fovea (+) cemerlang

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gonioskopi
OD :
Grade II
Grade II

Grade II
Grade II

Grade II

Grade II

Grade II

Grade II

Keterangan
Grade II : tampak trabekulum meshwork terlihat (20)
Kesimpulan :
OD sudut iridokornealis tertutup grade II 360
OS sudut iridokornealis tertutup grade II 360
Pemeriksaan lapang pandang
Humphrey Visual Field Analyzer (HVFA) : OD defek lapang pandang glaukomatosa
Pemeriksaan OCT
OD terdapat penipisan pada daerah temporosuperior dan daerah temporoinferior
Pemeriksaan sekret mata (OD)
Pemeriksaan gram dan jamur : tidak diketemukan kuman dan jamur
4

Laboratorium darah
Hematologi
Haemoglobin
Haematokrit
Eritrosit
MCH
MCV
MCHC
Leukosit
Trombosit
PTT
APTT
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu
Ureum
Creatinin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida

: 12,40 g%
: 36,9 %
: 4.02 juta/mm3
: 30,80 pg
: 91,70 fL
: 33,60 g/dL
: 7.26 ribu/mm3
: 254 ribu/mm3
: 10,5 detik
: 34,2 detik

Nilai normal
12,60 15,00
35,0 47,0
3,90 5,60
27,00 32,00
76,00 96,00
29,00 36,00
4,00 11,00
150,0 400,0
10,0 15,0
23,4 36,8

: 88 mg/dl
: 41 mg/dl
: 0,60 mg/dl

74 106
15 39
0,60 1,30

: 143 mmol/L
: 3.4 mmol/L
: 115 mmol/L

136 145
3,5 5,1
98 107

Pemeriksaan EKG :
Kesan : Normosinus rhythm
RESUME
Seorang wanita umur 43 tahun datang dengan keluhan mata kanan sering
cekot-cekot. 1 tahun yang lalu OD tiba-tiba terasa cekot-cekot, mata merah, nrocos,
pandangan terasa kabur saat cekot-cekot dan melihat halo. Penderita merasa sakit
kepala disertai dengan mual dan muntah. Keluhan membaik hingga hilang jika pasien
istirahat atau tidur. Kemudian penderita berobat ke RSDK dan dikatakan menderita
glaukoma. Diberi obat tetes mata Timol dan obat minum Glaukon dan KCl. Setelah
pemberian obat tetes mata dan obat minum penderita tidak merasakan cekot-cekot
lagi pada mata kanannya.
Dari hasil pemeriksaan lapang pandang, OCT dan TIO 10 hari SMRS penderita
disarankan untuk operasi, dan penderita setuju.
Penderita menyatakan tidak merasakan gejala yang sama pada mata kirinya.
Status generalisata : dalam batas normal
Status Oftalmologis :
OD:
5

Visus

: 6/6

Palpebra

: oedem (-), spasme (-)

Konjungtiva

: hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), sekret (-)

Kornea

: jernih

COA

: dangkal, VH gr. II

Iris

: kripte (+), atrofi (-)

Pupil

: b,s,r 5 mm, RP (+)

Lensa

: jernih

FR

: (+) cemerlang

TIO (Schiotz) : 20,6 mmHg


OS :
Visus

: 6/6

Palpebra

: oedem (-), spasme (-)

Konjungtiva

: hiperemis (-), injeksi (-)

Kornea

: jernih

COA

: dangkal, VH gr. II

Iris

: kripte (+), atrofi (-)

Pupil

: b,s,r 3 mm, RP (+) N

Lensa

: jernih

FR

: (+) cemerlang

TIO (Schiotz) : 14,6 mmHg

Pemeriksaan Funduskopi :
OD didapatkan gambaran papil glaukomatosa
Pemeriksaan Gonioskopi :
ODS sudut iridokornealis grade II 360
Pemeriksaan lapangan pandang
OD defek lapang pandang glaukomatous
Pemeriksaan OCT :
OD terdapat penipisan di daerah temporosuperior dan temporoinferior
Pemeriksaan sekret mata :
6

OD tidak ditemukan kuman dan jamur


Pemeriksaan Laboratorium darah
Dalam batas normal
Pemeriksaan EKG
Normosinus rhythm

DIAGNOSA BANDING
-

OD Primary Open-Angle Glaucoma (POAG)


OD Chronic Angle Closure Glaucoma (CACG)
OD Primary Angle Closure Glaucoma (PACG)
OS Ocular Hipertensi
OS Primary Angle Closure (PACS)
OS Primary angle Closure Suspect (PACS)

DIAGNOSA KERJA
OD Primary Angle Closure Glaucoma (H40.2)
OS Primary Angle Closure Suspect
PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Medikamentosa :
Glaucon 2 x 250 mg
KCl 2 x 250 mg
Cendo Timol 0,5% ED 2 x 1 gtt (OD)
Operatif :
OD Trabekulektomi / LA
Dr. Maharani, SpM / IN, ADE, IK
Kamis, 19 Juli 2012 pk. 13.45-14.15 / OK
VIII
OS Laser Perifer Iridotomi / LA
Dr. Maharani,SpM / ADE, IK
Jumat, 20 Juli 2012 / CDC Mata

PROGNOSIS
OD

OS
7

Quo ad Visam
Quo ad Sanam
Quo ad Vitam
Quo ad Cosmeticam

Dubia
Dubia

Dubia
Dubia
Ad Bonam
Ad Bonam

EDUKASI
1. Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya bahwa penyakit penderita adalah
glaukoma, di mana terjadi peningkatan tekanan bola mata yang merusak saraf mata.
Peningkatan tekanan bola mata pada penderita ini disebabkan oleh karena struktur
bawaan padsa bola mata penderita
2. Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya bahwa akan dilakukan tindakan
operasi terhadap mata kanan, yaitu berupa operasi pembuatan saluran untuk cairan
mata. Diharapkan dengan dilakukannya tindakan operasi ini maka tekanan bola mata
akan menurun. Sedangkan pada mata kiri akan dilakukan tindakan pembuatan saluran
dengan laser dengan harapan saraf mata kiri tidak menjadi rusak seperti pada mata
kanan.
3. Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya bahwa harus kontrol teratur untuk
memantau hasil operasi dan perkembangan penyakitnya.
4. Menjelaskan kepada penderita agar memeriksakan anggota keluarga yang lain untuk
mendeteksi ada/tidaknya glaukoma.
FOLLOW UP
Tanggal
19 Juli 2012

Hari

Status Oftalmologi
OD
Visus
Palpebra
Konjungtiva

20 Juli 2012
Follow up post op hari
I

Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
CV
Fundus refleks
TIO
Visus
Palpebra
Konjungtiva

6/6
Oedem (-), spasme (-)
Hiperemis (-), mixed
injeksi (+), sekret (-)
Jernih
Dangkal, VH gr II
Kripte (+), atrofi (-)
b,s,r 5 mm, RP (+)
jernih
turbiditas (-)
(+) cemerlang
20,6 mmHg
6/38
Oedem (+), spasme (+)
Hiperemis (+),
subkonjungtiva bleeding

OS
6/6
OD Trabekulektomi
Oedem
(-), spasme (-)/ LA
Dr. Maharani,
SpM(-)
/
Hiperemis
(-), injeksi
IN,ADE,IK
Kamis, 19-7-2012 pk.
Jernih
13.45-14.15 / OK VIII

Dangkal, VH gr II
Kripte (+), atrofi (-)
T
b,s,r 3 mm, RP (+) N C.
jernih
turbiditas (-)
C
(+) cemerlang
M
14,6 mmHg
6/6
OS(-),
Laser
Perifer
Oedem
spasme
(-)
Iridotomi/LA
Hiperemis (-), injeksi (-)
Dr. Maharani, Spm/ADE,IK
Jumat,20-7-2012/CDC Mata
8

Kornea
COA

21 Juli 2012
Follow up post op hari
II

Iris
Pupil
Lensa
CV
Fundus refleks
TIO
Visus
Palpebra
Konjungtiva

Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
CV
Fundus refleks
TIO

27 Juli 20012
Follow up post op hari
VIII

Visus
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
CV
Fundus refleks
TIO

(+), bleb (+) datar


Oedem (+)
Kedalaman cukup, VH gr
III, TE (-)
Kripte (+), sinekhia (-)
b,s,r 6 mm, RP (+)
jernih
turbiditi (-)
(+) cemerlang
10,2 mmHg
6/8,5 pinhole 6/6
Oedem (+)min, spasme
(+)min
Hiperemis (-),
subkunjungtiva
bleeding(+), bleb (+)
datar
Udem minimal
Kedalaman cukup, VH gr
III
Kripte (+), atrofi (-)
b,s,r 5 mm, RP (+)
jernih
turbiditas (-)
(+) cemerlang
10,2 mmHg
6/12
Oedem (-), spasme (-)
Subkonjungtival bleeding
(+), bleb (+) datar
Udem (+) min
Dangkal, VH gr II
Kripte (+), coloboma (+)
j.1
b,s,r 5 mm, RP (+)
jernih
turbiditas (-)
(+) cemerlang
7,1 mmHg

Jernih
Dangkal, VH gr II
Kripte (+), atrofi (-)
b,s,r 3 mm, RP (+) N
jernih
turbiditi (-)
(+) cemerlang
20,6 mmHg
6/6
Oedem (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-)

T
C
O
C
M

C
O
C
M

Jernih
Kedalaman cukup, VH
gr III
Kripte (+), atrofi (-),
coloboma di j.11
b,s,r 3 mm, RP (+) N
jernih
turbiditas (-)
(+) cemerlang
14,6 mmHg
6/6
Oedem (-), spasme (-)
Hiperemis (-), mixed
injeksi (+), sekret (-)
Jernih
Dangkal, VH gr II
Kripte (+), coloboma (+)
j.2
b,s,r 3 mm, RP (+) N
jernih
turbiditas (-)
(+) cemerlang
17,3 mmHg

T
C
M
G
N

DISKUSI
Glaukoma adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya neuropati nervus
optikus yang dihubungkan dengan adanya defek lapang pandang yang khas dan peningkatan
tekanan intraokular sebagai salah satu faktor resiko utama. Secara garis besar glaukoma
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu glaukoma primer dan glaukoma sekunder. Pada
glaukoma primer terjadi peningkatan hambatan aliran humor aqueous yang disebabkan oleh
predisposisi struktur anatomi sudut iridokornealis sendiri tanpa adanya penyakit okuler atau
sistemik yang mendasarinya. Glaukoma primer umumnya terjadi bilateral.1,2,5
Glaukoma primer dibagi menjadi dua, glaukoma primer sudut tertutup dan glaukoma
primer sudut terbuka. Glaukoma sudut tertutup ditentukan berdasarkan adanya aposisi iris
perifer pada trabekula meshwork yang mengakibatkan berkurangnya aliran humor aquous ke
sudut iridokornealis, sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular.1,2 Dua mekanisme
utama yang mendasari terjadinya sudut tertutup adalah iris terdorong ke depan dari belakang
atau iris tertarik ke depan sehingga kontak dengan trabecular meshwork.1
Pembagian glaukoma sudut tertutup :6
1. Dengan blok pupil
Blok pupil merupakan penyebab tersering glaukoma sudut tertutup. Pada blok pupil,
aliran humor aquous dari bilik belakang bola mata terhambat, sehingga terjadi adanya
gradien tekanan antara bilik depan dan bilik belakang bola mata sehingga iris perifer
terdorong ke depan dan terjadi aposisi antara iris perifer dengan trabekulum
meshwork. Blok pupil absolut dapat terjadi karena seklusio pupil, sedangkan blok
pupil relatif terjadi apabila masih ada sedikit aliran humor aquous ke bilik depan bola
mata
2. Tanpa blok pupil
Pada glaukoma sudut tertutup tanpa blok pupil, iridotrabecular apposition atau
sinekia dapat terjadi karena iris terdorong ke depan (misalnya pada plateu iris
configuration) ataupun tertarik dari depan misalnya karena iris perifer yang tebal
(sehingga bila pupil midriasis akan terjadi kontak dengan trabeculum meshwork)
Menurut ISGEO (International Society of Geography and Epidemiology of Ophthalmology),
sudut tertutup diklasifikasikan sebagai berikut :5
Glaukoma digunakan untuk mengindikasikan adanya neuropati optik glaukomatosa.
Primary angle-closure suspect (PACS)
1. Sudut tertutup tanpa adanya PAS
2. TIO, optic disc dan lapang pandang normal
Primary angle-closure (PAC)
1. Sudut tertutup dengan adanya peningkatan TIO dan/atau adanya PAS
10

2. Optic disc dan lapang pandang normal


Primary angle-closure glaucoma (PACG)
1. Primary agle-closure
2. glaucomatous optic disc dan defek lapang pandang
Faktor resiko terjadinya glaukoma primer sudut tertutup adalah :1
1. Faktor pasien
- Ras
Ras
-

Asia dan Afrika lebih sering terjadi glaukoma kronik yang

asimptomatis, sedangkan pada kulit putih lebih sering glaukoma akut


Umur
prevalensi terjadinya glaukoma meningkat pada umur 40 tahun
Jenis kelamin
Wanita lebih sering mengalami glaukoma dibanding laki-laki (1 : 2-4). Hal
ini terjadi karena wanita mempunyai segment anterior yang lebih sempit

dan axial length yang lebih pendek dibandingkan laki-laki.


2. Biometri okular
Pada glaukoma sudut sempit umumnya penderita mempunyai bilik mata depan
sempit, axial length yang pendek, lensa yang menebal, peningkatan kurvatura anterior
lensa serta diameter kornea yang kecil dan anterior chamber depth kurang dari 2,1
mm.
3. Riwayat keluarga
Insidensi terjadinya primary angle closure meningkat pasien yang memiliki riwayat
jeluarga glaukoma.
4. Status refraksi
Primary angle closure lebih sering terjadi pada pasien dengan hipermetropia.
PACG ditandai dengan gejala klinis berupa pandangan kabur, melihat halo dan
nyeri/cekot-cekot yang disebabkan oleh peningkatan TIO. Gejala klinis dan TIO seringkali
mereda terutama pada saat istirahat.1 Sedangkan tanda klinis PACG adalah adanya sudut
tertutup; terdapat kontak irido-trabekular lebih besar dari 270, terjadi peningkatan TIO serta
adanya gambaran papil glaukomatous disertai adanya defek lapang pandang.4
Primary angle-closure suspect ditegakkan bila terdapat sudut bilik mata depan
dangkal, tekanan bola mata normal, funduskopi normal, gonioskopi menunjukkan sudut
sempit, dan tidak didapatkan keluhan. Pemeriksaan penunjang HVFA menunjukkan tidak
adanya kelainan lapangan pandang.1,4,7
Penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup meliputi medikamentosa, laser dan operatif.
Terapi medikamentosa dibutuhkan untuk menurunkan tekanan intraokular preoperatif.
Tindakan laser meliputi laser iridotomi, laser gonioplasti atau iridoplasti perifer, sedangkan
11

tindakan bedah yaitu iridektomi perifer, operasi filtrasi, ekstraksi katarak, dan
goniosinekialisis.1
Kasus ini menyajikan seorang wanita dengan OD POAG, OS PACS. Diagnosa OD
POAG ditegakkan dari anamnesis yang didapatkan adanya nyeri cekot-cekot pada mata, mata
merah, lakrimasi, pandangan kabur dan melihat halo. Mata kanan penderita pernah
mengalami serangan serupa kurang lebih satu tahun yang lalu dan dinyatakan menderita
glaukoma Pada pemeriksaan oftalmologis OD didapatkan konjungtiva hiperemis disertai
injeksi konjungtiva, bilik mata depan dangkal disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada
pemeriksaan gonioskopi didapatkqan sudut iridokornealis tertutup 360 tanpa disertai PAS,
pemeriksaan funduskopi didapatkan papil glaukomatosa. Hasil pemeriksaan penunjang
HVFA menunjukkan adanya defek lapang pandang glaukomatosa sedangkan hasil OCT
didapatkan penipisan neuro-retinal rim pada daerah temporosuperior dan daerah
temporoinferior.
Diagnosis OS PACS ditegakkan dari pemeriksaan oftalmologis OS didapatkan bilik
mata depan dangkal tanpa disertai peningkatan tekanan intraokular dan papil glukomatosa,
serta dari anamnesis tidak terdapat keluhan pada mata kiri. Hasil pemeriksaan

HVFA

menunjukkan tidak ada kelainan lapang pandang. Hasil pemeriksaan OCT tidak didapatkan
penipisan pada neuroretinal rim.
Penatalaksanan pada pasien ini adalah dilakukan operasi trabekulektomi pada mata
kanan. Tindakan trabekulektomi dipilih karena proses yang telah berjalan lama sehingga
kemungkinan telah terjadi kerusakan pada trabekulum meshwork.8
Pada mata kiri dilakukan laser iridotomi profilaksis dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya serangan glaukoma pada mata tersebut. Penelitian menyatakan bahwa mata
kontralateral pasien yang pernah mengalami serangan akut mempunyai resiko sebesar 4080% untuk mengalami serangan glaukoma akut 5-10 tahun kemudian.1
Pemeriksaan oftalmologis satu hari post operasi OD trabekulektomi didapatkan bleb
sudah terbentuk, bilik mata depan terbentuk dan tekanan intraokuler menurun. Laser
iridotomi perifer profilaksis dilakukan pada hari pertama post op OD trabekulektomi. Pada
hari pertama post OS laser iridotomi perifer profilaksis, didapatkan bilik mata depan
kedalaman cukup, terdapat coloboma pada iris di jam 2. Saat kontrol 1 minggu post operasi
OD trabekulektomi di poliklinik mata RSDK hasil pemeriksaan oftalmologis mata kanan
didapatkan bleb terbentuk, datar, bilik mata depan terbentuk dan tekanan intraokuler 7,1
mmHg. Pada mata kiri didapatkan bilik mata depan kedalaman cukup, coloboma di iris pada
jam 2, dan tekanan intraokuler 17,3 mmHg
12

Edukasi yang penting pada penderita adalah bahwa tetap dibutuhkan kontrol teratur
setiap bulan di poliklinik mata untuk mengevaluasi glaukoma dan mencegah kebutaan

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Glaucoma. In: Basic and clinical Science Course
Section 10. San Fransisco: The Foundation of American Academy of
Ophthalmology; 2010. p. 3-4, 123-53
2. Garg A, Melamed S, Mortensen JN, et al. Mastering the Techniques of Glaucoma
Diagnosis & Management. New Dehli: Jaypee Brothers Medical Publisher (P)
Ltd.; 2006. p. 12-5, 228-43
3. Vaughan D, Eva PR, Whitcher JP. Glaucoma In: Vaughan & Ashburys General
Ophthalmology Ed. 17th. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2008.
p. 212-28
4. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Backer-Shaffers Diagnosis and Therapy
of the Glaucomas. New York: Mosby Elsevier; 2009. p. 470-71
5. Hong CH, Yamamoto T. Angle Closure Glaucoma. Amrterdam: Kugler
Publications; 2007. p. 1-3
6. Lim A. Acute Glaucoma. Singapore: Singapore University Press; 2004. p. 13-52
7. Kanski J, Bowling B. Glaucoma. In: Clinical Ophthalmology Ed. 7th.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p. 79-120
8. Tham CC, Ritch R. Chronic Angle Closure

Glaucoma.

Emedicine;

http://emedicine.medscape.com/article/1205154-overview

14

15

16

Anda mungkin juga menyukai