Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya kemajuan di era globalisasi, tuntutan dalam pengadaan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berkemanusiaan semakin meningkat. Dunia
usaha tidak lagi hanya bergantung dari kuantitas produksinya, namun juga memerlukan
kualitas yang terbaik untuk bersaing secara sehat. Untuk mendukung itu semua
diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat dan nyaman dan
menjamin peningkatan produktivitas kerja. Berbagai peraturan dan keputusan pemerintah
nasional dan internasional telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dunia akan
sumber daya manusia yang berkualitas.
ILO (International Labour Organization) memaparkan bahwa, setiap tahun di
seluruh dunia, 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini,
354.000 mengalami kecelakaan fatal. Di samping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja
yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta orang yang terkena penyakit akibat
kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar.
ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan kecelakaan dan
penyakit penyakit akibat kerja setiap tahun leih dari USS 1,25 triliun atau sama dengan
4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Indonesia sendiri telah begitu lama memiliki undang-undang yang melindungi
tenaga kerja, namun perkembangan maupun penerapannya dapat dikatakan sedikit
terhambat dan masih membutuhkan banyak dukungan. ILO pun juga mempunyai
pendapat yang sama bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan
dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun
juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tengah mengalami pertumbuhan
ekonomi maupun ketika tengah dilanda resesi.
Pada hari Kamis, 7 November 2013 telah dilakukan kunjungan ke salah satu
industri kosmetik Martha Tilaar yang bagian produksinya dikelola oleh P.T. Martina
Berto, Tbk. di daerah kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta. Dalam kunjungan tersebut
ditemukan beberapa masalah dalam proses kerja, dan dari data tersebut akan dilakukan
analisis masalah yang selanjutnya diupayakan alternatif pemecahan masalah.
1.2. Tujuan
2. Tujuan Umum
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
2.1.
Definisi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengelolaan, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1991). Keselamatan kerja diatur
dalam UU No 1 tahun 1970.
2.2.
2.3.
2.4.
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup keselamatan kerja diatur dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang mencakup :
1. Kebakaran
2. Instalasi Listrik
Instalasi listrik yang baik adalah dimana dalam bangunan bangunan gedung
yang ada, berpusat pada suatu sumber listrik yang sama. Akan tetapi pada setiap
bagian atau sektor (misalnya sektor produksi, sektor pengepakan) ada sentral
listrik pegendali sendiri. Kabel yang digunakan haruslah kabel khusus yang kuat
dan kedap air, serta tentunya mampu mentoleransi besar arus yang melaluinya
sehingga resiko untuk terjadinya hubungan pendek akibat kerusakan kabel dapat
diminimalisasi dari tenaga kerja yang lengah terhadap resiko dan SOP.
3. Angka Kecelakaan Kerja
uap, panas/dingin
Hats/ cap untuk melindungi kepala dari kotoran, debu atau tangkapan
mesin berputar.
b. APD muka dan mata
Fungsinya adalah untuk melindungi muka dan mata dari lemparan bendabenda kecil, benda-benda panas, pengaruh cahaya, pengaruh radiasi
tertentu. Bahannya terbuat dari gelas/kaca biasa/plastik. Yang terbaik
adalah jenis gelas yang ditempa tidak menimbulkan bagian bagian yang
tajam. Bila dipasang frame maka tidak mudah lepas. Adapun yang teruat
dari plastik ada beberapa jenis tergantung bahan dasarnya seperti :
selulosa asetat, akrilik, poli karbonat.
c. APD Telinga
- Sumbat telinga (ear plug) : dapat mengurangi intensitas suara 10 -15
-
dB
Tutup telinga (ear muff) : dapat mengurangi intensitas suara 20-30 dB
Ear Protector
Sumbat telinga yang baik akan menahan frekuensi tertentu saja,
sedangkan
frekuensi untuk
bicara
biasanya
tidak
terganggu.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
P.T. Martina Berto, Tbk. yang berdiri pada tahun 1981 silam ini termasuk salah satu
perusahaan kosmetik di Indonesia yang termasuk dalam Martha Tilaar Group dipelopori
oleh DR. (H.C.) Martha Tilaar pada tahun 1970 dengan membuka sebuah salon kecantikan
Martha di kediaman orangtuanya. Pabrik di Pulo Gadung ini terutama memproduksi tata
rias wajah. Pabrik ini memiliki tenaga kerja kurang lebih 1000 orang. Dalam sehari
terdapat 2 shift pada pabrik ini, shift pertama dimulai pada pukul 07:00 sampai dengan
15:00, dan shift berikutnya dimulai dari 15:00 sampai dengan 22:00.
Produksi di P.T.Martina Berto, Tbk. terbagi ke dalam empat kategori yaitu
kosmetika cair, kosmetika kering, kosmetika semi padat, dan obat tradisional. Kosmetika
cair termasuk di dalamnya cairan pembersih muka, pelembab, toner, alas bedak, body
splash cologne, hair spray, dan produk cair lainnya. Kosmetika kering termasuk di
11
dalamnya eye shadow, blush on, loose powder dan compact powder dan produk kering
lainnya. Kosmetika semi padat termasuk didalamnya lipstik, creamy foundation, dan lainlain. Obat tradisional termasuk di dalamnya masker, mangir, lulur, dan teh herbal.
Masing-masing kategori produk ini akan memiliki proses atau alur produksi yang
berbeda-beda. Namun secara umum alur produksi P.T.Martina Berto, Tbk. ini dimulai
dengan quality control bahan-bahan yang akan digunakan apakah sudah layak. Bahan baku
yang digunakan ini berasal dari supplier internal dan eksternal. Sebagian bahan nabati
merupakan budidaya dari Kampoeng Djamoe Organik yang juga merupakan salah satu
bagian dari Martha Tilaar Group. Setelah melewati proses quality control, bahan akan
mulai dilakukan processing sesuai dengan kategori produk. Kemudian akan dilakukan
packing dan akan diselesaikan dengan decorative sehingga kemasan produk lebih menarik.
Untuk produk-produk tertentu ada alur produksi khusus seperti pada lipstick misalnya akan
melewati alur produksi moulding dan flaming sebelum akhirnya akan masuk dalam alur
produksi packing.
Pada setiap tahap dari proses produksi dilakukan pengawasan mutu yang mengacu
kepada Quality Assurance System, dimulai dari bahan baku, barang setengah jadi, produk
jadi, hingga pengiriman ke distributor. Perseoran juga telah menerapkan secara konsisten
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 sejak tahun 1996 dan Sistem Manajemen Lingkungan
ISO 14001 sejak tahun 2000. Tujuan dari penerapan system ini adalah untuk memenuhi
Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction) dan kepedulian terhadap lingkungan.
Terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja, perusahaan ini telah membentuk
tim P2K3, menyelenggarakan berbagai macam kegiatan baik internal maupun eksternal,
diantaranya adanya pelatihan evakuasi saat terjadi bencana kebakaran, gempa bumi dan
kebocoran kimia, pelatihan penggunaan APAR, pelatihan pelatihan ini dilakukan secara
berkala, sehingga diharapkan para pegawai menjadi tanggap dan mengerti tindakan yang
tepat sesuadi dengan situasi dan kondisi. Selain itu dari segi medis di lakukan juga
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh dokter perusahaan dan paramedis, pojok
laktasi, pemeriksaan berkala terhadap pekerja setiap tahunnya.
3.1. Sistem Penanggulangan Kebakaran dan Emergency Respons Plan
Dari wawancara yang dilakukan terhadap P.T. Martina Berto, Tbk., dapat
disimpulkan bahwa perusahaan ini telah melaksanakan K3 Sistem Penanggulangan
Kebakaran dan Emergency Response Plan. Sistem tersebut meliputi penyediaan sarana dan
prasarana dalam menghadapi kebakaran dan melakukan pelatihan agar tenaga kerja
12
mendapat pengetahuan mengenai cara cara pemadaman kebakaran. Sarana dan prasarana
yang tersedia dibedakan pada masing masing gedung :
Bagian Gedung Produksi
Sistem Pemadam
Ketersediaan
Keterangan
Kebakaran
APAR
Tersedia di sekeliling Keadaan baik, tidak terikat, mudah
(Alat Pemadam Api
dinding
bangunan dijangkau dan dilengkapi dengan kartu
Ringan)
gedung produksi dengan SOP dan kartu peninjauan berkala.
Pada satu APAR ditemukan sudah
jarak 1 buah alat
kadarluarsa.
pemadam api ringan
(APAR) untuk 5 m2
Hydrant
berkeadaan baik.
peninjauan berkala
Lantai TIDAK di sekitarnya diberi
tanda supaya tidak diisi barang.
Alarm Kebakaran
Tersedia
di
bangunan
dinding Alarm
Tersedia
dengan
cara
digunakan
pada
bunyi peringatan
13
Terdapat detector asap, namun detektor asap tersebut tidak dapat membantu
pemadaman secara spontan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa resiko
kebakaran di PT Martina Bento tergolong kategori sedang berdasarkan NO. KEP186/MEN/1999 namun dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang ada, resiko
tersebut dapat diminimalkan.
3.1.1. Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
Pelatihan penanggulangan kebakaran dilakukan secara berkala setiap 1 tahun sekali.
Pelatihan diadakan oleh tim P2K3 bekerja sama dengan dinas pemadam kebakaran
3.1.2. Rute Evakuasi dan Assembly Point
Rute Evakuasi bisa ditemukan di dalam gedung produksi P.T. Martina Berto, Tbk. untuk
mempermudah pekerja menyelamatkan diri jika terjadi bencana. Rute evakuasi berupa
denah. Namun tidak ditemukan tanda-tanda panah jalur evakuasi keluar gedung.
Lapangan di depan gedung lantai 1 merupakan titik temu jalur evakuasi.
14
Kondisi
Langit-langit
Baik
Dinding
Baik
Lantai
Tidak licin
Jendela
Tidak terbuka
15
Atap
Baik
memudahkan observasi dari luar maupun antar bagian, yang ditutupi oleh kaca nako dan
beberapa bagian yang berupa jendela besar. Sedangkan lantai berupa ubin dengan ukuran
40x40 cm berwarna putih dan kasar sehingga tidak menyebabkan peningkatan risiko
terpeleset dalam ruangan.
Ruangan produksi berada pada lantai 2 dan sebagian lantai 3 dari total 4 lantai
bangunan pabrik. Dalam tiap ruang produksi juga terdapat penyejuk udara yang
memberikan rasa kenyamanan bagi pekerja dan mengurangi suhu panas di ruang produksi.
Selain itu, juga ditemukan detektor asap yang terpasang pada tiap langit-langit masingmasing ruang produksi.
Ventilasi terdiri dari sistem exhaust central yang akan dibuang keluar dari gedung
produksi. Struktur konstruksi bangunan dari P.T. Martina Berto, Tbk. sesuai dengan
standar nasional yang berlaku.
Diluar bangunan terdapat jalur pejalan kaki yang dibatasi jalur kuning dan kadang
rantai disebagian posisi, dan penerapan jalur ini sangat disiplin ketika ada pejalan
kaki(baik pekerja maupun tamu) yang keluar jalur langsung di peringatkan oleh satpam.
Pada proses mixing karyawan diwajibkan menggunakan sarung tangan yang berbahan
kain karet karena rentan terhadap bahan kimia pada jarinya. Selain itu terlihat karyawan
16
yang menggunakan ear muff untuk mengurangi bising dari alat mixer, serta masker pada
bagian produksi bedak, selain itu sepatu boots juga dikenakan selama berada di ruangan.
3.4.2. Manufacturing
Pada bagian ini, lebih banyak dioperasikan oleh alat-alat robot dengan pengawasan.
3.4.3. QC half-finished product
Pada bagian ini karyawan menggunakan masker untuk menghindari terhirup bahan kimia
dan mencegah tercemarnya produk, selain itu karyawan menggunakan sarung tangan
latex. Pada bagian ini juga terdapat berbagai mesin QC seperti detektor logam.
3.4.4. Packaging
Pada bagian packaging, karyawan menggunakan masker dan sarung tangan karena resiko
terhirupnya bahan kimia serta tercemarnya produk.
Sepatu bbots
Bagian
Produksi
Mixing
Potensi Kecelakan
- Tangan terjepit mesin
- Pengoperasian boiler
17
Upaya Pencegahan
- Pemakaian sarung tangan
- SOP pengunaan alat
- Kelelahan (terutama
dari mesin
- Korsleting listrik
- Tangan terjepit mesin
- Terhirup bahan kimia yang
mesin
- Setiap ruangan dilengkapi AC dan
ventilasi yang baik
- Pelatihan berkala oleh tim P2K3
- Mesin dijalankan perlahan
- Ventilasi tempat bekerja yang terbuka
luas
??
??
Secara umum, sebelum penggunaan APD, segala bentuk potensi kecelakaan kerja
dapat diusahakan untuk diatasi melalui eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, dan
pengendalian administratif. Berikut merupakan gambaran umum mengenai pengendalian
administratif yang sudah dilakukan perusahaan ini dalam rangka menekan angka
kecelakaan kerja secara internal :
Bagian
SOP
APD
Pemeriksaan
kesehatan
Mixing
Manufakturin
QC
Packaging
18
KORBAN
(Kecelakaan Kerja/ Sakit/ Keracunan)
Sembuh
Sembuh
BAB IV
19
bagi
tenaga kerja
Struktur bangunan cukup baik dan tidak membahayakan pekerja.
Penggunaan APD belum dilakukan secara maksimal untuk masing masing alur
produksi dengan disertai SOP penggunaan APD dan beberapa pekerja belum
menggunakan dengan benar.
Angka kecelakaan kerja yang dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir rendah,
namun data yang didapatkan di lapangan tidak cukup adekuat untuk menarik
kesimpulan ini.
4.2. Saran
Beberapa penggunaan APD dimanfaatkan secara optimal. Masker sebaiknya
menggunakan yang terstandarisasi bukan yang kain.
Sebaiknya dalam bagian tertentu pada proses produksi yang berpotensi bahaya,
ditempelkan kertas tentang SOP APD dan poster sesuai dengan tempat kerjanya,
sehingga dapat mengingatkan tenaga kerja dan meningkatkan kesadaran tenaga kerja
akan pentingnya penggunaan APD selama bekerja.
Dilakukannya pelatihan kepada pekerja mengenai pentingnya APD
Perlunya peraturan yang lebih tegas tentang penggunaan APD di bagian yang
berpotensi bahaya dengan cara memberikan sanksi dan reward baik SP maupun
administratif bagi tenaga kerja yang tidak menggunakan APD selama bekerja di
tempat yang berpotensi bahaya tersebut. Dengan demikian, diharapkan terjadi
perubahan perilaku (attitude) tenaga kerja untuk menggunakan APD selama bekerja.
20