Penda Hulu An
Penda Hulu An
PENDAHULUAN
mengalami
peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM 40-59 tahun (IDF,
terhadap
berumur >65 tahun di dunia diperkirakan mencapai 450 juta orang 7% dari seluruh
penduduk dunia, dan nilai ini diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 50% lansia
mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal.3,4
Studi
usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan
akan naik sebesar 5,6-13 mg%/ tahun pada 2 jam setelah makan. Seiring dengan
pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan
banyak konsekuensi.2
Penyakit Diabetes Mellitus ini pun sebagian besar dapat dijumpai pada
perempuan dibandingkan laki laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan
memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laki laki, dan juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan
gaya hidup sehari hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal
tersebut merupakan salah satu factor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus.
Jumlah lemak pada laki laki dewasa rata rata berkisar antara 15 20 % dari berat
badan total, dan pada perempuan sekitar 20 25 %. Jadi peningkatan kadar lipid
(lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki -laki, sehingga
faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi
dibandingkan pada laki laki yaitu 2-3 kali, menurut Imam Soeharto tahun pada
tahun 2003 .
karena terkait dengan pekerjaan yang dilakukan . orang yang tingkat pendidikan
tinggi
sementara orang dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak menjadi buruh
maupun petani dengan aktivitas fisik cukup berat. 8 Berdasarkan data Riskesdas 2007,
prevalensi kurang melakukan aktivitas fisik di DKI Jakarta sebesar 54,7%, di Jawa
Barat sebesar 52,4%, di Jawa Tengah sebesar 44,2%, di D.I Yogyakarta sebesar
45,3%, di Jawa Timur sebesar 44,7%, dan di Banten sebesar 55,0%.2
Diperkirakan naiknya risiko diabetes pada group pendapatan rendah terkait
dengan prevalensi obesitas . Selama ini sudah jelas bahwa rendahnya status sosioekonomi dikaitkan dengan lebih tingginya prevalensi obesitas, khususnya pada
perempuan. Sedangkan pada sumber lain dikatakan prevalensi diabetes menjadi 2
kali lipat pada populasi masyarakat dengan pendapatan yang lebih tinggi. 9
Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi penduduk menurut IMT di masingmasing kabupaten/kota. Prevalensi IMT di provinsi DKI Jakarta adalah kurus 12,5%,
60,6% normal, 11,9% berat badan lebih, dan 15,0% obes, di provinsi Jawa Barat
adalah 14,6% kurus, 63,3% normal, 9,3% berat badan lebih, dan 12,8% obes, di
provinsi Jawa Tengah adalah 17,0% kurus, 65,9% normal, 8,0% berat badan lebih,
dan 9,0% obes, di provinsi D.I Yogyakarta adalah 17,6% kurus, 63,7% normal, 8,5%
berat badan lebih, dan 10,2% obes, di provinsi Jawa Timur adalah 15,1% kurus,
64,5% normal, 9,1% berat badan lebih, dan 11,3% obes, dan di provinsi Banten
adalah 16,4% kurus, 67,0% normal, 8,1% berat badan lebih, dan 8,5% obes. 3
Timbulnya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 sangat dipengaruhi oleh genetik. Bila
terjadi mutasi gen menyebabkan kekacauan matabilisme yang berujung pada
timbulnya dm tipe 2 menurut kaban 2007. Resiko seorang anak mendapat dm tipe 2
adalah 15 % bila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang tuanya
memiliki DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75 %, orang yang memiliki
ibu dengan DM memiliki resiko 10 30 % lebih besar dari pada orang yang memiliki
ayah dengan DM ini karena penuruna gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari
ibu.10
memakai desain studi kasus kontrol dari hasil penelitian didapatkan bahwa riwayat
keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe
2. Orang yang memiliki riwayar keluarga