Anda di halaman 1dari 3

DAHULUKAN ILMU FARDHU 'AIN DALAM MENCARI ILMU

Rojudin
Dahulukan Ilmu Fardhu 'Ain dalam Mencari Ilmu
Banyak orang Islam lalai. Berlomba-loma mencari ilmu yang tidak wajib, tapi
justru lalai dengan yang wajib (fardhu 'ain)
Hidayatullah.com--"Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang
meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan
permata mutiara dan emas pada babi hutan," ucap Rasulullah saw sebagaimana
disampaikan dalam HR. Ibnu Majah.
Dalam satu hadits lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang kedatangan
ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah
di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi, kecuali satu
derajat kenabian." (HR. Thabrani).
Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji dalam Islam. Sebab dengan
ilmu-lah seseorang dapat menghindari larangan Allah, menjalankan
perintah-Nya, dan mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil. Karena
itulah, dalam banyak hadits disebutkan, para malaikat selalu melindungi
orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Dan kelak di hadapan Allah mereka
mendapat kemuliaan, yang hanya terpaut satu derajat dengan para nabi.
Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Akan tetapi, akhlaq
mencari ilmu kaum Muslim berbeda dengan kaum yang lain. Orang mukmin, perlu
mengetahui adab-adabnya, sehingga ilmu yang diperoleh berbarakah dan
mendapatkan ridha dari Allah Ta'ala. Berikut, beberapa adab yang perlu
diperhatikan oleh para penuntut ilmu.
1. Ikhlas
Sabda Rasulullah Shallallah Alaihi Wasallam (SAW),"Sesungguhnya segala
perbuatan itu tergantung niatnya." (Riwayat Bukhari). Imam Nawawi
menyatakan bahwa para ulama memiliki kebiasaan menulis hadits tersebut di
awal pembahasan, guna mengingatkan para pencari ilmu agar meluruskan niat
mereka sebelum menelaah kitab tersebut.
2. Mengutamakan Ilmu wajib, baru ilmu lain
Hendaknya penuntut ilmu mengutamakan ilmu yang hukumnya fardhu ain (wajib
yang tidak boleh diganti orang lain) untuk dipelajari terlebih dahulu,
khususnya masalah agama. Semisal masalah akidah, halal-haram, kewajiban yang
dibebankan kepada muslim, maupun larangannya. Sebab itulah, orang tua
harus mengajarkan hal itu kepada anak mereka, hal ini berdasarkan firman
Allah Ta'ala, yang artinya,"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka." (At Tahrim [66]:6 ).
Setelah mempelajari ilmu yang hukumnya fardhu ain, boleh mempelajari
ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, seperti menghafal Al Qur`an dan Hadits,
nahwu,
ushul fikih, dan lainnya. Selanjutnya ilmu-ilmu yang bersifat sunnah,
seperti penguasaan salah satu cabang ilmu secara mendalam.
3. Meninggalkan Ilmu yang Tidak Bermanfaat
Tidak semua ilmu boleh dipelajari, karena ada ilmu-ilmu yang tidak

bermanfaat, atau bahkan ilmu yang bisa menjerumuskan orang yang


mempelajarinya
kepada keburukan. Oleh sebab itu, dilarang bagi seorang Muslim mempelajari
sihir, karena bisa menjadi jalan menuju kekufuran. Firman Allah, yang
maknanya, "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan-lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut..." (Al Baqarah [2]: 102).
4. Menghormati Ulama dan Guru
Rasulullah (SAW) bersabda,"Barang siapa menyakiti waliku, maka Aku telah
mengumandangkan perang kepadanya." (Riwayat Bukhari). Imam As Syafi'i
dan Abu Hanifah pernah mengatakan, "Jika para fuqaha bukan wali Allah, maka
Allah tidak memiliki wali." Begitulah akhlaq mulia Islam menghormati
guru-guru kita.
5. Tidak Malu dalam Menuntut Ilmu
Sifat malu dan gengsi, bisa menjadi penghalang seseorang untuk memperoleh
ilmu. Oleh karena itu, para ulama menasehati agar kedua sifat itu
ditanggalkan, hingga pengetahuan yang bermanfaat bisa didapat. Aisyah (RA)
pernah mengatakan dalam As Shahih, "Sebaik-baik wanita adalah wanita
Anshar, rasa malu tidak menghalangi mereka mencari ilmu."
6. Memanfaatkan Waktu dengan Baik
Hendaknya pencari ilmu tidak menyia-nyiakan waktu, hingga terlewatkan
kesempatan belajar.Ulama besar seperti Imam Bukhari, bisa dijadikan contoh
tauladan dalam hal ini. Diriwayatkan bahwa beliau menyalakan lentera lebih
dari 20 kali dalam semalam, untuk menyalin hadits yang telah beliau
peroleh. Artinya, beliau amat menghargai waktu, malam hari pun tidak beliau
lewatkan, kecuali untuk menimba ilmu.
7. Bermujahadah dalam Mencari Ilmu
Para ulama terdahulu, tidaklah bersantai-santai dalam mencari ilmu, sebab
itulah, saat ini kita bisa memanfaatkan karya-karya mereka yang amat
berbobot. Tentu, kalau kita menginginkan memiliki ilmu sebagaimana ilmu yang
mereka miliki, maka kita juga harus bersungguh-sungguh, seperti
kesungguhan yang telah mereka lakukan.
Ada yang mengatakan kepada Imam Ahmad, saat beliau terlihat tidak kenal
lelah dalam mencari ilmu, "Apakah engkau tidak beristirahat?" Apa jawab
Imam Ahmad? Beliau hanya mengatakan, "Istirahat hanya di Surga."
8. Menjaga Ilmu dengan Menghindari Maksiat
Bagi para pencari ilmu, nasihat Imam Al Waqi' kepada Imam As Syafi'i
mengenai sulitnya menghafal, amatlah berharga. Imam Waqi' menjelaskan bahwa
ilmu adalah cahaya dari Allah, sehingga tidak akan pernah bersatu dengan
jiwa yang suka bermaksiat.
9. Mengamalkan Apa yang Telah Diketahui
Karena ilmu dipelajari untuk diamalkan, maka pencari ilmu hendaknya

bersegera mengamalkan apa yang telah ia ketahui dan pahami, jika itu
berkenaan amalan-amalan yang bisa segera dikerjakan. Ali bin Abi Thalib
mengatakan, "Wahai pembawa ilmu, beramallah dengan ilmu itu, barang siapa
yang sesuai antara ilmu dan amalannya maka mereka akan selalu lurus."
(Riwayat Ad Darimi).
Fadhilah Ilmu
Itulah rahasia yang telah diberikan Allah atas orang-orang yang berilmu.
Dalam sebuah cerita dikisahkan, suatu hari Rasulullah saw datang ke masjid.
Di muka pintu masjid itu beliau melihat setan yang ragu-ragu akan masuk.
Lalu beliau menegurnya, "Hai setan, apa yang sedang kamu kerjakan di
sini?" Maka setan menjawab, "Saya akan masuk masjid untuk mengganggu orang
yang sedang sholat. Tetapi aku takut kepada orang lelaki yang sedang
tidur." Segera beliau menjawab, "Hai Iblis, mengapa kamu tidak takut kepada
orang yang sedang sholat menghadap Tuhannya, tetapi justru takut kepada
orang yang sedang tidur?" Setan menjawab, "Betul, sebab orang yang sedang
sholat itu bodoh sehingga mengganggunya lebih mudah. Sebaliknya orang yang
sedang tidur itu adalah orang 'alim, hingga saya khawatir seandainya saya
ganggu orang yang sedang sholat itu, maka orang 'alim itu terbangun dan
segera membetulkan sholatnya." Sebab peristiwa itu maka Rasulullah Saw
bersabda, "Tidurnya orang 'alim lebih baik dari pada ibadahnya orang
bodoh."
Dalam sebuah hadits lain, Nabi bersabda, "Duduk di sisi 'ulama selama satu
jam lebih kugemari, dibanding ibadah selama 1000 tahun."
Nabi Muhammad S.A.W juga pernah bersabda dalam haditsnya, "Memandang wajah
seorang 'alim adalah ibadah." [tho/www.hidayatullah.com]

Anda mungkin juga menyukai