Disusun oleh:
Nastiti Putri Ariani
112011101031
SMF/LAB BEDAH
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
histologis kista ini memiliki epitel kolumnar seperti di daerah dasar lidah hingga
mediastinum. Terletak pada bagian tengah/sentral dari leher, biasa dijumpai pada
anak-anak namun juga dapat baru dijumpai saat dewasa setelah kista membesar
dan penderita merasa terganggu.1,2,3
Keberhasilan penatalaksanaan kista duktus tiroglosus harus didasari
pemahaman embriologi dan perkembangan anatomi kelenjar tiroid. 2 Kista yang
sangat besar dapat menyulitkan saat menelan atau terjadi sumbatan jalan
nafas.1,2,4,5
Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus adalah pembedahan yang dikenal
sebagai prosedur Sistrunk, yaitu mengangkat kista dan reseksi duktus termasuk
struktur di atasnya (meliputi tulang hioid). Kekambuhan setelah operasi mencapai
3-5% dan akan meningkat bila pembedahan tidak maksimal atau jika terinfeksi
ulang.1,2,3,5
Diagnosa banding kista duktus tyrogosus adalah nodul submental, kista
dermoid, metastase karsinoma tiroid, lobus piramidalis tiroid, kista celah brakhial,
lipoma dan kista sebaseus. Kebanyakan diagnosis tersebut diketahui setelah
dilakukan pembedahan.1,2
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk dapat melakukan
penatalaksanaan yang tepat dan mencegah rekurensi bagi penderita kista duktus
tiroglosus.
I.
IDENTITAS
Nama
Umur : 10 tahun
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
: An. IM
Alamat
Pekerjaan
: Pelajar SD
II.
ANAMNESIS
Keluhan umum
: Benjolan di Leher
ISPA (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Antibiotic (-)
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Mulut
Leher
-Jantung
Paru
: Sesak-, batuk -
Alat pencernaan
Saluran kencing
Alat kelamin
: Sekret -, pembengkakan-
Alat gerak
Sistem saraf
Endokrin
II.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,5 o C
Tinggi Badan
: 130 cm
Berat Badan
: 33 Kg
IMT
33
(1,3)2
: 19,6
Kesan status gizi lebih
B. Kepala Leher
Umum
Anemis (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnea (-)
Mata
Alis
Bola mata
Kelopak
Konjungtiva
Sclera
Pupil
Lensa
: normal
: normal
: normal
: normal
: normal, tidak ikterus
: bulat, isokor, reflex cahaya +/+
: normal
Telinga
Bentuk
: normal
Procesus mastoideus
: tidak nyeri
Lubang telinga
Can.audit.ext
Pendengaran
Hidung
Penyumbatan
Daya penciuman
Mulut
Bibir
Gusi
Lidah
Mukosa
Palatum
Leher
Kel.limfe
Trakea
Tiroid
Vena Jugularis
Arteri Carotis
R. Coli
I : Massa (+), merah (-), keluar darah (-), pus (-), ikut bergerak
ketika menelan dan menjulurkan lidah.
P : Massa (+), kistik, 6x3cm, mobile, batas jelas, permukaan
rata, nyeri (-)
C. Thorax
Umum
Bentuk
Payudara
: normal
: simetris, ginekomasti -
Kulit
Axilla
Paru
Dextra
Sinistra
I : simetris, retraksi -
I: simetris, retraksi -
P : sonor +
P: sonor +
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
D. Abdomen
Inspeksi
Bentuk:
Supel, tak tampak massa, umbilicus masuk
kedalam
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
F. Extremitas
Atas
Bawah
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
JENIS
PEMERIKSAAN
HASIL
PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin
13,0
12,0-16,0 gr/dl
12/35
0-15 mm/jam
9,5
4,5-11,0 x 109
Hitung Jenis
5/-/-/63/24/8
Eos/bas/stab/seg/lim/mono
0-4/0-1/3-5/54-62/25-33/2-6
Hematokrit
37,7
36-46 %
Trombosit
351
150-450 x 109
Lekosit
PPT
PPT Penderita
10.1
PPT Kontrol
10.0
APPT
APPT Penderita
30.6
APPT Kontrol
26.4
SGOT
31
10-31
SGPT
12
9-36
0,8
0,5-1,1 mg/dL
BUN
6-20 mg/dL
Urea
20
26-43 gr/24jm
FAAL HATI
FAAL GINJAL
K. serum
IV.
DIAGNOSIS
Kista Duktus Tiroglosus
V. PLANNING
Diagnostik
:
o Pemeriksaan lab (fungsi tyroid)
9
o FNAB
o USG tyroid
o CT-scan Tyroid
Terapi
:
Ekstirpasi Kista
- Teknik operasi :
1. Penderita tidur terintubasi dengan anestesi umum, leher hiperekstensi.
2. Dilakukan desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin 10%
kemudian dipersempit dengan kain steril.
3. Insisi tranversal di daerah infrahioid tepat diatas kista sepanjang 5cm,
irisan diperdalam lapis demi lapis melalui otot platysma dan fasia
servikalis sampai mencapai permukaan kista.
4. Didapatkan massa kistik dengan ukuran diameter 3 cm,
warna
kekuningan, mobile
5. Kista dibebaskan dari jaringan di sekitarnya, namun karena terdapat
bagian permukaan yang tipis menyebabkan isi kista keluar cairan
kuning 1cc.
6. Membebaskan otot sternohioid ke arah lateral, tampak duktus di
bawah tulang hioid, otot-otot yang melekat di superior dan inferior
korpus tulang hioid dibebaskan,
7. Dilakukan pemotongan dan melepaskan bagian tengah tulang hioid,
duktus kemudian disusuri ke arah dasar lidah sejauh mungkin,
dilakukan pemotongan dan diikat di ditutup dengan tabazaknat.
8. Dilakukan evaluasi perdarahan di sekeliling bekas tempat kista.
9. Luka operasi kemudian dijahit lapis demi lapis. Pada kulit dijahit
secara subkutikuler. Periksa HistoPA.
GAMBAR PROSES OPERASI
10
LAPORAN OPERASI
11
Monitoring
:
12
H1MRS
S) Bekas Jahitan terasa gatal
Extremitas
O) KU : cukup
Akral hangat
Kes : komposmentis
TD : 100/70 mmHg
Edema
RR : 16x/mnt
N
: 76x/mnt
Status Lokalis
Tax : 36,7C
K/L : a/i/c/d = -/-/-/Thorax :
COR
P:redup
R.Coli
I :Massa (-), Dressing kasa (+),
Rembesan darah (-), Pus (-)
P : Nyeri (-), hangat (-)
-/-/Pulmo :
P: sonor +/+
Abdomen:
A)
Kista
Duktus
obliterans
Tiroglosus
terinfeksi
post
ekstirpasi H1
P) Inf Kaen 3B 1000cc/24jam
Inj. Antrain 3x500 mg iv
Inj. Ranitidin 2x25 mg iv
I : Flat
A: BU(+) N (9x/menit)
KRS
P: Soepel
13
Gambar 6. Tampak dressing kasa post ekstirpasi masa kistik pada leher
Edukasi
:
o Menjelaskan tentang penyakit, pemeriksaan yang perlu dilakukan
dan tindakan medis kepada pasien serta keluarga.
o Menjelaskan kemungkinan komplikasi dan prognosis kepada
pasien dan keluarga
o Menjelaskan tentang faktor risiko yang perlu dihindari nantinya
VI.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
14
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Definisi dan Epidemiologi Kista Duktus Tiroglosus
Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang terbentuk dari duktus
tiroglosus yang menetap sepanjang alur penurunan kelenjar tiroid, yaitu dari
foramen sekum sampai kelenjar tiroid bagian superior di depan trakea. Kista ini
merupakan 70% dari kasus kista yang ada di leher. Kista ini biasanya terletak di
garis median leher, dapat ditemukan di mana saja antara pangkal lidah dan batas
atas kelenjar tiroid.6,8
Kista duktus tiroglosus merupakan kasus terbanyak dari massa non
neoplastik di leher, merupakan 40% dari tumor primer di leher. Ada penulis yang
menyatakan hampir 70% dari seluruh kista di leher adalah kista duktus tiroglosus.8
Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat ditemukan
di semua usia. Predileksi umur terbanyak antara umur 0-20 tahun yaitu 52%, umur
sampai 5 tahun terdapat 38%. Sistrunk (1920) melaporkan 31 kasus dari 86.000
pasien anak. Tidak terdapat perbedaan risiko terjadinya kista berdasarkan jenis
kelamin dan umur yang bisa didapat dari lahir sampai 70 tahun, rata-rata pada usia
5,5 tahun.6,7
Penulis lain mengatakan predileksi usia kurang dari 10 tahun sebesar
31,5%, pada dekade ke dua 20,4%, dekade ke tiga 13,5% dan usia lebih dari 30
tahun sebesar 34,6%. Waddell mendapatkan 28 kasus kista duktus tiroglosus
secara histologik dari 61 pasien yang diduga menderita kista tersebut.9
3.2 Patogenesis Kista Duktus Tiroglosus
Terdapat beberapari teori yang dapat menyebabkan terjadinya kista duktus
tiroglosus. Kista ini terbentuk akibat kegagalan involusi dari duktus tiroglossus.
Pada proses perkembangan , Kelenjar thyroid berkembang mulai pada minggu
keempat kehidupan fetal dengan membentuk endoderm di medial, tumbuh ke
bawah dari pangkal lidah. Proses tumbuh ke bawah ini dengan cepat membentuk
saluran yang disebut ductus thyroglossus. Saluran ini bermuara pada lidah
15
berhubungan dengan foramen secum. Ujung bawah terbelah menjadi dua lobus
dan akhirnya terletak berhubungan dengan trachea pada sekitar minggu ketujuh.
Ductus thyroglossus kemudian menghilang, tetapi bagian terbawah sering tetap
ada dalam bentuk lobus piramidalis kelenjar tiroid turun ke tempatnya yang
seharusnya melalui suatu duktus bernama tiroglossus. Secara normal, duktus ini
akan berinvolusi dan menghilang. Patensi dari duktus ini menimbulkan potensi
besar terbentuknya sinus, fistula atau kista duktus tiroglossus.6,7,9
Infeksi tenggorok berulang akan merangsang sisa epitel traktus, sehingga
mengalami degenerasi kistik. Sumbatan duktus tiroglosus akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan sekret sehingga membentuk kista. Teori lain mengatakan
mengingat duktus tiroglosus terletak di antara beberapa kelenjar limfe di leher,
jika sering terjadi peradangan, maka epitel duktus juga ikut meradang, sehingga
terbentuklah kista.9
3.3 Klasifikasi Kista Duktus Tiroglosus
Kista duktus tiroglosus dibagi dalam enam klasifikasi berdasarkan di mana
lokasi kistanya tumbuh, yaitu: (1) Kista Suprahyoid; (2) Kista Juxtahyoid; (3)
Kista Intralingual; (4) Kista Suprasternal; (5) Kista Intralaryngeal; (6) Kista
Infrahyoid
Kista duktus tiroglosus dapat tumbuh di mana saja di garis tengah leher,
sepanjang jalur bebas duktus tiroglosus mulai dari dasar lidah sampai ismus
tiroid.8
3.4 Gejala Klinis Kista Duktus Tiroglosus
Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher,
dapat di atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak
menimbulkan rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba
kistik, berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan
kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista
berkisar antara 2-4 cm, kadang-kadang lebih besar. Kebanyakan kasus kista
duktus tiroglosus tidak diperhatikan dan tidak didiagnosa sampai umur dewasa.
16
Duktus yang paten ini bisa menetap selama beberapa tahun atau lebih sehingga
terjadi sesuatu stimulus yang bisa mengakibatan pembesaran kista.7,9,10
Kista duktus atau sinus ini bisa mengakibatan penghasilan sekresi oral
yang berlebihan dimana kondisi ini bisa menyebabkan kista menjadi terinfeksi.
Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri dan menjadi lebih besar. Pasien
mengeluh kulit di atasnya berwarna merah, disfagia, disfonia, draining sinus,
sesak terutamanya apabila kista bertambah besar. Kista duktus tiroglosus yang
terinfeksi bisa presentasi seperti infeksi saluran nafas atas (ISPA). Obstruksi jalan
pernafasan bisa terjadi terutamanya pada kista intralingual yang berdekatan
dengan jalan pernafasan.6,8
3.5 Diagnosis
Diagnosis biasanya dapat dibuat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
leher secara menyeluruh. Selalu palpasi kelenjar tiroid selama pemeriksaan fisik.
Jika kelenjar tidak dapat diraba, USG, tiroid scan atau CT scan dapat
membantu.1,5 Diagnosis biasanya dapat dicapai secara rawat jalan.7,9
Dilakukan
TFTs.
Namun,
kelenjar
tiroid
ektopik
tidak
bisa
dikesampingkan bahkan dalam adanya tingkat TSH yang normal dan riwayat
klinis eutiroid. Oleh karena itu, USG, CT scan, thyroid scan, atau MRI mungkin
diperlukan untuk mengidentifikasi kelenjar tiroid normal.
- Ultrasonografi adalah paling sering digunakan dalam pemeriksaan. USG dan
CT scan adalah pemeriksaan penunjang pilihan pertama:
o USG dapat membedakan yang solid dari komponen kistik.
o CT scan dapat menunjukkan capsular enhancement.
- Fistulogram dapat menunjukkan jalan saluran.
- Scanning tiroid dapat digunakan untuk menunjukkan fungsi tiroid ektopik.
Jaringan tiroid ektopik dapat menyertai kista tiroglosus (TGCs) pada lokasi
mereka sepanjang garis keturunan embriologi tiroid. Hal ini juga dapat
17
digunakan untuk menunjukkan posisi dan fungsi tiroid yang normal sebelum
penghapusan setiap jaringan tiroid yang dapat menyertai kista.
- Pemeriksaan lainnya:
o Pada pasien dengan riwayat abses leher berulang lateral, di mana anomali
branchial cleft dengan curigai kemungkinan pembukaan sinus internal,
pemeriksaan
menelan
barium
dapat
memberikan
informasi
yang
bermanfaat.
o Laringoskopi langsung jika kista metastasis leher servikal sekunder untuk
karsinoma sel skuamosa diketahui diduga.
o Laringoskopi langsung dengan hypopharyngoscopy dan menelan barium
sering berguna dengan riwayat abses leher berulang lateral sebagai anomali
branchial cleft dengan pembukaan sinus internal yang diduga.
3.6 Diagnosis Banding Kista Duktus Tiroglosus
Diagnosis banding benjolan di leher membutuhkan pengetahuan anatomi.
Perhatikan bahwa beberapa dari mereka lebih mungkin untuk terletak lateral di
leher (tidak dalam alur penurunan garis tengah tiroid).7,8
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik yang harus dipikirkan pada
setiap benjolan di garis tengah leher. Untuk fistula, diagnosis dapat ditegakkan
menggunakan suntikan cairan radioopak ke dalam saluran yang dicurigai dan
dilakukan foto Rontgen. 6,7
Diagnosis Banding:6,9 1) Lingual tiroid 2) Kista brankial 3) Kista dermoid 4)
Lipoma
3.7 Penatalaksanaan Kista Duktus Tiroglosus
Kista duktus tiroglosus harus diangkat secara operasi karena: (1) Operasi
menyediakan diagnosis yang patologi; (2) Infeksi yang terjadi bisa menyebabkan
nyeri akut dan komplikasi yang lain (obstruksi jalan pernafasan dan disfagia); (3)
Masalah kosmetik; dan (4) Bisa terjadi malignansi walaupun jarang. 6,7,9
18
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Slough MC, Dralle H, et al. Diagnosis and treatment of thyroid and
parathyroid disorders. In: Bailey JB, Johnson TJ eds Head and Surgery
Otolaryngology. 4th ed. Phioladelphia: Lippincot Williams & Wilkins
2006:1630-7.
2. Meyrs NE. Throglossal duct cyst. In: Myers NE ed Operative Otolaryngology
Head and Neck Surgery. Philadelphia: W.B Saunders Company 1997: 630-7.
3. Abdulrahman A, Jonaidel SO eds. Thyroglossal duct cyst. A
clinicopathological study of five cases. Saudi Dental Journal, vol 15, No. 2,
May August 2003.
4. Kay DJ, Goldsmith JA eds. Embryology of the Thyroid and Parathyroids.
eMedicine
Otolaryngology
and
Facial
Plastic
Surgery.
21