PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat dalam Larutan
B. Tujuan Praktikum
a. Menyelidiki ada tidaknya ion karbonat, ion bikarbonat, dan ion
hidroksida dalam larutan.
b. Menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan secara
asidimetri dengan menggunakan indikator ganda.
II. METODE
Bahan:
a. Pro pipet
b. Pipet ukur
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur
e. Gelas beker
f. Buret
g. Corong
g. Aquades
h. Erlenmeyer
B. Cara Kerja
Larutan cuplikan A, B, dan C masing-masing sebanyak 25 ml
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setiap larutan cuplikan yang ada di
dalam erlenmeyer ditetesi indikator PP (Phenolptalein) sebanyak 3 tetes.
Perubahan warna yang terjadi diamati. Jika warna larutan cuplikan
berubah, maka larutan cuplikan tersebut dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga
warnanya berubah menjadi bening. Volume titrasi tersebut (V1) dicatat
dalam tabel. Setelah itu, larutan ditetesi indikator methyl orange (MO) dan
dititrasi kembali dengan HCl 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi
orange. Volume titrasi tersebut (V2) dicatat dalam tabel.
Jika warna larutan cuplikan tidak berubah, maka larutan cuplikan
tersebut ditetesi indikator methyl orange (MO) sebanyak 2 tetes. Larutan
cuplikan kemudian dititrasi hingga warnanya berubah menjadi orange.
Volume titrasi dicatat dalam tabel. Percobaan di atas diulangi sebanyak 2
kali, kemudian kadar karbonat, bikarbonat, dan hidroksida dihitung
dengan menggunakan rumus:
1. Jika V1 = V2
6,00
6,00
Kadar Karbonat =
/100
2. Jika V1 < V2
Kadar Karbonat =
Kadar Bikarbonat =
/100
6,1
/100
3. Jika V1 > V2
Kadar Karbonat =
Kadar Hidroksida =
6,00
%)
/100
1,7
/100
A. Hasil
Berdasarkan percobaan kelompok, maka diperoleh hasil dalam dua
tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis kadar dalam cuplikan A (Na2CO3)
Ulangan
V1 (ml)
V2 (ml)
Karbonat
Bikarbonat
Hidroksida
2,5
2,5
2,5
0,06
0,0122
V1 (ml)
V2 (ml)
Karbonat
Bikarbonat
Hidroksida
0,7
3,5
0,7
0,7
3,75
0,017
0,074
V1 (ml)
V2 (ml)
Karbonat
Bikarbonat
Hidroksida
0,5
0,75
0,018
B. Pembahasan
Karbonat dan bikarbonat adalah anion yang akan menghasilkan gas
ketika direaksikan dengan asam klorida encer, asam sulfat encer, atau
asam sulfat pekat. Ion karbonat ( CO32-) memiliki kelarutan normal kecuali
karbonat dari alkali dan amonium yang tak larut dalam air. Karbonat alkali
dapat larut di dalam air karena pendidihan. Jika asam klorida encer
pemanasan
akan
menghasilkan
natrium
karbonat,
terhadap asam bebas atau garam yang berasal dari basa lemah, dengan
larutan standar basa, contoh CH3COOH dititrasi dengan NaOH
(Rosalia, 2012). Titrasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah titrasi
asidimetri karena menggunakan larutan standar asam, yaitu asam klorida
(HCl).
Titrasi asam-basa membutuhkan indikator asam-basa. Menurut
Khopkar (1984), indikator asam-basa dapat diklasifikasikan dalam
golongan-golongan sebagai berikut:
1. Indikator ftalein
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein dengan
fenol yaitu fenolftalein. Indikator akan berubah warnanya menjadi
merah pada pH 8-9,8. Anggota-anggota lainnya adalah: o-cresolftalein,
thimolftalein, dan a-naftolftalein.
2. Indikator sulfoftalein
Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan
sulfonat. Anggota indikator ini adalah: thymol blue, m-cresolpurple,
chlorofenolred, dan bromofenolred.
3. Indikator azo
Indikator azo diperoleh dari reaksi amina romatik dengan garam
dizonium, misalnya methyl yellow, atau p-dimetil amino azo benzene.
Perubahan warna akan terjadi pada larutan asam kuat. Metil orange
termasuk dalam kelas ini dan tidak larut dalam air.
4. Indikator trifenilmetana
Indikator trifenilmetana tersusun atas 3 gugus fenol yang terangkai
bersama sebuah gugus metana. Anggota indikator ini adalah
malachitegreen, metil violet, dan kristal violet.
Pada percobaan ini, indikator yang digunakan adalah phenolptalein
(PP) dan metil orange (MO). Indikator PP akan menunjukkan warna pink
pada larutan basa dan tidak berwarna pada larutan asam. Indikator MO
akan menunjukkan warna kuning pada larutan basa dan warna orange pada
larutan asam (Chang, 2005).
Larutan cuplikan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Na2CO3, NaHCO3, dan air kran. Ketika dilakukan titrasi, maka kadar
karbonat dapat diketahui melalui volume titran yang bereaksi dengan
larutan hingga warna larutan berubah. Apabila volume titrasi pertama
lebih kecil dari volume titrasi kedua, maka dalam titrasi pertama terjadi
ionisasi karbonat, dan dalam titrasi kedua terjadi ionisasi bikarbonat.
Sementara itu, apabila volume titrasi pertama lebih besar dari volume
titrasi kedua, maka dalam titrasi pertama terjadi ionisasi karbonat dan
dalam titrasi kedua terjadi ionisasi hidroksida (Basset dkk., 1994).
Kadar karbonat, bikarbonat, dan hidroksida dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut: (Basset dkk., 1994)
1. Jika V1 < V2
Kadar Karbonat =
9: ; <=> ?,@@
Kadar Bikarbonat =
9 ABC>DEFG
/100
(9H . 9: ); <=> ?,
9 ABC>DEFG
(1)
/100
(2)
2. Jika V1 > V2
Kadar Karbonat =
9: ; <=> ?,@@
9 ABC>DEFG
Kadar Hidroksida =
/100
(9: . 9H ); <=> ,I
9 ABC>DEFG
.(3)
/100
...(4)
3. Jika V1 = V2
Kadar Karbonat =
9: ; <=> ?,@@
9 ABC>DEFG
/100
..(5)
HCl akan terbentuk ion karbonat dan bikarbonat. Oleh karena itu,
percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan reaksi pembentukan asam
karbonat dari ion karbonat dan bikarbonat.
Pada larutan cuplikan B terdapat ion karbonat dan bikarbonat.
Berdasarkan ion-ion yang bereaksi, di dalam larutan NaHCO3, hanya
terdapat ion bikarbonat yang bereaksi menjadi asam karbonat. Ion
karbonat diperoleh dari reaksi asam karbonat yang terionisasi menjadi air
dan ion karbonat (Hart dkk., 2003). Pada larutan cuplikan ini tidak muncul
ion hidroksida dikarenakan ion hidroksida terikat sempurna dengan larutan
NaHCO3.
Pada larutan cuplikan C ditemukan bahwa terdapat ion bikarbonat
sebesar 0,017 g/100 ml. Hal ini mungkin terjadi karena larutan cuplikan C
merupakan air ledeng. Air ledeng yang kemungkinan air sadah. Air sadah
adalah air yang mengandung ion Ca2+, dan ion Mg2+, serta mengandung
garam bikarbonat (Nafie dkk., 2013).
Faktor yang dapat mempengaruhi besarnya kadar karbonat,
bikarbonat, dan hidroksida, yaitu:
1. Penentuan titik akhir titrasi (jika titrasi dihentikan sebelum mencapai
titik akhir titrasi, maka kadar karbonat, bikarbonat, dan hidroksida dalam
larutan yang dihitung menggunakan rumus menjadi tidak benar-benar
sesuai dengan kadar yang ada dalam larutan sesungguhnya) (Rivai, 1995).
2. Kontaminan (dalam larutan cuplikan yang ditampung dalam botol, ada
kemungkinan terdapat zat-zat lain yang berada dalam botol sehingga
larutan dapat tercampur dengan zat tersebut. Hal ini menyebabkan larutan
cuplikan menjadi terkontaminasi dengan zat asing tersebut sehingga
karbonat, bikarbonat, dan hidroksida menjadi tidak dapat terbentuk)
(Hart dkk., 2003).
3. Pelarut (apabila pelarut yang digunakan merupakan pelarut polar, maka
kadar karbonat, bikarbonat, dan hidroksida dalam larutan akan semakin
besar, sedangkan bila digunakan pelarut non polar, maka kadar karbonat,
bikarbonat, dan hidroksida akan semakin kecil) (Marks dkk., 2009).
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik;Edisi Keempat. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar;Konsep-Konsep Inti;Edisi Ketiga;Jilid 2. Erlangga,
Jakarta.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Harahap, SE. 2014. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
39639/4/Chapter%20II.pdf. 17 November 2014.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah
Singkat. Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S.M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Kumar, R., Patil MB, Patil RS, dan Paschapur MS. 2009. Formulation and
Evaluation of Effervescent Floating Tablet of Famotidine. International
Journal Pharmnt Res. 1 (3): 754-763.
Marks, D.B., Marks, A.D., dan Smith, C.M. 2009. Biokimia Kedokteran Dasar:
Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marwati, S. 2012. Analisis Anion. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
pendidikan/Siti%20Marwati,%20M.Si./Analisis%20Anion.pdf.
17 November 2014.
Nafie, Y.S., Wogo, H.E., Tawa, B.D. 2013. Pemanfaatan Arang Aktif Tempurung
Lontar Sebagai Adsorben Ca (II) dan Mg (II) dalam Air Sadah di Kota
Kupang. Jurnal Kimia Terapan 1 : 70-79.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Rosalia, S. 2012. Analisis Kimia. http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/09
/KD-meeting-11-12.pdf. 25 September 2014.
Lampiran
1. Analisa kadar dalam cuplikan 1
Rata-rata V1 = (2,5 ml + 2,5 ml) / 2 = 2,5 ml
Rata-rata V2 = (3 ml + 3 ml) / 2 = 3 ml
V1 < V2
Kadar Karbonat =
6,00
= 0,06
Kadar Bikarbonat =
=
/100
/100
/100
6,10
= 0,0122
/100
/100
Kadar Karbonat =
6,00
= 0,017
/100
/100
/100
/100
Kadar Bikarbonat =
=
6,10
= 0,074
/100
/100
/100
Kadar Karbonat =
0 0,1 6,00
25
=0
Kadar Bikarbonat =
=
6,00
/100
/100
/100
(
6,10
= 0,018
/100
/100
/100