Materi ini memfokuskan pada analisis regresi yang mengkombinasikan data time
series dengan data cross section, yang dikenal dengan data panel. Materi ini diawali
dengan deskripsi mengenai data panel. Selanjutnya membahas jenis-jenis model data
panel, diikuti dengan penentuan model terbaik serta asumsi klasik yang berkaitan
dengan regresi data panel. Terakhir, cara regresi data panel yang didampingi aplikasiaplikasi untuk memudahkan dalam meregresi data panel.
..
APA YANG DIMAKSUD DATA PANEL ?
Data panel adalah kombinasi antara data silang tempat (cross section) dengan data
runtut waktu (time series) (Kuncoro, 2011). Widarjono (2009) menyatakan terdapat
beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data
panel, yaitu pooling least square(Common Effect), pendekatan efek tetap (Fixed Effect),
pendekatan efek random (Random Effect).
1.
Chow Test
Chow test merupakan uji untuk membandingkan model common effect dengan fixed
effect(Widarjono, 2009). Chow test dalam penelitian ini menggunakan program Eviews.
Hipotesis yang dibentuk dalam Chow test adalah sebagai berikut :
H0 : Model Common Effect
H1 : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya, H0 diterima jika P-value lebih
besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.
2.
Hausman Test
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan random effect dalam
menentukan model yang terbaik untuk digunakan sebagai model regresi data panel
(Gujarati, 2012). Hausman testmenggunakan program yang serupa dengan
Chow test yaitu program Eviews. . Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah
sebagai berikut :
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya, H0 diterima jika P-value lebih
besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena residual yang tidak bebas antar satu observasi ke observasi
lainnya (Kuncoro, 2011). Hal ini disebabkan karena error pada individu cenderung
mempengaruhi individu yang sama pada periode berikutnya. Masalah autokorelasi sering
terjadi pada data time series(runtut waktu). Deteksi autokorelasi pada data panel dapat
melalui uji Durbin-Watson. Nilai uji Durbin-Watson dibandingkan dengan nilai tabel
Durbin-Watson untuk mengetahui keberadaan korelasi positif atau negatif (Gujarati,
2012). Keputusan mengenai keberadaan autokorelasi sebagi berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas timbul apabila nilai residual dari model tidak memiliki varians yang
konstan. Artinya, setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda-beda akibat
perubahan kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam model (Kuncoro,
2011). Gejala ini sering terjadi pada data cross section (Gujarati, 2012), sehingga sangat
dimungkinkan terjadi heterokedastisitas pada data panel.
Implikasi terjadi autokorelasi dan heterokedastisitas pada data panel dapat diperbaiki
dengan model Cross-section SUR. Apabila model data panel mengalami
heterokedastisitas tanpa autokorelasi dapat diatasi dengan model Cross-section Weight
BAGAIMANA CARA REGRESI DATA PANEL ?
Regresi data panel dalam penjelasan ini menggunakan software Eviews. Langkah
pertama yaitu menginput data dan estimasi model. Selanjutnya menentukan model
terbaik, kemudian model tersebut diuji berdasarkan asumsi klasik. Model yang sempurna
merupakan model yang bebas oleh asumsi klasik. Tahap terakhir dalam regresi data
panel sama dengan regresi pada umumnya yaitu pengujian hipotesis.
Frequency : sesuaikan dengan bentuk periode penelitian, ex. Annual (tahunan), semiannual (semesteran), quartely (3 bulanan), monthly (bulanan), dll
Start date : tahun awal peneltian, ex. 2010
End date : tahun akhir penelitian, ex. 2013
Setelah terisi > klik Ok
2.
Selanjutnya, klik kanan > New Object > Poll > Name for object (beri nama sesuai
keinginan) > Klik Ok
3.
Example : _BBCA ( setiap cross section diberi _ ) kemudian klik enter masukkan kembali
cross section _BBRI begitu seterusnya
Setelah terisi > klik sheet
4.
Example : LDR? CAR? SIZE? KAP? BOPO? PDN? (setiap variabel diberi tanda ? )
Setelah terisi > klik OK
5.
Copy paste data peneltian dari excel (sebelum copy paste, klik edit +/- terlebih
dahulu)
6.
Klik estimate
Klik OK
Langka-langkah :
Klik view > Fixed/Random Effects Testing > Redundant Fixed Effects Likelihood
2.
Ratio
Jika Cross-section F kurang dari 5% artinya menolak H0 (model terbaik FEM)
Uji Hausman : Fixed Effect vs Random Effect
Langkah-langkah :
Klik view > Fixed/Random Effects Testing > Correlated Random Effects Hausman
Testing
Jika cross section random kurang dari 5% artinya menolak H0 (model terbaik FEM)
Langkah-langkah :
Klik estimate
2.
Langkah-langkah :
Klik estimate
Uji tstatistic
digunakan dalam pengujian ini sebesar 5%. Pengujian t-statistic juga dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel (Widarjono,
2009).
2.
Uji F-statistic
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Kuncoro, 2011). Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh secara simultan
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan derajat
kepercayaan sebesar 5% dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kuncoro, 2011) :
Dimana :
SSR : sum of squares due to regression
SSE : sum of squares error
n : jumlah observasi
k : jumlah parameter (termasuk intercept ) dalam model
Pengujian ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, jika probabilitas nilai F statistik > 0,05
maka H0diterima atau menolak H1, sebaliknya jika probabilitas nilai Fstatistik < 0,05 maka
H0 ditolak atau menerima H1. Kedua, membandingkan nilai F-statistic dengan nilai F
menurut tabel, jika Fstatistik > F tabel maka H0 ditolak atau menerima H1. H0 ditolak artinya
semua variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel independen.
3.
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan seberapa besar proporsi
variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen (Widarjono, 2009).
Pengujian ini pada intinya mengukur seberapa jauh variabel independen menerangkan
variasi varabel dependen. Menurut Kuncoro (2011) nilai koefisien determinasi (R 2)
berkisar diantara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol artinya
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Nilai R2 yang besar atau mendekati satu artinya variabel independen mampu
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam menjelaskan perubahan
variabel dependen.